Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI DAN DESAIN ULANG

ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP)


DI SUMUR X LAPANGAN Y

I.

LATAR BELAKANG MASALAH


Dalam memproduksikan minyak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

dengan cara sembur alam (natural flow) dan sembur buatan (artificial lift). Cara
pertama dilakukan bila tekanan reservoir cukup tinggi, sehingga dapat mengalirkan
fluida ke permukaan secara alamiah. Sedangkan cara yang kedua dilakukan apabila
tekanan reservoir tidak mampu lagi mengalirkan fluida kepermukaan secara alamiah.
Salah satu metode yang digunakan dalam menangani masalah yang kedua adalah
dengan menggunakan Pompa Benam Listrik (Electrical Submersible Pump-ESP).
Metode pengangkatan fluida dengan ESP banyak digunakan karena sangat
efektif dan efisien untuk sumur yang menpunyai produktivitas indeks (PI) yang
besar, sumur yang dalam, serta untuk sumur-sumur miring. Ada banyak pilihan jenis
pompa ESP yang beredar di pasaran dimana tiap perusahaan mengembangkan dan
membuat bermacam-macam ukuran serta type dari pompa benam listrik sehingga
dapat dipilih type dan ukuran yang sesuai dengan perhitungan.
Unit peralatan ESP di dalam sumur mempunyai usia (running time) tertentu,
sehingga laju produksinya tidak sesuai dengan harapan. Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap laju produksi sumur-sumur ESP diantaranya adalah adanya
berkurangnya cadangan minyak, adanya problem produksi (kepasiran, conning,
emulsi, scale dan sebagainya) dan desain pompa yang tidak optimal.
Dalam mendesain atau merencanakan pompa benam listrik (Pump Design)
ada 3 (tiga) hal penting yang harus di perhitungkan agar pompa dapat bekerja pada
kapasitas yang optimal, yaitu Head Capacity, Pump Efficiency dan Brake Horse
Power sehingga untuk memproduksikan fluida dengan kapasitas produksi maksimum
dan kapasitas kerja pompa yang optimum, maka peralatan bawah permukaan dalam
pemasangannya bisa menggunakan lebih dari satu. Pemasangan ini biasa disebut
dengan Tandem, sedangkan banyaknya yang dipasang akan bervariasi (bisa dua atau
tiga) tergantung dari jenis type dan ukuran dari unit pompa yang tersedia.

II.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi sumur-sumur ESP dan

mendesain ulang ESP dengan mengevaluasi laju produksi, pump setting depth dan
ukuran serta type unit pompa yang tersedia. Dari hasil tersebut diharapkan dapat
memilih unit pompa ESP yang sesuai untuk menghasilkan laju produksi yang
optimum.
III.

TEORI DASAR

3.1.

Produktivitas Formasi
Pada umumnya sumur-sumur yang baru diketemukan mempunyai tenaga

pendorong alamiah yang mampu mengalirkan fluida hidrokarbon dari reservoir


kepermukaan dengan tenaganya sendiri. Akan tetapi dengan berjalannya waktu
produksi, kemampuan dari formasi untuk mengalirkan fluida tersebut akan
mengalami penurunan, yang besarnya sangat tergantung pada penurunan tekanan
reservoir. Parameter yang menyatakan produktivitas formasi adalah Index
Produktivitas (PI) dan Inflow Performance Relationship (IPR).
Index Produktivitas (PI) merupakan index yang digunakan untuk menyatakan
kemapuan suatu formasi untuk berproduksi pada suatu beda tekanan tertentu.
PI

q
.............................................................................(3-1)
Ps Pwf

PI

dq
.................................................................................(3-2)
dPwf

Inflow Performance Relationship (IPR) merupakan pernyataan PI secara


grafis yang menggambarkan perubahan-perubahan dari harga tekanan alir dasar
sumur (Pwf) versus laju alir (q) yang dihasilkan karena terjadinya perubahantekanan
alir dasar sumur tersebut. Jarang fluida tersebut satu fasa, bila tekanan reservoir di
bawah tekanan bubble point minyak, dimana gas semula larut akan terbebaskan,
membuat fluida menjadi dua fasa. Menurut Muskat, bentuk IPR pada kondisi
tersebut melengkung, sehingga PI menjadi suatu perbandingan antara perubahan laju
produksi dq dengan perubahan tekanan alir dasar sumur, dPwf.
3.2.

Aliran Fluida Dalam Pipa

Secara umum persaman gradient tekanan yang digunakan untuk setiap fluida
yang mengalir pada sudut kemiringan pipa tertentu dinyatakan dengan tiga
komponen, yaitu adanya perubahan energi potensial (elevasi), adanya gesekan pada
dinding pipa dan adanya perubahan energi kinetik.
dP
dP
dP
dP
..................................................(3-3)
dL dL dL dL

el
f
acc
g
fV 2 VdP
dP

sin

...............................................(3-4)
dL
gc
2g c d
g cdL

dimana :
= densitas fluida, lb/cuft
V = kecepatan aliran, ft/dt
f

= faktor gesekan

= diameter dalam pipa, inchi

= sudut kemiringan pipa

= percepatan gravitasi, ft/dt2

gc = faktor konversi
3.2.1. Friction Loss
Bila fluida mengalir didalam pipa maka akan mengalami tegangan geser
(shear stress) pada dinding pipa, sehingga terjadi kehilangan sebagian tenaganya
yang sering di sebut dengan friction loss. Willian-Hazen membuat suatu persamaan
empiris untuk friction loss (hf), yaitu:
100

hf 2,0830

1,85

Q1,85

ID4,8655

.................................................(3-5)

dimana:
C

= konstanta dari bahan yang digunakan dalam pembuatan pipa

= laju produksi, gallon/menit

ID = diameter dalam pipa, inchi


Berdasarkan persamaan tersebut, Willian-Hezen membuat grafik friction loss seperti
yang ditunjukkan dalam Lampiran

3.2.2. Tekanan, Head dan Gradient Tekanan


Tekanan hidrostatik suatu fluida adalah tekanan yang disebabkan oleh suatu
kolom fluida pada suatu luasan. Bila dinyatakan secara matematis :
P

1
f h , lb/in2...............................................................(3-6)
144

Pada suatu kolom fluida, tekanan pada suatu titik adalah sama dengan
tekanan pada permukaan fluida ditambah dengan tekanan akibat kolom fluida
setinggi titik tersebut dari permukaan. Ketinggian tersebut disebut Head.
H

P
, ft..................................................................(3-7)
0,433 x SG f

Gradient tekanan disebabkan oleh suatu kolom fluida pada satu unit
ketinggian, sehingga bila Persamaan (3-7) domasukkan P = 1 psi dan H = 1 ft, maka
gradient tekanan (Gf) adalah :
G f 0,433 x SG f ......................................................................(3-8)

3.3. Pompa Benam Listrik (Electric Submersible Pump-ESP)


Pada dasarnya Pompa Benam listrik adalah pompa centrifugal bertingkat
banyak, dimana setiap tingkat terdiri dari dua bagian, yaitu impeller (bagian yang
berputar) dan diffuser (bagian yang diam) serta memiliki poros yang dihubungkan
langsung dengan motor penggerak. Motor penggerak ini menggunakan tenaga listrik
yang di supplai dari permukaan dengan perantaraan kabel listrik. Sedangkan sumber
listrik diambil dari power plant yang ada di lapangan minyak.
3.3.1. Peralatan Pompa Benam Listrik
Secara umum peralatan Pompa Benam Listrik dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu Peralatan di bawah permukaan dan Peralatan di atas permukaan. Pada
Gambar 3.2. memperlihatkan secara lengkap peralatan di atas dan di bawah
permukaan dari Pompa Benam Listrik.
A. Peralatan Bawah Permukaan

Peralatan ini dalam satu kesatuan di ujung tubing produksi dan dibenamkan
kedalam fluida sumur. Adapun peralatan untuk bawah permukaan adalah sebagai
berikut:
1. PSI Unit (Pressure Sensing Instruments)
PSI (Pressure Sensing Instrument) adalah suatu alat yang mencatat tekana dan
temperatur dalam sumur. Secara umum PSI unit mempunyai 2 komponen pokok,
yaitu :
a. PSI Down Hole Unit
Dipasang dibawah Motor Type Upper atau Center Tandem, karena alat ini
dihubungkan pada Wye dari Electric Motor yang seolah-olah merupakan
bagian dari Motor tersebut.
b. PSI Surface Readout
Merupakan bagian dari system yang mengontrol kerja Down Hole Unit serta
menampakkan (Display) informasi yang diambil dari Down Hole Unit.
2. Motor Listrik
Motor ini berfungsi sebagai tenaga penggerak bagi unit pompa (prime
mover). Merupakan motor induksi tiga fasa yang terdiri dari dua kumparan, yaitu
stator (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Rotor ini dihubungkan
dengan poros yang terdapat pada pompa (shaft) sehingga impeller pompa akan
berputar. Karena diameter luarnya terbatas (tergantung diameter casing), maka untuk
mendapatkan horse power yang cukup maka motor dibuat panjang dan berganda
(tandem). Motor ini diisi dengan minyak yang mempunyai tahanan listrik (dielectric
strength) tinggi. Minyak tersebut selain berfungsi sebagai pelumas juga berfungsi
sebagai tahanan (isolasi) dan sebagai penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh
perputaran rotor ketika motor tersebut bekerja. Panas tersebut dipindahkan dari rotor
ke housing motor yang selanjutnya dibawa kepermukaan oleh fluida sumur yang
terproduksi.

3. Seal Section (Protector)

Protector (Reda) sering juga disebut dengan Seal Section (Centrilift) atau
Equalizer (ODI). Alat ini dipasang diantara gas separator dan motor listrik yang
mempunyai 4 (empat) fungsi utama, yaitu: untuk mengimbangi tekanan motor
dengan tekanan di annulus, sebagai tempat duduknya Thrust Bearing (yang
mempunyai bantalan axial dari jenis marine type) untuk meredam gaya axial yang
ditimbulkan oleh pompa, sebagai penyekat masuknya fluida sumur ke dalam motor
listrik serta memberikan ruang untuk pengembangan / penyusutan minyak motor
sebagai akibat dari perubahan temperatur dalam motor listrik pada saat bekerja atau
saat dimatikan.
4. Intake (Gas Separator)
Intake/Gas Separator dipasang dibawah pompa dengan cara menyambungkan
sumbunya (shaft) memakai coupling. Intake ada yang dirancang untuk mengurangi
volume gas yang masuk kedalam pompa, disebut Gas Separator, tetapi ada juga yang
tidak yang disebut Intake atau Standart Intake.
5. Unit Pompa
Unit pompa merupakan Multistage Centrifugal Pump, yang terdiri dari:
impeller, diffuser, shaft (tangkai) dan housing (rumah pompa). Di dalam housing
pompa terdapat sejumlah stage, dimana tiap stage terdiri dari satu impeller dan satu
diffuser. Jumlah stage yang dipasang pada setiap pompa akan dikorelasi langsung
dengan Head Capacity dari pompa tersebut. Dalam pemasangannya bisa
menggunakan lebih dari satu (tandem) tergantung dari Head Capacity yang
dibutuhkan untuk menaikkan fluida dari lubang sumur ke permukaan. Impeller
merupakan bagian yang bergerak, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam.
Seluruh stage disusun secara vertikal, dimana masing-masing stage dipasang tegak
lurus pada poros pompa yang berputar pada housing. Prinsip kerja pompa ini, yaitu
fluida yang masuk kedalam pompa melalui intake akan diterima oleh stage paling
bawah dari pompa, impeller akan mendorongnya masuk, sebagai akibat proses
centrifugal maka fluida akan terlempar keluar dan diterima oleh diffuser.

Oleh diffuser, tenaga kinetis (velocity) fluida akan diubah menjadi tenaga
potensial (tekanan) dan diarahkan ke stage selanjutnya. Pada proses tersebut fluida
memiliki energi yang semakin besar dibandingkan pada saat masuknya. Kejadian
tersebut terjadi terus-menerus sehingga tekanan head pompa berbanding linier
dengan jumlah stages, artinya semakin banyak stages yang dipasangkan, maka
semakin besar kemampuan pompa untuk mengangkat fluida.
6. Unit Kabel Listrik
Power yang dibutuhkan oleh motor disalurkan dari permukaan melalui kabel
listrik yang dilapisi dengan penyekat. Kabel ini ditempatkan sepanjang tubing dengan
Clamp. Unit kabel ini terdiri atas tiga buah kabel tembaga yang satu sama lain
dipisahkan dengan pembalut terbuat dari karet dan keseluruhannya dibungkus dengan
pelindung baja. Ada dua jenis kabel, yaitu flat cable (pipih) dan round cable (bulat),
yang penggunaannya tergantung pada besarnya ruang (clearances) yang tersedia.

Gambar 3.2.
Susunan Lengkap Peralatan Pompa Benam Listrik
7. Check Valve dan Bleeder Valve

Check valve dipasang 23 joint diatas pompa, gunanya untuk menahan liquid
agar tidak turun ke bawah yang mana mengakibatkan pompa berputar terbalik
sewaktu pompa mati. Bleeder valve berada 1 joint diatas check valve digunakan
untuk mengeringkan fluida ke annulus bila suatu bar (besi) dijatuhkan dalam tubing
untuk membukanya.
B. Peralatan di Atas Permukaan
Peralatan diatas permukaan terdiri atas : Wellhead, Junction Box,
Switchboard dan Transformer.
1. Wellhead
Wellhead atau kepala sumur dilengkapi dengan tubing hanger khusus yang
mempunyai lubang untuk cable pack off atau penetrator. Cable pack off ini biasanya
tahan sampai tekanan 3000 psi. Tubing hanger dilengkapi juga dengan lubang untuk
hidraulic control line, yaitu saluran cairan hidraulik untuk menekan subsurface ball
valve agar terbuka.
2. Junction Box
Junction Box merupakan suatu tempat yang terletak antara switchboard dan
wellhead yang berfungsi untuk tempat sambungan kabel atau penghubung kabel yang
berasal dari dalam sumur dengan kabel yang berasal dari Switchboard. Jungtion Box
juga digunakan untuk melepaskan gas yang ikut dalam kabel agar tidak menimbulkan
kebakaran di switchboard.
3. Switchboard
Berfungsi

sebagai

pengendali

atau

kontrol

peralatan

pompa

yang

ditenggelamkan kedalam sumur. Alat ini merupakan kombinasi dari motor starter,
alat pelindung dari overload/underload, alat pencatat tegangan serta kuat arus listrik
selama dalam kondisi operasi atau ammeter recording.

4. Transformer

Berfungsi sebagai pengubah tegangan dari primary voltage menjadi voltage


yang disesuaikan dengan kebutuhan motor yang digunakan. Alat ini terediri dari core
atau inti yang dikelilingi oleh coil dari lilitan kawat tembaga. Keduanya baik core
maupun coil direndam dengan minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan
tegangan akan sebanding dengan jumlah lilitan kawatnya.
3.4.

Desain Electric Submersible Pump (ESP)

3.4.1. Perkiraan Laju Produksi Maksimum


Laju produksi sumur yang diinginkan harus sesuai dengan produktivitas sumur.
Pada umumnya fluida yang mengalir dari formasi ke lubang sumur terdiri dari tiga
fasa, yaitu gas, minyak dan air, maka dalam pengembangan kelakuan aliran tiga fasa
dari formasi ke lubang sumur dapat menggunakan analisis regresi dari Metode Pudjo
Sukarno.
qo
q t , max

A o A1 Pwf Pr A 2 Pwf Pr 2 ....................................(3-9)

dimana :
An = konstanta persamaan (n = 0, 1 dan 2) dimana harganya berbeda
untuk water cut yang berbeda. Hubungan antara konstanta tersebut
dengan water cut ditentukan pula dengan analisis regresi:
A n C0 C1 WC C 2 WC 2 ..................................................(3-10)

Cn = konstanta untuk masing-masing harga An (dalam Tabel III-1).


Tabel III-1.
Konstanta Cn Untuk Masing-Masing An
An
A0
A1
A2

C0
0.980321
0.414360
0.564870

C1
0.115661 10-1
0.392799 10-2
0.762080 10-2

C2
0.179050 10-4
0.237075 10-5
0.202079 10-4

Sedangkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water cut
dapat dinyatakan sebagai Pwf/Pr terhadap WC/(WC @ Pwf = Pr), dimana (WC @ Pwf =
Pr) telah ditentukan dengan analisis regresi dan menghasilkan persamaan berikut :

WC
P1 Exp P2 Pwf / Pr ......................................(3-11)
WC @ Pwf Pr

Dimana harga P1 dan P2 tergantung dari harga water cut dan dapat ditentukan dengan
persamaan berikut :
P1 1.606207 0.130447 Ln ( WC) ......................................(3-12)
P2 0.517792 0.110604 Ln( WC) ....................................(3-13)

dimana water cut dinyatakan dalam persen (%) dan merupakan data uji produksi.
3.4.2. Pemilihan Ukuran dan Tipe Pompa
Pada umumnya pemilihan tipe pompa didasarkan pada besarnya rate produksi
yang diharapkan pada head pengangkatan yang sesuai. Ukuran casing (check
clearences) juga merupakan faktor yang menentukan didalam pemilihan tipe pompa.
Secara skematis pabrik Electric Submersible Pump telah menyediakan table untuk
pemilihan tipe pompa yang dikehendaki seperti terlihat dalam Tabel III-2.
3.4.3. Perkiraan Pump Setting Depth.
Sebelum perhitungan perkiraan Pump Setting Depth dilakukan, terlebih
dahulu diketahui parameter yang menentukannya, yaitu :
a) Static Fluid Level (SFL, ft)
Apabila sumur dalam keadaan mati (tidak diproduksikan), sehingga tidak ada
aliran, maka tekanan didepan perforasi sama dengan tekanan statik sumur (P s).
Sehingga kedalam permukaan fluida di annulus (SFL< ft) adalah :
SFL D

Ps Pc

, feet...........................................................(3-14)
Gf Gf

b) Working Fluid Level / Operating Fluid Level (WFL, ft).


Bila sumur diproduksikan dengan rate produksi sebesar q (bbl/D), dan tekanan
aliran dasar sumur adalah Pwf (psi), maka ketinggian (kedalaman bila diukur dari
permukaan) fluida di annulus adalah :
WFL D

Pwf Pc

, feet........................................................(3-15)
Gf
Gf

dimana :
SFL = Statik Fluid Level, ft

WFL = Working Fluid Level, ft


Ps

= Tekanan Statik sumur, psi

Pwf

= Tekanan alir dasar sumur, psi

= Rate produksi, bbl/day

= Kedalaman sumur, ft

Pc

= Casing Head Pressure, psi

Gf

= Gradient Fluida Sumur, psi/ft

c) Pump Setting Depth Minimum


Merupakan kedalaman pompa yang tenggelam di permukaan fluida, agar tekanan
di annulus yang berada di depan impeller tingkat pertama lebih besar dari tekanan
bubble point. Tekanan masuk pompa (PIP) di depan impeller tingkat pertama =
Pc + Pb, sehingga Pump Setting Depth minimum (PSDmin) adalah :
PSD min WFL

Pb Pc

, feet...............................................(3-16)
Gf Gf

d) Pump Setting Depth Maksimum


Kedalaman Pompa maksimum (PSDmax) ditentukan dengan persamaan :
PSD max D

Pb Pc

, feet...................................................(3-17)
Gf Gf

e) Pump Setting Depth Optimum.


Terbuka dan tertutupnya casing head akan mempengaruhi tekanan casing atau
tekanan yang bekerja pada permukaan dari fluida di annulus. Hal ini akan
mempengaruhi besarnya suction head dari pompa, dan besarnya suction head ini
akan berpengaruh dalam menentukan setting depth pompa yang optimum.
Untuk casing head tertutup, maka :
Kedalaman pompa optimum = WFL

PIP Patm
.....................(3-18)
Gf

Untuk casing head terbuka, maka :


Kedalaman pompa optimum = WFL

3.4.4. Perkiraan Jumlah Tingkat Pompa

PIP Pc
.......................(3-19)
Gf

Untuk menghitung jumlah tingkat pompa (stage), sebelumnya dihitung


dahulu Total Dynamic Head (TDH, ft) pada laju produksi yang diinginkan dan Pump
Setting Depth tertentu.
TDH WFL H f H THP , ft ......................................................3-20)

Selanjutnya penentuan jumlah tingkat pompa (St) dengan persamaan:


St

TDH
...................................................................................(3-21)
Hp

dimana :
WFL = working fluid level, ft
Hf

= head dari total kehilangan tekanan karena gesekan pada dinding, ft

HTHP = head dari tubing head pressure, ft (THP dibagi gradient fluida)
Hp

= head pompa setiap stage, ft/stage (dari grafik pump

perform. curve)

3.4.5. Pemilihan Ukuran Motor


Dalam pemilihan motor yang sesuai, didasarkan pada table yang telah
disediakan oleh pabrik pembuatnya (misalnya Tabel III-3). Apabila besarnya horse
power yang dibutuhkan motor pada hasil perhitungan tidak tersedia dalam tabel,
maka dipilih motor yang memiliki horsepower lebih besar yang paling mendekati.
Pemilihan ukuran motor didasarkan pada :
a. Tegangan listri yang tersedia
b. Ukuran casing sumur
c. Besarnya horsepower yang dibutuhkan
d. Kedalaman pompa
Besarnya horsepower yang dibutuhkan (HP motor) adalah sebesar:
HP motor SG f St Hp HP .................................................(3-22)

dimana :
SGf = spesific gravity fluida
St

= jumlah tingkat pompa yang dipakai

Hp

= horsepower motor untuk tiap stage (pump performance curve)

3.4.6. Pemilihan Kabel Listrik

Pemilihan kabel termasuk diantaranya ialah pemilihan ukuran kabel, tipe


kabel dan panjang kabel. Ukuran kabel yang tepat adalah tergantung beberapa faktor
antara lain penurunan voltage, ampere, clearance (jarak) antara production string
dengan casing. Baik Reda maupun Centrilift telah membuat grafik-grafik penurunan
voltage pada kabel untuk beberapa harga ampere motor yang berbeda.
3.4.7. Pemilihan Switchboard dan Transformer
Di dalam menentukan switchboard yang akan dipakai perlu diketahui terlebih
dulu berapa besarnya voltage yang akan bekerja pada switchboard tersebut. Besarnya
tegangan yang bekerja pada switchboard dapat dihitung dari persamaan berikut ini :
Vs Vm Vc

Volt ......................................................................(3-23)

Vc (L 100) Voltage Drop Volt ...........................................(3-24)

Voltage Drop adalah kehilangan voltage, volt/1000 ft (dari grafik voltage drop chart).
Dengan mengetahui besarnya tegangan permukaan (Vs), maka dapat dipilih tipe
switchboard yang sesuai dari Tabel III-4.
Untuk menentukan besarnya transformer yang diperlukan dihitung dengan
persamaan berikut :
T

Vs I m 1.73
, KVA ..........................................................(3-25)
1000

dimana :
Vs = surface voltage, volt
Vm = motor voltage, volt
Vc = correction voltage, volt
L

= panjang kabel, ft

= ukuran transformer, KVA

Vs = surface voltage, volt


Im

= ampere motor, Ampere

Tipe transformer telah tersedia dalam Tabel III-5.


IV. METODELOGI
4.1. Pembuatan kurva IPR Tiga Fasa

Prosedur pembuatannya kinerja aliran tiga fasa dari Metode Pudjo Sukarno
adalah sebagai berikut :
Langkah 1.

Mempersiapkan data-data penunjang meliputi :


Tekanan Reservoir/Tekanan Statis Sumur
Tekanan Alir Dasar Sumur
Laju Produksi Minyak dan Air
Harga Water Cut (WC) berdasarkan data Uji Produksi (%)

Langkah 2.

Penentuan WC@ Pwf Ps


Menghitung terlebih dahulu harga P1 dan P2 yang diperoleh dari
Persamaan (3-12) dan (3-13). Kemudian hitung harga WC@ Pwf Ps
dengan Persamaan (3-11).

Langkah 3.

Penentuan konstanta A0, A1 dan A2


Berdasarkan harga WC@PwfPs kemudian menghitung harga
konstanta tersebut menggunakan Persamaan (3-10) dimana konstanta
C0, C1 dan C2 diperoleh dalam Tabel III-1.

Langkah 4.

Penentuan Qt maksimum
Menghitung Qt maksimum dari Persamaan (3-9) dan konstanta A0, A1
dan A2 dari langkah 3.

Langkah 5.

Penentuan Laju Produksi Minyak (Qo)


Berdasarkan Qt maksimum langkah 4, kemudian menghitung harga
laju produksi minyak qo untuk berbagai harga Pwf.

Langkah 6.

Penentuan Laju Produksi Air (Qw)


Menghitung besarnya laju produksi air dari harga Water Cut (WC)
pada tekanan alir dasar sumur (Pwf) dengan persamaan :

WC
Qo ....................................................(3-26)
100 WC

Qw

Langkah 7.

Membuat tabulasi harga-harga Qw, Qo dan Qt untuk berbagai


harga Pwf pada Ps aktual .

Langkah 8.

Membuat grafik hubugan antara Pwf terhadap Qt , diamana Pwf


mewakili sumbu Y dan Qt mewakili sumbu X.

4.2. Desain Electric Submersible Pump (ESP)


4.2.1. PSD Tetap dengan Tipe dan Stage Tetap
Evaluasi dilakukan dengan berdasarkan produksi optimum yang bisa
dihasilkan masing-masing sumur. Apabila perkiraan produksi yang diinginkan
melebihi produksi yang dihasilkan pompa terpasang, maka perlu dilakukan desain
ulang pompa.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam mengevaluasi ESP untuk PSD tetap
dengan tipe dan stage tetap:
1.

Menentukan Well Fluid Composite Specific Gravity


Water Phase SG WC SG w .......................................................................(4-1)
Oil Phase SG OC SG o .............................................................................(4-2)
Well Fluid Composite SG Water Phase Oil Phase .................................(4-3)

2.

Menentukan Well Fluid Composite Gradient


Well fluid Comp. Gradient Well Fluid Comp. SG 0.433 psi / ft ...........(4-4)

3.

Menentukan Fluid Over Pump (FOP)


FOP

4.

PIP
Well Fluid Composite Gradient

, ft.................................................(4-5)

Menentukan Vertical Lift (HD)


H D PSD TVD FOP , ft ...............................................................................(4-6)

5.

Menentukan Tubing Friction Loss-HF


Friction Loss / 1000 ft Rate Pr oduksi dalam Nom.Tubing Size ...............(4-7)

H F FrictionLoss / 1000ft Tubing Length , ft ...........................................(4-8)


6.

Menentukan Production Tubing Head (HT)


HT

7.

Pr oduction Tubing Pr essure


Composite Gradient

, f t.........................................................(4-9)

Menentukan Pump Total Dynamic Head (TDH)


TDH H D H F H T , ft .............................................................................(4-10)

8.

Menentukan Tipe Pompa sesuai ukuran casing dan laju produksi yang diinginkan.

9.

Menentukan Head Capacity, Effisiensi Pompa dan Horsepower yang diperlukan


dari grafik Pump Performance Curve sesuai tipe pompa yang dipilih pada
langkah 8.

10.

Menentukan Lifft (Head) per stage (dari Curve Performance Pump)

11.

Menentukan Horsepower yang diperlukan per Stage (dari Curve Performance


Pump)

12.

Menentukan Nomor Stage Pompa yang diperlukan


Stage

13.

TDH
Head Per Stage

............................................................................(4-11)

Menentukan Horsepower Motor yang diperlukan


HPMotor Nomor Stage Pompa HP Per Stage SG Water ........................(4-12)

14.

Menentukan Seal Section (berdasarkan ukuran casing).

15.

Menentuan Panjang Kabel


Panjang kabel diukur dari PSD (MD) pompa ditambah 100 ft.

16.

Menentukan Ukuran Kabel


Berdasarkan motor name plat voltage, tentukan cable voltage drop yang
direkomendasi.
Cable Voltage Drop Voltage Motor Voltage Drop Factor

...................(4-13)

Menentukan voltage drop per 1000 Ft:


Cable Voltage Drop / 1000 ft

Cable Voltage Drop


Cable Length / 1000 ft

.............................(4-14)

Menentukan Voltage Drop Correction factor dari grafik Voltage Drop.


Menghitung rasio Voltage Drop Per 1000 ft :
Rasio Voltage Drop / 1000 ft

Cable Voltage / 1000 ft


Voltage Drop Correction Factor

.............(4-15)

Dengan Grafik Voltage Drop pada harga rasio voltage drop, baca secara
horisontal pada Ampere Motor dan pilih ukuran kabel pada angka dibawah ini.
17.

Menentukan Control Panel dan Junction Box


Menentukan Surface Full Load Voltage:
Surf . Full Load Voltage Motor Voltage Cable Voltage drop

...............(4-16)

Menentukan Surface No Load Voltage:


Surf . No Load Voltage Surf . Full Load Voltage Transf . Drop factor

.............................(4-17)
Penentuan control panel disesuaikan dengan rating voltage dan amperenya untuk
mencukupi sistim voltage dan arus (Surface no load voltage).

18.

Menentukan Transformer
Rating transformer dalam KVA adalah:
KVA Surface Full Load Voltage Ampere Motor

1.732
....................(4-18)
1000

4.2.2. PSD Tetap dengan Tipe dan Stage Pompa Berubah


Merupakan evaluasi dengan mengubah-ubah tipe dan jumlah tingkat (stage)
pompa pada pump setting depth tetap. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
pemilihan pompa dibatasi oleh ukuran casing. Tuntutan yang lain adalah laju
produksi yang diinginkan seharusnya masih berada dalam range rate capacity yang
direkomendasikan. Untuk meningkatkan effisiensi pengangkatan dilakukan evaluasi
jumlah tingkat pompa. Jumlah tingkat pompa (stage) didefinisikan :
808.3141
P2 P3 .....................................................................(4-19)
f sc h

St

h
P3 P2 fsc
St .......................................................................(4-20)
808.3141

dimana :
fsc = barel dari 1 bbl cairan pada kondisi standart
h

= head capacity pompa

P2

= pressure gradient correlation

P3

= flowing bottom hole pressure

Dari persamaan tersebut dapat diperoleh tekanan dasar alir yang masuk
kedalam pompa pada tingkat pertama. Dari data tekanan tadi apabila di plot terhadap
laju produksi akan menghasilkan kurva intake yang akan bervariasi berdasarkan
jumlah tingkat pompa. Jika kurva tadi dipotongkan dengan kurva IPR akan didapat
laju produksi setiap jumlah tingkat pompa.
Prosedur untuk membuat kurva intake yang digunakan untuk mendapatkan
jumlah tingkat (stage) pompa yang paling tepat, yaitu :
A.

Data-data yang diperlukan


ID casing

Laju produksi
WC
wsc dan osc
B.

Langkah Perhitungan
1. Memilih tipe pompa sesuai ukuran casing dan laju produksi yang diinginkan.
2. Menghitung fsc dan fsc.
fsc = [350 x WC x wsc] + [350 x (1 WC) x osc .........................(4-21)
fsc

= (fsc/350) .................................................................................(4-22)

3. Mengasumsikan laju produksi bervariasi, untuk masing-masing laju produksi


ini dilakukan perhitungan :
a.

Menentukan head per stage dari pump performance curve.

b.

Menentukan discharge pressure dari korelasi gradien tekanan.

c.

Mengasumsikan jumlah tingkat pompa yang bervariasi dan untuk tiaptiap jumlah stage, hitung intake pressure dengan persamaan :
h
P3 P2 fsc
St .................................................................(4-23)
808.3141

4. Memplot intake pressure vs laju produksi dari tiap-tiap asumsi jumlah stage
pompa pada grafik yang sama untuk kurva IPR dan dengan skala yang sama
pula.
5. Membaca laju produksi pada perpotongan kurva pump intake dan kurva IPR
6. Menentukan jumlah tingkat pompa yang paling tepat yang dapat
menghasilkan laju produksi optimum.
4.2.3. PSD Berubah dengan Tipe dan Stage Pompa Tetap
Evaluasi kedalaman Pump Setting Depth dilakukan dengan mengubah-ubah
harga Pump Setting Depth dari PSD minimum sampai PSD maksimum dan pada
evaluasi tersebut menggunakan tipe dan stage pompa yang sama. Dengan
mengasumsikan laju produksi pada setiap PSD untuk menghitung Total Dynamic
Head (TDH). Dari asumsi laju produksi tersebut ditentukan juga head capacity
pompa dari performance curve. Dari hasilnya dapat dibuat grafik TDH vs laju
produksi dan head capacity vs laju produksi.

Titik perpotongan antara head capacity dan TDH akan didapatkan laju
optimum pada PSD tersebut. Apabila diambil PSD yang lain dan dilakukan prosedur
seperti diatas akan didapat pula kurva TDH yang akan memotong kurva head
capacity, sehingga titik perpotongannya akan berubah.
Prosedur penentuan laju produksi optimum dengan variasi PSD pada tipe dan
stage pompa yang tetap adalah sebagai berikut:
A.

Data yang diperlukan


Mid Perforasi (D)
Gradient Fluida (Gf)
Tekanan Statis (Ps) dan Tekanan Bubble Point (Pb)
Tekanan Casing (Pc)
Indeks Produktivitas Sumur (PI)
Laju Produksi (q)
Tubing Head Pressure (THP)

B.

Langkah Perhitungan
1. Menentukan PSD minimum dan PSD maksimum.
PSD min WFL
PSD max D

Pb Pc

, feet ...........................................................(4-24)
Gf Gf

Pb Pc

, feet ...............................................................(4-25)
Gf Gf

2. Menentukan PSD observasi (PSDmin<PSDobs<PSDmaks), dengan prosedur


perhitungan :
a.

Mengasumsikan harga q, tentukan harga TDH dengan


persamaan:
TDH WFL H f H THP ..................................................................(4-26)

dan menentukan head capacity pompa dengan membaca pada pump


performance curve berdasarkan harga q.

b.

Membuat hubungan antara q dengan TDH dan q


dengan head capacity pompa, dengan cara tabulasi untuk berbagai harga
q.

c.

Memplot data-data q versus TDH dan q versus head


capacity pada grafik dan skala yang sama, dengan q pada sumbu X dan
TDH, Head Capasity pada sumbu Y.

3. Mengulangi langkah (2) untuk harga PSD observasi yang lain.


4. Dari kurva-kurva tersebut didapat beberapa perpotongan yang menunjukkan
laju produksi dari masing-masing PSD observasi yang paling tepat yang dapat
menghasilkan laju produksi optimum.
4.2.3. PSD Berubah dengan Tipe dan Stage Pompa Berubah
Apabila dilakukan perubahan terhadap tipe pompa, maka head capacity
pompa juga akan berubah. Semakin banyak tipe pompa yang dianalisa, kurva head
pompa akan bervariasi dengan jumlah tipe pompanya. Kurva tersebut akan
memotong kurva TDH yang telah ada. Apabila dilakukan pengamatan terhadap suatu
harga laju produksi (q) akan didapat beberapa perpotongan kurva TDH dengan kurva
head

pompa. Pada titik-titik tersebut ditentukan harga head pompa dan TDH,

selanjutnya ditentukan tipe pompa dan PSD-nya. Kemudian plot data PSD versus
tipe pompa sehingga diperoleh kurva q optimum. Dengan mengambil harga laju
produksi yang lain akan didapatkan variasi harga PSD dan stage pompa.

Prosedur Pembuatan Grafik


1.

Menentukan berbagai harga laju produksi (q), kemudian berdasarkan q


tersebut tentukan head capacity pompa pada berbagai tipe pompa.

2.

Menentukan beberapa harga PSD selanjutnya juga TDH untuk tiap-tiap PSD,
berdasarkan variasi q yang telah ditentukan.

3.

Memplot data-data head pompa dan TDH terhadap laju produksi (q) kedalam
satu grafik sehingga didapatkan laju produksi optimum untuk berbagai kondisi

4.

Setiap harga q optimum, tentukan harga PSD dan tipe pompanya.

5.

Membuat grafik PSD vs Tipe untuk setiap harga q optimum

6.

Menentukan hubungan PSD vs stage pompa di setiap harga q tertentu.

7.

Memplot hubungan tersebut untuk berbagai garis q

8.

Dari grafik PSD vs tipe pompa, tentukan harga tipe tertentu dan tarik garis
sejajar sumbu Y sehingga memotong berbagai garis q dan tentukan PSD.

9.

Berdasarkan PSD tersebut tentukan stage pompa.

10.

Mentabulasikan data PSD dan stage untuk tiap-tiap tipe pompa.

Anda mungkin juga menyukai