Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung pada anak meliputi penyakit jantung bawaan (PJB) dan
penyakit jantung didapat. Sebagian besar penyakit jantung pada anak merupakan
penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan susunan
jantung dan pembuluh darah besar yang mungkin sudah terdapat sejak lahir. PJB
merupakan kelainan yang disebabkan oleh gangguan perkembangan sistem
kardiovaskuler pada masa embrio.(1)
Pada sebagian besar kasus PJB penyebabnya tidak diketahui, lebih dari 90
% kasus PJB penyebabnya adalah multifaktorial. Faktor yang berpengaruh adalah
faktor lingkungan dan hereditasi. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
PJB terutama terdapat selama dua bulan pertama kehamilan ialah rubela pada ibu
dan penyakit virus lain, talidomid dan mungkin obat-obat lain, radiasi, ibu
perokok, ibu dengan diabetes melitus, minum jamu dan pil KB.(1)
PJB diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu PJB sianotik dan PJB
asianotik. Defek Septum Ventrikel (DSV) termasuk salah satu dari PJB asianotik
dan merupakan kelainan jantung bawaan terbanyak yaitu sebesar 54 %. DSV
sering ditemukan sebagai defek tersendiri (isolated) namun tidak jarang
merupakan bagian PJB komplek seperti tetralogi fallot, transposisi arteri besar
atau PJB komplek lainnya. Pada DSV, dinding pemisah antara kedua ventrikel
tidak tertutup sempurna, sehingga darah dari ventrikel kiri langsung mengalir ke
ventrikel kanan dan sebaliknya.(1,2)
Gambaran klinis bayi atau anak dengan DSV sangat bervariasi, tergantung
dari ukuran defek dan tahanan vaskular paru. Gejala klinis dapat asimptomatis
sampai dengan gejala gagal jantung kongestif dan gagal tumbuh pada DSV besar.
Defek lebih dari lima milimeter merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
gejala.(1)
Gangguan pertumbuhan pada anak dengan PJB disebabkan oleh faktor
gagal jantung maupun malnutrisi. Secara garis besar gangguan pertumbuhan pada

penderita PJB disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari berbagai faktor,
antara lain : ganguan hemodinamik, hipoksemia, retardasi pertumbuhan intra
uterin, masukan nutrien yang tidak mencukupi, hipermetabolisme, sindroma atau
kelainan

ekstrakardial

yang

menyertai,

dan

menurunnya

faktor-faktor

pertumbuhan.(2)
Pada penderita PJB yang disertai peningkatan aliran darah ke paru yang
bermakna seringkali menderita infeksi saluran nafas maupun pneumonial
berulang, baik oleh karena virus, bakteri, maupun organisme lain. Hal ini
disebabkan antara lain karena traktus respiratorius menjadi lebih basah sehingga
fungsi toilet bronkial menjadi terganggu.(3)
Penatalaksanaan DSV meliputi tatalaksana medis dan bedah, dan
bergantung pada besar kecilnya defek.
B. TUJUAN
Pada laporan kasus ini disajikan suatu kasus seorang anak dengan penyakit
jantung bawaan asianotik defek septum ventrikel dengan gizi buruk dan infeksi
saluran kemih yang dirawat di bangsal CILI (infeksi) IRNA RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Penyajian kasus ini bertujuan untuk mempelajari tentang cara
mendiagnosis, mengelola dan mengetahui prognosis penderita DSV, dengan gizi
buruk dan infeksi saluran kemih.
C. MANFAAT
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
kedokteran untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan dan
mengetahui prognosis penderita DSVdengan gizi buruk dan infeksi saluran kemih.

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1

IDENTITAS PENDERITA
Nama Penderita

: An. FH

Umur / tgl. Lahir

: 4 Bulan / 21 April 2015

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pendidikan

:-

Alamat

: Karangasem RT 3 RW 4 kelurahan Karangasem utara Batang


Jawa Tengah

Nama Ayah

: Tn. H

Umur

: 34 tahun

Pendidikan

: D1

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Karangasem RT 3 RW 4 kelurahan Karangasem utara Batang


Jawa Tengah

Nama Ibu

: Ny. W

Umur

: 28 tahun

Pendidikan

: Lulus SMA

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Karangasem RT 3 RW 4 kelurahan Karangasem utara Batang


Jawa Tengah

M.R.S

: 24 Agustus 2015

Tanggal keluar

: 14 September 2015

No.CM

: C5483888

2.2

DATA DASAR
1.

ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu dan ayah pasien di bangsal anak C1L1 pada tanggal 10

September 2015 pukul 14.00 WIB


a. Keluhan Utama
Demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
5 Hari yang lalu anak demam, demam naik turun, Namun demam tidak turun
sampai normal, kejang (-), batuk (-), pilek (-), tidak ada disertai keluarnya cairan dari
telinga, nyeri tekan belakang telinga (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), bintik merah
pada kulit seperti digigit nyamuk (-), muntah darah (-), mencret (-), BAB hitam (-),
mual (-), muntah (-), rewel saat buang air kecil (+), Buang air kecil berwarna merah (-).
2 Minggu yang lalu anak dirawat di PICU RSDK karena sesak nafas, anak
rujukkan dari RSUD Pekalongan dengan diagnosa gagal nafas, bronchopneumonia, dan
PJB Asianotik. Anak dirawat selama 7 hari di PICU kemudian dipindah ke HCU dan
dirawat selama 7 hari. Setelah terdapat perbaikkan pada kondisi anak, anak dipindah ke
bangsal anak C1L1 di bagian respirologi.
Saat ini anak dirawat di C1L1 dengan kondisi demam (+), sesak (-), tidak
mendapat terapi oksigen, anak bisa minum ASI melalui selang NGT. Sejak dirawat di
RSDK anak mendapat asupan nutrisi berupa susu pregestimil 10 x 40 cc dan asi peras 5
ml tiap 4 jam. Riwayat menetek terputus-putus (+), biru-biru disekitar mulut atau ujung
jari tangan dan kaki (-), berkeringat banyak di dahi saat menetek (+) Riwayat berat
badan sulit naik (+), tiap bulan anak ditimbang di puskesmas dan dilakukan imunisasi
sesuai usia.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit

Umur

Penyakit

Umur

Morbili

(-)

Diare

(+) usia 16 hari

Pertusis

(-)

Disentri basiler

(-)

Varisela

(-)

Disentri amuba

(-)

Difteri

(-)

Demam tifoid

(-)

Malaria

(-)

Cacingan

(-)

Tetanus

(-)

Trauma

(-)

Pneumonia

(-)

Tuberkulosis

(-)

Bronkitis

(-)

Alergi

(-)

Hepatitis

(-)

Kejang

(-)

DBD

(-)

Operasi

(-)

d. Riwayat Keluarga
- Tidak ada keluarga yang menderita sakit jantung bawaan

Gambar 1. Pohon keluarga


e. Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah bekerja sebagai karyawan swasta. Ibu pasien juga bekerja sebagai pekerja
swasta. Menanggung 2 orang anak yang belum mandiri, pendapatan per bulan Rp
2.500.000,- . Biaya pengobatan ditanggung JKN non PBI kelas 3.
Kesan : sosial ekonomi kurang.
2.3

DATA KHUSUS
a. Riwayat Perinatal
Prenatal : Periksa kehamilan di bidan, ANC > 4x, perdarahan selama kehamilan
(-), trauma (-). penyakit selama kehamilan: hipertensi (-), kencing manis (-),
preeklamsia/ eklamsia (-), kejang (-), demam (-). Mengkonsumsi vitamin dan tablet
Fe rutin, mengkonsumsi jamu dan obat diluar resep dokter disangkal.
5

Natal : lahir bayi perempuan dari ibu G2P1A0, hamil 9 bulan, persalinan normal
ditolong bidan. Langsung menangis, kebiruan pada mulut (-), kebiruan pada ujung
jari (-), kuning (-). BBL 3300 gram, PBL 49 cm.
Postnatal: riwayat biru-biru saat menangis (-), riwayat menetek terputus-terputus
(+), banyak berkeringat di dahi saat menetek (+), anak sering batuk pilek berulang,
anak kemudian diperiksakan ke dokter spesialis anak di batang dan dinyatakan
menderita penyakit jantung bawaan, pada usia 15 hari.
Tabel 1. Riwayat Kelahiran
No.
Kehamilan dan Persalinan
1 Lahir anak laki dari ibu G1P0A0, hamil aterm,
spontan di bidan, langsung menangis, biru-biru
(-), kuning (-), berat badan lahir 3400 gram,
panjang badan lahir lupa.
2 Lahir anak perempuan dari ibu G2P1A0, hamil 9
bulan, lahir spontan ditolong bidan, langsung
menangis, biru-biru (-), kuning (-), berat badan
lahir 3300 gram, panjang badan saat lahir 49 cm.

Usia sekarang
6 tahun

4 Bulan

b. Riwayat Makan dan Minum


Sejak lahir anak minum ASI, ASI diperas dan ditampung dengan botol susu. Hal ini
dikarenakan anak sesak saat minum ASI dengan cara menetek langsung pada
ibunya. Minum ASI sehari 6-8x tiap minum 5 ml.
Kesan : ASI eksklusif, kualitas dan kuantitas kurang.
c. Riwayat Imunisasi
Berapa kali

Umur

1. BCG
2. DPT
1x
2 bulan
3. Polio
1x
2 bulan
4. Hepatitis B
1x
2 bulan
5. Campak
Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap sesuai usianya
d. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
6

Pertumbuhan :
Longitudinal
BB lahir

: 3300 gram

BB bulan lalu
BB sekarang
PB lahir
TB sekarang
LILA
LK
Arah garis pertumbuhan
Pola garis pertumbuhan

: 4000 gram
: 3900 gram
: 49 cm
: 61 cm
: 9,5 cm
: 36,5 cm
: T3
: Loss of growth

Cross Sectional
WAZ : -4,28 SD
HAZ : -1,10 SD
WHZ : -4,98 SD
Kesan : gizi buruk, perawakan normal, BB sangat kurus

Perkembangan :
Senyum

: 1 bulan

Tengkurap

: 3 bulan

Miring

: 2 bulan

Duduk

: belum bisa

Kesan : perkembangan sesuai usia


e. Riwayat Keluarga Berencana Orangtua
Saat ini ibu pasien menggunakan pil KB
2.4

PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 10 September 2015, pukul 14.30 di Bangsal anak C1L1 RSUP Dr.Kariadi
Semarang.
Kesan Umum : sadar, kurang aktif, tampak kurus, sesak (-), sianosis (-)
Tanda Vital
HR

: 128 x/menit

Suhu : 37oC (axiller)

RR

: 28 x/menit

Nadi

SpO2

98%

98%

98%

98%

: reguler, isi dan tegangan cukup

Keadaan Tubuh
Anemi

: conjungtiva palpebra pucat (-)

Sianotik

: (-)

Ikterik

: (-)

Turgor

: turgor kulit kembali cepat

Tonus

: normotonus

Rambut

: rambut hitam, tidak mudah rontok

Kulit

: petekhie (-) muscle wasting (+)

Serebral

: kejang (-)

Dispneu

: (-)

Kepala
Lingkar kepala : 37,5 cm, mikrosefal
Ubun-ubun besar: Belum menutup
Mata

: konjungtiva palpebra anemis(-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga

: discharge (-/-), nyeri tekan (-/-)

Hidung

: discharge (-/-), epistaksis (-/-)

Mulut

: bibir dan mukosa : pucat (-), kering (-), perdarahan gusi (-/-)

Lidah

: deviasi (-), hiperemis (-), lidah kotor (-), tremor (-)

Gigi geligi

: gigi belum tumbuh

Tenggorok

: T1-T1, hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Leher

: pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk (-)

Axilla

: pembesaran kelenjar limfe (-)

Thorax
Paru :

: Simetris statis dan dinamis, retraksi (-), iga gambang (+)

Pa : Stem fremitus kanan=kiri


Pe : Sonor di seluruh lapangan paru
A :

anterior
Suara dasar

: vesikular

posterior

+/+

+/+

-/-

-/-

ronki

-/-

-/-

wheezing

-/-

-/-

Suara tambahan : hantaran

Vesikuler

Vesikuler

Paru depan
Jantung :

Vesikuler

Paru belakang

: Ictus cordis tidak terlihat

Pa : Ictus cordis teraba di SIC IV 2 cm lateral linea medioclavicularis


sinistra, tidak melebar, tidak kuat angkat
Pe : Batas kiri

: Sulit dinilai

Batas atas

: Sulit dinilai

Batas kanan : Sulit dinilai


A : BJ I-II normal, bising (+) pansistolik grade III/6 punctum maksimum
pada Linea parasternal sinistra SIC IV dijalarkan ke precordial, gallop (-),
thrill (-)
Abdomen : I

: datar, supel,venektasi (-)

A : bising usus (+) normal


Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, nyeri tekan (-), hati dan lien tidak teraba
Kelenjar getah bening : pembesaran kelenjar (-)
Alat kelamin

: Perempuan, Ostium Urethra Eksternum hiperemis (+)

Anggota gerak

Atas

Bawah

Pucat

-/-

-/-

Sianotik

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Edema (pitting)

-/-

-/-

Muscle wasting

+/+

Baggy pants

+/+

Capillary refill

<2

<2

Tonus

normotonus

normotonus

Refleks Fisiologis

+N/+N

+N/+N

Refleks Patologis

-/-

-/-

2.5

PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI (TANGGAL 10 September 2015)


Perempuan, 4 Bulan, BB sekarang : 3900 gram, TB: 61 cm
WAZ = -4,28 SD

Gambar 2. Kurva Berat Badan Menurut Usia


Kesan : Berat badan sangat kurus
HAZ= -1,10 SD

Gambar 3. Kurva Tinggi Badan Menurut Usia


Kesan : perawakan normal
WHZ = -4,98 SD

10

Gambar 4. Kurva indeks massa tubuh menurut usia

Head circumference for age: -2,88

Gambar 5. Kurva indeks lingkar kepala menurut usia


Kesan : Gizi Buruk, perawakan normal, berat badan sangat kurus, mikrosefal.

11

2.6

KECUKUPAN NUTRISI 24 JAM


Anak usia 4 bulan, BB: 3,9 kg BB ideal : 6 kg
Kalori : 110Kal/kgBB

Protein : 2,2gr/kgbb

Tabel 3. Kebutuhan nutrisi 24 jam

2.7

Kebutuhan
24 jam
Inf D10%(240/10/10)
Tanggal
8x60cc pregestimil
Pemeriksaan
Jumlah
Hb (g/dl)
% AKG
Ht (%)
Er (106/uL)
Leu(103/uL)
Tr(103/uL)
MCH (pg)
MCV (fL)
MCHC (g/dl)
GDS
Ureum
Creatinin
Na
K
Cl

Cairan (cc)
Kalori (kkal)
Protein (gr)
390cc
429kal
8,58gr
240
81,6
Nilai
normal
5/9/2015
480
316,8
9,12
(11:00)
720
398,4
9,12
184%10 15
92,8%12,2 g/dl 106,2%
36 - 44
36,4 %
3 - 5,4
4,45
5 - 13,5
7,18
150-400
122
23-31
77-101
29-36

27,4
81,8
33,5
114 mg/dl
- mg/dl
- mg/dl
135 mmol/l
4,8 mmol/l
102 mmol/l

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 4. Hasil Laboratorium

12

X Foto Thorax AP tanggal 24 Agustus 2015


Cor

: Cardiomegali CTR 72%

Pulmo

: Corakan bronkhovaskuler meningkat

Kesan

: Cardiomegali

Ekhokardiografi tanggal 3 Juli 2015


Kesan: Defek Septum Ventrikel Sub Arterial besar diameter 7 mm Left to Right Shunt
Hipertensi pulmonal
2.7 DAFTAR MASALAH
Tabel 5. Daftar Masalah
No.
1.

Masalah Aktif
PJB Asianotik DSV

Tgl
10/09/15

2.

Demam 5 hari 3

10/09/15

3.

Infeksi saluran kemih

10/09/15

4.

Loss of growth 5

10/09/15

5.

Gizi buruk, berat badan sangat 10/09/15


kurus,

perawakkan

No. Masalah Inaktif


Tgl
1.
Sosial ekonomi 10/9/201
kurang

normal, 10/09/15

mikrosefal

2.8 DIAGNOSIS KERJA


1. DE : PJB Asianotik
DA : DSV diameter 7mm, right to the left shunt, hipertensi pulmonal
DF : Gagal Jantung Ross III
13

2. Demam 5 hari
Diagnosa banding/

-ISK
-Demam dengue

3. Gizi buruk, berat badan sangat kurus, perawakkan normal, mikrosefal


2.9 INITIAL PLANS
1. PJB Asianotik
Assesment

: DE : PJB Asianotik
DA : DSV diameter 7mm, right to the left shunt, hipertensi pulmonal
DF : Gagal Jantung Ross III

Initial Plan
Dx

S :O : Echocardiografi evaluasi 3 bulan

Rx

: Infus D 10% 240/10/10 tetes mikro


Peroral : Captopril 10 mg/12 jam
Furosemid 2mg/12 jam
Digoxin 0,04mg/12 jam

Mx

: KU, TV, pengawasan tanda-tanda gagal jantung

Ex

: - Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit, terapi, dan perawatan


penderita bahwa PJB yang diderita anak merupakan penyakit jantung
bawaan sejak lahir dengan lubang yang cukup besar diantara ruang jantung
sehingga dapat mengganggu fungsi jantung, menimbulkan sesak nafas,
anak terbatas aktivitasnya kelak,
-

Menjelaskan kepada keluarga penderita bahwa anak memerlukan


pengobatan yang teratur untuk mengurangi gejala dan menjaga kualitas
hidup anak Kontrol ke poli kardiologi anak secara teratur

Menjelaskan kepada keluarga penderita bahwa Penyakit Jantung Bawaan


ini dapat membuat anak lebih mudah batuk pilek, jadi sebisa mungkin
menjauhi sumber penularan dan segera berobat jika sakit.

Menjelaskan kepada keluarga penderita bahwa Penyakit jantung bawaan


dan penyakit penyerta pada anak dapat membuat pertumbuhan anak
14

terganggu sehingga perlu pemberian dan pemantauan gizi yang tepat, ASI
eksklusif, MP ASI yang tepat.
-

Menjelaskan

kepada

keluarga

penderita

bahwa

keluarga

perlu

mempersiapkan diri (dana dan mental) serta mempersiapkan agar kondisi


anak cukup baik untuk menjalani operasi bedah jantung.
2. Demam 5 hari
IP Dx S

:-

:
a. Pemeriksaan darah rutin, hitung jenis, Gambaran darah tepi
b. pemeriksaan urine rutin
c. Pemeriksaan kultur urin
d. test sensitivitas kuman terhadap antibiotik

IP Tx

: Injeksi Ampicillin 100 mg tiap 6 jam


Paracetamol 50mg tiap 6 jam

IP Mx

: -Keadaan umum dan tanda vital


-Tanda-tanda infeksi seperti kenaikan heart rate, respiration rate, dan
peningkatan suhu tubuh.

IP Ex

- Menjelaskan kepada orang tua bahwa demam pada anaknya disebabkan


karena klinis infeksi saluran kencing
-

Menjelaskan kepada orangtua agar menjaga kebersihan daerah alat kelamin


anak terutama setelah buang air dengan mencuci daerah kelamin dengan
sabun dan air bersih.

3. Gizi buruk, berat badan sangat kurus, perawakan normal, mikrosefal


IP Dx : S : O:IP Rx : Susu pregestimil 60 ml tiap 4 jam
IP Mx : status antropometri (timbang BB tiap hari, ukur TB tiap hari)
IP Ex :

-menjelaskan kepada orang tua bahwa kondisi gizi anak buruk dan
perlu dilakukan penambahan asupan nutrisi yang mencukupi.
-Pemberian ASI semau anak kemudian baru ditambah dengan susu
formula (Program penambahan nutrisi dari rumah sakit)
15

10

PERJALANAN PENYAKIT

Tanggal

Keadaan Klinis

Program/ Terapi/Tindakan

11 - 09 2015 Keluhan utama : demam (-), Muntah (-)


pukul 13.00
KU : sadar, kurang aktif
TV : HR : 128 x/mnt
N : reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 38 x/mnt
t : 36,7 0 C (axiller)
Kepala : mikrosefal, UUB datar, belum menutup
Mata : Unsplenting eyes (-), Cekung (-)
Telinga : discharge (-)
Hidung : napas cuping (-), discharge (-)
Mulut : sianosis (-), bibir kering (-)
Leher : simetris, pembesaran nnll (-)
Dada : simetris, retraksi (-)
Paru : suara dasar vesikuler
Suara tambahan : hantaran (-/-)
Ronki basah halus (-/-)
Wheezing (-/-)
jantung
I
: Ictus cordis tidak terlihat
Pa

Infus D10% 240/10/10


Injeksi Ampicillin 100 mg/6jam
Per oral:
Furosemide 2 mg/12 jam
Digoxin 0,04 mg/12 jam
Captopril 10 mg/12 jam
Paracetamol 50mg/6 jam
Diet: Pregestimil=8x60ml

: Ictus cordis teraba di SIC

IV 2 cm lateral linea medioclavicularis


sinistra,

tidak

melebar, tidak kuat angkat


Pe

: Batas kiri

: Sulit dinilai

Batas atas

Sulit dinilai
Batas kanan

: Sulit

dinilai
A

: BJ I-II normal, bising (+)


pansistolik
punctum

grade

III/

maksimum

6
di

Linea parasternal kiri SIC


IV dijalarkan ke precordial,

16

Tanggal

Keadaan Klinis

Program/ Terapi/Tindakan

gallop (-), thrill (-)


Abdomen :

: datar, supel,venektasi

: bising usus (+) normal

(-)
Pe : timpani, pekak sisi (+)
normal, pekak alih (-)
Pa : supel, nyeri tekan (-),
hati dan lien tidak teraba

Alat kelamin : , OUE hiperemis (-)


Extremitas :Superior Inferior
Edema
-/-/Akral dingin - / -/Sianosis
-/-/Ikterik
-/-/Muscle wasting
+/+
Bagy pants
+/+
Capillary refil < 2 detik

Reflek fisiologis
(+)N/(+)N
Reflek patologis (-)/(-)

(+)N/(+)N
(-)/(-)

Assessment : VSD
ISKperbaikkan
Gizi buruk
12 - 09 2015 Keluhan utama: demam (-)
pukul 13.00
KU : sadar, kurang aktif

Terapi tetap
Program : - Pengawasan KU, TV

TV: HR : 120x/mnt
N : reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 32 x/mnt
T : 37,00 C
PF lain tetap
Assesment : VSD
ISKperbaikkan
Gizi buruk
13 - 09 2015 Keluhan utama: demam (-)
Pukul 14.00
KU : sadar, kurang aktif

Terapi tetap
Program : - Pengawasan KU, TV

TV: HR : 135x/mnt
N : reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 32 x/mnt
T : 36,30 C
PF lain tetap
Assesment : VSD
ISKperbaikkan
Gizi buruk

17

Tanggal
14 09
2015
pukul 07.00

Keadaan Klinis
Keluhan utama : Demam (-)
KU : sadar, kurang aktif
TV : HR : 130 x/mnt
N : reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 32 x/mnt
t : 37,0 0 C (axiller)
PF lain tetap

Program/ Terapi/Tindakan
Pasien dipulangkan
Obat yang dibawa pulang:
Per oral:
Furosemide 2 mg/12 jam
Digoxin 0,04 mg/12 jam
Captopril 10 mg/12 jam
Paracetamol 50mg/6 jam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

I.PENYAKIT JANTUNG BAWAAN


A. KLASIFIKASI DSV
Defek Septum Ventrikel (DSV) merupakan kelainan jantung dimana terdapat defek
pada septum intraventrikuler, dan merupakan kelainan jantung yang paling banyak ditemukan
yakni sekitar 20 % dari seluruh penyakit jantung bawaan.(1,2)
Adanya defek pada dinding pemisah kedua ventrikel tersebut mengakibatkan darah dari
ventrikel kiri langsung mengalir ke ventrikel kanan dan sebaliknya. Besarnya defek bervariasi
dari diameter beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter.1
Klasifikasi DSV menurut Soto dkk adalah sebagai berikut :
1. DSV perimembran : outlet, inlet, trabekular, dan konfluens
2. DSV muskuler : inlet, outlet dan trabekular.
3. DSV subarterial (dobly committed subarterial) atau tipe oriental.
Berdasarkan fisiologinya, DSV dapat diklasifikasikan menjadi :
1. DSV defek kecil dengan resistensi vaskuler paru normal.
2. DSV defek sedang dengan resistensi vaskuler paru bervariasi.
3. DSV besar dengan peningkatan resistensi vaskuler paru ringan sampai sedang.
4. DSV besar dengan resistensi vaskuler paru tinggi.

18

B. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik pada DSV bergantung pada besarnya pirau kiri ke kanan. Makin
besar pirau, makin kurang darah yang melalui katup aorta dan makin banyak volume darah
jaringan intratorakal.3 Berkurangnya darah pada sistem sirkulasi menyebabkan pertumbuhan
badan terhambat. Volume darah intratorakal yang selalu bertambah menyebabkan infeksi
saluran nafas intratorakal yang selalu bertambah menyebabkan infeksi saluran nafas yang
bertambah.(3,4)
1. DSV kecil
Diameter defek kecil yaitu 1 5 mm, biasanya asimptomatik. Jantung normal dan
tidak ada gangguan tumbuh kembang walaupun terdapat kecenderungan timbulnya
infeksi saluran nafas. Pada palpasi didapat impuls ventrikel kiri. Jelas pada apeks kordis
biasanya teraba getaran bising pada sela iga III dan IV kiri. 3 Pada auskultasi bunyi
jantung biasanya normal, dapat ditemukan bising sistolik dini pendek yang biasanya
didahului early systolyc dick. Ditemukan pula bising pansistolik yang biasanya keras
disertai getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III dan IV garis parasternal
kiri dan menjalar ke sepanjang sternum kiri, bahkan ke seluruh perikordium.4
2. DSV Sedang
Diameter defek 5 10 mm. Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat
minum atau memerlukan waktu lebih lama atau tidak mampu menyelesaikan makan dan
minum, kenaikan berat badan tidak memuaskan, dan sering menderita infeksi paru yang
lama sembuhnya.1,2 Infeksi paru ini dapat mendahului terjadinya gagal jantung yang
mungkin terjadi pada umur tiga bulan. Bayi tampak kurus dengan dispnu, takipnu serta
retraksi. Bentuk dada biasanya masih normal. Pada auskultasi terdengar bunyi getaran
bising dengan pungtum maksimum di sela iga III dan IV garis parasternal kiri yang
menjalar ke seluruh prekordium.2
3. DSV Besar
Diameter defek lebih dari pada setengah osteum aorta. Gejala dapat timbul pada
masa neonatus. Pada minggu I sampai III dapat terjadi pirau kiri ke kanan yang bermakna
dan sering menimbulkan dispnu.(3,4,5) Gagal jantung biasanya timbul setelah minggu
keempat, sering didahului infeksi saluran nafas bawah. Bayi sesak nafas saat istirahat,
kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan.5
Gangguan pertumbuhan sangat nyata. Biasanya bunyi jantung masih normal, dapat
didengar bising pansistolik, dengan atau tanpa getaran bising, melemah pada akhir
19

sistolik karena terjadi tekanan sistolik yang sama besar pada kedua ventrikel. Bising mid
diastolik di daerah mitral mungkin terdengar akibat flow murmur pada fase pengisian
cepat.
Anak gagal tumbuh, sianotik, dengan jari-jari tabuh (clubbing fingers). Dada kiri
menonjol dengan peningkatan aktivitas ventrikel kanan yang hebat. Bunyi jantung I
normal, bunyi jantung II mengeras dengan split yang sempit. Bising yang sebelumnya
jelas menjadi berkurang intensitasnya, kontur bising yang semula pansistolik berubah
menjadi ejeksi sistolik. Tak jarang bising menghilang sama sekali. Hati menjadi teraba
besar akibat bendungan sistemik, namun edema jarang ditemukan.4
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Pemeriksaan foto thorax pada DSV kecil memperlihatkan bentuk ukuran jantung
normal dengan vaskularisasi paru normal atau hanya sedikit meningkat pada DSV sedang
akan menunjukkan kardiomegali sedang dengan konus pulmonalis menonjol, peningkatan
vaskularisasi paru serta pembesaran pembuluh darah sekitar hilus.1,2 Pada defek yang
besar menunjukkan kardiomegali yang nyata dengan konus pulmonalis menonjol,
pembuluh darah hilus melebar dengan vaskularisasi paru meningkat. Pada defek besar
yang disertai hipertensi pulmonal atau sindrom Eisenmenger akan tampak konus
pulmonal yang sangat menonjol dengan vaskularisasi paru hilus yang meningkat namun
berkurang di daerah perifer (pruning).3
2. Elektrokardiografi
Gambaran EKG pada anak dengan DSV dapat menggambarkan besar kecilnya
defek dan gangguan hemodinamik yang terjadi. 2 Pada DSV kecil gambaran EKG
biasanya normal atau menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri ringan. Pada DSV sedang
menunjukkan hipetrofi ventrikel kiri dan bila terdapat peningkatan tekanan arteri
pulmonalis dapat terjadi hipertrofi ventrikel kanan. 2 Pada DSV besar ditemukan hipertrofi
ventrikel kiri dan hampir selalu ditemukan kombinasi dengan hipertrofi ventrikel kanan,
dan deviasi aksis ke kanan.

3. Ekokardiografi

20

Pemeriksaan ini mempunyai peran yang sangat menentukan untuk diagnosis


definitif, karena dapat menentukan letak defek, ukuran defek, dan kelainan yang lain. 1
Dengan dopler dapat menentukan arah pirau serta memperkirakan tekanan arteri
pulmonalis, tekanan sistolik ventrikel kanan serta rasio aliran paru dan sistemik.2,3
D. KRITERIA GAGAL JANTUNG ANAK MENURUT ROSS4
KELAS I
KELAS II

KRITERIA ROSS UNTUK KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG PADA ANAK


ASIMPTOMATIK
TAKIPNEA
RINGAN/DIAFORESIS
SELAMA
MENYUSUI/MAKAN;DYSPNEA SAAT KEGIATAN RINGAN PADA ANAK

KELAS III

YANG LEBIH TUA


TAKIPNEA YANG

BERMAKNA

ATAU

DIAFORESIS

SELAMA

MENYUSUI/MAKAN;WAKTU MENYUSUI YANG LEBIH PANJANG DAN


GAGAL PERTUMBUHAN;DYSPNEA YANG BERMAKNA PADA ANAK
KELAS IV

YANG LEBIH TUA SAAT KEGIATAN RINGAN


GEJALA MUNCUL: TAKIPNEA, GRUNTING, RETRAKSI, DAN DIAFORESIS
SAAT ISTIRAHAT

E. PERTUMBUHAN PADA ANAK DENGAN PJB


Hansen (1984) mengemukakan bahwa pertumbuhan selain dipengaruhi oleh gizi, juga
dipengaruhi oleh peyakit-penyakit akut dan kronis, gangguan genetik, sosial ekonomi dan
lingkungan.
Gangguan pertumbuhan pada anak dengan PJB disebabkan oleh faktor gagal jantung
maupun malnutrisi.5 Penyakit jantung bawaan merupakan salah satu penyebab kardial yang
sering menyebabkan kegagalan proses pertumbuhan.(5,6)
Secara garis besar gangguan pertumbuhan pada penderita PJB dapat disebabkan oleh salah
satu atau kombinasi darai berbagai macam penyebab berikut :
a.

Gangguan hemodinamik (terutama gagal jantung kongestif)

b.

Hipoksemia
Akibat terjadinya hipoxia pada PJB akan berakibat menurunnya nafsu makan, aktivitas
paru-paru meningkat yang diikuti dengan hermoregulasi yang tidak efisien dan naiknya
kebutuhan jaringan.6 Sebagai hasil akhir proses tersebut akan terjadi perubahanperubahan dalam jaringan tubuh dengan berkurangnya sel-sel lemak secara menyeluruh
yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Hipoxia juga dianggap sebagai penyebab terjadinya hambatan pertumbuhan karena
mengakibatkan aktivitas enzim pada miokard berkurang dan mempengaruhi glikolisis.
21

Hipoxia yang kronik mengakibatkan asupan kalori berkurang sehingga mempengaruhi


pembelahan sel.5,6,7
c.

Retardasi pertumbuhan intra uterine.

d.

Masukan nutrien yang tidak mencukupi.


Asupan yang tidak adequat ini disebabkan oleh faktor dispnu, takipnu terutama pada
gagal jantung. Kelelahan yang berhubungan dengan hipoxia dan faktor kesukaran
menghisap. Bayi-bayi ini tidak anoretik, tetapi dalam keadaan kelaparan mereka sering
kali bersemangat makan tetapi sesudah minum 30 60 ml berhenti dulu karena
kelelahan.7
Buruknya asupan nutrisi pada PJB juga akibat adanya infeksi berulang. Infeksi berulang
dapat membahayakan status gizi anak-anak melalui mekanisme :6,7,8
a. Terjadinya pengurangan masukanan makanan dan air akibat anoreksi atau alasan lain
yang menyebabkan pembatasan masukan diet anak.
b. Terjadinya pengurangan absorbsi dan pemanfaatan makanan yang telah masuk tubuh.
c. Bertambahnya jumlah kehilangan nutrien dan air.
d. Terjadinya peningkatan kebutuhan metabolik sehingga terjadi peningkatan kebutuhan
gizi.
e. Terjadinya pengurangan pemasukan makanan atau sama sekali tanpa pemasukan
makanan secara sengaja.
Penderita PJB yang disertai peningkatan aliran darah ke paru yang bermakna seringkali
menderita infeksi saluran nafas maupun pneumonial berulang, baik oleh karena virus,
bakteri, maupun mikroorganisme lain.9 Hal ini disebabkan antara lain karena traktus
respiratorius menjadi lebih basah sehingga fungsi toilet bronkial menjadi terganggu.

e.

Hipermetabolisme
Studi pada anak dengan PJB menyatakan bahwa gangguan pertumbuhan pada anak yang
mengalami penyakit jantung kongestif adalah akibat dari peningkatan Basal Metabolic
Rate (BMR) dan meningkatnya kebutuhan kalori dibandingkan dengan anak normal.

f.

Sindroma atau kelainan ekstrakardial yang menyertai.

g.

Dari pertemuan Barton dkk ditemukan bahwa pada penderita PJB, faktorfaktor pertumbuhan seperti serum IGF-1 (Insuline like growth factor-1) dan IGB BP-3
(Insuline like growth factor binding protein-3) menurun.8,9

22

F. PENGELOLAAN
Pada dasarnya pengelolaan penyakit jantung bawaan ada dua, yaitu tatalaksana medis
dan tatalaksana bedah. Untuk dapat menanggulangi dan mengatasi masalah yang dihadapi
penderita ini, maka dibutuhkan penanganan secara menyeluruh dan komprehensif. Maka dari
itu, perlu pengelolaan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.5
A.Promotif dan Preventif
Kemungkinan terjadinya PJB mungkin dapat dikurangi dengan meniadakan
berbagai faktor pada ibu hamil, seperti pemberian globulin gama dalam 10 hari setelah
infeksi rubela, menghindari rokok dan alkohol, sedapat mungkin tidak makan obat jika
tidak perlu sekali. Pemeriksaan radiologi rutin semasa hamil dilarang.6
B.Kuratif
Kuratif meliputi tatalaksana medis, bedah.
-

Tatalaksana Medis

Pasien dengan defek kecil tidak memerlukan pengobatan apapun kecuali pemberian
profilaksis terhadap terjadinya endkarditis infektif. Jika terdapat infeksi saluran atas,
harus cepat diberi antibiotika. Pembatasan aktivitas fisik tidak diperlukan. Gagal
jantung kongestif diatasi dengan digoksin dan diuretik. Higiene gigi dan mulut perlu
diperhatikan.6,7
-

Tatalaksana Bedah
Pada DSV kecil tidak perlu operasi, karena 15 % penderita mengalami

penutupan secara spontan.2 DSV kecil dengan defek pirau kiri ke kanan lebih besar
daripada 25% QP (Quotineat Pressure) memerlukan koreksi bedah, terutama untuk
menghindari terjadinya hipertensi pulmonal di kemudian hari.8,9
Pada DSV besar tanpa operasi harapan hidup buruk. Pada defek subasterial
walaupun kecil perlu dilakukan operasi untuk mencegah prolap katub aorta.9

C.Rehabilitatif
Untuk memperbaiki gizi, orang tua penderita diberitahukan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas makanan anak sehari-hari di rumah, agar kebutuhan asupan
makanan anak tetap terpenuhi dengan baik.6

23

G. PROGNOSIS
Prognosis pada penderita PJB dipengaruhi oleh besar defek dan pertumbuhan
badannya.9
Anak atau bayi dengan DSV kecil tidak membahayakan dan dapat diharapkan hidup
normal. Sedangkan pada DSV besar, sebagian anak walaupun diberi pengobatan medis
intensif tetap meninggal sebagian lagi berkembang menjadi sindrom Eisenmenger yang pada
umur muda juga akan meninggal. Bila tindakan bedah dilakukan pada waktu yang tepat,
penderita dapat hidup normal.

II.Gizi Buruk
Tingginya angka kurang gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi
perekonomian yang tidak memungkinkan orangtua untuk memberikan makanan bergizi
tinggi kepada anak anaknya, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai
pentingnya asupan gizi memadai selama anak masih dalam proses tumbuh kembang. Dampak
dari kekurangan asupan gizi pada anak adalah terjadinya penurunan daya tahan tubuh pada
anak yang terutama yang disebabkan oleh kekurangan protein. 5 Akibatnya anak akan mudah
terkena infeksi, anak yang kurang gizi akan kesulitan untuk mengikuti aktivitas rekan
sebayanya atau menjadi kurang lincah. Dampak lain menyebabkan kerusakan indra
penglihatan, kurang semangat, keterlambatan pertumbuhan badan.5
Kriteria anak gizi buruk dibagi menjadi 2:7
Gizi buruk tanpa komplikasi:
a.Berat badan atau tinggi badan: < dari -3 SD dan atau
b.Terlihat sangat kurus dan atau
c.Adanya edema dan atau
d.Lingkar lengan atas < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan
Gizi buruk dengan komplikasi:
Gizi buruk dengan tanda-tanda tersebut diatas disertai salah satu atau lebih dari
tanda komplikasi medis berikut:
a.Anorexia
b.Pneumonia berat
c.Anemia berat
d.Dehidrasi berat
24

e.Demam sangat tinggi


f.Penurunan kesadaran

Alur pemeriksaan pada anak gizi buruk:


Pemeriksaan Klinis, BB/PB,
BB/TB, LiLA di Poskesdes/
Pustu/Polindes/Puskesmas

Anak dengan satu atau


lebih tanda berikut :
Terlihat Sangat kurus
Edema pada seluruh
tubuh
BB/PB atau BB/TB
< -3 SD
LiLA < 11,5 cm
(untuk anak usia
6-59 bulan) dan
salah satu atau lebih
dari tanda-tanda
komplikasi medis
berikut:
Anoreksia
Pneumonia berat
Anemia berat
Dehidrasi berat
Demam sangat tinggi
Penurunan kesadaran

Gizi buruk
dengan
komplikasi

Rawat inap di
RS/Puskesmas
perawatan/TFC

Anak dengan satu


atau lebih tanda
berikut :
Terlihat Sangat
kurus
Edema
minimal,
pada kedua
punggung
tangan/kaki
BB/PB atau
BB/TB
< -3 SD
LiLA <11,5 cm
(untuk anak usia
6-59 bulan dan
Nafsu makan
baik
Tanpa
komplikasi
medis

Anak dengan satu


atau lebih tanda
berikut :
Terlihat kurus
BB/PB atau BB/
TB <-3 SD
LiLA <11,5 cm
(untuk anak
usia 6-59 bulan
dan
Nafsu makan
baik
Tanpa
komplikasi
medis

BB/TB < -2 SD
s.d -3 SD)
Bila LiLA antara
11,5-12,5 cm
(untuk anak usia
6-59 bulan)
Tidak ada edema
dan
Nafsu makan
baik
Tanpa
komplikasi
medis

Gizi kurang
Gizi buruk tanpa
komplikasi
Rawat jalan

Gizi buruk tanpa


komplikasi
25

Gambar 5. Alur pemeriksaan gizi buruk7


Tata laksana gizi buruk meliputi:7
a.

Pelayanan

Medis,

keperawatan

dan

konseling

gizi

sesuai

dengan

penyakit

penyerta/penyulit.
b. Pemberian formula dan makanan sesuai dengan fase sebagai berikut:
1) Fase Stabilisasi
Diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80-100 KKal/kgBB/hari dan
protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada anak yang masih mendapatkan ASI.
2) Fase Transisi
Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75 menjadi F-100. Diberikan
makanan formula
100 (F-100) dengan asupan gizi 100-150 KKal/kgBB/ hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari.
3) Fase Rehabilitasi Diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100, dengan
penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg diberikan makanan bayi dan untuk anak
dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak. Asupan gizi 150-220 KKal/kgBB/hari dan
protein 4-6 g/kgBB/hari.
4) Fase Tindak Lanjut (dilakukan di rumah) Setelah anak pulang dari PPG, anak tetap
dikontrol oleh Puskesmas pengirim secara berkala melalui kegiatan Posyandu atau kunjungan
ke Puskesmas. Lengkapi imunisasi yang belum diterima, berikan imunisasi campak sebelum
pulang. Anak tetap melakukan kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu kali/ minggu, bulan II
satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai dengan bulan ke-6. Tumbuh kembang
anak dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas pengirim sampai anak berusia 5 tahun.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10 LANGKAH UTAMA TATALAKSANA GIZI BURUK7


Atasi dan cegah hipoglikemi
Atasi dan cegah hipotermia
Atasi dan cegah dehidrasi
Perbaiki gangguan elektrolit
Obati infeksi
Perbaiki defisiensi nutrient mikro
Makanan stabilisasi dan transisi
Makanan tumbuh kejar
Stimulasi
26

10. Siapkan tindak lanjut

Kriteria sembuh:
Bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria pulang
sebagai berikut:
a) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan
aktif
b) BB/PB atau BB/TB > -3 SD
c) Komplikasi sudah teratasi
d) Ibu telah mendapat konseling gizi
e) Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turut
f) Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan.

III.Infeksi Saluran Kemih


Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau
mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna. 11 Angka kejadian ISK labih banyak
pada wanita. Namun pada masa neonatus ISK lebih banyak pada bayi laki-laki (2,7%) yang
tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi perempuan (0,7%). Infeksi berulang sering terjadi
pada penderita yang rentan, atau terjadi karena adanya kelainan anatomik atau fungsional dari
saluran kemih yang menyebabkan terjadinya stasis urin atau refluks. Kejadian ISK pada
anak-anak biasanya akibat dari suatu kelainan anatomis traktus urinarius.11
ISK pada anak tidak memiliki tanda klinis yang spesifik. Biasanya pada anak muncul
demam tinggi dengan atau tidak disertai kejang, lethargi, irritabilitas, tidak mau makan,
muntah atau ikterik. Pada semua bayi dengan episode demam tanpa diketahui fokus infeksi
yang jelas seperti adanya infeksi pada traktus respiratorius dapat dicurigai sebagai Infeksi
Saluran Kemih.11 Faktor resiko terjadinya ISK pada kelompok usia 2-36 bulan adalah: belum
atau tidak sirkumsisi, < 6 bulan, wanita: < 6 tahun, ras kaukasia, dan demam lebih dari atau
sama dengan 390C.11 Tidak adanya demam yang tinggi atau faktor resiko spesifik yang lain
tidak menghilangkan kemungkinan menderita ISK. Hasil positif ISK dapat pula dari hasil
urinalisa berupa nitrit (+), lekosit esterase (+), dan didapatkan lebih dari atau sama dengan 5
lekosit/LPB.11 ISK baru dapat ditegakkan diagnosisnya secara pemeriksaan mikrobiologis
27

yaitu dengan kultur urine dari sampel urin suprapubik, catheter, dan midstream. Dikatakan
positif ISK bila:

Methode
Suprapubic aspiration
Catheter
Urine midstream
Bagged urine

Hasil
104 CFU/ml dan terdapat satu jenis organisme
105 CFU/ml dan terdapat satu jenis organisme
105 CFU/ml dan terdapat satu jenis organisme
104 CFU/ml dan terdapat satu jenis organisme

BAB IV
PEMBAHASAN
1. Diagnosis
1.1 Anamnesis
Penyakit jantung bawaan asianotik (DSV) dari anamnesa didapati riwayat menetek
terputus-putus. banyak berkeringat di dahi saat menetek. anak setelah lahir sering sakit
batuk pilek, berat badan sulit naik, tidak bisa menetek langsung dari ibunya dan sejak
usia 15 hari sudah didiagnosis penyakit jantung bawaan.
Gizi Buruk dari anamnesa didapati berat badan sulit naik

28

Infeksi saluran kemih pasien demam naik turun sejak 5 hari yang lalu. Demam tidak
turun sampai normal, anak rewel saat buang air kecil.
1.2 Pemeriksaan Fisik
Penyakit jantung bawaan asianotik (DSV) Pada pemeriksaan fisik BJ I-II normal,
bising (+) pansistolik grade III/6 punctum maksimum pada SIC IV Linea parasternal
sinistra dijalarkan ke precordial, tidak ada gallop, tidak ada thrill.
Gizi Buruk Pada pemeriksaan fisik didapatkan kepala mikrosefal, dan pada
ekstremitas didapatkan muscle wasting dan baggy pants.
ISK Pada pemeriksaan genital didapatkan oue hiperemis.
1.3 Pemeriksaan Penunjang
Penyakit jantung bawaan asianotik (DSV) Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan
gambaran kardiomegali, pada pemeriksaan echocardiografi didapatkan Defek Septum
Ventrikel Sub Arterial besar diameter 7 mm Left to Right Shunt, dan hipertensi
pulmonal
Gizi buruk pada pemeriksaan anthropometri didapati WAZ=-4,28 SD, HAZ=-1,10
SD, WHZ=-4,98 SD dengan kesan gizi buruk, perawakkan normal dan berat badan
sangat kurus.
ISK Kultur urin menunggu hasil
2. Penatalaksanaan
Pada pasien ini, diberikan infuse D10% 240cc/10/10 tetes per menit, diberikan obat per
oral Paracetamol 50 mg tiap 6 jam untuk menurunkan panas, sebagai penatalaksanaa
klinis ISK dengan diberikan injeksi Ampicillin 100 mg tiap 6 jam. Untuk terapi gagal
jantung diberikan digoxin 0,04 mg tiap 12 jam, captopril 10 mg tiap 12 jam, dan
furosemide tiap 12 jam. Dan untuk diet diberikan ASI semau anak dan pregestimil 60
ml tiap 3 jam.
3. Prognosis
Pada pasien ini, prognosanya
quo ad vitam : dubia ad bonam.
quo ad sanam : dubia ad bonam
quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB V
RINGKASAN
29

Seorang anak perempuan usia 4 bulan dirawat di C1L1 dengan kondisi demam
tinggi, sesak (-), tidak mendapat terapi oksigen, anak bisa minum ASI melalui selang
NGT. Sejak dirawat di RSDK anak mendapat asupan nutrisi berupa asi ad libitum dan
dilanjutkan dengan susu pregestimil 60 ml tiap 3 jam. Riwayat menetek terputus-putus
(+), biru-biru disekitar mulut atau ujung jari tangan dan kaki (-), berkeringat banyak di
dahi saat menetek (+) Riwayat berat badan sulit naik (+) Riwayat infeksi saluran
pernafasan berulang (+).
Pada pemeriksaan fisik Secara umum didapatkan, anak sadar, kurang aktif,
tampak kurus, sesak (-), sianosis (-), pada tanda vital didapati suhu axilla 39oC. Pada
jantung didapatkan Bunyi jantung I-II normal, bising (+) pansistolik grade III/6
punctum maksimum di SIC IV linea parasternal sinistra. Pada ekstremitas didapatkan
muscle wasting (+), Baggy pants (+). genital didapatkan oue hiperemis. Hasil Foto
thorax didapatkan kardiomegali dan pada Echocardiografi didapati Defek septum
ventrikel dengan diameter 7mm, right to the left shunt, hipertensi pulmonal. Pada
pemeriksaan Antropometri menurut WHO, kesan gizi buruk, perawakan normal dan
Berat badan sangat kurus. Perkembangan anak sesuai umur.
Penderita didiagnosis dengan PJB asianotik DSV, Klinis Infeksi saluran
kemih, dan gizi buruk perawakan normal berat badan sangat kurus, dan mikrosefal,
dirawat di bangsal anak selama 9 hari. Pasien pulang dalam keadaan perbaikan.
Prognosis pada pasien ini untuk quo ad vitam, quo ad sanam, dan quo ad
fungsionam adalah dubia ad bonam.

30

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Sastroasmoro S. Buku Ajar Kardiologi Anak. Penerbit EGC. Jakarta. 2007:


356 - 357.
2. Cheitlin MD. McIlroy MB. Clinical Cardiology. Lange Medical Book. USA.
2005: 185-90
3. Wahab AS. Penyakit Jantung pada Anak. Penerbit EGC. Jakarta.2002:89-126
4. Hsu DT,Pearson GD.Heart failure in children: part I: History, etiology, and
Pathophysiology.Circ Heart Fail. 2009;2(1)63-70.
5. Pudjiadi. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Gaya Baru. Jakarta. 2004:23
6. Susanto JC. Bahan Kuliah: Nutrisi pada Anak dengan Kelainan Jantung
7. Pedoman

Pelayanan

Gizi

Buruk.

Kementrian

Kesehatan

Republik

Indonesia.2011: 6-8
8. Keane JF, Fyler DC. Ventricular septal defect. Dalam: Keane JF, Lock JE,
Fyler DC, penyunting. Nadass pediatric cardiology. Edisi ke-2. Philadelphia:
Elsevier Inc; 2006.h.527-47
9. Park MK. Pediatric cardiology for practitioners, edisi ke-5. Philadelphia:
Mosby; 2008
10. Bensman A, Dunand O, Ulinski T. Urinary Tract Infection. Dalam: Avner ED,
Harmon WE, Niaudet P,Yoshikawa N, penyunting. Pediatric Nephrology, edisi
ke-6,Springer-Verlag, Berlin Heidelberg, 2009,h.1229-310
11. Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Unit Kerja Koordinasi Nefrologi. 2011

Anda mungkin juga menyukai