OLEH
Havid Nadiansyah Putra
05022681519012
(BKU : Manajemen Agribisnis)
2015
DOSEN PENGAJAR :
Prof.DR.Ir. Imron Zahri, M.Si
PENDAHULUAN
Pendapatan petani merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian yang serius,
hal ini karena sebagian besar rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor
perkebunan. Oleh karena itu pemerintah mengembangkan berbagai pola untuk meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani Indonesia. Juga tidak dapat dipungkiri kebutuhan
masyarakat akan protein hewani asal ternak yang semakin meningkat seiring dengan
pertambahan penduduk, peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan kesadaran gizi
masyarakat. Oleh karena itu menjadi penting ketersedian sumber tersebut dapat diperoleh
masyarakat dengan jumlah yang cukup dan harga yang terjangkau.
Pembangunan peternakan yang merupakan bagian dari pembangunan pertanian
memiliki arti penting bagi ketahanan pangan dan upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia. Fungsi protein hewani sangat menentukan dalam mencerdaskan manusia
karena kandungan asam aminonya tidak dapat tergantikan (irreversible) oleh bahan makanan
lainnya. Salah satu sumber protein hewani tersebut didapat dari daging ternak. Ternak sapi
potong merupakan salah satu jenis ternak rumaninansia yang penting dalam memasok
kebutuhan daging asal ternak.
Upaya untuk meningkatkan keseimbangan pendapatan petani dan kebutuhan daging
asal ternak sangat tergantung pada pengelolaan lahan serta ketersediaan pakan ternak yang
berkualitas dan mudah didapat. Oleh karena itu dibutuhkan sistem terintegritas antara kedua
sektor diatas (perkebunan dan peternakan). Dalam sistem integrasi ini akan terjadi simbiosis
mutualisme dimana masing-masing pihak baik ternak sapi maupun perkebunan kelapa sawit
sama-sama mendapat manfaat dengan adanya sistem integrasi ini. Dalam sistem tersebut
dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Menjadi tenaga ternak bagi petani
2. Menghasilkan daging ( Untuk sapi potong )
3. Menghasilkan anak sapi ( Dari sapi induk )
4. Menghasilkan susu ( Dari sapi perah )
5. Menghasilkan pupuk kandang ( Kotoran ternak ).
keterpaduan, dan
keberlanjutan.
2.
Instrumen kebijakan
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Tahun
2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219);
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4297);
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411);
3.
Dari perkebunan kelapa sawit yang begitu luas maka akan ada vegetasi antar tanaman
kelapa sawit berupa semak, ilalang dan rumput lapangan, serta dimungkinnya
dikembangkan sumber hijauan makanan ternak berupa rumput gajah atau sejenisnya.
Tanaman kelapa sawit menghasilkan limbah berupa hijauan daun pelepah, serta
batang kelapa sawit hasil dari replanting.
Pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah tandan buah kosong, serat persan buah,
bungkil kelapa sawit serta lumpur atau Palm Sludge.
Dalam sistem integrasi ini akan terjadi simbiosis mutualisme, dimana dapat memberi
manfaat sebagai berikut:
1. Menjadi tenaga ternak bagi petani
2. Menghasilkan daging ( Untuk sapi potong )
3. Menghasilkan anak sapi ( Dari sapi induk )
4. Menghasilkan susu ( Dari sapi perah )
5. Menghasilkan pupuk kandang ( Kotoran ternak )
Adanya dukungan dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah;
misalnya Kebijakan Direktorat Jenderal Peternakan dalam hal :
1. Kebijakan peningkatan ketersediaan dan mutu benih dan bibit
2. Kebijakan peningkatan populasi dan optimalisasi produksi ternak ruminansia
3. Kebijakan peningkatan populasi dan optimalisasi produksi ternak nonruminansia
4. Kebijakan peningkatan dan mempertahankan status kesehatan hewan
5. Kebijakan peningkatan jaminan keamanan produk hewan
6. Kebijakan peningkatan pelayanan prima kepada masyarakat
b. Faktor Penghambat
4.
5.
perwilayahan, integrasi ternak dan tanaman, pendayagunaan bahan pakan lokal serta
pemberdayaan peternak.
Penelitian tentang penanggulangan penyakit hewan menular dan gangguan
reproduksi sapi
Penelitian tentang Pendayagunaan peran dan fungsi kelembagaan serta SDM
peternakan untuk kebijakan dan pengambilan keputusan.
Penelitian tentang pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai bahan pupuk
kompos/organik bagi tanaman kelapa sawit.
Penelitian tentang pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai bahan energi
terbarukan (gas metane), sebagai gas untuk proses masak di rumah tangga dan
sumber energi penerangan pada generator set di areal perkebunan.
Penelitian tentang pengurangan limbah padatan dan cairan dari pabrik pengolahan
kelapa sawit, sehingga menjaga kelangsungan lingkungan hidup.
Komentar terkait SIPP
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 105/Permentan/PD.300/8/2014
tentang Integrasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dengan Usaha Budi Daya Sapi Potong
serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 54/Permentan/Ot.140/10/2006 Tentang Pedoman
Pembibitan Sapi Potong Yang Baik (Good Breeding Practice) merupakan perwujudan dari
VISI PEMBANGUNAN PERTANIAN
berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi
dari sumberdaya hayati pertanian dan kelautan tropika
Bila ditinjau prinsip-prinsip dasar yang dirancang dalam SIPP 2013-2045 maka Peraturan
Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 105/Permentan/PD.300/8/2014 serta Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 54/Permentan/Ot.140/10/2006 sangat mengakomodir SIPP yang
disusun dengan perspektif Pertanian Indonesia yang Bermartabat,Mandiri, Maju, Adil dan
Makmur sebagai arah ideal jangka panjang pertanian.