Bab 4
Bab 4
BAB 4
PEMBAHASAN
Dalam hal ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara BAB 2
yang merupakan penjabaran Konsep Asuhan Keperawatan secara teori dengan
BAB 3 yang merupakaan penjabaran Asuhan Keperawatan yang nyata.
Pembahasan Asuhan Keperawatan An. S dengan Demam Thypoid yang
meliputi
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
perencanaan
keperawatan,
83
84
menjaga kebersihan diri (mencuci tangan) dan suka jajan di sembarang tempat
yang tidak terjamin kebersihannya.
Dari 11 fungsi kesehatan antara teori dan penemuan kasus sebagian besar
terdapat persamaan, Tetapi pada fungsi kesehatan pola istirahat tidur tidak sesuai
karena menurut teori anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/
nyeri kepala dan persendian, pegal-pegal, sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya kurang, sedangkan pada kasus, jam tidur An. S 5-6 jam, tidur
nyenyak tetapi terkadang terbangun karena lingkungan yang ramai atau saat suhu
tubuh meningkat di malam hari ditambah keluhan gatal pada perut, punggung,
leher, lengan dan telapak tangannya. An. S tidak mengalami nyeri perut, nyeri
kepala dan persendian sehingga anak tidak mengalami kesulitan tidur.
Pada kasus An. S, pada pemeriksaan kepala tidak didapatkan nyeri/pusing.
Sedangkan menurut teori kepala terasa nyeri/ pusing, pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering dan pecah-pecah, epistaksis dapat dialami oleh
penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan beradang. Hal ini dapat terjadi
karena panas anak sudah membaik sehingga tidak terjadi gangguan keseimbangan
termoregulator di otak yang dapat memicu terjadinya nyeri kepala/pusing pada
klien.
Pemeriksaan integumen/ kulit pada An. S didapatkan ruam kulit (rash) yang
umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen di salah satu sisi
dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian
hilang dengan sempurna. Pada kasus An.S didapatkan keluhan bintik kemerahan
pada daerah kulit sekitar abdomen, punggung, leher, lengan dan telapak tangan
tetapi keluhan tersebut muncul pada hari ke-4 dan belum hilang sampai hari ke-7.
85
Ruam kulit mungkin terjadi karena suhu ruangan yang panas, klien tidak mandi
selama sakit, dan kulit yang lembab.
Pemeriksaan abdomen menurut teori abdomen mengalami nyeri perut dan
nyeri tekan, pembesaran organ hati (hepatomegali) maupaun splenomegali, Pada
kasus An. S didapatkan pemeriksaan abdomen flat, tidak tampak bayangan vena,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar. Antara teori dan kasus tidak
sesuai, hal ini mungkin terjadi karena kuman Salmonella Thyposa menginfeksi
saluran pencernaan tetapi tidak sampai menyebabkan hepatomegali maupaun
splenomegali yang dapat menimbulkan masalah nyeri pada klien.
Pada kasus nyata, An. S mendapatkan terapi Ceftriaxone 3x600 mg. Pada
tinjauan teori, pemberian terapi medis penderita demam thypoid adalah dengan
Kloramfenikol dengan dosis tinggi untuk mempersingkat waktu perawatan dan
mencegah relaps. Terapi Kloramfenikol adalah anti mikroba golongan
Kloramfenikol untuk indikasi Tifus dan paratifus, infeksi Salmonella, Riketsia,
dengan efek samping Diskrasia darah seperti anemia aplastik, reaksi hipersensitif,
mual, muntah dan diare. Sedangkan terapi Ceftriaxone adalah anti mikroba
golongan Sefalosporin dengan efek samping yang sama. Terapi Ceftriaxone juga
dapat digunakan untuk penderita thypoid, maka dengan cara kerja obat yang sama,
terapi Ceftriaxone dapat pula diberikan kepada klien dengan diagnosa demam
thypoid.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut tinjauan teori terdapat 5 diagnosa yang
muncul pada kasus Demam Thypoid, pada kasus An. S ada 3 diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan teori yaitu resiko hipertermi berhubungan
86
dengan proses infeksi, resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksi, defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi,
kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi.
Resiko Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi kuman ditandai dengan
akral hangat, kulit kemerahan, mukosa bibir kering, suhu 37,6 oC, RR 32 x/menit,
Nadi: 122x/menit BAK 5x/hari 650 cc.
Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
intake inadekuat ditandai dengan berat badan sebelum MRS: 15 Kg berat badan
saat MRS: 15 Kg LILA: 17 cm, tinggi badan: 115 cm, Hb: 12,8 mg/dl, mukosa
bibir kering, k/u lemah, anak tampak enggan saat disuapi ibu.
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi
diagnosa ini diangkat karena ibu mengatakan mendapat penjelasan dari petugas
kesehatan bahwa anaknya sakit tipus, untuk perawatannya ibu tidak tau harus
berbuat apa, saat ditanya tentang pengertian tipus ibu mengatakan saya tidak
tau, penyebab tipus ibu mengatakan saya juga ndak ngerti , tanda dan gejala
tipus ibu mengatakan biasanya panas, sama kadang tipus itu lidahnya putih ya,
pencegahan tipus ibu mengatakan tidak tahu, penanganan tipus ibu mengatakan
kalau panas ya biasanya dikompres atau dibawa berobat.
Sedangkan yang tidak muncul pada kasus ada 2 diagnosa keperawatan yaitu
nyeri dan resiko komplikasi penyakit. Diagnosa diagnosa tersebut tidak diangkat
karena pada saat pengkajian tidak ditemukan data yang mendukung diagnosa
tersebut.
Diagnosa nyeri tidak diangkat karena saat pengkajian tidak didapatkan data
yang menunjukkan anak mengalami nyeri kepala, nyeri persendian, nyeri tekan
abdomen, nyeri telan, klien tidak menyeringai atau merintih kesakitann serta tidak
87
88
mengatur
waktu
makan
menjadi
momen
sosial
yang