Anda di halaman 1dari 14

Program

Pemberantasan
Penyakit Kusta
Dr. Juliandi Harahap, MA
Dr. Rina Amelia, MARS
Dept Ilmu Kedokteran Komunitas FK
USU

Pendahuluan
Penyakit kusta adalah penyakit menular yg
disebabkan oleh kuman mycobakterium leprae.
Bersifat menular tapi sulit menular karena harus
terdapat kontak yang erat antara kasus dengan
penderita yang telah teridentifikasi. Gejala kusta
baru tampak setelah puluhan tahun.

Gejala kusta antara lain:

bercak putih (hipopigemtasi) yang mati rasa biasanya


daerah bercak putih tidak ada keringat dan bulu.
adanya penebalan saraf tepi dengan disertai
gangguan fungsi.
Gangguan fungsi saraf meliputi mati rasa/kurang
rasa, pareses dan paralisis, kulit kering, retak dan
edema (bengkak).

Penyakit Kusta dan


Permasalahannya

Penyakit kusta merupakan suatu penyakit kronis


yang dapat menyebabkan cacat. Penyakit ini tidak
hanya menimbulkan masalah kesehatan,
melainkan juga masalah ekonomi dan sosial bagi
penderitanya, terutama di negara-negara sedang
berkembang, seperti Indonesia.
Indonesia menempati tiga besar jumlah penderita
penyakit kusta di dunia, setelah India dan Brasil.
Kondisi yang memprihatinkan itu ikut
menurunkan produktivitas masyarakat karena
penderita kusta yang cacat jadi beban sosial dan
ekonomi keluarganya.

Epidemiologi:
Asal penyakit kusta tidak diketahui dengan pasti.
Akan tetapi ada yang berpendapat bahwa penyakit ini
berasal dari Asia Tengah kemudian menyebar ke
Mesir, Eropa, Afrika dan Amerika.

Di Indonesia pada tahun 1997 tercatat 33.739 orang


yang merupakan negara ketiga terbanyak
penderitanya setelah India dan Brasil dengan
prevalensi 1,7 per 10.000 penduduk.

Penyakit kusta dapat menyerang semua orang. Lakilaki lebih banyak terkena dibandingkan wanita.
Perbandingan 2 : 1

Beberapa daerah yang menunjukkan insidens yg


hampir sama, tetapi ada daerah yang menunjukkan
penderita wanita lebih banyak.

Epidemiologi:
Penyakit ini dapat mengenai semua umur,
namun demikian jarang dijumpai pada umur
yang sangat muda. Frekuensi terbanyak
adalah pada umur 15-29 tahun. Terdapat
perbedaan baik dalam hal ras maupun dalam
hal geografis.

Ras Cina, Eropa, dan Myanmar lebih rentan


terhadap bentuk lepromatosa dibandingkan
dengan ras Afrika, India, dan Melanesia.

Beberapa faktor lain yang dapat berperan


dalam kejadian dan penyebaran kusta,
antara lain iklim (cuaca panas dan lembab),
diet, status gizi, status sosial ekonomi dan
genetik

Berdasarkan deklarasi Hanoi tahun 1994, WHO


mencanangkan target eliminasi global kusta, yaitu
menurunkan prevalensi kurang dari 1 per 10.000
penduduk pada tahun 2000

Indonesia sejak Juni 2000 secara nasional telah


mencapai eliminasi kusta atau penurunan jumlah
penderita kusta, yang berarti secara nasional angka
kejadian kusta atau prevalensi kusta mencapai
dibawah 1 per 10.000 penduduk yaitu mencapai 0,84
per 10.000 penduduk.

Namun, hingga kini, 15 provinsi dan 140 kabupaten


belum mencapai eliminasi, sebagian justru menjadi
daerah endemis kusta.

Upaya-upaya eliminasi kusta:


Berdasarkan peta situasi kusta di Indonesia,
diperlukan upaya terobosan untuk percepatan
(akselerasi) yang dilakukan melalui:

kampanye eliminasi kusta atau Leprosy Elimination


Campaign (LEC)
Special Action Project for the Elimination of Leprosy
(SAPEL) di daerah yang sulit dicapai karena kondisi
geografis
Rapid Village Survey (RVS) untuk menemukan dan
mengobati penderita yang tersembunyi.

Disamping itu untuk mencapai Eliminasi Kusta di


seluruh provinsi pada tahun 2005 dan kabupaten
pada tahun 2007/2008, telah dibentuk Aliansi
Nasional Eliminasi Kusta (ANEK) sebagai forum
kemitraan tingkat Nasional, beranggotakan 13
provinsi yang belum mencapai eliminasi serta 2
provinsi (Jabar dan Jateng) yang mempunyai beban
kusta cukup banyak.

Stigma di masyarakat hambatan pengobatan:


Hingga kini sebagian masyarakat umum masih
menganggap kusta sebagai penyakit kutukan,
penyakit yang sangat menular, penyakit turun
temurun, penyakit akibat guna-guna dan tidak
dapat disembuhkan. Akibatnya, penderita
kusta disisihkan atau dinistakan dari
kehidupan masyarakat.
rasa takut yang berlebihan terhadap penyakit
kusta (leprophobia) dan pengertian yang keliru
terhadap penyakit kusta akan memperberat
penemuan dan penyembuhan penderita kusta
Hal ini merupakan hambatan pengobatan.

Hambatan lain
adanya kantong-kantong penderita
kusta yang sebagian besar terletak di
daerah yang sulit dan berpenduduk
padat serta daerah yang relatif miskin.

dana dari pemerintah untuk


pemberantasan kusta sangat terbatas.

Penanganan penyakit kusta:

Penyakit kusta adalah penyakit menular yang sangat tidak


menular. Penyakit kusta dapat disembuhkan setiap tahap
penyakit tergantung dari tipe penyakit dan cepatnya penemuan.
Ada dua jenis penyakit kusta yaitu Paucibacillary (PB) dan
Multibacillary (MB), berdasarkan jumlah bercak hipopigmentasi
dimana kurang dari5 atau sama dengan5 adalah tipe PB
(kering/ringan) dan bila lebih dari5 dan disertai adanya
kelainan fungsi saraf dikalsifikasikan sebagai tipe MB.

Klasifikasi bermanfaat delam menentukan lama terapi


pengobatan kusta dimana tipe PB hanya menempuh pengobatan
selama 6 bulan, tapi untuk tipe MB pengobatannya harus
selama 1 tahun. Bila kasus ditemukan masih dalam keadaan dini
maka pengobatannya mudah dan sembuh tanpa cacat.

Pengobatan kusta dilakukan secara menyeluruh, meliputi


pengobatan, rehabilitasi, dan pemberian keterampilan bagi
pasien yang telah sembuh. Pasien yang sembuh diharapkan bisa
kembali produktif.

Penyakit kusta sering kali didiagnosa sudah terlambat karena


telah timbul suatu cacat. Berdasarkan criteria WHO tingkat
kecacatan dilihat dari aspek :

Mata : apa ada lagopthalmos, mati rasa atau ulkus pada kornea.
Tangan : apakah ada lunglai, mati rasa pada telapak, luka akibat mati
rasa, pemendekan jari atau kelemahan otot.
Kaki : apakah ada kaki lunglai (samper), mati rasa pada telapak, luka
akibat mati rasa, pemendekan jari atau kelemahan otot.

Dan dari ketiga aspek tersebut ditentukanlah tingkat kecacatannya


yang dikategorikan dalam tingkat kecacatan . 0 kalau mata, tangan dan
kaki masih utuh
tingkat cacat 1 bila ada cacat pada nata, tangan atau kaki akibat
kerusakan saraf tetapi cacat ini tidak kelihatan yaitu mati rasa saja
tingkat cacat 2 kalau sudah ada cacat akibat kerusakan syaraf dan
cacat itu kelihatan, borok, luka bakar, jari kiting, lunglai, pemendekan,
lagophtalmus, ulkus pada kornea.

Sedang gejala seperti madarosis (muka singa), hidung plana


tidak masuk komponen kriteria tingkat cacat.
Oleh karena itu penderita kusta yang disertai satu cacat atau
lebih disamping diberikan pengobatan medik juga perlu suatu
upaya rehabilitasi (perawatan diri).

Perawatan diri

Untuk mata yang tidak dapat tertutup rapat


(lagophalmus). Gunakan kaca mata untuk melindungi
dari debu dan angin, Hindari tugas-tugas yang
berkaitan dengan debu atau tanah yang kering. Seringseringlah mencuci/ membasahi dengan air bersih. Waktu
istirahat, tutup mata dengan sepotong kain basah dan
sering-sering bercermin apakah ada kemerahan atau
benda yang masuk

Untuk tangan yang mati rasa. Lindungi diri dari benda


yang panas, kasar atau tajam dengan memakai alas
tangan.. Membagi tugas rumah tangga supaya orang
lain kerjakan bagian yang berbahaya, sering berhenti
dan memeriksa tangan dengan teliti ada ada luka atau
lecet. Kalau ada luka, memar atau lecet kecilpun,
lanngung merawatnya dan istirahat. Apabila ada luka,
memar atau lecetpun, langsung merawatnya dan
istirahatkan bagian tengan tersebut.

Untuk jari tangan yang bengkok dan /atau kering:


Rendam selama 20 menit setiap hari dalam air dingin,
kemudian langsung mengolesi dengan minyak.
Beberapa kali setiap hari luruskan jari-jari yang
bengkok supaya tidak menjadi kaku.

Untuk kaki yang mati rasa , selalu pakai alas kaki


(sandal/sepatu) yang empuk didalam. Jangan berdiri atau
berjongkok lama atau berjalan kaki jauh sebab tidak
akan merasa memar. Seringkali periksa apaklah ada
batu, memar ada luka lecet dan kalau ada luka, lecet
atau memar kecilnya, langsung merawatnya dan jangan
sekali-kali menginjaknya.
Untuk kulit kaki yang tebal dan kering. Rendam selama
20 menit setiap hari dalam dingin kemudian langsung
mengoleksi dengan minyak. kalau pun kulit tumit terlalu
tebal dan pecah-pecah , gosok dengan hati-hati pakai
batu apung / atau yang agak kasar.
Untuk kaki simper: selalu pakai sepatu supaya jari-jari
tidak diseret atau terluka. Pakai tali karet anatara lutut
dan sepatu guna mengangkat kaki bagian depan waktu
berjalan. . Jaga supaya tidak menjadi kaku.
Luka borok :bila borok itu tidak terinfeksi, jangan
berikan obat antibiotic macam apapun. Borok itu akan
sembuh sendiri asal kaki tersebut tidak terus diinjak.
Pengobatan yang paling tepat ialah bersihkan saja borok
itu, kemudian istirahatlah bagian kaki itu.

Terima

kasih.

Anda mungkin juga menyukai