Anda di halaman 1dari 10

Kasus :

Di dalam suatu diskusi ilmiah ( kelompok ), pada saat segmen tanya jawab, Mr. B
memberikan pertanyaan kepada kelompok yang menjadi narasumber tersebut. Salah
seorang dari kelompok tersebut menjawab pertanyaan Mr. S dengan sangat jelas dan
terperinci berdasarkan teori yang ada di buku pegangannya dan Mr. B yang bertanya itu
pun paham dan mengerti dengan penjelasan Mr. S. Tetapi tiba – tiba Mr. A menghentakkan
tangannya ke atas meja dan dengan ekspresi wajah yang garang (jengkel). Mr A pun
berkata dan memberikan penjelasannya “ kenapa anda menjelaskan seperti itu.....begini
Lo…..Apa yang anda utarakan itu salah dan teori saya ini lah yang benar “. Karena merasa
pintar dan benar dengan di sertai dengan emosi yang tidak stabil, kata – kata yang tidak
sopan dan tidak baik pun di lontarkan Mr. A. Sehingga suasna ruang diskusi memanas dan
Audien ribut.
Dari kasus diatas Mr. A mempunyai kepribadian yang tidak baik atau tidak sehat.
Menurut elizabeth ( Syamsu Yusuf, 2003 ) ciri – ciri kepribadian yang tidak sehat dan sehat
itu adalah, sebagai berikut :
Kepribadian yang tidak sehat :
1. Mudah marah
2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
4. Bersikap kejam
5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang
6. Kebiasaan berbohong
7. Hiperaktif
8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
9. Senang mengkritik/ mencemooh
10. Sulit tidur
11. Kurang rasa tanggung jawab
12. Sering mengalami pusing
13. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama

1
14. Pesimis
15. Kurang bergairah
Kepribadian yang sehat :
1. Mampu menilai diri sendiri secara realisitik
2. Mampu menilai situasi secara realistik
3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik
4. Menerima tanggung jawab
5. Kemandirian
6. Dapat mengontrol emosi
7. Berorientasi tujuan
8. Berorientasi keluar (ekstrovert)
9. Penerimaan sosial
Menurut Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Di dalam suatu kepribadian seseorang, memiliki aspek – aspek, menurut Abin
Syamsuddin (2003) aspek – aspek tersebut adalah yaitu :
1. Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten
tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2. Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
3. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen
4. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan
atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci
tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
6. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal.
Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain.

2
Sering kali orang menyamakan antara temperamen, watak dan kepribadian. Namun,
Dr. Tim La Haye dalam bukunya "Temperamen Anda Dapat Diubah" (Diterjemahkan dari
dari buku Spirit Controlled Temperament), memberikan perbedaan di antara ketiganya.
Dikatakannya bahwa temperamen merupakan gabungan dari ciri-ciri pembawaan yang
secara tidak sadar mempengaruhi tingkah laku seseorang. Ciri-ciri ini diturunkan
berdasarkan kebangsaan, ras (orang Batak berbeda dengan orang Jawa), seks (beda antara
pria dan wanita) dan faktor- faktor keturunan lain. Ciri-ciri ini diteruskan oleh gen (plasma
pembawa sifat). Beberapa ahli ilmu jiwa mengemukakan bahwa kita lebih banyak
mendapat gen kakek dan nenek kita daripada gen orang tua kita. Hal ini nyata pada
beberapa anak yang lebih mirip dengan kakek atau nenek daripada dengan kedua orang
tuanya. Ciri-ciri temperamen itu tidak dapat ditentukan lebih dahulu, sama seperti mata,
rambut dan ukuran tubuh.
Watak seseorang menyatakan keadaan yang sebenarnya. Barangkali inilah yang
disebut sebagai "manusia batiniah yang tersembunyi". Watak adalah hasil dari temperamen
pembawaan seseorang yang dibentuk oleh pendidikan pada masa kanak-kanak, pendidikan
di sekolah, sikap dasar, agama, prinsip-prinsip dan motivasi. Kadang-kadang watak itu
disebut sebagai "jiwa" manusia yang terdiri atas pikiran, emosi dan kehendak.
Sedangkan kepribadian, menurut La Haye, adalah ekspresi yang keluar dari diri
kita, yang mungkin sama dengan watak kita atau mungkin juga tidak, bergantung pada
ketulusan kita. Sering kali kepribadian itu merupakan suatu topeng yang baik dari watak
yang buruk atau yang lemah. Banyak orang pada masa bertindak berdasarkan apa yang
menurut pikirannya patut dilakukan, bukan berdasarkan keadaan dirinya yang sebenarnya.
Inilah rumus dari kekacauan mental dan rohani. Hal ini terjadi bila seseorang mengikuti
rumus-rumus manusia tentang tingkah laku yang baik itu, maka akibatnya ialah kekacauan
mental dan rohani.
Menurut tipe – tipe kerpibadian oleh Galen, seorang ahli fisiolog Romawi yang
hidup di abad ke-2 Masehi , yang pertama kali memperkenalkan teori empat kepribadian.
Mr. A mungkin bertipe kepribadian sanguin, Tipe yang mempunyai energi yang besar,
suka bersenang-senang, dan supel. Mereka suka mencari perhatian, sorotan, kasih sayang,
dukungan, dan penerimaan orang-orang di sekelilingnya. Orang bertipe sanguin suka

3
memulai percakapan dan menjadi sahabat bagi semua orang. Orang tipe ini biasanya
optimis dan selalu menyenangkan. Namun, ia tidak teratur, emosional, dan sangat sensitif
terhadap apa yang dikatakan orang terhadap dirinya. Dalam pergaulan, orang sanguin
sering dikenal sebagai “si tukang bicara”. Pada tahun 1971, C.G. Jung menulis sebuah
buku yang berjudul "Psychological Types". Ia membagi kepribadian itu atas introvert dan
extrovert. Kedua tipe itu ditandai dengan sikap seseorang terhadap obyek. Seorang yang
introvert pada dasarnya selalu ingin melarikan diri dari obyek, seakan-akan obyek itu harus
dicegah agar tidak menguasainya. Sebaliknya, orang yang ekstrovert mempunyai sikap
yang positif terhadap obyek. Dialah yang menguasai obyek itu. Kelihatannya pembagian
Jung itu terlalu sederhana. Tetapi sebetulnya Jung mengklasifikasikan kedua tipe itu ke
dalam delapan subtipe, sehingga terkesan rumit. Berdasarkan teori Jung dalam bukunya
tersebut, Mr. A termasuk orang yang bertipe
1. Tipe pemikir introvert.
Orang ini terlalu membatasi diri dengan pikiran dan pendapatnya sendiri. Ia bisa
berpikir kritis, tetapi sering subyektif.
2. Tipe perasa introvert.
Orangnya tenang, sulit didekati, sukar mengerti dan kurang tanggap terhadap
perasaan orang lain.
Pembagian Jung ini disempurnakan lebih lanjut oleh Isabel Briggs Myers dalam
bukunya "Gifts Differing". Dia membagi ke delapan tipe Jung menjadi dua sub tipe yang
menyangkut penilaian dan pemahaman. Dialah yang menemukan tipe Myers-Briggs yang
merupakan indikator terhadap pengukuran preferensi kepribadian, kapasitas dan
keterbatasannya. Ia yakin bahwa setiap subtipe itu mempunyai kekuatan. Hal ini sangat
menolong kita sebagai pelayan. Suatu pendekatan yang baru terhadap analisa tingkah laku
dari tipe kepribadian ini terdapat dalam "The Diagnostic and Statistical Manual III", yang
menguraikan 11 gangguan kepribadian yang di kelompokkan dalam tiga bagian,
berdasarkan kasus Tersebut maka tipe kepribadian Mr. A adalah :

4
Kelompok A: Orang-orang aneh dan eksentrik.
a. Paranoid:
Suatu gangguan kepribadian yang ditandai dengan ciri-ciri khas hipersensitivitas,
kecurigaan, dan kecenderungan untuk menyalahkan orang lain.
b. Schzoid:
Selalu menjauhkan diri dari orang lain serta memiliki pemikiran yang eksentrik.
Kelompok B: Orang-orang dramatis, emosional dan tak menentu.
a. Anti-sosial :
Ketidakmauan untuk berasosiasi dengan individu-individu lain atau kelompok-kelompok
lain. Sikapnya selalu melawan standar sosial, dan karenanya berbahaya bagi masyarakat.
b. Borderline:
Orangnya tidak stabil dalam tingkah laku, suasana hati, hubungan dengan orang lain, dan
konsep diri.
c. Histronie :
Gangguan kepribadian yang ditandai dengan kehebohan, dramatisasi diri, pembujukan dan
usaha untuk mencari perhatian.
Kelompok C: Ditandai dengan kecemasan, ketakutan dan suka bertingkah.
a. Avoidant :
Cirinya adalah kepekaan yang berlebihan terhadap penolakan orang lain, sehingga ia tidak
mau berhubungan dengan orang lain, takut kalau ditolak..
b. Passive-aggressive:
Ditandai dengan pemberontakan melalui ketidakaktifan dan sikap keras kepala.
Berdasarkan kasus tersebut dapat di bahas juga bahwa Mr. A juga memiliki Etika
yang kurang baik dalam diskusi tersebut. Menurut Ketut Rinjin, 2004 melalui Sjafri
Mangkuprawira, 2006 Peran dan manfaat etika :
1. Manusia hidup dalam jajaran norma moral, religius, hukum, kesopanan, adat
istiadat dan permainan. Oleh karena itu, manusia harus siap mengorbankan
sedikit kebebasannya.
2. Norma moral memberikan kebebasan bagi manusia untuk bertindak sesuai
dengan kesadaran akan tanggung jawabnya = human act, dan bukan an act of

5
man. Menaati norma moral berarti menaati diri sendiri, sehingga manusia
menjadi otonom dan bukan heteronom
3. Manfaat etika adalah :
• Mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan
secara otonom,
• Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang tertib,
teratur, damai dan sejahtera.
Oleh karena itu di dalam forum ilmiah pun di perlukan etika. Agar dapat menjaga
keselarasan dan ketengan dalam berdiskusi. Di dalam suatu forum ilmiah tidak di perlukan
sikap yang egois, merasa dirinya paling benar dan ekpresi wajah yang emosional. Menurut
Charles darwin ekspresi wajah secara universal menyampaikan keadaan emosi yang
serupa. Dapat diartikan bahwa perasaan-perasaan atau emosi manusia ditemukan pada
semua bangsa di dunia. Ekspresi emosi itu dilakukan dengan wajah maupun gerakan tubuh.
Apa yang diekspresikan oleh seseorang merupakan cerminan dari emosi dasar manusia. EQ
adalah kemampuan kita mengenali dan mengelola segala emosi yang ada pada diri kita. EQ
mencakup motivasi diri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati
(kegembiraan, kesedihan, kemarahan dan lain-lain) dan tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan mempu mengedalikan stres. Cakupan lainya yakni
kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan
dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerja sama tim, membentuk citra diri
positif, memotivasi, memberi inspirasi dan sebagainya.
Yang harus dilakukan untuk menjaga EQ adalah :
1. Mengenali dan melepaskan emosi negatif
2. Mengelola emosi diri sendiri.
3. Memotivasi diri sendiri
Komunikasi baik verbal maupun non verbal yang dilakukan Mr. A pun kurang
bagus. Karena menggunakan kata – kata yang tidak sopan, ekpresi wajah yang emosi,
menghentakkan tangan ke meja dan berbicara atau berdialog dengan suara yang sangat
keras. Seharusnya klau kita memang sedang emosi atau emosi kita tidak dapt di kendalikan

6
lagi. Maka gunakanlah salah satu teori yaitu dengan pengalihan emosi ke kontradiksi. Misal
kita emosi tapi ekspresi wajah kita tetap tenang dengan senyum.
Ada beberapa sikap yang perlu dicermati oleh seseorang dalam berkomunikasi,
khususnya komunikasi verbal, yaitu antara lain:
1. Berorientasi pada kebenaran (truth).
2. Tulus (sincerity).
3. Ramah (friendship).
4. Kesungguhan (Seriousness).
5. Ketenangan (poise).
6. Percaya diri (self convidence).
7. Mau mendengarkan dengan baik (good listener)
Dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi verbal dalam forum formal,
diperlukan langkah-langkah yang tepat. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memahami maksud dan tujuan berkomunikasi.
2. Mengenali komunikan (audience).
3. Berorientasi pada tema komunikasi.
4. Menyampaikan pesan dengan jelas.
5. Menggunakan alat bantu yang sesuai.
6. Menjadi pendengar yang baik.
7. Memusatkan perhatian.
8. Menghindari terjadinya gangguan.
9. Membuat suasana menyenangkan.
10. Memanfaatkan bahasa tubuh dengan benar.
Pertanyaan :
1. Apa yang di maksud dengan kestabilan emosi ?
2. Jelaskan pendapat anda, perlukah kita memiliki sikap percaya diri dalam berdiskusi ?
3. Jelaskan, Apakah temperamen, watak dan kepribdian sama ?
Jawaban :
1. kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti
mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa

7
2. Rasa percaya diri merupakan syarat wajib yang harus dimiliki dalam pergaulan.
Soalnya remaja yang memiliki rasa percaya diri, memiliki kecenderungan selalu
tampil optimis dan tidak pernah putus asa. Sebaliknya orang yang ngga' PD akan terus
merasa pesimis dan bahkan merasa terkucilkan dalam pergaulan. Rasa percaya diri
merupakan sesutu yang perlu apa lagi dalam berdiskusi, tetapi rasa percaya diri yang
berlebihan pada saat berdiskusi dapat mengakibatkan kita bisa terbawa emosi apabila
jawaban atau apa yang kita jelaskan itu terima atau orang tidak paham. Percaya diri
yang berlebihan membuat stbailitas emosi kita tidak terkendali dan akhirnya kita
menjadi egois.
3. Temperamen
Gabungan dari ciri-ciri pembawaan yang secara tidak sadar mempengaruhi tingkah
laku seseorang. Ciri-ciri ini diturunkan berdasarkan kebangsaan, ras (orang Batak
berbeda dengan orang Jawa), seks (beda antara pria dan wanita) dan faktor- faktor
keturunan lain. Ciri-ciri ini diteruskan oleh gen (plasma pembawa sifat).
Watak
Watak seseorang menyatakan keadaan yang sebenarnya. Barangkali inilah yang
disebut sebagai "manusia batiniah yang tersembunyi". Watak adalah hasil dari
temperamen pembawaan seseorang yang dibentuk oleh pendidikan pada masa kanak-
kanak, pendidikan di sekolah, sikap dasar, agama, prinsip-prinsip dan motivasi.
Kadang-kadang watak itu disebut sebagai "jiwa" manusia yang terdiri atas pikiran,
emosi dan kehendak
Kepribadian
Organisasi dinamis yang ada pada seseorang di dalam suatu sistem kejiwaan yang
menentukan keunikan penyesuaian dengan lingkungannya. Sering kali kepribadian itu
merupakan suatu topeng yang baik dari watak yang buruk atau yang lemah. Banyak
orang pada masa bertindak berdasarkan apa yang menurut pikirannya patut dilakukan,
bukan berdasarkan keadaan dirinya yang sebenarnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mujib, Abdul. Kepribadian Dalam Psikologi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006

Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Agama, Sebuah Pengantar. Bandung: Mizan, 2003

Elizabeth Wagele, Renee Baron. 2005. Eneagram Psikologi Kepribadian Populer. Jakarta
PT Serambi Ilmu Semesta
Prabowo, H. 1999. Psikologi Umum 2. Seri Diktat Kuliah. Jakarta : Universitas Gunadar
Walgito, B. 1985. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit Fakultas Psikologi
UGM.
Atkinson, 1997. Psikologi Umum, Jilid 1, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Branca, A.A. 1964. Psychology : The Science of Behavior. Boston : Allyond Bacon Inc.
Hogan, Robert, (1997), Hand Book of Personality, New York: Academic Press, 0-
12134645-5
Hurlock, Elizabeth, B., (1974), Personality Development, New York: McGraw-Hill book
Company, 0-07-031447-0
Maddi, Salvatore, R., (1968), Personality Theories, Illinois: The Dorsey Press, 68-14881
http://www.karir-up.com/?p=143
www.sabda.org
www.myweb.com
www.sabda.org
triplefortune.wordpress.com
www.rumahbelajarpsikologi.com
www.e-psikologi.com
www.besthomebiznetwork.com
Kompas (4/5/2004)
titok.wordpress.com
mediabilhikmah.multiply.com
trescent.wordpress.com

9
10

Anda mungkin juga menyukai