Penge Coran 1
Penge Coran 1
di
pabrik-pabrik
Pembuatan Cetakan
Sebagai contoh akan diuraikan pembuatan roda gigi seperti pada
Gambar 5.2 di bawah ini. Cetakan dibuat dalam rangka cetak (flak)
yang terdiri dari dua bagian, bagian atas disebut kup dan bagian
bawah disebut drag. Pak kotak cetak yang terdiri dari tiga bagian,
bagian
tengahnya
disebut
cheek.
Kedua
bagian
kotak
cetakan
Kerugiannya adalah :
1. Pola rusak sewaktu dilakukan pengecoran
2. Pola lebih mudah rusak, oleh karena itu memerlukan penangangan
yang lebih sederhana.
3. Pada pembuatan pola tidak dapat digunakan mesin mekanik
4. Tidak ada kemungkinan untuk memeriksa keadaan rongga cetakan
solidifikasi
terarah.
Solidifikasi
hendaknya
mulai
dari
permukaan cetakan kea rah logam cair sehingga selalu ada logam
cair cadangan untuk menutupi kekurangan akibat penyusutan.
4. Usahakanlah agar slag, kotoran atau partikel asing tidak dapat
masuk ke dalam rongga cetakan.
POLA
Jenis Pola
dimiringkan.
Untuk
permukaan
luar,
biasanya
dipakai
karena
ada
kemungkinan
bahwa
benda
cor
akan
melengkung.
Distorsi
Distorsi terjadi pada benda coran dengan bentuk yang tidak teratur
karena sewaktu membeku terjadi penyusutan yang tidak merata.
Kemungkinan ini perlu diperhitungkan sewaktu membuat pola.
Kelonggaran
Bila pasir di sekitar pola ditumbuk-tumbuk kemudian pola dilepaskan,
pada umumnya ruangan pola akan lebih besar sedikit. Pada benda cor
7
yang besar atau benda cor yang tidak mengalami penyelesaian, hal ini
dapat diatasi dengan membuat pola yang kecil sedikit.
Bahan Pola
Langkah pertama dalam pembuatan suatu benda cor ialah: persiapan
pola. Pola ini agak berbeda dibandingkan dengan benda cornya
sendiri.
Perbedaan
tersebut
mencakup
suaian
pola
untuk
biasanya
dibuat
dari
logam
karena
lebih
awet
dalam
penggunaan.
Pola logam tidak berubah bentuk dan rata-rata tidak memerlukan
perawatan khusus. Jenis logam yang banyak digunakan untuk pola
ialah kuningan, besi cord an aluminium. Aluminium banyak digunakan
karena mudah dibentuk, ringan dan tahan korosi. Pola logam biasanya
dicor mengikuti pola induk yang terbuat dari kayu.
PASIR
Jenis Pasir
Pasir silica (SiO 2), ditemukan di banyak tempat, dan tersebar di
seluruh Nusantara. Pasir ini sangat cocok untuk cetakan karena tahan
suhu tinggi tanpa terjadi penguraian, murah harganya, awet dan
butirannya mempunyai bermacam tingkat kebesaran dan bentuk.
Namun, angka muainya tinggi dan memiliki kecenderungan untuk
melebur menjadi satu dengan logam. Karena kandungan debu yang
cukup tinggi, dapat berbahaya bagi kesehatan.
PENGUJIAN PASIR
Pasir cetakan perlu diuji secara berkala untuk mengetahui sifatsifatnya. Pengujian yang lazim diterapkan adalah pengujian mekanik
untuk menentukan sifat-sifat pasir sebagai berikut:
1. Permeabilitas. Porositas pasir memungkinkan pelepasan gas dan
uap yang terbentuk dalam cetakan
2. Kekuatan. Pasir harus memiliki gaya kohesi, kadar air dan lempung,
mempengaruhi sifat-sifat cetakan.
3. Ketahanan terhadap suhu tinggi. Pasir harus tahan terhadap suhu
tinggi tanpa melebur.
4. Ukuran dan bentuk butiran. Ukuran butiran pasir harus sesuai
dengan sifat permukaan yang dihasilkan. Butiran harus berbentuk
tidak teratur sehingga memiliki kekuatan ikatan yang memadai.
Pengujian Kekerasan Cetakan Inti
Pada gambar 5.10 tampak alat pengukur kekerasan cetakan. Prinsip
kerjanya adalah sederhana, bola baja 5,08 m ditekan ke dalam
permukaan cetakan oleh per (gaya 2,3 N). kedalaman penetrasi yang
10
11