BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung pada anak meliputi penyakit jantung bawaan (PJB) dan
penyakit jantung didapat. Sebagian besar penyakit jantung pada anak merupakan
penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan susunan
jantung dan pembuluh darah besar yang mungkin sudah terdapat sejak lahir. PJB
merupakan kelainan yang disebabkan oleh gangguan perkembangan sistem
kardiovaskuler pada masa embrio.(1)
Pada sebagian besar kasus PJB penyebabnya tidak diketahui, lebih dari 90
% kasus PJB penyebabnya adalah multifaktorial. Faktor yang berpengaruh adalah
faktor lingkungan dan hereditasi. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
PJB terutama terdapat selama dua bulan pertama kehamilan ialah rubela pada ibu
dan penyakit virus lain, talidomid dan mungkin obat-obat lain, radiasi, ibu
perokok, ibu dengan diabetes melitus, minum jamu dan pil KB.(1)
PJB diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu PJB sianotik dan PJB
asianotik. Defek Septum Ventrikel (DSV) termasuk salah satu dari PJB asianotik
dan merupakan kelainan jantung bawaan terbanyak yaitu sebesar 54 %. DSV
sering ditemukan sebagai defek tersendiri (isolated) namun tidak jarang
merupakan bagian PJB komplek seperti tetralogi fallot, transposisi arteri besar
atau PJB komplek lainnya. Pada DSV, dinding pemisah antara kedua ventrikel
tidak tertutup sempurna, sehingga darah dari ventrikel kiri langsung mengalir ke
ventrikel kanan dan sebaliknya.(1,2)
Gambaran klinis bayi atau anak dengan DSV sangat bervariasi, tergantung
dari ukuran defek dan tahanan vaskular paru. Gejala klinis dapat asimptomatis
sampai dengan gejala gagal jantung kongestif dan gagal tumbuh pada DSV besar.
Defek lebih dari lima milimeter merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
gejala.(1)
Gangguan pertumbuhan pada anak dengan PJB disebabkan oleh faktor
gagal jantung maupun malnutrisi. Secara garis besar gangguan pertumbuhan pada
penderita PJB disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari berbagai faktor,
antara lain : ganguan hemodinamik, hipoksemia, retardasi pertumbuhan intra
uterin, masukan nutrien yang tidak mencukupi, hipermetabolisme, sindroma atau
kelainan
ekstrakardial
yang
menyertai,
dan
menurunnya
faktor-faktor
pertumbuhan.(2)
Pada penderita PJB yang disertai peningkatan aliran darah ke paru yang
bermakna seringkali menderita infeksi saluran nafas maupun pneumonial
berulang, baik oleh karena virus, bakteri, maupun organisme lain. Hal ini
disebabkan antara lain karena traktus respiratorius menjadi lebih basah sehingga
fungsi toilet bronkial menjadi terganggu.(3)
Penatalaksanaan DSV meliputi tatalaksana medis dan bedah, dan
bergantung pada besar kecilnya defek.
B. TUJUAN
Pada laporan kasus ini disajikan suatu kasus seorang anak dengan penyakit
jantung bawaan asianotik defek septum ventrikel dengan gizi buruk dan infeksi
saluran kemih yang dirawat di bangsal CILI (infeksi) IRNA RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Penyajian kasus ini bertujuan untuk mempelajari tentang cara
mendiagnosis, mengelola dan mengetahui prognosis penderita DSV, dengan gizi
buruk dan infeksi saluran kemih.
C. MANFAAT
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
kedokteran untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan dan
mengetahui prognosis penderita DSVdengan gizi buruk dan infeksi saluran kemih.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1
IDENTITAS PENDERITA
Nama Penderita
: An. FH
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
:-
Alamat
Nama Ayah
: Tn. H
Umur
: 34 tahun
Pendidikan
: D1
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
Nama Ibu
: Ny. W
Umur
: 28 tahun
Pendidikan
: Lulus SMA
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
M.R.S
: 24 Agustus 2015
Tanggal keluar
: 14 September 2015
No.CM
: C5483888
2.2
DATA DASAR
1.
ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu dan ayah pasien di bangsal anak C1L1 pada tanggal 10
Umur
Penyakit
Umur
Morbili
(-)
Diare
Pertusis
(-)
Disentri basiler
(-)
Varisela
(-)
Disentri amuba
(-)
Difteri
(-)
Demam tifoid
(-)
Malaria
(-)
Cacingan
(-)
Tetanus
(-)
Trauma
(-)
Pneumonia
(-)
Tuberkulosis
(-)
Bronkitis
(-)
Alergi
(-)
Hepatitis
(-)
Kejang
(-)
DBD
(-)
Operasi
(-)
d. Riwayat Keluarga
- Tidak ada keluarga yang menderita sakit jantung bawaan
DATA KHUSUS
a. Riwayat Perinatal
Prenatal : Periksa kehamilan di bidan, ANC > 4x, perdarahan selama kehamilan
(-), trauma (-). penyakit selama kehamilan: hipertensi (-), kencing manis (-),
preeklamsia/ eklamsia (-), kejang (-), demam (-). Mengkonsumsi vitamin dan tablet
Fe rutin, mengkonsumsi jamu dan obat diluar resep dokter disangkal.
5
Natal : lahir bayi perempuan dari ibu G2P1A0, hamil 9 bulan, persalinan normal
ditolong bidan. Langsung menangis, kebiruan pada mulut (-), kebiruan pada ujung
jari (-), kuning (-). BBL 3300 gram, PBL 49 cm.
Postnatal: riwayat biru-biru saat menangis (-), riwayat menetek terputus-terputus
(+), banyak berkeringat di dahi saat menetek (+), anak sering batuk pilek berulang,
anak kemudian diperiksakan ke dokter spesialis anak di batang dan dinyatakan
menderita penyakit jantung bawaan, pada usia 15 hari.
Tabel 1. Riwayat Kelahiran
No.
Kehamilan dan Persalinan
1 Lahir anak laki dari ibu G1P0A0, hamil aterm,
spontan di bidan, langsung menangis, biru-biru
(-), kuning (-), berat badan lahir 3400 gram,
panjang badan lahir lupa.
2 Lahir anak perempuan dari ibu G2P1A0, hamil 9
bulan, lahir spontan ditolong bidan, langsung
menangis, biru-biru (-), kuning (-), berat badan
lahir 3300 gram, panjang badan saat lahir 49 cm.
Usia sekarang
6 tahun
4 Bulan
Umur
1. BCG
2. DPT
1x
2 bulan
3. Polio
1x
2 bulan
4. Hepatitis B
1x
2 bulan
5. Campak
Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap sesuai usianya
d. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
6
Pertumbuhan :
Longitudinal
BB lahir
: 3300 gram
BB bulan lalu
BB sekarang
PB lahir
TB sekarang
LILA
LK
Arah garis pertumbuhan
Pola garis pertumbuhan
: 4000 gram
: 3900 gram
: 49 cm
: 61 cm
: 9,5 cm
: 36,5 cm
: T3
: Loss of growth
Cross Sectional
WAZ : -4,28 SD
HAZ : -1,10 SD
WHZ : -4,98 SD
Kesan : gizi buruk, perawakan normal, BB sangat kurus
Perkembangan :
Senyum
: 1 bulan
Tengkurap
: 3 bulan
Miring
: 2 bulan
Duduk
: belum bisa
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 10 September 2015, pukul 14.30 di Bangsal anak C1L1 RSUP Dr.Kariadi
Semarang.
Kesan Umum : sadar, kurang aktif, tampak kurus, sesak (-), sianosis (-)
Tanda Vital
HR
: 128 x/menit
RR
: 28 x/menit
Nadi
SpO2
98%
98%
98%
98%
Keadaan Tubuh
Anemi
Sianotik
: (-)
Ikterik
: (-)
Turgor
Tonus
: normotonus
Rambut
Kulit
Serebral
: kejang (-)
Dispneu
: (-)
Kepala
Lingkar kepala : 37,5 cm, mikrosefal
Ubun-ubun besar: Belum menutup
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
: bibir dan mukosa : pucat (-), kering (-), perdarahan gusi (-/-)
Lidah
Gigi geligi
Tenggorok
Leher
Axilla
Thorax
Paru :
anterior
Suara dasar
: vesikular
posterior
+/+
+/+
-/-
-/-
ronki
-/-
-/-
wheezing
-/-
-/-
Vesikuler
Vesikuler
Paru depan
Jantung :
Vesikuler
Paru belakang
: Sulit dinilai
Batas atas
: Sulit dinilai
Anggota gerak
Atas
Bawah
Pucat
-/-
-/-
Sianotik
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Edema (pitting)
-/-
-/-
Muscle wasting
+/+
Baggy pants
+/+
Capillary refill
<2
<2
Tonus
normotonus
normotonus
Refleks Fisiologis
+N/+N
+N/+N
Refleks Patologis
-/-
-/-
2.5
10
11
2.6
Protein : 2,2gr/kgbb
2.7
Kebutuhan
24 jam
Inf D10%(240/10/10)
Tanggal
8x60cc pregestimil
Pemeriksaan
Jumlah
Hb (g/dl)
% AKG
Ht (%)
Er (106/uL)
Leu(103/uL)
Tr(103/uL)
MCH (pg)
MCV (fL)
MCHC (g/dl)
GDS
Ureum
Creatinin
Na
K
Cl
Cairan (cc)
Kalori (kkal)
Protein (gr)
390cc
429kal
8,58gr
240
81,6
Nilai
normal
5/9/2015
480
316,8
9,12
(11:00)
720
398,4
9,12
184%10 15
92,8%12,2 g/dl 106,2%
36 - 44
36,4 %
3 - 5,4
4,45
5 - 13,5
7,18
150-400
122
23-31
77-101
29-36
27,4
81,8
33,5
114 mg/dl
- mg/dl
- mg/dl
135 mmol/l
4,8 mmol/l
102 mmol/l
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 4. Hasil Laboratorium
12
Pulmo
Kesan
: Cardiomegali
Masalah Aktif
PJB Asianotik DSV
Tgl
10/09/15
2.
Demam 5 hari 3
10/09/15
3.
10/09/15
4.
Loss of growth 5
10/09/15
5.
perawakkan
normal, 10/09/15
mikrosefal
2. Demam 5 hari
Diagnosa banding/
-ISK
-Demam dengue
: DE : PJB Asianotik
DA : DSV diameter 7mm, right to the left shunt, hipertensi pulmonal
DF : Gagal Jantung Ross III
Initial Plan
Dx
Rx
Mx
Ex
terganggu sehingga perlu pemberian dan pemantauan gizi yang tepat, ASI
eksklusif, MP ASI yang tepat.
-
Menjelaskan
kepada
keluarga
penderita
bahwa
keluarga
perlu
:-
:
a. Pemeriksaan darah rutin, hitung jenis, Gambaran darah tepi
b. pemeriksaan urine rutin
c. Pemeriksaan kultur urin
d. test sensitivitas kuman terhadap antibiotik
IP Tx
IP Mx
IP Ex
-menjelaskan kepada orang tua bahwa kondisi gizi anak buruk dan
perlu dilakukan penambahan asupan nutrisi yang mencukupi.
-Pemberian ASI semau anak kemudian baru ditambah dengan susu
formula (Program penambahan nutrisi dari rumah sakit)
15
10
PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal
Keadaan Klinis
Program/ Terapi/Tindakan
tidak
: Batas kiri
: Sulit dinilai
Batas atas
Sulit dinilai
Batas kanan
: Sulit
dinilai
A
grade
III/
maksimum
6
di
16
Tanggal
Keadaan Klinis
Program/ Terapi/Tindakan
: datar, supel,venektasi
(-)
Pe : timpani, pekak sisi (+)
normal, pekak alih (-)
Pa : supel, nyeri tekan (-),
hati dan lien tidak teraba
Reflek fisiologis
(+)N/(+)N
Reflek patologis (-)/(-)
(+)N/(+)N
(-)/(-)
Assessment : VSD
ISKperbaikkan
Gizi buruk
12 - 09 2015 Keluhan utama: demam (-)
pukul 13.00
KU : sadar, kurang aktif
Terapi tetap
Program : - Pengawasan KU, TV
TV: HR : 120x/mnt
N : reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 32 x/mnt
T : 37,00 C
PF lain tetap
Assesment : VSD
ISKperbaikkan
Gizi buruk
13 - 09 2015 Keluhan utama: demam (-)
Pukul 14.00
KU : sadar, kurang aktif
Terapi tetap
Program : - Pengawasan KU, TV
TV: HR : 135x/mnt
N : reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 32 x/mnt
T : 36,30 C
PF lain tetap
Assesment : VSD
ISKperbaikkan
Gizi buruk
17
Tanggal
14 09
2015
pukul 07.00
Keadaan Klinis
Keluhan utama : Demam (-)
KU : sadar, kurang aktif
TV : HR : 130 x/mnt
N : reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 32 x/mnt
t : 37,0 0 C (axiller)
PF lain tetap
Program/ Terapi/Tindakan
Pasien dipulangkan
Obat yang dibawa pulang:
Per oral:
Furosemide 2 mg/12 jam
Digoxin 0,04 mg/12 jam
Captopril 10 mg/12 jam
Paracetamol 50mg/6 jam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
18
B. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik pada DSV bergantung pada besarnya pirau kiri ke kanan. Makin
besar pirau, makin kurang darah yang melalui katup aorta dan makin banyak volume darah
jaringan intratorakal.3 Berkurangnya darah pada sistem sirkulasi menyebabkan pertumbuhan
badan terhambat. Volume darah intratorakal yang selalu bertambah menyebabkan infeksi
saluran nafas intratorakal yang selalu bertambah menyebabkan infeksi saluran nafas yang
bertambah.(3,4)
1. DSV kecil
Diameter defek kecil yaitu 1 5 mm, biasanya asimptomatik. Jantung normal dan
tidak ada gangguan tumbuh kembang walaupun terdapat kecenderungan timbulnya
infeksi saluran nafas. Pada palpasi didapat impuls ventrikel kiri. Jelas pada apeks kordis
biasanya teraba getaran bising pada sela iga III dan IV kiri. 3 Pada auskultasi bunyi
jantung biasanya normal, dapat ditemukan bising sistolik dini pendek yang biasanya
didahului early systolyc dick. Ditemukan pula bising pansistolik yang biasanya keras
disertai getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III dan IV garis parasternal
kiri dan menjalar ke sepanjang sternum kiri, bahkan ke seluruh perikordium.4
2. DSV Sedang
Diameter defek 5 10 mm. Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat
minum atau memerlukan waktu lebih lama atau tidak mampu menyelesaikan makan dan
minum, kenaikan berat badan tidak memuaskan, dan sering menderita infeksi paru yang
lama sembuhnya.1,2 Infeksi paru ini dapat mendahului terjadinya gagal jantung yang
mungkin terjadi pada umur tiga bulan. Bayi tampak kurus dengan dispnu, takipnu serta
retraksi. Bentuk dada biasanya masih normal. Pada auskultasi terdengar bunyi getaran
bising dengan pungtum maksimum di sela iga III dan IV garis parasternal kiri yang
menjalar ke seluruh prekordium.2
3. DSV Besar
Diameter defek lebih dari pada setengah osteum aorta. Gejala dapat timbul pada
masa neonatus. Pada minggu I sampai III dapat terjadi pirau kiri ke kanan yang bermakna
dan sering menimbulkan dispnu.(3,4,5) Gagal jantung biasanya timbul setelah minggu
keempat, sering didahului infeksi saluran nafas bawah. Bayi sesak nafas saat istirahat,
kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan.5
Gangguan pertumbuhan sangat nyata. Biasanya bunyi jantung masih normal, dapat
didengar bising pansistolik, dengan atau tanpa getaran bising, melemah pada akhir
19
sistolik karena terjadi tekanan sistolik yang sama besar pada kedua ventrikel. Bising mid
diastolik di daerah mitral mungkin terdengar akibat flow murmur pada fase pengisian
cepat.
Anak gagal tumbuh, sianotik, dengan jari-jari tabuh (clubbing fingers). Dada kiri
menonjol dengan peningkatan aktivitas ventrikel kanan yang hebat. Bunyi jantung I
normal, bunyi jantung II mengeras dengan split yang sempit. Bising yang sebelumnya
jelas menjadi berkurang intensitasnya, kontur bising yang semula pansistolik berubah
menjadi ejeksi sistolik. Tak jarang bising menghilang sama sekali. Hati menjadi teraba
besar akibat bendungan sistemik, namun edema jarang ditemukan.4
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Pemeriksaan foto thorax pada DSV kecil memperlihatkan bentuk ukuran jantung
normal dengan vaskularisasi paru normal atau hanya sedikit meningkat pada DSV sedang
akan menunjukkan kardiomegali sedang dengan konus pulmonalis menonjol, peningkatan
vaskularisasi paru serta pembesaran pembuluh darah sekitar hilus.1,2 Pada defek yang
besar menunjukkan kardiomegali yang nyata dengan konus pulmonalis menonjol,
pembuluh darah hilus melebar dengan vaskularisasi paru meningkat. Pada defek besar
yang disertai hipertensi pulmonal atau sindrom Eisenmenger akan tampak konus
pulmonal yang sangat menonjol dengan vaskularisasi paru hilus yang meningkat namun
berkurang di daerah perifer (pruning).3
2. Elektrokardiografi
Gambaran EKG pada anak dengan DSV dapat menggambarkan besar kecilnya
defek dan gangguan hemodinamik yang terjadi. 2 Pada DSV kecil gambaran EKG
biasanya normal atau menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri ringan. Pada DSV sedang
menunjukkan hipetrofi ventrikel kiri dan bila terdapat peningkatan tekanan arteri
pulmonalis dapat terjadi hipertrofi ventrikel kanan. 2 Pada DSV besar ditemukan hipertrofi
ventrikel kiri dan hampir selalu ditemukan kombinasi dengan hipertrofi ventrikel kanan,
dan deviasi aksis ke kanan.
3. Ekokardiografi
20
KELAS III
BERMAKNA
ATAU
DIAFORESIS
SELAMA
b.
Hipoksemia
Akibat terjadinya hipoxia pada PJB akan berakibat menurunnya nafsu makan, aktivitas
paru-paru meningkat yang diikuti dengan hermoregulasi yang tidak efisien dan naiknya
kebutuhan jaringan.6 Sebagai hasil akhir proses tersebut akan terjadi perubahanperubahan dalam jaringan tubuh dengan berkurangnya sel-sel lemak secara menyeluruh
yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Hipoxia juga dianggap sebagai penyebab terjadinya hambatan pertumbuhan karena
mengakibatkan aktivitas enzim pada miokard berkurang dan mempengaruhi glikolisis.
21
d.
e.
Hipermetabolisme
Studi pada anak dengan PJB menyatakan bahwa gangguan pertumbuhan pada anak yang
mengalami penyakit jantung kongestif adalah akibat dari peningkatan Basal Metabolic
Rate (BMR) dan meningkatnya kebutuhan kalori dibandingkan dengan anak normal.
f.
g.
Dari pertemuan Barton dkk ditemukan bahwa pada penderita PJB, faktorfaktor pertumbuhan seperti serum IGF-1 (Insuline like growth factor-1) dan IGB BP-3
(Insuline like growth factor binding protein-3) menurun.8,9
22
F. PENGELOLAAN
Pada dasarnya pengelolaan penyakit jantung bawaan ada dua, yaitu tatalaksana medis
dan tatalaksana bedah. Untuk dapat menanggulangi dan mengatasi masalah yang dihadapi
penderita ini, maka dibutuhkan penanganan secara menyeluruh dan komprehensif. Maka dari
itu, perlu pengelolaan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.5
A.Promotif dan Preventif
Kemungkinan terjadinya PJB mungkin dapat dikurangi dengan meniadakan
berbagai faktor pada ibu hamil, seperti pemberian globulin gama dalam 10 hari setelah
infeksi rubela, menghindari rokok dan alkohol, sedapat mungkin tidak makan obat jika
tidak perlu sekali. Pemeriksaan radiologi rutin semasa hamil dilarang.6
B.Kuratif
Kuratif meliputi tatalaksana medis, bedah.
-
Tatalaksana Medis
Pasien dengan defek kecil tidak memerlukan pengobatan apapun kecuali pemberian
profilaksis terhadap terjadinya endkarditis infektif. Jika terdapat infeksi saluran atas,
harus cepat diberi antibiotika. Pembatasan aktivitas fisik tidak diperlukan. Gagal
jantung kongestif diatasi dengan digoksin dan diuretik. Higiene gigi dan mulut perlu
diperhatikan.6,7
-
Tatalaksana Bedah
Pada DSV kecil tidak perlu operasi, karena 15 % penderita mengalami
penutupan secara spontan.2 DSV kecil dengan defek pirau kiri ke kanan lebih besar
daripada 25% QP (Quotineat Pressure) memerlukan koreksi bedah, terutama untuk
menghindari terjadinya hipertensi pulmonal di kemudian hari.8,9
Pada DSV besar tanpa operasi harapan hidup buruk. Pada defek subasterial
walaupun kecil perlu dilakukan operasi untuk mencegah prolap katub aorta.9
C.Rehabilitatif
Untuk memperbaiki gizi, orang tua penderita diberitahukan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas makanan anak sehari-hari di rumah, agar kebutuhan asupan
makanan anak tetap terpenuhi dengan baik.6
23
G. PROGNOSIS
Prognosis pada penderita PJB dipengaruhi oleh besar defek dan pertumbuhan
badannya.9
Anak atau bayi dengan DSV kecil tidak membahayakan dan dapat diharapkan hidup
normal. Sedangkan pada DSV besar, sebagian anak walaupun diberi pengobatan medis
intensif tetap meninggal sebagian lagi berkembang menjadi sindrom Eisenmenger yang pada
umur muda juga akan meninggal. Bila tindakan bedah dilakukan pada waktu yang tepat,
penderita dapat hidup normal.
II.Gizi Buruk
Tingginya angka kurang gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi
perekonomian yang tidak memungkinkan orangtua untuk memberikan makanan bergizi
tinggi kepada anak anaknya, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai
pentingnya asupan gizi memadai selama anak masih dalam proses tumbuh kembang. Dampak
dari kekurangan asupan gizi pada anak adalah terjadinya penurunan daya tahan tubuh pada
anak yang terutama yang disebabkan oleh kekurangan protein. 5 Akibatnya anak akan mudah
terkena infeksi, anak yang kurang gizi akan kesulitan untuk mengikuti aktivitas rekan
sebayanya atau menjadi kurang lincah. Dampak lain menyebabkan kerusakan indra
penglihatan, kurang semangat, keterlambatan pertumbuhan badan.5
Kriteria anak gizi buruk dibagi menjadi 2:7
Gizi buruk tanpa komplikasi:
a.Berat badan atau tinggi badan: < dari -3 SD dan atau
b.Terlihat sangat kurus dan atau
c.Adanya edema dan atau
d.Lingkar lengan atas < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan
Gizi buruk dengan komplikasi:
Gizi buruk dengan tanda-tanda tersebut diatas disertai salah satu atau lebih dari
tanda komplikasi medis berikut:
a.Anorexia
b.Pneumonia berat
c.Anemia berat
d.Dehidrasi berat
24
Gizi buruk
dengan
komplikasi
Rawat inap di
RS/Puskesmas
perawatan/TFC
BB/TB < -2 SD
s.d -3 SD)
Bila LiLA antara
11,5-12,5 cm
(untuk anak usia
6-59 bulan)
Tidak ada edema
dan
Nafsu makan
baik
Tanpa
komplikasi
medis
Gizi kurang
Gizi buruk tanpa
komplikasi
Rawat jalan
Pelayanan
Medis,
keperawatan
dan
konseling
gizi
sesuai
dengan
penyakit
penyerta/penyulit.
b. Pemberian formula dan makanan sesuai dengan fase sebagai berikut:
1) Fase Stabilisasi
Diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80-100 KKal/kgBB/hari dan
protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada anak yang masih mendapatkan ASI.
2) Fase Transisi
Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75 menjadi F-100. Diberikan
makanan formula
100 (F-100) dengan asupan gizi 100-150 KKal/kgBB/ hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari.
3) Fase Rehabilitasi Diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100, dengan
penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg diberikan makanan bayi dan untuk anak
dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak. Asupan gizi 150-220 KKal/kgBB/hari dan
protein 4-6 g/kgBB/hari.
4) Fase Tindak Lanjut (dilakukan di rumah) Setelah anak pulang dari PPG, anak tetap
dikontrol oleh Puskesmas pengirim secara berkala melalui kegiatan Posyandu atau kunjungan
ke Puskesmas. Lengkapi imunisasi yang belum diterima, berikan imunisasi campak sebelum
pulang. Anak tetap melakukan kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu kali/ minggu, bulan II
satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai dengan bulan ke-6. Tumbuh kembang
anak dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas pengirim sampai anak berusia 5 tahun.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kriteria sembuh:
Bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria pulang
sebagai berikut:
a) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan
aktif
b) BB/PB atau BB/TB > -3 SD
c) Komplikasi sudah teratasi
d) Ibu telah mendapat konseling gizi
e) Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turut
f) Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan.
yaitu dengan kultur urine dari sampel urin suprapubik, catheter, dan midstream. Dikatakan
positif ISK bila:
Methode
Suprapubic aspiration
Catheter
Urine midstream
Bagged urine
Hasil
104 CFU/ml dan terdapat satu jenis organisme
105 CFU/ml dan terdapat satu jenis organisme
105 CFU/ml dan terdapat satu jenis organisme
104 CFU/ml dan terdapat satu jenis organisme
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Diagnosis
1.1 Anamnesis
Penyakit jantung bawaan asianotik (DSV) dari anamnesa didapati riwayat menetek
terputus-putus. banyak berkeringat di dahi saat menetek. anak setelah lahir sering sakit
batuk pilek, berat badan sulit naik, tidak bisa menetek langsung dari ibunya dan sejak
usia 15 hari sudah didiagnosis penyakit jantung bawaan.
Gizi Buruk dari anamnesa didapati berat badan sulit naik
28
Infeksi saluran kemih pasien demam naik turun sejak 5 hari yang lalu. Demam tidak
turun sampai normal, anak rewel saat buang air kecil.
1.2 Pemeriksaan Fisik
Penyakit jantung bawaan asianotik (DSV) Pada pemeriksaan fisik BJ I-II normal,
bising (+) pansistolik grade III/6 punctum maksimum pada SIC IV Linea parasternal
sinistra dijalarkan ke precordial, tidak ada gallop, tidak ada thrill.
Gizi Buruk Pada pemeriksaan fisik didapatkan kepala mikrosefal, dan pada
ekstremitas didapatkan muscle wasting dan baggy pants.
ISK Pada pemeriksaan genital didapatkan oue hiperemis.
1.3 Pemeriksaan Penunjang
Penyakit jantung bawaan asianotik (DSV) Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan
gambaran kardiomegali, pada pemeriksaan echocardiografi didapatkan Defek Septum
Ventrikel Sub Arterial besar diameter 7 mm Left to Right Shunt, dan hipertensi
pulmonal
Gizi buruk pada pemeriksaan anthropometri didapati WAZ=-4,28 SD, HAZ=-1,10
SD, WHZ=-4,98 SD dengan kesan gizi buruk, perawakkan normal dan berat badan
sangat kurus.
ISK Kultur urin menunggu hasil
2. Penatalaksanaan
Pada pasien ini, diberikan infuse D10% 240cc/10/10 tetes per menit, diberikan obat per
oral Paracetamol 50 mg tiap 6 jam untuk menurunkan panas, sebagai penatalaksanaa
klinis ISK dengan diberikan injeksi Ampicillin 100 mg tiap 6 jam. Untuk terapi gagal
jantung diberikan digoxin 0,04 mg tiap 12 jam, captopril 10 mg tiap 12 jam, dan
furosemide tiap 12 jam. Dan untuk diet diberikan ASI semau anak dan pregestimil 60
ml tiap 3 jam.
3. Prognosis
Pada pasien ini, prognosanya
quo ad vitam : dubia ad bonam.
quo ad sanam : dubia ad bonam
quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB V
RINGKASAN
29
Seorang anak perempuan usia 4 bulan dirawat di C1L1 dengan kondisi demam
tinggi, sesak (-), tidak mendapat terapi oksigen, anak bisa minum ASI melalui selang
NGT. Sejak dirawat di RSDK anak mendapat asupan nutrisi berupa asi ad libitum dan
dilanjutkan dengan susu pregestimil 60 ml tiap 3 jam. Riwayat menetek terputus-putus
(+), biru-biru disekitar mulut atau ujung jari tangan dan kaki (-), berkeringat banyak di
dahi saat menetek (+) Riwayat berat badan sulit naik (+) Riwayat infeksi saluran
pernafasan berulang (+).
Pada pemeriksaan fisik Secara umum didapatkan, anak sadar, kurang aktif,
tampak kurus, sesak (-), sianosis (-), pada tanda vital didapati suhu axilla 39oC. Pada
jantung didapatkan Bunyi jantung I-II normal, bising (+) pansistolik grade III/6
punctum maksimum di SIC IV linea parasternal sinistra. Pada ekstremitas didapatkan
muscle wasting (+), Baggy pants (+). genital didapatkan oue hiperemis. Hasil Foto
thorax didapatkan kardiomegali dan pada Echocardiografi didapati Defek septum
ventrikel dengan diameter 7mm, right to the left shunt, hipertensi pulmonal. Pada
pemeriksaan Antropometri menurut WHO, kesan gizi buruk, perawakan normal dan
Berat badan sangat kurus. Perkembangan anak sesuai umur.
Penderita didiagnosis dengan PJB asianotik DSV, Klinis Infeksi saluran
kemih, dan gizi buruk perawakan normal berat badan sangat kurus, dan mikrosefal,
dirawat di bangsal anak selama 9 hari. Pasien pulang dalam keadaan perbaikan.
Prognosis pada pasien ini untuk quo ad vitam, quo ad sanam, dan quo ad
fungsionam adalah dubia ad bonam.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Pelayanan
Gizi
Buruk.
Kementrian
Kesehatan
Republik
Indonesia.2011: 6-8
8. Keane JF, Fyler DC. Ventricular septal defect. Dalam: Keane JF, Lock JE,
Fyler DC, penyunting. Nadass pediatric cardiology. Edisi ke-2. Philadelphia:
Elsevier Inc; 2006.h.527-47
9. Park MK. Pediatric cardiology for practitioners, edisi ke-5. Philadelphia:
Mosby; 2008
10. Bensman A, Dunand O, Ulinski T. Urinary Tract Infection. Dalam: Avner ED,
Harmon WE, Niaudet P,Yoshikawa N, penyunting. Pediatric Nephrology, edisi
ke-6,Springer-Verlag, Berlin Heidelberg, 2009,h.1229-310
11. Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Unit Kerja Koordinasi Nefrologi. 2011