PANDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di media massa, akhir-akhir diramaikan dengan berita penangkapan seorang
pembunuh dan pelaku mutilasi. Orang ini diyakini sudah membunuh banyak
orang, dan semua dilakukan dalam rentang waktu tak begitu lama. Diduga kuat,
tersangka pelaku ini seorang psikopat.
Psikopat adalah suatu gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap
berbahaya dan mengganggu masyarakat. Di indonesia kasus psikopat sudah
menjadi hal yang umum atau tidak asing lagi. Hal ini terbukti dengan banyaknya
kasus-kasus psikopat seperti kasus ryan dari jombang, kasus babe serta kasuskasus yang lainnya. Menurut seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru
besar di Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert D.
Hare telah melakukan penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa
seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta,
menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan
dirinya sendiri.(http://id.wikipedia.org/wiki/Psikopat).
Istilah Psikopat sejak 1952 diganti dengan Sosiopat dan dalam DSM II 1968 resmi
dinamakan Sosiopat (Ramsland, tanpa tahun) itu, justru tidak bisa ditemukan
dalam DSM IV. Yang ada dalam manual baku yang digunakan oleh para psikitaer
di seluruh Amerika Serikat (dan diacu juga oleh para psikolog klinis dan psikiater
dan psikolog di Indonesia) itu adalah 10 jeniskelainan kepribadian (Personality
Disorders) (American Psychiatric Association, 1994: 629). Hare menjelaskan
bahwa ada dua unsur utama dalam pengertian Psikopat, yaitu faktor
afektif atau interpersonal dan faktor gaya hidup sosial yang menyimpang.
Penelitian
lain
yang
dilakukan Miller
&
Lynam menyatakan
bahwa
dengan skor yang tinggi dalam test kepribadian yang disebut Revised NEO
Personality Inventory (NEO-P-I-R, 1992).
B. Rumusan Masalah
-
C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar klinis dengan
sengaja memfokuskan pada salah satu topik klinis yaitu Teori Gangguan
Kepribadian Anti Sosial (ASP) atau psikopat.
BAB II
PEMBAHASAN
bahwa
kelainan
dalam
perkembangan
sistem
saraf
dapat
impulsif atau kurang terkontrol berasal dari kelainan fungsional dalam kadar
serotonin atau di wilayah otak.
Sosial dan lingkungan rumah juga berperan dalam menunjang perkembangan
perilaku antisosial. Orang tua dari anak-anak bermasalah sering menunjukkan
tingkat tinggi perilaku antisosial sendiri. Dalam satu penelitian besar, orang tua
anak laki-laki lebih sering bermasalah alkohol atau pidana, dan rumah mereka
sering terganggu oleh perceraian, perpisahan atau tidak adanya orangtua.
Dalam kasus anak asuh dan adopsi, merampas seorang anak muda dari ikatan
emosional yang signifikan dapat merusak kemampuannya untuk membentuk
hubungan intim dan percaya, yang mungkin menjelaskan mengapa beberapa anak
yang diadopsi cenderung untuk mengembangkan ASP. Sebagai anak-anak muda,
mereka mungkin lebih cenderung bergerak dari satu pengasuh ke yang lain
sebelum adopsi akhir, sehingga gagal untuk mengembangkan lampiran emosi
yang tepat atau mempertahankan angka dewasa.
Disiplin tidak menentu atau tidak patut dan pengawasan yang tidak memadai telah
dikaitkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak. Melibatkan orang tua
cenderung untuk memonitor perilaku anak, menetapkan aturan dan melihat bahwa
mereka mematuhi, memeriksa keberadaan anak, dan mengarahkan mereka dari
teman-teman bermain bermasalah. pengawasan yang baik adalah kurang
cenderung di rumah-rumah yang rusak karena orang tua mungkin tidak tersedia,
dan orang tua sering antisosial kurangnya motivasi untuk mengawasi anak-anak
mereka. Pentingnya pengawasan orangtua juga ditekankan ketika antisocials
tumbuh dalam keluarga besar dimana setiap anak kurang mendapat perhatian
secara proporsional.
Seorang anak yang tumbuh di sebuah rumah terganggu dapat memasukkan orang
dewasa di dunia terluka secara emosional. Tanpa memiliki ikatan yang kuat
dikembangkan, dia egois dan tidak peduli kepada orang lain. Kurangnya disiplin
hasil konsisten dalam hal kecil untuk aturan dan menunda kepuasan. Dia tidak
memiliki model peran yang tepat dan belajar untuk menggunakan agresi untuk
D.
Haretelah
melakukan
kasus
kriminal,
psikopat
dikenali
dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya
adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona,
mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan.
Psikopat memiliki 20 ciri-ciri umum. Namun ciri-ciri ini diharapkan tidak
membuat orang-orang mudah mengecap seseorang psikopat karena diagnosis
gejala ini membutuhkan pelatihan ketat dan hak menggunakan pedoman penilaian
formal, lagipula dibutuhkan wawancara mendalam dan pengamatan-pengamatan
lainnya. Prasangka dan tuduhan kepada seseorang yang menganggapnya psikopat
dengan sembarangan berisiko buruk, dan setidaknya membuat nama seseorang itu
menjadi jelek.
C. Tujuh tahap diagnosa psikopat
Mencocokkan kepribadian pasien dengan 20 kriteria yang ditetapkan Prof. Hare.
Pencocokan ini dilakukan dengan cara mewawancara keluarga dan orang-orang
terdekatpasien, pengaduan korban, atau pengamatan perilaku pasien dari waktu ke
waktu.
Memeriksa
kesehatan
otak
menggunakan elektroensefalogram,
dan
tubuh
pencitraan
lewat
resonansi
pemindaian
magnetik,
dan
Sebab-Sebab
1.
Biologis
Hare sendiri memeriksa seorang pasien pria, berusia 46 tahun bernama AI yang
menunjukkan semua gejala psikopat. Hasilnya adalah bahwa pada AI ditemukan
kelainan di otak, yaitu bahwa AI tidak dapat memisahkan stimulus yang bersifat
rasional dari yang emosional. Semua stimulus diolah sekaligus oleh belahan otak
kiri (pusat rasio) dan otak kanannya (pusat emosi). Karena itu menurut Hare
seorang psikopat bukan sekedar berbohong atau hipokrit (munafik), tetapi ada
sesuatu yang lebih serius di baliik itu, yaitu ada kelainan di otaknya (Hare, 1999).
2.
Psikis
Sosial
Seseorang yang psikopat biasanya cuek pada norma-norma sosial, tak peduli pada
aturan, dan pemberontak. Kepribadiannya yang sulit ditebak, bisa terlihat dari
ketidakstabilannya dalam hubungan interpersonal, citra diri, serta selalu bertindak
menuruti kata hati. Tanpa peduli perbuatannya itu salah atau benar, mengganggu
orang atau tidak. Orang seperti ini cenderung impulsif (melakukan sesuatu tanpa
pikir panjang), dan berpikiran negatif serta memiliki sifat pendendam.
4.
Spiritual
Adanya sikap dan perilaku yang menampakkan suatu yang dipandang baik oleh
orang lain, padahal di dalam hatinya tersembunyi kebusukan, keburukan, dan
kebobrokan. Apa yang ditampakkan tidak sama dengan apa yang dirasakan di
dalam kalbunya. Indikator gangguan kepribadian antara lain adalah suka menipu
(QS An-Nisa : 142), menyembunyikan kejalekan di dalam hatinya (QS. At-Taubah
: 64), perbuatannya dalam kefasikan atau dosa (QS. At-Taubah : 67), sikapnya
suka berdusta.
F. Perspektif Aliran-Aliran
1.
Psikoanalisis
menyakiti orang lain, atau menipu. Disamping itu, orang yang menderita
gangguan tersebut mempunyai super ego yang tumpul sehingga ia tidak merasa
bersalah atas apa yang telah di lakukannya meskipun perilakunya sudah
merugikan banyak orang.
2.
Behavioristik
Humanistik
Psikologi Islami
Kognitif
10
Onset
Prevalensi
Prevalensi gangguan kepribadian adalah 3 persen pada laki-laki dan 1 persen pada
wanita. Keadaan ini paling sering ditemukan pada daerah perkotaan yang miskin
dan di antara penduduk yang berpindah-pindah dalam daerah tersebut. Anak lakilaki dengan gangguan berasal dari keluarga yang lebih tinggi. Dibandingkan anak
perempuan dengan gangguan.
Di dalam populasi penjara, prevalensi gangguan kepribadian psikopat mungkin
setinggi 75 persen. Suatu pola familial ditemukan di mana gangguan lima kali
lebih sering pada sanak saudara derajat pertama dari laki-laki. (Kaplan & Sadock)
I.
kepribadian
psikopat
terhadap
keintiman,
ahli
terapi
harus
menggagalkan usaha klien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang
lain dalam melakukan hal itu, ahli terapi menghadapi tantangan memisahkan
kendali dari hukuman dan memisahkan pertolongan dan konfrontasi dari isolasi
sosial dan ganti rugi.
11
psikostimulan,
seperti
methylphenidate
(ritalin),
mungkin
12
13
sosial yang ada di masyarakat. Walaupun banyak dihubungkan dengan tindakantindakan kriminal, bukan berarti gangguan ini sama artinya dengan kriminalitas.
Kejadian gangguan kepribadian ini di dalam masyarakat adalah sekitar 3 persen
untuk laki-laki dan 1 persen untuk perempuan. Biasanya terjadi di daerah urban
yang miskin atau tingkat ekonomi sosialnya rendah. Beberapa perilaku yang
sering terjadi pada individu dengan gangguan ini adalah ; berbohong, kekerasan
terhadap orang lain, kabur dari rumah, pencurian, berkelahi, penggunaan narkoba
dan aktivitas-aktivitas melanggar hukum. Beberapa laporan mengatakan, perilaku
tersebut dimulai bahkan saat masa kanak-kanak.
Individu yang mengalami gangguan seperti ini tidak mengalami gangguan
kecemasan atau depresi akibat perbuatannya. Penjelasan yang terkadang di luar
akal sehat tentang perbuatannya seringkali membuat ahli kesehatan jiwa berpikir
apakah ini suatu gangguan skizofrenia. Tetapi dari pemeriksaan mental biasanya
tidak pernah ditemukan adanya waham ataupun pikiran-pikiran tidak rasional.
Bahkan, seringkali individu dengan gangguan ini menunjukkan adanya daya pikir
yang tinggi dan kemampuan berbicara yang melebihi rata-rata. Untuk itulah,
sering ditemukan perilaku yang manipulatif terhadap orang lain. Mereka tidak
dapat dipercaya dan hampir tidak pernah berkata benar tentang tindakannya. Kita
melihatnya sebagai orang yang tidak punya hati nurani.
Apakah bisa dihukum?
Individu yang mengalami keadaan seperti ini biasanya tidak menyadari bahwa
dirinya sakit. Hampir dapat dipastikan ketika gangguan ini berkembang, maka
gangguan ini tidak akan mengalami masa perbaikan. Walaupun ada beberapa ahli
yang mengatakan akan berkurang menjelang masa dewasa lanjut.
Kebanyakan gangguan kepribadian memang seringkali sulit diobati. Keadaan ini
diperparah karena individu yang mengalami gangguan ini tidak punya tilikan atau
kesadaran diri bahwa dirinya perlu diobati. Orang di sekitar individu yang akan
14
merasakan dampak yang sangat tidak menyenangkan dari perilaku orang yang
mengalami gangguan ini.
Walaupun disebut gangguan jiwa, tapi bukan berarti orang yang mengalami
gangguan ini tidak dapat dihukum. Peristiwa yang terjadi pada kasus Ryan akan
menempatkan Ryan pada tuntutan hukum yang jelas.
Seperti kita ketahui dulu, semua orang tahu bahwa Ryan melakukan hal tersebut
salah satunya juga karena faktor materi. Ini dapat terlihat bahwa harta si korban
diambil oleh pelaku. Ryan juga tahu kalau perbuatannya berkonsekuensi hukum
sehingga
menyembunyikan
si
korban
dengan
mengubur
atau
terakhir
memutilasinya.
Dalam buku Psikiatri Forensik, guru saya pakar Psikiatri Forensik, Dr. Wahjadi
Darmabrata, SpKJ(K), menyatakan, Dahulu diagnosis gangguan jiwa dianggap
cukup untuk menyatakan bahwa terdakwa dibebaskan dari tuntutan. Padahal,
sebenarnya yang diharapkan adalah kepastian seberapa jauh kemampuan
tanggung jawab terdakwa terhadap perbuatannya yang melanggar hukum.
Untuk itulah, pemeriksaan yang mendasar terhadap kasus Ryan perlu dilakukan
oleh psikiater forensik yang memahami gangguan kejiwaan dan kriminalitas yang
terkait dengan kondisi yang dialami pelaku.
Pemeriksaan yang tepat dan cermat akan membuat hasil pemeriksaan dapat
menjadi bahan pertimbangan hakim dalam memberikan keputusan kepada pelaku
yang sering dianggap mengalami gangguan jiwa dan tidak bisa dihukum.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan Kepribadian Anti Sosial (ASP) dapat dikatakan sebagai permasalahan
kesehatan mental, poin bukti untuk mewarisi sifat-sifat. Tapi kehidupan keluarga
disfungsional juga meningkatkan kemungkinan ASP. Jadi meskipun ASP
kemungkinan disebabkan dari dasar keturunan, faktor lingkungan juga
memberikan kontribusi untuk pengembangannya. Kondisi dan Situsi lingkungan
juga dapat menyebabkan gangguan kepribadian anti sosial.
Suatu gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan
mengganggu masyarakat. Istilah psikopat sudah tidak digunakan lagi di dalam
PPDGJ,
istilah
pskopat
masuk
ke
dalam
gangguan
kepribadia
antisosial. Penyebab seorang menjadi psikopat dari berbagai faktor seperti faktor
biologis, faktor psikis, sosial, dan spiritualnya. Biasanya terjadi pada usia 15
tahun. Anak perempuan biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak
laki-laki biasanya lebih awal. Dan gangguan tersebut lebih banyak terdapat pada
laki-laki dibanding wanita. Seorang psikopat lebih baik di beri terapi kelompok
karena
lebih
dapat
menghilangkan
16
gangguan
di
bandingkan
dengan
DAFTAR PUSTAKA
17
TUGAS
GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTI SOSIAL (ASP)
Dosen Pembimbing : Resty Pramitha Dewi, S.Psi, M.Psi.
Disusun Oleh :
Nama
: Fitri Adelia
NPM
: 14110037
Kelas
: BK IIIA
18
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti mata
kuliah. Selama penyusunan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini. Penulis pun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh mahasiswa
STKIP PGRI Bandar Lampung.
Bandar Lampung,
Desember 2015
Penulis
19
DAFTAR ISI
C.
Tujuan.................................................................................................... 2
20