Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PANDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di media massa, akhir-akhir diramaikan dengan berita penangkapan seorang
pembunuh dan pelaku mutilasi. Orang ini diyakini sudah membunuh banyak
orang, dan semua dilakukan dalam rentang waktu tak begitu lama. Diduga kuat,
tersangka pelaku ini seorang psikopat.
Psikopat adalah suatu gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap
berbahaya dan mengganggu masyarakat. Di indonesia kasus psikopat sudah
menjadi hal yang umum atau tidak asing lagi. Hal ini terbukti dengan banyaknya
kasus-kasus psikopat seperti kasus ryan dari jombang, kasus babe serta kasuskasus yang lainnya. Menurut seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru
besar di Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert D.
Hare telah melakukan penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa
seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta,
menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan
dirinya sendiri.(http://id.wikipedia.org/wiki/Psikopat).
Istilah Psikopat sejak 1952 diganti dengan Sosiopat dan dalam DSM II 1968 resmi
dinamakan Sosiopat (Ramsland, tanpa tahun) itu, justru tidak bisa ditemukan
dalam DSM IV. Yang ada dalam manual baku yang digunakan oleh para psikitaer
di seluruh Amerika Serikat (dan diacu juga oleh para psikolog klinis dan psikiater
dan psikolog di Indonesia) itu adalah 10 jeniskelainan kepribadian (Personality
Disorders) (American Psychiatric Association, 1994: 629). Hare menjelaskan
bahwa ada dua unsur utama dalam pengertian Psikopat, yaitu faktor
afektif atau interpersonal dan faktor gaya hidup sosial yang menyimpang.
Penelitian

lain

yang

dilakukan Miller

&

Lynam menyatakan

bahwa

kepribadian psikopat bersumber kepada kelainan kepribadian itu sendiri, karena ia


menemukan korelasi antara perilaku orang-orang dengan sindrom psikopat,

dengan skor yang tinggi dalam test kepribadian yang disebut Revised NEO
Personality Inventory (NEO-P-I-R, 1992).
B. Rumusan Masalah
-

Apa Pengertian Gangguan Kepribadian Anti Sosial (ASP) ?


Apa Pengertian Psikopat ?
Apa Tujuh tahap diagnosa psikopat ?
Bagaimana Gejala-gejala psikopat ?
Bagaimana Cara Menagani Gangguan Kepribadian Anti Sosial (ASP) atau
Psikopat ?

C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar klinis dengan
sengaja memfokuskan pada salah satu topik klinis yaitu Teori Gangguan
Kepribadian Anti Sosial (ASP) atau psikopat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Kepribadian Anti Sosial (ASP)


Teori Gangguan Kepribadian Anti Sosial (ASP), sampai saat ini belum dapat
diketahui. Asp dapat dikatakan sebagai permasalahan kesehatan mental, poin bukti
untuk mewarisi sifat-sifat. Tapi kehidupan keluarga disfungsional juga
meningkatkan kemungkinan ASP. Jadi meskipun ASP kemungkinan disebabkan
dari dasar keturunan, faktor lingkungan juga memberikan kontribusi untuk
pengembangannya. Kondisi dan Situsi lingkungan juga dapat menyebabkan
gangguan kepribadian anti sosial.
Para peneliti telah gagasan mereka sendiri tentang penyebab ASPs. Satu teori
menyatakan

bahwa

kelainan

dalam

perkembangan

sistem

saraf

dapat

menyebabkan ASP. Kelainan yang menyarankan pengembangan sistem saraf yang


abnormal termasuk gangguan belajar, mengompol gigih dan hiperaktivitas.
Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa jika ibu merokok selama kehamilan,
keturunan mereka pada risiko mengembangkan perilaku antisosial. Hal ini
menunjukkan bahwa merokok membawa menurunkan tingkat oksigen dengan
mungkin dihasilkan dalam cedera otak halus untuk janin.
Namun teori lain menunjukkan bahwa orang dengan ASP memerlukan input
sensorik yang lebih besar untuk fungsi otak normal. Bukti bahwa antisocials telah
beristirahat rendah denyut nadi dan konduktansi kulit rendah, dan menunjukkan
penurunan amplitudo pada ukuran otak tertentu mendukung teori ini. Individu
dengan gairah rendah kronis dapat mencari berpotensi berbahaya atau berisiko
situasi untuk meningkatkan gairah mereka ke tingkat yang lebih optimal untuk
memuaskan keinginan mereka untuk kesenangan.
Pencitraan otak telah juga menyatakan bahwa fungsi otak abnormal merupakan
penyebab perilaku antisosial. Demikian pula, neurotransmiter serotonin telah
dikaitkan dengan perilaku impulsif dan agresif. Kedua lobus temporal dan korteks
prefrontal membantu mengatur suasana hati dan perilaku. Bisa jadi perilaku

impulsif atau kurang terkontrol berasal dari kelainan fungsional dalam kadar
serotonin atau di wilayah otak.
Sosial dan lingkungan rumah juga berperan dalam menunjang perkembangan
perilaku antisosial. Orang tua dari anak-anak bermasalah sering menunjukkan
tingkat tinggi perilaku antisosial sendiri. Dalam satu penelitian besar, orang tua
anak laki-laki lebih sering bermasalah alkohol atau pidana, dan rumah mereka
sering terganggu oleh perceraian, perpisahan atau tidak adanya orangtua.
Dalam kasus anak asuh dan adopsi, merampas seorang anak muda dari ikatan
emosional yang signifikan dapat merusak kemampuannya untuk membentuk
hubungan intim dan percaya, yang mungkin menjelaskan mengapa beberapa anak
yang diadopsi cenderung untuk mengembangkan ASP. Sebagai anak-anak muda,
mereka mungkin lebih cenderung bergerak dari satu pengasuh ke yang lain
sebelum adopsi akhir, sehingga gagal untuk mengembangkan lampiran emosi
yang tepat atau mempertahankan angka dewasa.
Disiplin tidak menentu atau tidak patut dan pengawasan yang tidak memadai telah
dikaitkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak. Melibatkan orang tua
cenderung untuk memonitor perilaku anak, menetapkan aturan dan melihat bahwa
mereka mematuhi, memeriksa keberadaan anak, dan mengarahkan mereka dari
teman-teman bermain bermasalah. pengawasan yang baik adalah kurang
cenderung di rumah-rumah yang rusak karena orang tua mungkin tidak tersedia,
dan orang tua sering antisosial kurangnya motivasi untuk mengawasi anak-anak
mereka. Pentingnya pengawasan orangtua juga ditekankan ketika antisocials
tumbuh dalam keluarga besar dimana setiap anak kurang mendapat perhatian
secara proporsional.
Seorang anak yang tumbuh di sebuah rumah terganggu dapat memasukkan orang
dewasa di dunia terluka secara emosional. Tanpa memiliki ikatan yang kuat
dikembangkan, dia egois dan tidak peduli kepada orang lain. Kurangnya disiplin
hasil konsisten dalam hal kecil untuk aturan dan menunda kepuasan. Dia tidak
memiliki model peran yang tepat dan belajar untuk menggunakan agresi untuk

memecahkan perselisihan. Dia gagal untuk mengembangkan empati dan


kepedulian bagi orang-orang di sekitarnya.
Antisosial anak-anak cenderung memilih teman bermain dengan ana yang sama.
Pola dasar biasanya berkembang selama tahun-tahun sekolah dasar, ketika rekan
kelompok penerimaan dan perlu menjadi bagian pertama menjadi penting. anak
agresif adalah yang paling mungkin akan ditolak oleh rekan-rekan mereka, dan
penolakan ini mendorong orang buangan sosial untuk membentuk ikatan dengan
satu sama lain. Hubungan ini dapat mendorong dan pahala agresi dan perilaku
antisosial lainnya. Asosiasi tersebut kemudian dapat mengakibatkan keanggotaan
geng.
Penyalahgunaan Anak juga telah dikaitkan dengan perilaku antisosial. Orang
dengan ASP lebih mungkin daripada yang lain telah disalahgunakan sebagai anakanak. Hal ini tidak mengherankan karena banyak dari mereka tumbuh dengan
orang tua antisosial lalai dan kadang-kadang kekerasan. Dalam banyak kasus,
pelecehan perilaku belajar menjadi orang dewasa yang sebelumnya disiksa
mengabadikan dengan anak-anak mereka sendiri.
Telah dikemukakan bahwa pelecehan awal (seperti gemetar penuh semangat anak)
adalah sangat berbahaya, karena dapat mengakibatkan cedera otak. Trauma
kejadian dapat mengganggu perkembangan normal sistem saraf pusat, sebuah
proses yang berlanjut selama bertahun-tahun remaja. Dengan memicu pelepasan
hormon dan bahan kimia otak lainnya, peristiwa stress dapat mengubah pola
perkembangan normal.
B. Pengertian Psikopat
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche yang
berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut
sebagai sosiopat, karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang
terdekatnya.
Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat
sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan

psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental.


Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati.
Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran
daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga
sukar disembuhkan.
Seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru besar di Universitas British
Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert

D.

Haretelah

melakukan

penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa seorang psikopat selalu


membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan
kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri.
Dalam

kasus

kriminal,

psikopat

dikenali

sebagai pembunuh, pemerkosa,

dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya
adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona,
mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan.
Psikopat memiliki 20 ciri-ciri umum. Namun ciri-ciri ini diharapkan tidak
membuat orang-orang mudah mengecap seseorang psikopat karena diagnosis
gejala ini membutuhkan pelatihan ketat dan hak menggunakan pedoman penilaian
formal, lagipula dibutuhkan wawancara mendalam dan pengamatan-pengamatan
lainnya. Prasangka dan tuduhan kepada seseorang yang menganggapnya psikopat
dengan sembarangan berisiko buruk, dan setidaknya membuat nama seseorang itu
menjadi jelek.
C. Tujuh tahap diagnosa psikopat
Mencocokkan kepribadian pasien dengan 20 kriteria yang ditetapkan Prof. Hare.
Pencocokan ini dilakukan dengan cara mewawancara keluarga dan orang-orang
terdekatpasien, pengaduan korban, atau pengamatan perilaku pasien dari waktu ke
waktu.
Memeriksa

kesehatan

otak

menggunakan elektroensefalogram,

dan

tubuh

pencitraan

lewat

resonansi

pemindaian
magnetik,

dan

pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Hal ini dilakukan karena menurut

penelitian gambar hasil PET (positron emission tomography) perbandingan orang


normal, pembunuh spontan, dan pembunuh terencana berdarah dingin
menunjukkan perbedaan aktivitas otak di bagian prefrontal cortex yang rendah.
Bagian otak lobus frontal dipercaya sebagai bagian yang membentuk kepribadian.
Wawancara menggunakan metode DSM (Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder) IV (The American Psychiatric Association Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder versi IV) yang dianggap berhasil untuk
menentukan kepribadian antisosial.
Memperhatikan gejala kepribadian pasien. Biasanya sejak usia pasien 15 tahun
mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan kejiwaan.
Melakukan psikotes. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.
Melakukan tes pengetahuan. Psikopat biasanya memeliki pengetahuan yang luas.
Jika ada anak berumur 3 tahun yang terlalu genius, dan seharusnya anak tersebut
tidak mungkin segenius itu, maka bisa jadi anak tersebut psikopat.
D. Gejala-gejala psikopat
Sering berbohong, fasih, dan dangkal.
Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Kadang-kadang psikopat mengakui
perbuatannya, namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya
dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
Senang melakukan pelanggaran di waktu kecil.
Sikap acuh tak acuh terhadap masyarakat.
Kurang empati. Bagi psikopat, memotong kepala ayam dan memotong kepala
orang tidak ada bedanya.
Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian,
jam tidur larut dan sering keluar rumah.
Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Tidak ada waktu bagi seorang psikopat
untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka
tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa
depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah

bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik dan mudah menyerang orang


hanya karena hal sepele.
Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis
walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak
memiliki tanggapanfisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut
seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, ataupun
gemetar. Pengidap psikopat tidak memiliki perasaan tersebut, karena itu psikopat
seringkali disebut dengan istilah "dingin".
Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan
kepuasan dirinya.
Biasanya sangat cerdas dan mungkin paling cerdas ketika dibandingkan dengan
anak-anak yang lain.
Biasanya banyak mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya dan marah jika
orang lain menyalahkannya. Merasa paling benar, dan biasanya anggapannya itu
memang benar.
Mengetahui sesuatu yang tidak diketahui. Biasanya banyak yang benar dan sangat
sedikit sekali yang salah.
Memiliki perkiraan dengan akurasi yang tinggi (perkiraannya jarang salah dan
kebanyakan adalah benar atau benar semuanya).
E.

Sebab-Sebab

1.

Biologis

Hare sendiri memeriksa seorang pasien pria, berusia 46 tahun bernama AI yang
menunjukkan semua gejala psikopat. Hasilnya adalah bahwa pada AI ditemukan
kelainan di otak, yaitu bahwa AI tidak dapat memisahkan stimulus yang bersifat
rasional dari yang emosional. Semua stimulus diolah sekaligus oleh belahan otak
kiri (pusat rasio) dan otak kanannya (pusat emosi). Karena itu menurut Hare
seorang psikopat bukan sekedar berbohong atau hipokrit (munafik), tetapi ada
sesuatu yang lebih serius di baliik itu, yaitu ada kelainan di otaknya (Hare, 1999).

2.

Psikis

Menurut Kirkman, mereka yang berkepribadian psikopat mempunyai latar


belakang masa kecil yang tidak memberi peluang untuk perkembangan emosinya
secara optimal. Anak-anak yang tidak dididik dan diasuh sedemikian rupa
sehingga emosinya berkembang dengan baik, akan tumbuh menjadi orang-orang
yang tidak bisa berempati dan tidak mempunyai kata hati (consceince). Dengan
perkataan lain, mereka akan menjadi orang dengan kepribadian Psikopat.
3.

Sosial

Seseorang yang psikopat biasanya cuek pada norma-norma sosial, tak peduli pada
aturan, dan pemberontak. Kepribadiannya yang sulit ditebak, bisa terlihat dari
ketidakstabilannya dalam hubungan interpersonal, citra diri, serta selalu bertindak
menuruti kata hati. Tanpa peduli perbuatannya itu salah atau benar, mengganggu
orang atau tidak. Orang seperti ini cenderung impulsif (melakukan sesuatu tanpa
pikir panjang), dan berpikiran negatif serta memiliki sifat pendendam.
4.

Spiritual

Adanya sikap dan perilaku yang menampakkan suatu yang dipandang baik oleh
orang lain, padahal di dalam hatinya tersembunyi kebusukan, keburukan, dan
kebobrokan. Apa yang ditampakkan tidak sama dengan apa yang dirasakan di
dalam kalbunya. Indikator gangguan kepribadian antara lain adalah suka menipu
(QS An-Nisa : 142), menyembunyikan kejalekan di dalam hatinya (QS. At-Taubah
: 64), perbuatannya dalam kefasikan atau dosa (QS. At-Taubah : 67), sikapnya
suka berdusta.

F. Perspektif Aliran-Aliran
1.

Psikoanalisis

Terjadi karena dorongan-dorongan bawah sadar terhadap pemuasan id ditambah


dengan rendahnya kontrolnya ego sehingga id lebih dominan dan akhirnya dia
melakukan segala cara untuk memuaskan id nya seperti membunuh, dan

menyakiti orang lain, atau menipu. Disamping itu, orang yang menderita
gangguan tersebut mempunyai super ego yang tumpul sehingga ia tidak merasa
bersalah atas apa yang telah di lakukannya meskipun perilakunya sudah
merugikan banyak orang.
2.

Behavioristik

Teori behavioristik memandang bahwa gangguan kepribadian psikopat di


sebabkan oleh proses belajar yang salah selama rentang kehidupanya. Ia tidak
memahami perilaku mana yang benar dan perilaku mana yang salah. Anak yang
tidak pernah mendapatkan reward atas hasil baik yang ia lakukan justru ia selalu
mendapatkan perilaku dan pengalaman yang tidak menyenangkan saat melakukan
perbuatan yang baik maupun yang buruk. Maka anak tersebut belajar bahwa, tidak
ada yang namanya benar. Tetapi, apapun yang ia lakukan akan sama saja
dampaknya
3.

Humanistik

Dalam teori humanistik, gangguan tersebut di sebabkan oleh terhambatnya dan


tidak tercapainya proses menuju aktualisasi diri yang sehat. Seseorang yang
menderita gangguan tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Baik kebutuhan
akan rasa aman dan kebutuhan akan rasa cinta dan dicintai.
4.

Psikologi Islami

Psikopat merupakan gangguan kepribadian yang ke tiga, dalam bukunya Abdul


Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam. Hal ini bisa di sebut juga dengan
nifaq. Yaitu sikap dan perilaku yang menampakkan suatu yang dipandang baik
oleh orang lain, padahal di dalam hatinya tersembunyi kebusukan, keburukan, dan
kebobrokan. Apa yang ditampakkan tidak sama dengan apa yang dirasakan di
dalam kalbunya. Indikator gangguan kepribadian antara lain adalah suka menipu
(QS An-Nisa : 142), menyembunyikan kejalekan di dalam hatinya (QS. At-Taubah
: 64), perbuatannya dalam kefasikan atau dosa (QS. At-Taubah : 67), sikapnya
suka berdusta.
5.

Kognitif

Psikopat terjadi karena mengalami distorsi kognitif. Ia berfikir bahwa ia dapat


mendapatkan apa saja yang ia mau dengan melakukan apa saja yang ia inginkan

10

untuk membawanya kepada sesuatu yang ia inginkan tersebut meskipun


perilakunya membawa pengaruh atau efek buruk bagi orang lain.
G.

Onset

Onset gangguan adalah sebelum usia 15 tahun. Anak perempuan biasanya


memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki biasanya lebih awal. (Kaplan
& Sadock)
H.

Prevalensi

Prevalensi gangguan kepribadian adalah 3 persen pada laki-laki dan 1 persen pada
wanita. Keadaan ini paling sering ditemukan pada daerah perkotaan yang miskin
dan di antara penduduk yang berpindah-pindah dalam daerah tersebut. Anak lakilaki dengan gangguan berasal dari keluarga yang lebih tinggi. Dibandingkan anak
perempuan dengan gangguan.
Di dalam populasi penjara, prevalensi gangguan kepribadian psikopat mungkin
setinggi 75 persen. Suatu pola familial ditemukan di mana gangguan lima kali
lebih sering pada sanak saudara derajat pertama dari laki-laki. (Kaplan & Sadock)
I.

Cara Menagani Gangguan Kepribadian Anti Sosial (ASP) atau Psikopat

Jika pasien gangguan kepribadian psikopat diimobilisasi (sebagai contohnya, di


masukkan di dalam rumah sakit), mereka seringkali dapat menjalani psikoterapi.
Dalam proses terapi, dukungan dari kelompok sangat menentukan perubahan
perilaku. Oleh sebab itu, maka terapi kelompok lebih dapat menghilangkan
gangguan di bandingkan dengan memasukannya kedalam penjara.
Sebelum terapi dimulai, sangat penting untuk dibuat batasan-batasan yang kuat
terlebih dahulu. Ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi
perilaku merusak diri sendiri pada klien. Dan untuk mengatasi rasa takut klien
gangguan

kepribadian

psikopat

terhadap

keintiman,

ahli

terapi

harus

menggagalkan usaha klien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang
lain dalam melakukan hal itu, ahli terapi menghadapi tantangan memisahkan
kendali dari hukuman dan memisahkan pertolongan dan konfrontasi dari isolasi
sosial dan ganti rugi.

11

Farmakoterapi. Farmakoterapi digunakan untuk menghadapi gejala yang


diperkirakan akan timbul seperti kecemasan, penyerangan, dan depresi. Tetapi
karena klien seringkali merupakan penyalahguna zat, obat harus digunakan secara
bijaksana. Jika klien menunjukan bukti-bukti adanya gangguan defisit atensi/
hiperaktifitas,

psikostimulan,

seperti

methylphenidate

(ritalin),

mungkin

digunakan. Harus di lakukan usaha untuk mengubah metabolisme katekolamin


dengan obat-obatan dan untuk mengendalikan perilaku impulsif dengan obat
antiepileptik, khususnya jika bentuk gelombang abnormal ditemukan pada EEG.
Kirkman, yang percaya bahwa psikopat terbentuk karena salah asuh pada masa
kecil, berpendapat bahwa psikopat bisa dicegah dengan indikasi kelainan
kepribadian itu bisa dideteksi sedini mungkin dan diberi asuhan sedemikian rupa
sehingga meminimalkan resiko individu dari kekurangan afeksi pada masa
kecilnya yang akan meyebabkan berkembangnya perilaku yang merugikan dari
seorang psikopat. (Kaplan & Sadock)
Berdasarkan pengamatan kami terhadap berbagai film yang bertema psikopat,
seperti the orphan dan saw dapat kami ambil kesimpulan bahwa penderita
gangguan ini mempunyai kualitas hidup yang sama seperti orang normal. Mereka
tidak merasakan adanya suatu gangguan dalam diri mereka. Bahkan perilaku
mereka tidak membawa hal buruk terhadap dirinya. Yang membedakan hanyalah
perilaku mereka yang cenderung maladaptif dan cenderung merugikan orang lain
demi kepentingan dan kepuasan dirinya sendiri.

I. Contoh Kasus Gangguan Kepribadian Anti Sosial (ASP)


Kasus yang melibatkan terpidana mati Ryan atau Veri Idham Henyansyah kembali
mencuat setelah adanya upaya peninjauan kembali (PK) dari pengacaranya terkait
vonis hukuman mati yang dijatuhkan. Ryan Kamis (22/9/2011) kemarin hadir di

12

Pengadilan Negeri Depok, Jawa Barat dalam persidangan dengan agenda


pembacaan alasan kuasa hukum melakukan peninjauan kembali.
Kata-kata Gangguan Jiwa dan Psikopat kemudian mulai muncul dalam
persidangan yang dikemukakan oleh pengacara Ryan. Sayangnya, penggunaan
kata Psikopat ini tidak sepenuhnya tepat dalam kerangka diagnosis gangguan jiwa
karena istilah tersebut sudah tidak dikenal dalam diagnosis gangguan jiwa.
Beberapa kalangan kesehatan jiwa kemungkinan besar akan menjawab sama bila
ditanya tentang apa yang terjadi pada kesehatan jiwa Ryan. Kemungkinan
diagnosis yang paling mungkin adalah suatu Gangguan Kepribadian Antisosial
yang dulunya lebih dikenal sebagai Psikopat.
Tentunya hal ini merupakan diagnosis banding saja, karena untuk menegakkan
diagnosis yang tepat perlu melakukan pemeriksaan yang langsung dan lengkap.
Psikiater tidak mungkin mendiagnosis hanya berdasarkan berita di koran saja
tanpa melihat pasien secara langsung.
Lalu apakah itu gangguan Kepribadian Antisosial? Gangguan kepribadian
antisosial dalam pedoman diagnosis gangguan jiwa menurut DSM IV-TR
(keluaran American Psychiatric Association) dan ICD 10 (keluaran Badan
Kesehatan Dunia/WHO) merupakan bagian dari Gangguan Jiwa.
Orang yang mengalami gangguan kepribadian tidak menyadari dirinya sakit. Ia
merasa tidak ada yang salah dengan dirinya, sehingga orang seperti ini tidak akan
datang ke pikiater atau psikolog klinis untuk meminta disembuhkan. Ketiadaan
tilikan ke dalam diri ini yang membuat gangguan kepribadian memiliki
kemungkinan sembuh yang kecil.
Gangguan kepribadian yang banyak dihubungkan dengan perilaku kekerasan dan
kriminalitas adalah gangguan kepribadian antisosial. Kepustakaan mengatakan
sekitar 70 persen orang yang dipenjara mengalami gangguan kepribadian tipe ini.
Bila mengalami gangguan ini, individu tidak mampu untuk mentaati norma-norma

13

sosial yang ada di masyarakat. Walaupun banyak dihubungkan dengan tindakantindakan kriminal, bukan berarti gangguan ini sama artinya dengan kriminalitas.
Kejadian gangguan kepribadian ini di dalam masyarakat adalah sekitar 3 persen
untuk laki-laki dan 1 persen untuk perempuan. Biasanya terjadi di daerah urban
yang miskin atau tingkat ekonomi sosialnya rendah. Beberapa perilaku yang
sering terjadi pada individu dengan gangguan ini adalah ; berbohong, kekerasan
terhadap orang lain, kabur dari rumah, pencurian, berkelahi, penggunaan narkoba
dan aktivitas-aktivitas melanggar hukum. Beberapa laporan mengatakan, perilaku
tersebut dimulai bahkan saat masa kanak-kanak.
Individu yang mengalami gangguan seperti ini tidak mengalami gangguan
kecemasan atau depresi akibat perbuatannya. Penjelasan yang terkadang di luar
akal sehat tentang perbuatannya seringkali membuat ahli kesehatan jiwa berpikir
apakah ini suatu gangguan skizofrenia. Tetapi dari pemeriksaan mental biasanya
tidak pernah ditemukan adanya waham ataupun pikiran-pikiran tidak rasional.
Bahkan, seringkali individu dengan gangguan ini menunjukkan adanya daya pikir
yang tinggi dan kemampuan berbicara yang melebihi rata-rata. Untuk itulah,
sering ditemukan perilaku yang manipulatif terhadap orang lain. Mereka tidak
dapat dipercaya dan hampir tidak pernah berkata benar tentang tindakannya. Kita
melihatnya sebagai orang yang tidak punya hati nurani.
Apakah bisa dihukum?
Individu yang mengalami keadaan seperti ini biasanya tidak menyadari bahwa
dirinya sakit. Hampir dapat dipastikan ketika gangguan ini berkembang, maka
gangguan ini tidak akan mengalami masa perbaikan. Walaupun ada beberapa ahli
yang mengatakan akan berkurang menjelang masa dewasa lanjut.
Kebanyakan gangguan kepribadian memang seringkali sulit diobati. Keadaan ini
diperparah karena individu yang mengalami gangguan ini tidak punya tilikan atau
kesadaran diri bahwa dirinya perlu diobati. Orang di sekitar individu yang akan

14

merasakan dampak yang sangat tidak menyenangkan dari perilaku orang yang
mengalami gangguan ini.
Walaupun disebut gangguan jiwa, tapi bukan berarti orang yang mengalami
gangguan ini tidak dapat dihukum. Peristiwa yang terjadi pada kasus Ryan akan
menempatkan Ryan pada tuntutan hukum yang jelas.
Seperti kita ketahui dulu, semua orang tahu bahwa Ryan melakukan hal tersebut
salah satunya juga karena faktor materi. Ini dapat terlihat bahwa harta si korban
diambil oleh pelaku. Ryan juga tahu kalau perbuatannya berkonsekuensi hukum
sehingga

menyembunyikan

si

korban

dengan

mengubur

atau

terakhir

memutilasinya.
Dalam buku Psikiatri Forensik, guru saya pakar Psikiatri Forensik, Dr. Wahjadi
Darmabrata, SpKJ(K), menyatakan, Dahulu diagnosis gangguan jiwa dianggap
cukup untuk menyatakan bahwa terdakwa dibebaskan dari tuntutan. Padahal,
sebenarnya yang diharapkan adalah kepastian seberapa jauh kemampuan
tanggung jawab terdakwa terhadap perbuatannya yang melanggar hukum.
Untuk itulah, pemeriksaan yang mendasar terhadap kasus Ryan perlu dilakukan
oleh psikiater forensik yang memahami gangguan kejiwaan dan kriminalitas yang
terkait dengan kondisi yang dialami pelaku.
Pemeriksaan yang tepat dan cermat akan membuat hasil pemeriksaan dapat
menjadi bahan pertimbangan hakim dalam memberikan keputusan kepada pelaku
yang sering dianggap mengalami gangguan jiwa dan tidak bisa dihukum.

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan Kepribadian Anti Sosial (ASP) dapat dikatakan sebagai permasalahan
kesehatan mental, poin bukti untuk mewarisi sifat-sifat. Tapi kehidupan keluarga
disfungsional juga meningkatkan kemungkinan ASP. Jadi meskipun ASP
kemungkinan disebabkan dari dasar keturunan, faktor lingkungan juga
memberikan kontribusi untuk pengembangannya. Kondisi dan Situsi lingkungan
juga dapat menyebabkan gangguan kepribadian anti sosial.
Suatu gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan
mengganggu masyarakat. Istilah psikopat sudah tidak digunakan lagi di dalam
PPDGJ,

istilah

pskopat

masuk

ke

dalam

gangguan

kepribadia

antisosial. Penyebab seorang menjadi psikopat dari berbagai faktor seperti faktor
biologis, faktor psikis, sosial, dan spiritualnya. Biasanya terjadi pada usia 15
tahun. Anak perempuan biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak
laki-laki biasanya lebih awal. Dan gangguan tersebut lebih banyak terdapat pada
laki-laki dibanding wanita. Seorang psikopat lebih baik di beri terapi kelompok
karena

lebih

dapat

menghilangkan

memasukannya ke dalam penjara

16

gangguan

di

bandingkan

dengan

DAFTAR PUSTAKA

Amalia (2008). Kenali 11 gejala Psikopat. http://amillavtr.multiply.com.


Diakses 3 Maret 2010.
Sarwono, Sarlito. W., (2008). Antara Psikopat Dan Sosiopat:Kajian Dalam JurnalJurnal Barat. www.ilmupsikologi.com. Diakses 3 Maret 2010.
Kaplan & Sadock (1997). Sinopsis Psikiatri. Edisi ketujuh. Jakarta

17

TUGAS
GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTI SOSIAL (ASP)
Dosen Pembimbing : Resty Pramitha Dewi, S.Psi, M.Psi.

Disusun Oleh :
Nama

: Fitri Adelia

NPM

: 14110037

Kelas

: BK IIIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG
2015

18

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti mata
kuliah. Selama penyusunan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini. Penulis pun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh mahasiswa
STKIP PGRI Bandar Lampung.

Bandar Lampung,

Desember 2015

Penulis

19

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A.

Latar Belakang Masalah......................................................................... 1


B.

Rumusan Masalah ................................................................................. 2

C.

Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 2

A. Pengertian Gangguan Kepribadian Anti Sosial (ASP)......................2


B. Pengertian Psikopat ...........................................................................5
C. Tujuh tahap diagnosa psikopat...........................................................6
D. Gejala-gejala psikopat........................................................................7
E. Sebab-Sebab.......................................................................................8
F. Perspektif Aliran-Aliran.....................................................................10
G. Onset..................................................................................................11
H. Prevalensi..........................................................................................11
I. Cara Menagani Gangguan Kepribadian Anti Sosial (ASP)
atau Psikopat...................................................................................12
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai