Anda di halaman 1dari 19

SISTEM PENCERNAAN

I.

II.

TUJUAN PERCOBAAN
Untuk dapat menjelaskan proses pencernaan kimiawi di mulut.
Untuk dapat menjelaskan proses pencernaan kimiawi di lambung oleh enzim

pepsin.
Untuk dapat menjelaskan kondisi optimum yang di perluka bagi aktifitas

kerja pepsin.
Untuk dapat menjelaskan proses pencernaan kimiawi di usus halus.

TEORI DASAR
Makanan harus dicerna agar menjadi molekul-molekul sederhana yang siap
diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke dalam
sel. Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. (Pearce Evelin C. 2009)
PENCERNAAN TERBAGI DUA :
1. Pencernaan mekanik, adalah proses pengubahan makanan dari bentuk kasar
menjadi bentuk kecil atau halus. Proses ini dilakukan dengan menggunakan gigi di dalam
mulut.
2. Pencernaan kimiawi, adalah proses perubahan makanan dari zat yang kompleks
menjadi zat-zat yang lebih sederhana dengan enzim, yang terjadi mulai dari mulut,
lambung, dan usus. Enzim adalah zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh yang berfungsi
mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh.

Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan


makanan. Alat-alat pencernaan makanan pada manusia adalah organorgan tubuh yang
berfungsi mencerna makanan yang kita makan. Alat pencernaan makanan dibedakan atas
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan
Seluruh saluran pencernaan dibatasi dengan selaput lendir (membrane mukosa),
dari bibir sampai ujung akhir esophagus, yang ditambah dengan lapisan-lapisan
epithelium. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat
sederhana yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat
makanan yang terjadi karena kerja berbagai enzim yang berkembang di dalam cairan
pencerna setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus menyaring dan bekerja atas satu
jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya (Pearce, 2009)
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan, kelenjar-kelenjar yang
berhubungan. Susunan saluran pencernaan terdiri atas: rongga mulut, faring (tekak),
esophagus (kerongkongan), lambung (ventriculus), usus halus (intestinum minor), usus
besar (intestinum mayor), rectum dan anus. Makanan mengalami proses pencernaan sejak
makanan berada di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil
pencernaan (Irianto, 2004: 168).
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian
yaitu 1) bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan
pipi; 2) bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaris, palatum, dan mandibularis, disebelah belakang bersambungan dengan
faring. Di dalam rongga mulut terdapat lidah, gigi, dan kelenjar ludah. Gigi ini terdiri
terdiri atas gigi sulung dan gigi tetap. Gigi sulung disebut juga gigi susu.(Syaifuddin,
2006)

Ventrikulus atau lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat
mekarpaling banyak. Terletak terutama didaerah epigastrik, dan sebagian disebelah kiri
hipokhondriak dan umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas yaitu fundus, batang
utama dan bagian bawah yang horinzontal, sium atau kardia, dan dengan duodenum
melalui urisium pilorik.lambung terletak dibaewah diafragma, di depan pankreas dan
limpa menempal pada sebelah kiri fundus.fungsi lambung menerima makanan dari
esopagus melalui orifisium kardiak dan bekerja sebagai penimbun sementara, sedanngkan
kontraksi otot mencampur makanan dengan getah lambung. Gelombang peristaltik
dimulai tinggi di fundus, berjalan berulang-ulang, setiap menit tiga kali dan merayap
perlahan-lahan ke pilorus. Kelenjar dalam lapisan mukosa lambung mengeluarkan
sekretyaitu cairan pencerna penting, getah lambung. Getah ini adalah cairan asam bening
tak berwarna. Mengandung 0,4 persen asam hidrokhlorida ( HCL ), yang mengasamkan
semua makanan dan bekerja sebagai zat antiseptik dan disinfektan, membuat banyak
organisme, yang ikut masuk bersama makanan, tidak berbahaya, dan menyediakan
lingkungan untuk pencernaan makanan protein. Beberapa enzim pencerna terdapat dalam
getah lambung:
-

Pepsin dihasilkan dari pepsinogen dalam lingkungan asam hidrokhlorida dan bekerja
atas protein, mengubahnya menjadi bahan yang lebih mudah larut,yang disebut

pepton;
Rennin adalah ragi yang membekukan susu dan membentuk kasien dari kasinogen
yang dapat larut. Kasein ialah protein susu dan setelah dipisahkannya dapat
dipengaruhi oleh fermen pepsin. (Rennet ialah rennin yang disaring dari lambung
anak sapi, dapat digunakan untuk membuat kue dan dapat membekukan susu untuk
membuat keju.(Sloane,2003)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang

mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. (Drs.H. Syaifudin.AMK. 2006)
Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia(kurang lebih 3,44,7 g/dl) dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Albumin merupakan
jenis protein terbanyak di plasma yang mencapai kadar 60 persen.Protein yang larut
air dan mengendap merupala slaah satu konstituen utama tubuh.(Sarikuntuk.2006)
III.

ALAT DAN BAHAN


Alat
-

Mikroskop
Inkunator
Penangas air
Stopwatch
Lampu spiritus
Gelas kimia
Erlenmeyer atau vial

Tabung reaksi
Pipet tetes
Kaca objek
Kaca penutup
Plat tetes
Batang pengaduk
Corong
Kertas saring

Larutan HCl 0,4%


Larutan Na-Karbonat

0,5%
Larutan Pepsin 5%
Larutan Pankreatin
Indikator Universal
Akuades

tertutup

Bahan
-

Saliva

Pasta Amilum 3%
Larutan iodium 2%
Larutan CuSO4 1%
Larutan NaOH 40%
Pereaksi Benendict
Asam Asetat 6%
Larutan Glukosa 10%
Metil Biru 0,15%
Biuret

IV.

V.

PROSEDUR KERJA
1. Anatomi Sistem Pencernaan
- Dipelajari Organ-organ yang terlibat dengan sistem pencernaan. Dibuat
gambar sederhana pada laporan dan beri nama pada bagian-bagiannya.
2. Fisiologi Sistem Pencernaan
a. Memeriksa Komponen Saliva
Uji Mikroskopik
Saliva di tampung lalu di teteskan metil biru dan di tempatkan di atas
kaca objek.Kemudian di tutup dnegan kaca penutup.Diamati dengan
mikroskop adanya sel-sel epitel , butiran-butiran lemak , leukosit dan bakteri.
b. Pencernaan Karbohidrat di mulut
Ditampung saliva dalam gelas piala .Disiapkan tabung reaksi
yang sudah diisi dengan pasta amilum 5 % sebanyak 5 ml.Lalu ditambahkan
saliva sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi tersebut.Krmudian di kocok
hingga tercampur rata dan didiamkan selama 1 menit.
Disiapkan 8 tabung reaksi, diisikan kedalamnya larutan
benedict dan disiapkan 1 buah plat tetes.Setelah campuran saliva dan pasta
amilum dibiarkan selama 1 menit, diambil 1 tetes untuk di teteskan ke plat
tetes lalu ditambahkan 1-2 tetes iodium.Secara bersamaan di ambil 3 tetes dari
campuran pasta amilum dan saliva untuk di teteskan ke dalam tabung reaksi
berisi larutan benedict.Bila telah tercapai titik akromik, semua tabung reaksi di
panaskan ( yang berisi campuran pasta amilum+ saliva dengan larutan
benedict) selama 5 menit di penangas air.Sebagai pembanding gunakan tabung
berisi amilum+ iodium. Dibiarkan menjadi dingin.Perubahan warna yang
terjadi dapat dijadikan indicator apakah amilum telah di cerna oleh enzimenzim dalam saliva dan proses pencernaan tersebut telah sampai ke tahap
mana.
c. Pencernaan Protein di lambung
i)
Percobaan proses percobaan protein secara in vitro
Putih telur di potong-potong (hingga terlihat seperti telah di
kunyah)

dimasukkan ke dalam gelas kimia.kemudiam rendam putih

telur tersebut dengan larutan pepsin (5%), Catat banyaknya putih telur
dan pepsin yang di pergunakan (sampai seluruh seluruh putih telur
terendam oleh larutan pepsin).Selanjutnya Tetesi dengan larutan HCL
0,4% sampai tercapai pH 1,5 atau 2(gunakan indikator universal atau
pH Meter).
-

Tutup gelas kimia yang berisi campuran putih telur dan

pepsin, kemudian di lakukan uji biuret dengan plastik dan inkubasi


pada suhu 370C selama 3 hari.Campuran putih telur dan pepsin ini
harus di aduk dan jaga pH nya(1,5-2) dengan penambahan HCL bila
perlu.Setelah di inkubasi selama 3 hari.Saring campuran putih telur +
pepsin.Kemudian di lakukan uji biuret,tujuan uji biuret untuk melihat
apakah sudah terjadi hasil urai protein,warna ungu kemerahan atau
merah keunguan menunjukkan telah terjadi hasil urai protein berupa
campuran proteosa dan pepton. Sebagai kontrol dapat di gunakan
ii)

pepton ambil sedikit pepton kemudian di reaksikan dengan biuret.


Kondisi optimum untuk aktivitas pepsin
Siapkan 6 tabung reaksi (tabung 1-6).
Pada tabung 1: masukkan pepsin 5% sebanyak 5 ml.
Pada tabung 2: masukkan HCL 0,4% sebanyak 5 ml.
Pada tabung 3: masukkan pepsin 5% sebanyak 5 ml dan HCL
0,4 s.d. pH 1,5-2.
Pada tabung 4: masukkan pepsin 5% sebanyak 5 ml dan
Na2CO3 0,5% sebanyak 5 ml.
Pada tabung 5: masukkan Na2CO3 sebanyak 5 ml.
Pada tabung 6: masukkan aquades sebanyak 5 ml.
Pada tabung 1-6 di masukan sedikit protein.Selanjutnya
masukkan tabung 1-6 kedalam incubator atau water bath pada suhu 40
derajat celcius selama jam.Di amati perubahan yang terjadi pada
tabung 1-6 dengan cara melakukan uji biuret pada setiap tabung.

Kemudian di campurkan isi tabung 1 dan 2. Inkubasikan pada

suhu 40 derajat celcius selama 15-20 menit. Amati perubahan yang


terjadi.
d. Pencernaan kimiawi di usus halus
i)
Percobaan untuk membandingkan kecepatan albumin dan serum darah
Di siapkan 2 buah vial :
Vial 1 : di tambahkan 5 ml larutan pankreatin dan 10 tetes putih

telur.
Vial 2 : di tambahkan 5 ml larutan pankreatin dan 10 tetes
serum darah.

Kemudian vial 1 dan 2 di masukan ke inkubator dengan suhu

40oC. Tiap selang waktu 15 menit sampai t=90 menit , di ambil 1 tetes
larutan vial 1 dan 2 kemudian di uji biuret dan di amati.
ii)

Kerja garam empedu terhadap pencernaan lemak


Di siapkan 2 tabung :
Tabung 1 di tambahkan 5 ml air
Tabung 2 di tambahkan 5 ml air dan garam empedu 5%
-

Kemudain Tabung 1 dan 2 di berikan 5 tetes minyak sayur yang

telah di campur pewarna sudan.Selanjutnya kocok tabung 1 dan 2 lalu


didiamkan selama 5-10 menit.Diamati tabung minyak yang terdispersi
dan teremulasi.

VI.

HASIL PENGAMATAN
- 1. Anatomi Sistem Pencernaan

2. Fisiologi Sistem Pencernaan


a. Memeriksa Komponen Saliva
Dari uji mikroskopik saliva diketahui terdapat lemak dan sel-sel epitel.

b. Pencernaan Karbohidrat di mulut


-

Waktu setelah

Warna

Warna

pencampuran

yang

yang

pasta

terjadi

terjadi

amilum+saliv

pada uji

pada uji

a
3 menit

iodium
Kuning,

benedict
Orange,

endapa
-

6 menit

9 menit

12 menit

15 menit

n hijau
Bening,

endapan
-

endapa

endapan

n biru

merah

pekat
Bening,

18 menit

21 menit

endapan

n biru

merah

pekat
Bening,

24 menit

endapan

n biru

merah

pekat
Bening,

n hijau
Bening,

Amilum + iodium

Orange,
endapan

biru
Orange,

endapa

endapan

n hijau
Bening,

biru
Orange,

n hijau
Bening,
endapa

Orange,

endapa

endapa
-

Orange,

endapa

endapa
-

merah
Orange,

n biru
biru pekat kehitaman

endapan
-

hijau
Orange,
endapan
biru

c. Pencernaan Protein di lambung


i)
Percobaan proses percobaan protein secara in vitro
Pada Hari 1 = Putih telur 2 sendok kecil + larutan pepsin
hingga putih telur terendam memiliki pH 7 .Kemudian dilakukan
penambahan HCL 0,4% Sebanyak 90 tetes menghasilkan pH 2.

Pada hari 2 = Lalu larutan di aduk dan dijaga pHnya tetap pada

pH(1,5-2)Dengan menambah HCL ketika pH nya naik melebihi dari


pH target yaitu pH 2.Terjadi kenaikan pH menjadi pH 4 di pengamatan
hari kedua,kemudian dilakukan penambahan larutan HCL 0,4% agar
tetap pada pH 1,5-2 sebanyak 48 tetes.

Pada hari 3 = pada tabung reaksi 1 di lakukan uji Biuret yang

menghasilkan warna ungu.Kemudian dilakukan kembali pada tabung


reaksi 2 sebagai kontrol larutan menggunakan Pepton yg di reaksikan
dengan larutan Biuret dan menghasilkan warna ungu kemerahan.

ii)

Kondisi optimum untuk aktivitas pepsin


Tabung 1: Pepsin 5% sebanyak 5 ml + larutan biuret akan
terjadi perubahan warna ungu muda.
Tabung 2: HCL + biuret tidak ada perubahan warna (bening).
Tabung 3: Pepsin+HCL+biuret tidak ada perubahan warna
(bening)
Tabung 4: Pepsin+Na2CO3+biuret Tidak ada perubahan warna
dan di masukan pH indikator berwarna ungu (bening).
Tabung 5: Masukkan NaCl+biuret tidak ada perubahan warna
(bening).
Tabung 6: Masukkan aquades+biuret tiding ada perubahan
warna (bening).
Tabung 1 dan 2: Setelah dicampurkan pepsin+HCL menjadi
beninglalu di inkubator selama 30 menit.
Setelah tabung 1 dan 2 selesai di inkubator lalu tabung 1 dan 2
dicampurkan dalam suatu 1 tabung. Dan di inkubator selama 15 menit

maka akan terjadi endapan berwarna putih dan mengambang putih.


e. Pencernaan kimiawi di usus halus
i)
Percobaan untuk membandingkan kecepatan albumin dan serum darah
-

Waktu setelah

pencampuran dengan
pankreatin
15 menit

Hasil Uji Biuret

Albumin (Putih

Serum Darah

telur)
Warna hijau

Warna hijau

kehitaman
Sedikit ungu

kehitaman
keunguan

30 menit

45 menit

ungu

Sedikit ungu

60 menit

Ungu

Ungu muda

75 menit

Ungu tua

Ungu muda

90 menit

Ungu pekat

Ungu muda

ii)

Kerja garam empedu terhadap pencernaan lemak


Pada tabung 1 ketika di tambahkan air dan minyak sayur lalu di
kocok yang terjadi minyak berada di atas larutan.
Pada tabung 2 ketika air , garam empedu dan minyak sayur lalu
di kock yang terjadi adalah larutan menjadi emulsi.

VII.

PEMBAHASAN
-

Pada percobaan memeriksa Komponen Saliva dengan mikroskop

dibuktikan memang benar didalam saliva banyak terbentuk sel-sel yang terlihat pada
mikroskop. Diantaranya terdapat sel epitel dan lemak.

Pada percobaan terhadap pencernaan karbohidat di mulut, kami tidak

menemukan titik akromik pada uji larutan amilum+saliva dengan uji iodium. Titik
akromik adalah tahap atau titik ketika larutan tersebut tidak memberi warna lagi.
Artinya enzim amilase yang terkandung di dalam saliva telah menjalankan fungsinya
secara optimum untuk memecah amilum menjadi molekul yang lebih sederhana.
(Kurnadi,2001). Pada uji iodium ini harus memerlukan waktu dan alat yang cukup
banyak untuk mengubah menjadi tidak berwarna. Biasanya hal ini, banyak faktor
yang mempengaruhinya selain waktu dan alat yang cukup banyak, contohnya dengan
pengaruh suhu, pH dan konsentrasi.Suhu berpengaruh terhadap fungsi enzim karena
reaksi kimia menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Setelah
uji iodium, dilakukan uji Benedict. Benedict bertujuan untuk uji gula pereduksi.
Menurut teori, pereaksi benedict ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat,
natriumkarbonat, dan natriumsitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari
kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya
natriumkarbonat dan natriumsitrat membuat pereaksi benedict bersifat basa lemah.
Endapan yang terbentuk berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna endapan ini
tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Uji benedict di lanjutkan
dengan pemanasan menghasilkan warna kuning pada tabung reaksi yang berisi larutan
pasta amilum + saliva. Endapan merah bata, kuning atau hijau yang dihasilkan
menunjukkan positif mengandung gula pereduksi.Hasil dari uji benedict menunjukan
reaksi negatif karena menurut Sumardjo (2008) pemanasan karbohidrat pereduksi
dengan pereaksi Benedict akan terjadi perubahan warna menjadi biru hijau
kuning kemerah-merahan endapan merah bata kupro oksida apabila konsentrasi
karbohidrat cukup tinggi, sehingga reaksi yang terjadi adalah negatif karena tidak
sesuai dengan runtutan perubahan yang ada.

Pencernaan protein di lambung dalam proses percobaan protein secara

in vitro. Pada hari ke 1 Campuran putih telur yang telah di campur dengan larutan
pepsin dan HCL 0,4% yang mencapai pada pH 2,yang kemudian di masukkan ke
dalam inkubator di suhu 370C agar sesuai dengan suhu tubuh. Pencernaan protein
dimulai di lambung yaitu oleh bantuan enzim pepsin dan disekresi dalam bentuk tidak
aktif yaitu pepsinogen. Hari ke 2 dilakukan penjagaan pH agar tetap di keadaan Ph
2,Fungsi penjagaan pH tetap dalam keadaan pH 1,5-2 agar larutan putih telur yang
telah di campur pepsin dan HCL 0,4% dalam keadaan tetap (pada pH 1,5-2) agar
keadaan larutan yang di uji sama dengan keadaan lambung yang Asam. Dengan
keadaan Asam atau dalam keadaan pH 2 akan mengaktifkan pepsinogen menjadi
pepsin. Hari ke 3 : di lakukan uji biuret, yang tujuannya dilakukan untuk melihat
ketika Pepsin memecah protein menjadi polipeptida, dengan melihat perubahan
larutan yang telah di saring lalu di tambah dengan larutan Biuret yang

terjadi

perubahan warna menjadi ungu kemerahan. Dari hasil percobaan di hari ke 3 dengan
meneteskan larutan Biuret,di tabung pertama larutan putih telur yang telah di saring
mengalami perubahan warna menjadi ungu muda.Kemudian di tabung ke dua di
lakukan kontrol dengan menggunakan pepton yang di reaksikan dengan

larutan

Biuret dan menghasilkan warna ungu kemerahan. Warna yang terjadi membuktikan
bahwa telah terjadi pemecahan protein.
-

Pada percobaan kondisi optimum untuk aktivitas pepsin. Pepsin adalah

enzim yang terdapat dalam perut yang akan mulai mencerna protein dengan memecah
protein menjadi bagianbagian yang lebih kecil. Enzim ini termasuk protease ; pepsin
disekresi dalam bentuk inaktif, pepsinogen, yang akan diaktifkan oeh asam lambung.
Enzim ini diproduksi oleh bagian mukosa dalam perut yang berfungsi untuk
mendegradasi protein.

Enzim pepsin memiliki pH optimum 2-4 dan akan inaktif pada pH

diatas 6. Pepsin adalah salah satu dari 3 enzim yang berfungsi untuk mendegradasi
protein yang lain adalah kemotripsin dan tripsin. Pepsin disintesa dalam bentuk inaktif
oleh lambung; asam hidroklori; juga diproduksi oleh gastric mucosa dan kemudian
akan diaktifkan pada pH optimum yaitu 1-3. Dapat dilihat dari hasil pengamatan
bahwa tabung ketiga yang mengandung HCl lebih cepat terhidrolisis dibanding
dengan tabung yang lain. Dengan adanya HCl akan mengubah pepsinogen menjadi
pepsin. Dalam bentuk pepsin inilah baru bisa dimanfaatkan untuk memecah molekul
protein. Semua itu dikarenakan pada tabung ketiga berisi HCL terdapat kondisi asam
yang sama dengan kondisi asam di lambung jadi lebih cepat bereaksi. Sedangkan
pada tabung keempat berisi Na2CO3 yang bersifat basa yang akan sukar
menghidrolisis pepsin. Fungsi HCl pada lambung diantaranya yaitu merangsang
keluamya sekretin, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin untuk memecah protein,
desinfektan,

merangsang

keluarnya

hormon

kolesistokinin

yang

berfungsi

merangsang empedu mengeluarkan getahnya.


-

Pencernaan kimiawi di usus halus, pada perobaan membandingkan

kecepatan albumin dan serum darah.Albumin (putih telur) dan serum darah
merupakan jenis protein.Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi.
Protein ini memiliki sifat-sifat yang khas, salah stunya dapat terdenaturasi atau terjadi
perubahan struktur, hal ini dapat di tandai dengan terbentuknya endapan.
Terbentuknya endapan dapat di lakukan dengan penambahan asam, ion logam, gram
divalent, atau dengan pemanasan. Pada vial 1 dan 2 di tambahkan larutan
pankreatin.Larutan pankreatin berfungsi untuk mengubah protein menjadi pepton
atau untuk mengeluarkan enzim-enzim protein, protein di usus dicerna menjadi
pepton, maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin

menjadi asam amino. Kemudian pada vial 1 ditambahkan lagi sedikit putih telur dan
vial 2 di tambahkan serum darah.Lalu keduanya di inkubasi, inkubasi dilakukan untuk
mempengaruhi larutan terhadap suhu.Setelah itu selang 15menit vial 1 dan 2 di ambil
1 tetes dan di teteskan pada plat tetes.Selanjutnya di uji biuret , uji biuret berfungsi
untuk menguji kandungan protein dan jika terkandung protein maka larutan akan
berubah warna menjadi warna ungu.
-

Dari hasil pengamatan setelah di lakukan uji biuret pertama pada

selang waktu 15menit setelah di inkubasi, hasilnya adalah bening keunguan pada
putih telur dan serum darah.Tetapi pada uji biuret kedua setelah di inkubasi lagi
selama 15 menit , hasilnya putih telur yang berubah warna menjadi warna ungu
pekat tetapi serum darah tetap berwarna hijau bening.Sampai pada t=90 menit
hasilnya adalah putih telur mengalami perubahan warna keunguan sedangkan
serum darah berubah warna ungu saat t=90menit. Hal itu terjadi karena putih telur
memiliki protein yang sederhana sehingga mudah terpecah.
-

Pada percobaan untuk mengetahui kerja garam empedu terhadap

pencernaan lemak. Dalam percobaan ini kita mengamati terjadinya emulsi dan
dispersi.Di siapkan 2 tabung lalu tabung 1 ditambakan 5 mL air sedangkan tabung
2 di tambahkan 5 ml air dan garam empedu 5%. Garam empedu digunakan
sebagai emulgator karena dapat memecah lemak dengan cara hidrolisis sehingga
bersifat lebih cepat. Dengan adanya garam asam empedu sebagai emulgator, maka
lemak dalam usus dapat dipecah-pecah menjadi partikel-partikel kecil sebagai
emulsi, sehingga luas permukaan lemak bertambah besar. Selanjutnya tabung 1
dan 2 di tambahkan 10 tetes minyak sayur. Dan dikocok didiamkan selama 5-10
menit yang terjadi adalah tabung 2 mengalami emulsi. Emulsi merupakan suatu
sistem yang tidak stabil tetapi karena sudah di tambahkan emulgator yaitu garam

empedu maka tabung ke dua mengalami penstabilan. Sedang kan tabung 1 yang
terjadi minyak berada di atas larutan air karena tidak stabil.
VIII.

KESIMPULAN
Pada percobaan dengan mikroskop terbukti dari sampel saliva yang di guanakan

terdapat adanya sel-sel epitel.


Pada percobaan penceraan karbohidrat di mulut tidak menemukan titik akromik pada
uji larutan amilum+saliva dengan uji iodium mungkin bisa disebabkan faktor dari

pengaruh suhu, pH dan konsentrasi.


Pada percobaan pencernaan protein di lambung setelah 3 hari pada tabung 2
menghasilkan warna ungu kemerahan yang membuktikan terjadinya pemecahan

protein.
Pada percobaan kondisi optimum untuk aktivitas pepsin tabung ketiga yang
mengandung HCl lebih cepat terhidrolisis dibanding dengan tabung yang
lain.Sehingga HCl akan mengubah pepsinogen menjadi pepsin yang menyebabkan

terjadinya pemecah molekul protein.


Pada percobaan pencernaan kimiawi di usus

vial putih telur yang di uji biuret

mengalami perubahan warna keunguan pada menit ke-30 menjelskan bahwa putih

telur mengandung protein yang sederhana sehingga mudah terpecah.


Pada percobaan kerja garam empedu terhadap pencernaan lemak , tabung 2

mengalami emulsi karena stabil setlah di tambahkan emulgator yaitu garam empedu
DAFTAR PUSTAKA
Gibson John. (2003). Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta :

EGC
Pearce Evelyn C. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT

Gramedia
Syaifuddin. (2012). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4.

Jakarta : EGC
Irianto, K., (2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Yrama

Widya. Bandung.
Kimball, J.W., (1994). Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.

IX.

Pearce, E. C., (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Sloane, Ethel., (2003). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC. Jakarta.
Syarifuddin, (2006). Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai