Anda di halaman 1dari 16

Research and Development (R&D) dan

Development Research (DR)


A.Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)
Asikin dan Cahyono (2004) mengatakan Penelitian dan pengembangan
bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran, seperti silabus, bahan ajar,
media, modul praktikum, latihan kerja siswa, alat mengukur kemajuan belajar, alat
mengukur hasil belajar, dsb. Yang melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian
pengembangan adalah adanya

masalah yang terkait dengan perangkat

pembelajaran yang kurang tepat. Masalah ini ditemui oleh peneliti dari hasil
pengamatan selama mengajar atau dari hasil needs assessment.
Sukmadinata (2005:164) mengatakan Penelitian dan Pengembangan
(Research and Development) adalah suatu proses atau langkah langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,
yang dapat dipertanggungjawabkan .
Lebih lanjut Sukmadinata (2005:165) mengemukakan Langkah langkah
penelitian dan pengembangan menunjukkan suatu siklus, yang diawali dengan
adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan
menggunakan suatu produk tertentu.
1. Metode Pengembangan
Metode Penelitian Pengembangan memuat 3 komponen utama yaitu : (1)
Model pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk.
Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut :
1.1 Model pengembangan
Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk
yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural,
model konseptual, dan model teoritik. Model prosedural adalah model yang

bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk


menghasilkan produk. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang
menyebutkan komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci
dan menunjukkan hubungan antar komponen yang akan dikembangkan. Model
teoritik adalah model yang menggambar kerangka berfikir yang didasarkan pada
teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empirik.
Dalam model pengembangan, peneliti memperhatikan 3 hal:
a. Menggambarkan Struktur Model yang digunakan secara singkat, sebagai dasar
pengembangan produk.
b. Apabila model yang digunakan diadaptasi dari model yang sudah ada, maka
perlu dijelaskan alasan memilih model, komponen-komponen yang disesuaikan,
dan kekuatan serta kelemahan model dibanding model aslinya.
c. Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka perlu dipaparkan
mengenai komponen-komponen dan kaitan antar komponen yang terlibat dalam
pengembangan
1.2 Prosedur penelitian pengembangan
Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur yang
ditempuh

oleh

peneliti/pengembang

dalam

membuat

produk.

Prosedur

pengembangan berbeda dengan model pengembangan dalam memaparkan


komponen rancangan produk yang dikembangkan. Dalam prosedur, peneliti
menyebutkan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan,
menjelaskan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan
produk, dan menjelaskan hubungan antar komponen dalam sistem. Borg dan Gall
(1989) (dalam Sukmadinata, 2005 :169) mengatakan ada sepuluh langkah
pelaksanaan strategi dan pengembangan.
1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information).
Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil dan
pertimbangan pertimbangan dalam segi nilai.
2. Perencanaan (planning). Menyususn rencana penelitian, meliputi
kemampuan kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan
penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian

tersebut, desain atau langkah langkah penelitian kemungkinan


pengujian dalam lingkup terbatas.
3. Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product).
Pengembangan

bahan

pembelajaran,

proses

pembelajaran

dan

instrumen evaluasi.
4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Uji coba dilapangan
pada1 sampai 3 sekolah dengan 6 samapai 12 subjek uji coba (guru).
Selama uji coba diadakan pengamatan wawancara dan pengedaran
angket.
5. Merevisi hasil uji coba (main product revision). Memperbaiki atau
menyempurnakan hasil uji coba.
6. Uji coba lapangan (main field testing). Melakukan uji coba yang lebih
luas pada 5 sampai 15 sekolah, dengan 30 sampai 100 orang subjek uji
coba. Data kuantitatif penampilan guru sebelum dan sesudah
menggunakan model yang dicoobakan dikumpulkan. Hasil hasil
pengumpulan data dievaluasi dan dibandingkan

dengan kelompok

pembanding.
7. Penyempurnaan produk uji coba lapangan (operasional product
revision). Menyempurnakan produk hasil uji coba lapangan.
8. Uji pelaksanaan lapangan (operational field ttesting). Dilaksanakan ada
10 sampai 30 sekolah, melibatkan 40 sampai 200 subjek. Pengujian
dilakukan melalui angket wawancara, observasi dan analisis hasilnya.
9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision). Penyempurnaan
didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.
10. Diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation).
Melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal.
Bekerjasama

dengan

penerbit

untuk

penerbitan.

Memonitor

penyebaran untuk pengontrolan kualitas.


Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall, dapat
dilakukan dengan lebih sederhana melibatkan 5 langkah utama:
1. Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan
2. Mengembangkan produk awal
3. Validasi ahli dan revisi
4. Ujicoba lapangan skala kecil dan revisi produk
3

5. Uji coba lapangan skala besar dan produk akhir


1.3 Uji Coba Model atau Produk
Uji coba model atau produk merupakan bagian yang sangat penting dalam
penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji
coba model atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat
layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk juga melihat sejauh mana
produk yang dibuat dapat mencapai sasarandan tujuan. Model atau produk yang
baik memenuhi 2 kriteria yaitu : kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan
kriteria penampilan (presentation criteria). Ujicoba dilakukan 3 kali: (1) Uji-ahli
(2) Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk; (3)
Uji-lapangan (field Testing) Dengan uji coba kualitas model atau produk yang
dikembangkan betul-betul teruji secara empiris.
1.3.1 Desain Uji Coba
Ada 3 tahapan dalam uji coba produk:
a. Uji ahli atau Validasi, dilakukan dengan responden para ahli perancangan model
atau produk. Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan
masukan untuk perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan Expert Judgement
atau Teknik Delphi.
b. Analisis konseptual
c. Revisi I
d. Uji Coba Kelompok Kecil, atau Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil
sebagai pengguna produk.
e. Revisi II
f. Uji Coba Lapangan (field testing)
g. Telaah Uji Lapangan
h. Revisi III
i. Produk Akhir dan Diseminasi
1.3.2 Subyek Uji Coba.
Subyek uji coba atau sampel untuk uji coba, dilihat dari jumlah dan cara memilih
sampel perlu dipaparkan secara jelas. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih sampel.

a. Penentuan sampel yang digunakan disesuaikan dengan tujuan dan ruang


lingkup dan tahapan penelitian pengembangan.
b. Sampel hendaknya representatif, terkait dengan jenis produk yang akan
dikembangkan, terdiri atas tenaga ahli dalam bidang studi, ahli perancangan
produk, dan sasaran pemakai produk.
c. Jumlah sampel uji coba tergantung tahapan uji coba tahap awal (preliminary
field test).
2. Jenis Data
Dalam uji coba, data digunakan sebagai dasar untuk menentukan
keefektifan, efisiensi, dan daya tarik produk yang dihasilkan. Jenis data yang akan
dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan tentang produk
yang dikembangkan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bisa terjadi data
yang dikumpulkan hanya data tentang pemecahan masalah yang terkait dengan
keefektifan dan efisiensi, atau data tentang daya tarik produk yang dihasilkan.
Paparan data hendaknya dikaitkan dengan desain penelitian dan subyek uji coba
tertentu. Data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan terhadap subyek ahli isi,
kelompok kecil, atau ketiganya. Dalam Uji Ahli, data yang terungkap antara lain
ketepatan substansi, ketepatan metode, ketapatan desain produk, dsb.
3. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Dalam pengumpulan data dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan
data atau pengukuran yang disesuaikan dengan karakteristik data yang akan
dikumpulkan dan responden penelitian.
a. Teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan kuesioner.
b. Pengumpulan data dapat menggunakan Instrumen yang sudah ada. Untuk ini
perlu kejelasan mengenai karateristik instrumen, mencakup kesahihan (validitas),
kehandalan (reliabilitas), dan pernah dipakai dimana dan untuk mengukur apa..
c. Instrumen dapat dikembangkan sendiri oleh oleh peneliti, oleh karena itu perlu
kejelasan prosedur pengembangannya, tingkat validitas dan reliabilitas.

4. Teknik analisis data


Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data
dikumpulkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data:
a. Analisis data mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data
baik dengan tabel, bagan, atau grafik.
b. Data diklasifikasikan berdasarkan jenis dan komponen produk yang
dikembangkan
c. Data dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif.
d. Penyajian hasil analisis dibatasi pada halhal yang bersifat faktual, dengan tanpa
interpretasi pengembang, sehingga sebagai dasar dalam melakukan revisi produk.
e. Dalam analisis data penggunaan perhitungan dan analisis statistik sejalan.
dengan permasalahan yang diajukan, dan produk yang akan dikembangkan.
f. Laporan atau sajian harus diramu dalam format yang tepat sedemikian rupa dan
disesuaikan dengan konsumen, atau calon pemakai produk.
5. Penyajian Hasil Pengembangan
Penyajian data hasil uji coba hendaknya komunikatif, sesuai dengan jenis dan
karakteristik produk dan calon konsumen pemakai produk. Penyajian yang
komunikatif akan membantu konsumen/ pengguna produk dalam mencerna
informasi yang disajikan, dan menumbuhkan ketertarikan untuk menggunakan
model atau produk hasil pengembangan.
6. Revisi produk
a. Simpulan yang ditarik dari hasil analisis data uji coba menjelaskan produk yang
diujicobakan sebagai dasar pengam-bilan keputusan apakah model atau produk
yang dihasilkan perlu direvisi atau tidak.
b. Pengampilan keputusan untuk mengadakan revisi model atau produk perlu
disertai dengan dukungan/ pembenaran bahwa setelah direvisi model atau produk
itu akan lebih baik, lebih efektif, efisien, lebih menarik, dan lebih mudah bagi
pemakai.

c. Komponen-komponen yang perlu dan akan direvisi hendaknya dikemukakan


secara jelas dan rinci.
7. Expert Judgement
Expert Judgement atau Pertimbangan Ahli dilakukan melalui: (1) Diskusi
Kelompok (group discussion), dan (2) Teknik Delphi.
1. Group discussion, adalah sutau proses diskusi yang melibatkan para pakar
(ahli) untuk mengidentifikasi masalah analisis penyebab masalah, menentukan
cara-cara penyelesaian masalah, dan mengusulkan berbagai alternatif pemecahan
masalah dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Dalam diskusi
kelompok terjadi curah pendapat (brain storming) diantara para ahli dalam
perancangan model atau produk. Mereka mengutarakan pendapatnya sesuai
dengan bidang keahlian masing-masing..
2. Teknik Delphi, adalah suatu cara untuk mendapatkan konsensus diantara para
pakar melalui pendekatan intuitif. Langkah-Langkah penerapan Teknik Delphi
dalam Uji-Ahli dalam penelitian pengembangan adalah sebagai berikut :
a. Problem identification and specification. Peneliti mengidentifikasi isu dan
masalah yang berkembang di lingkungannya (bidangnya), permasalahan yang
melatar belakangi, atau permasalahan yang dihadapi yang harus segera perlu
penyelesaian.
b. Personal identification and selection. Berdasarkan bidang permasalahan dan
isu yang telah teridentifikasi, peneliti menentukan dan memilih orang-orang yang
ahli, manaruh perhatian, dan tertarik bidang tersebut, yang memungkinkan
ketercapaian tujuan. Jumlah responden paling tidak sesuai dengan sub
permasalahan, tingkat kepakaran (experetise), dan atau kewenangannya.
c. Questionaire Design. Peneliti menyusun butirbutir instrumen berdasarkan
variabel yang diamati atau permasalahan yang akan diselesaikan. Butir instrumen
hendaknya memenuhi validitas isinya (content validity). Pertanyaan dalam bentuk
open-ended question, kecuali jika permasalahan memang sudah spesifik.
d. Sending questioner and analisis responded for first round. Peneliti
mengirimkan kuesioner pada putaran pertama kepada responden, selanjutnya

meriview

instrumen

dan

menganalisis

jawaban

instrumen

yang

telah

dikembalikan. Analisis dilakukan dengan mengelompokkan jawaban yang serupa.


Berdasarkan hasil analisis, peneliti merevisi instrument.
e. Development of subsequent Questionaires. Kuesioner hasil review pada putaran
pertama dikembangkan dan diperbaiki, dilanjutkan pada putaran kedua, dan
ketiga. Setiap hasil revisi, kuesioner dikirimkan kembali kepada responden. Jika
mengalami kesulitan dan keraguan dalam merangkum, peneliti dapat meminta
klarifikasi kepada responden. Dalam teknik delphi biasanya digunakan hingga 3-5
putaran, tergantung dari keluasan dan kekomplekan permasalahan sampai dengan
tercapainya konsensus.
f. Organization of Group Meetings. Peneliti mengundang responden untuk
melakukan diskusi panel, untuk klarifikasi atas jawaban yang telah diberikan.
Disinilah argumentasi dan debat bisa terjadi untuk mencapai konsensus dalam
memberikan jawaban tentang rancangan suatu produk atau intrumen penelitian.
Dengan face-to-face contact, peneliti dapat menanyakan secara rinci mengenai
respon yang telah diberikan. Keputusan akhir tentang hasil jajak pendapat
dikatakan baik apabila dicapai minimal 70% konsensus.
g. Prepare final report. Peneliti perlu membuat laporan tentang persiapan, proses,
dan hasil yang dicapai dalam Teknik Delphi. Hasil Teknik Delphi perlu diujicoba
di lapangan dengan responden yang akan memakai model atau produk dalam
jumlah yang jauh lebih besar.
B.Penelitian Pengembangan (Development Research)
Menurut Gay (1990) Penelitian Pengembangan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan
untuk menguji teori. Seals dan Richey (1994) mendefinisikan penelitian
pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan,
pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus
memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Sedangkan Plomp (1999)

menambahkan kriteria dapat menunjukkan nilai tambah selain ketiga kriteria


tersebut.
Zulkardi

(2008)

didalam

weblognya

(http://zulkardi.wordpress.com/)

mengatakan Development research atau riset pengembangan adalah metode


penelitian yang menekankan kepada dua hal yaitu : pengembangan prototype
suatu product dan proses saat product tersebut di buat serta di ujicobakan. Beliau
juga mengatakan bahwa saat ini development research banyak dipakai di
Indonesia. Dikalangan dosen, metode ini kerap digunakan pada penelitian Hibah
Bersaing yang dibiayai dikti. Hibah bersaing menekankan pada hasil penelitian
yang berbentuk produk atau model yang dapat di pasarkan atau bahkan
dipatenkan.
Zulkardi (2002:17) mengatakan Pengembangan pendidikan sering terjadi
dalam situasi yang dinamis dan tidak pasti sesuai keadaan, tetapi dengan ambisi
tinggi. Penelitian dapat dilakukan untuk mendukung kurikulum desainer atau
programmer reformasi.. Van den Akker (1999) dalam (Zulkardi, 2002:17)
mengemukakan bahwa Penelitian pengembangan dapat memberikan pendekatan
penelitian yang berguna sebagai alternatif dalam situasi kompleks di mana
kebutuhan yang beragam, masalah tidak jelas dan hasil intervensi sering tidak
diketahui.
Van

den

Akker

dan

Plomp

(1993)

mendeskripsikan

penelitian

pengembangan berdasarkan dua tujuan, yaitu:


1.Pengembangan prototipe produk
2.Perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe
produk tersebut.
Sedangkan

Richey

dan

Nelson

(1996)

membedakan

penelitian

pengembangan atas dua tipe sebagai berikut:

Tipe pertama difokuskan pada pendesaianan dan evaluasi atas produk atau
program tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
proses pengembangan serta mempelajari kondisi yang mendukung bagi
implementasi program tersebut.

Tipe kedua dipusatkan pada pengkajian terhadap program pengembangan


yang dilakukan sebelumnya. Tujuan tipe kedua ini adalah untuk
memperoleh gambaran tentang prosedur pendesainan dan evaluasi yang
efektif.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian

pengembangan

adalah

suatu

proses

yang

digunakan

untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam


pendidikan. Produk yang dihasilkan antara lain: bahan pelatihan untuk guru,
materi belajar, media, soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran.
1. Motif Penelitian Pengembangan
Motif penelitian pengembangan yang dikemukankan Akker (1999)
antara lain :
1.

Motif dasarnya bahwa penelitian kebanyakan dilakukan bersifat


tradisional, seperti eksperimen, survey, analisis korelasi yang fokusnya pada
analsis deskriptif yang tidak memberikan hasil yang berguna untuk desain dan
pengembangan dalam pendidikan.

2.

Keadaan yang sangat kompleks dari banyaknya perubahan kebijakan di


dalam dunia pendidikan, sehingga diperlukan pendekatan penelitian yang lebih
evolusioner (interaktif dan siklis).

3.

Penelitian bidang pendidikan secara umum kebanyakan mengarah pada


reputasi yang ragu-ragu dikarenakan relevasi ketiadaan bukti.

2.Tujuan Penelitian Pengembangan


Menurut Akker (1999) tujuan penelitian pengembangan dibedakan
berdasarkan pengembangan pada bagian kurikulum, teknologi dan media,
pelajaran dan instuksi, dan pendidikan guru didaktis.
1. Pada bagian kurikulum
Tujuannya adalah menginformasikan proses pengambilan keputusan sepanjang
pengembangan suatu produk/program untuk meningkatkan suatu program/produk

10

menjadi berkembang dan kemampuan pengembang untuk menciptakan berbagai


hal dari jenis ini pada situasi ke depan.
2. Pada bagian teknologi dan media
Tujuannya

adalah

untuk

menigkatkan

proses

rancangan

instruksional,

pengembangan, dan evaluasi yang didasarkan pada situasi pemecahan masalah


spesifik yang lain atau prosedur pemeriksaan yang digeneralisasi.
3. Pada bagian pelajaran dan instruksi
Tujuannya adalah untuk pengembangan dalam dalam perancangan lingkungan
pembelajaran,

perumusan

kurikulum,

dan

penaksiran

keberhasilan

dari

pengamatan dan pembelajaran, serta secara serempak mengusahakan untuk


berperan untuk pemahaman fundamental ilmiah.
4. Pada bagian pendidikan guru dan didaktis
Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi pembelajaran keprofesionalan
para guru dan atau menyempurnakan perubahan dalam suatu pengaturan spesifik
bidang pendidikan. Pada bagian didaktis, tujuannya untuk menjadikan penelitian
pengembangan sebagai suatu hal interaktif, proses yang melingkar pada penelitian
dan

pengembangan

dimana

gagasan

teoritis

dari

perancang

memberi

pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yang ditentukan, mendorong


secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan produk, proses
pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional.
3. Proses Penelitian Pengembangan
Menurut Akker (1999), ada 4 tahap dalam penelitian pengembangan yaitu :
1. Pemeriksaan pendahuluan (preliminary inverstigation).
Pemeriksaan pendahuluan yang sistematis dan intensif dari permasalahan
mencakup:

tinjauan ulang literatur,

konsultasi tenaga ahli,

analisa tentang ketersediaan contoh untuk tujuan yang terkait, dan

studi kasus dari praktek yang umum untuk merincikan kebutuhan.

11

2. Penyesuaian teoritis (theoretical embedding)


Usaha yang lebih sistematis dibuat untuk menerapkan dasar pengetahuan dalam
mengutarakan dasar pemikiran yang teoritis untuk pilihan rancangan.
3. Uji empiris (empirical testing)
Bukti empiris yang jelas menunjukkan tentang kepraktisan dan efektivitas dari
intervensi.
4. Proses dan hasil dokumentasi, analisa dan refleksi (documentation,analysis,
and reflection on process and outcome).
Implementasi dan hasilnya untuk berperan pada spesifikasi dan perluasan
metodologi rancangan dan pengembangan penelitian.
4.Metode Penelitian Pengembangan
Metode penelitian pengembangan tidaklah berbeda jauh dari penelitian
pendekatan penelitian lainya. Namun, pada penelitian pengembangan difokuskan
pada 2 tahap yaitu tahap preliminary dan tahap formative evaluation(Tessmer,
1993) yang meliputi self evaluation, prototyping (expert reviews dan one-to-one,
dan small group), serta field test. Adapun alur desain formative evaluation sebagai
berikut :

Gambar Alur Desain formative evaluation (Tessmer, 1993)

12

1. Tahap Preliminary
Pada tahap ini, peneliti akan menentukan tempat dan subjek penelitian seperti
dengan cara menghubungi kepala sekolah dan guru mata pelajaran disekolah yang
akan menjadi lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti akan mengadakan persiapanpersiapan lainnya, seperti mengatur jadwal penelitian dan prosedur kerja sama
dengan guru kelas yang dijadikan tempat penelitian.
2. Tahap Formative Evaluation
1) Self Evaluation

Analisis
Tahap ini merupakan langkah awal penelitian pengembangan. Peneliti dalam hal
inin akan melakukan analisis siswa, analisis kurikulum, dan analisis perangkat
atau bahan yang akan dikembangkan.

Desain
Pada tahap ini peneliti akan mendesain perangkat yang akan dikembangkan yang
meliputi pendesainan kisi-kisi, tujuan, dan metode yang akan di kembangkan.
Kemudian hasil desain yang telah diperoleh dapat di validasi teknik validasi yang
telah ada seperti dengan teknik triangulasi data yakni desain tersebut divalidasi
oleh pakar (expert) dan teman sejawat. Hasil pendesainan ini disebut sebagai
prototipe pertama.
2) Prototyping
Hasil pendesainan pada prototipe pertama yang dikembangkan atas dasar self
evaluation diberikan pada pakar (expert review) dan siswa (one-to-one) secara
paralel. Dari hasil keduanya dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada prototipe
pertama dinamakan dengan prototipe kedua.

Expert Review
Pada tahap expert review, produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan
dievaluasi oleh pakar. Pakar-pakar tadi menelaah konten, konstruk, dan bahasa
dari masing-masing prototipe. Saransaran para pakar digunakan untuk merevisi
perangkat yang dikembangkan. Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari para
pakar (validator) tentang desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi

13

sebagai bahan merevisi dan menyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau
tidak.

One-to-one
Pada tahap one-to-one, peneliti mengujicobakan desain yang telah dikembangkan
kepada siswa/guru yang menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan
untuk merevisi desain yang telah dibuat.

Small group
Hasil revisi dari expert dan kesulitan yang dialami pada saat uji coba pada
prototipe pertama dijadikan dasar untuk merevisi prototipe tersebut dan
dinamakan prototipe kedua kemudian hasilnya diujicobakan pada small group.
Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk revisi sebelum diujicobakan pada
tahap field test. Hasil revisi soal berdasarkan saran/komentar siswa pada small
group dan hasil analisis butir soal ini dinamakan prototipe ketiga.

3) Field Test
Saran-saran serta hasil ujicoba pada prototipe kedua dijadikan dasar untuk
merevisi desain prototipe kedua. Hasil revisi diujicobakan ke subjek penelitian
dalam hal ini sebagai uji lapangan atau field test.
Produk yang telah diujicobakan pada uji lapangan haruslah produk yang
telah memenuhi kriteria kualitas. Akker (1999) mengemukakan bahwa tiga
kriteria kualitas adalah: validitas, kepraktisan, dan efektivitas (memiliki efek
potensial).

14

Daftar Pustaka
Asikin dan Cahyono. 2004. Penelitian Pengembangan dalam Bidang Pendidikan.
Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Noname.http://pou-pout.blogspot.com/2011/11/model-penelitian-pengembanganborg-gall.html diakses pada tanggal 22 april 2012
Noname.http://navelmangelep.wordpress.com/2012/04/01/penelitianpengembangan-development-research/ diakses pada tanggal 30 April
2012
Noname.http://www.ziddu.com/download/11996868/MetodePenelitiandanPengem
bangan.docx.html diakses pada tanggal 30 April 2012
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta,
Bandung, 2011
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta : Depdiknas
Dirjendikti.
Zulkardi. 2002. CASCADE. Dissertation - Developing a learning environment on
realistic mathematics education for Indonesian student teachers.
http://projects.gw.utwente.nl/cascade/imei/dissertation/disertasi.html di
akses pada 19 April 2012.
Zulkardi.2008. Zulkardis Weblog. http://zulkardi.wordpress.com/ diakses pada 20
April 2012.

15

16

Anda mungkin juga menyukai