Pendahuluan
Latar Belakang
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol
dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal,
dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya asimtomatik dan
setelah beberapa tahun dapat menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun
tidak dapat sembuh, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi
dan komplikasinya. 1
Sampai saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10% sedangkan
tercatat pada tahun 1987 propoersi penyakit jantung hipertensi sekitar 14,3% dan meningkat
menjadi sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab penyakit jantung di Indonesia. 1
Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai
hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang
dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). Tidak ada data akurat megenai
prevalensi hipetensi sekunder dan sangat tergantung di mana angka di teliti. Diperkirakan
terdapat sekitar 6% pasien hipertensi sekunder sedangkan di pusat rujukan dapat mencapai
sekitar 35%. Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan pada 2 mekanisme yaitu
gangguan sekresi hormone dan gangguan fungsi ginjal. Pasien hipertensi sering meninggal
dini karena komplikasi jantung (yang disebut sebagai penyakit jantung hipertensi). Juga dapat
menyebabkan stroke, gagal ginjal, atau gangguan retina mata. 1
Bab II
Laporan Kasus Hasil Kunjungan Rumah
Puskesmas
: Pedes
Tanggal kunjungan
: 10 November 2015
I.
Identitas Pasien :
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
II.
: Ny. E
: 56 tahun
: Perempuan
: Ibu Rumah Tangga
: SD
: Jl. Pedes Raya, Desa Payungsari
: Baik
: Baik
: Pusing
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Sedang (3 kali sehari, teratur, kurang
protein hewani)
Pola istirahat
Jumlah anggota keluarga
Psikologis Keluarga :
III.
Kebiasaan buruk
tinggi.
Pengambilan keputusan
Ketergantungan obat
Tempat mencari pelayanan kesehatan
Pola rekreasi
Keadaan Rumah /lingkungan :
Jenis bangunan
Lantai rumah
Luas rumah
Penerangan
Kebersihan
Ventilasi
Dapur
VI.
: Sedang
: Baik
: Baik
: Sedang
: Sedang
Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh
Lain lain
: Sunda
: Tidak ada
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
KesehatanKeadaan
Keadaan gizi
Imunisasi
1
2
3
: Baik
: Baik
Nama
No
VII.
Spiritual Keluarga :
Ketaatan beribadah
Keyakinan tentang kesehatan
Tn. K
Ny.E
Tn.H
KK
Isteri
Anak
70 th
56 th
30 th
SMP
SMP
SMA
Buruh
IRT
-
Islam
Islam
Islam
Baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Lupa
Lupa
Tidak
Lengkap
Keterangan
V.
: Ada
: Sumur
: Ada
: Tidak ada
: Tidak ada (sampah dibakar)
: Buruk.
: Tidak ada (memelihara anak ayam)
KB
IV.
Jamban keluarga
Sumber air minum
Sumber pencemaran
System pembuangan air limbah
Tempat pembuangan sampah
Sanitasi lingkungan
Pemanfaatan pekarangan
Tinggal
bersama
Keterangan:
1. Tn. K, 70 tahun, KK.
2. Ny. E, 56 tahun, isteri
3. Tn.H, 30 tahun, anak
VIII.
Keluhan Utama :
Kepala terasa pusing dari 1 minggu yang lalu.
IX.
Keluhan Tambahan :
Tiada
X.
XI.
XII.
: Baik
: Compos Mentis
: 170/100 mmHg
: 20 x/menit
: 94 x/menit
: 36,5C
Pemeriksaan Sistematis
Kepala
: Rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, bentuk kepala normal.
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat dan isokor.
Telinga
: Bentuk normal, sekret tidak ada, membran timpani utuh.
Hidung
: Bentuk normal, sekret -/-, pernafasan cuping hidung -/Mulut
: Bentuk normal, Sianosis perioral (-), caries (-), bibir kering, tonsil T1-T1
Leher
: Bentuk normal, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, kaku kuduk tidak ada.
Toraks :
Paru-paru
Inspeksi
: Gerak dinding dada simetris.
Palpasi
: Vocal fremitus kiri dan kanan sama.
Perkusi
: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
: Suara napas vesikuler, ronki basah kasar -/-, wheezing -/Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar , nyeri tekan (-), turgor
Menurun sedikit.
: Timpani pada keempat kuadran.
: Bising usus (+) normal.
: Tidak dilakukan.
: Akral hangat, edema (-)
:Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
: Reflek fisiologis dan patologis tidak tampak kelainan.
XIII.
Diagnosis Penyakit :
Hipertensi Grade II
XIV.
Diagnosis keluarga :
Tidak didapatkan
XV.
XVI.
Prognosis :
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : dubia ad bonam
Masyrakat : dubia ad bonam
XVII.
Resume
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 10 November 2015,
Pasien dnegan keluhan kepala pusing sejak 1 minggu yang lalu. leher dan bahu terasa
pegal dan tegang. Pasien mengatakan sering mengalami keluhan seperti ini dan mempunyai
riwayat darah tinggi. Pemeriksaan fisik: frekuensi napas 20 kali/menit, frekuensi nadi
94 kali/menit, tekanan darah 170/100 mmHg, suhu 36,6 0 C, suara napas vesikuler,
bunyi jantung I/II regular.
5
Bab III
Pembahasan
Menurut Teori Blum, kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu
lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku dan keturunan. Unsur-unsur tersebut saling
berinteraksi dan saling terkait satu sama lain. Juga mengacu pada kemampuan mengetahui,
mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan sehatnya sendiri.
6
Dari hasil kunjungan rumah didapatkan bahwa pasien mempunyai penyakit hipertensi.
Pasien berpola hidup kurang sehat dan tidak teratur minum obat sehingga memacu
perburukan penyakit. Pasien mengaku malas untuk mengkonsumsi obat tiap hari, dan setiap
obat habis pasien tidak pernah kontrol ke puskesmas.
Maka terbukti bahwa kesehatan manusia diperngaruhi oleh beberapa unsur-unsur
yang disebutkan di Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga yang bekerja di
Puskesmas, sebaiknay dapat memberikan kimunikasi, informasi dan edukasi perorangan
untuk memperbaiki pola hidup pasien.
Bab IV
Tinjauan Pustaka
4.1 Definisi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah karena
gangguan sistem peredaran darah. Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, yang selanjutnya disingkat JNC
7
mendefinisikan hipertensi bila tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih
atau tekanan darah diastolik melebihi 90 mmHg atau lebih. Sedangkan menurut Kaplan
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arteri yang dihubungkan dengan perbedaan
usia dan jenis kelamin. 2-4
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi
pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam
satu hari juga berbeda, di mana paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada
saat tidur malam hari.1,2,5
4.2 Etiologi Penyakit
4.2.1 Pengaturan Aliran Darah
Meningkatnya tekanan darah bisa terjadi melalui beberapa cara, yakni:
-
4.2.2
- Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan
air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan
tekanan darah ke normal.
- Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan
air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
- Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
- Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena
itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi.Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu
ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan
cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.
4.2.3
Pre-hipertensi
120-139 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg
Stadium 2
160 mmHg
Normal
10
Timbulnya hipertensi tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja, melainkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak berdiri sendiri tetapi secara bersama-sama.
Faktor keturunan atau faktor riwayat keluarga merupakan faktor utama yang berperan
dalam patofisiologi hipertensi. Williams et aljuga melaporkan bahwa seseorang dengan
riwayat keluarga hipertensi memiliki resiko terkena penyakit hipertensi empat kali lebih
besar daripada orang tanpa riwayat keluarga hipertensi pada umur 50 tahun. Riwayat
keluarga hipertensi yang dimaksud terutama yang berasal dari keluarga terdekat atau first
degree, seperti orang tua atau saudara kandung. Jika seseorang memiliki dua atau lebih
keluarga terdekat yang menderita hipertensi pada umur kurang dari 55 tahun, maka
seseorang tersebut memiliki resiko 3,8 kali terkena hipertensi pada umur 20-49 tahun.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi yang penyebabnya karena penyakit lain atau yang disebut hipertensi
sekunder, diderita kira-kira 5% dari penderita hipertensi. Penyebab hipertensi sekunder
dapat digolongkan menjadi empat.6
- Pertama, karena kelainan kardiovaskuler. Hipertensi akibat kelainan kardiovaskuler
biasanya disebabkan oleh peningkatan tahanan perifer pada penyakit aterosklerosis.
- Kedua, hipertensi yang diakibatkan oleh gangguan pada ginjal. Hipertensi ginjal ini
dapat diakibatkan oleh dua hal, yaitu oklusi parsial arteri renalis dan penyakit jaringan
ginjal. Pada oklusi parsial arteri renalis, aliran darah ke ginjal berkurang sehingga
ginjal berespon dengan mengaktifkan angiostensin II yang akan merangsang korteks
adrenal untuk mensekresikan aldosteron. Dengan adanya hormon aldosteron,
reabsorpsi natrium akan meningkat. Selain itu, angiostensin II merupakan
vasokonstriktor yang kuat. Kedua efek ini memang dapat memperbaiki aliran darah
pada arteri renali, tetapi keduanya juga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Hipertensi renal juga dapat terjadi akibat kerusakan pada ginjal itu sendiri. Apabila
terjadi gangguan pada ginjal, ginjal tidak mampu mengeliminasi beban garam normal.
Terjadi retensi garam sehingga timbul hipertensi.
- Ketiga, hipertensi akibat gangguan endrokrin. Hipertensi endokrin timbul akibat dari
feokromositoma (tumor pada medulla adrenal) dan sindrom Conn. Hanya 0,1% dari
penderita hipertensi yang menderita hipertensi akibat feokromositoma. 7 Gejala pada
penyakit ini ditandai oleh peningkatan norepinefrin dan epinefrin. Peningkatan
epinefrin menyebabkan peningkatan curah jantung. Produksi aldosteron korteks
adrenal yang berlebihan ditemukan pada sindrom Conn. Efek dari aldosteron adalah
11
4.3.2
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mendapat perhatian paling besar adalah asupan garam.
Asupan garam yang tinggi adalah asupan garam yang melebihi asupan maksimal
yang dianjurkan. Asupan garam yang dianjurkan adalah kurang dari 100 mmol atau
2,4 gram Na atau NaCl sebanyak 6 gram per hari. Asupan garam yang tinggi dapat
meningkatkan tekanan darah arterial karena kadar natrium dalam darah yang tinggi
dapat meningkatkan volume darah. Hal ini disebabkan oleh sifat Na yang menyerap
air sehingga tekanan darah dan denyut jantung meningkat.6
Faktor lingkungan seperti stres, kegemukan (obesitas) dan kurang olahraga
juga berpengaruh memicu hipertensi esensial. Hubungan antara stres dengan
hipertensi, diduga terjadi melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada
saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan
tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan,
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
4.3.3
Kegemukan
Kegemukanmerupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Walaupun belum
dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan
12
membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.
4.3.4
Merokok
Telah diketahui bahwa rokok mengandung zat karsinogenik yang berbahaya
bagi tubuh manusia. Resiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap
tiap hari bukan pada lama merokok. Penyebabnya diduga nikotin yang terkandung
dalam rokok. Nikotin berpengaruh pada pelepasan katekolamin oleh sistem saraf
otonom.Katekolamin inilah yang dapat mengakibatkan peningkatan frekuensi denyut
jantung serta gangguan irama jantung.
4.3.5
Alkohol
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara alkohol dan
timbulnya hipertensi. Peminum alkohol berat akan cenderung hipertensi meskipun
mekanismenya belum diketahui secara pasti.
4.3.6
Usia
Hipertensi meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hipertensi pada usia
lanjut adalah apabila tekanan darah 140/90 mmHg. Terdapat hubungan antara
hipertensi dan bertambahnya usia pernah dilaporkan oleh Dhianingtyas dan
Hendratidalam penelitiannya yang menyatakan bahwa hipertensi diderita oleh subjek
yang sebagian besar berumur 41-60 tahun (78,1%). Subjek yang tidak menderita
hipertensi sebagian besar berumur 18-40 tahun (53,1%). Dengan bertambahnya usia
juga terjadi penurunan elastisitas arteri sehingga dapat menyebabkan peningkatan
tekanan perifer.
4.3.7
Jenis Kelamin
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhianingtyas dan Hendrati menunjukkan
bahwa subjek yang menderita hipertensi sebagian besar berjenis kelamin lakilaki.11Subjek yang tidak menderita hipertensi sebagian besar berjenis kelamin
perempuan. Pada usia dini terdapat bukti adanya perbedaan tekanan darah antara lakilaki dan perempuan. Pada masa remaja, batas rata-rata tekanan darah laki-laki lebih
tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda dan setengah baya. Pada
usia tua perbedaan itu menyempit dan polanya bahkan dapat berbalik. Banyak kajian
13
14
Dalam menangani kasus hipertensi, fisiologi dari ginjal haruslah dipahami. Hal ini
erat kaitannya dalam pemberian obat-obatan yang mungkin berpengaruh pada fungsi
ginjal itu sendiri.
Pada keadaan dimana fungsi filtrasi glomerolus menurun maka didapatkan pula
perlambatan laju aliran pada ansa henle yang menyebabkan peningkatan absorpsi
natrium klorida pada ansa henle tersebut dan didapatkan pula penurunan konsentrasi
natrium klorida di macula densa.
Penurunan konsentrasi natrium klorida di macula densa memiliki sinyal yang
mempunyai efek:
1. Penurunan tahanan arteriol aferen dengan mekanisme pelebaran sehingga
meningkatkan pula tekanan hidrostatik glomerolus dalam rangka membantu
mengembalikan glomerolus filtration rate menjadi normal.
2. Peningkatan pelepasan renin karena reaksi intrisik dari ginjal yang
menyebabkan molekul protein dalam sel jukstaglomerolus terurai dan
melepaskan renin. Renin yang pada akhirnya kemudian membentuk
angiotensin II yang mengakibatkan konstriksi arteriol eferen.
Dengan demikian tekanan hidrostatik glomerolus dan glomerolus filtrationrate
normal kembali.6
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
15
pandangan menjadi kabur (yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal)
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,
yang memerlukan penanganan segera.
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya
kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg.
Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan
kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera (dalam hitungan menit jam) untuk mencegah kerusakan organ target
lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut: encephalopathy, pendarahan
intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting aortic aneurysm,
angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan.
Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ
target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai
tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam sampai dengan beberapa hari.1,3,4
4.6 Diagnosis
Anamnesis riwayat penyakit merupakan prioritas dalam menentukan diagnosis dan
penatalaksanaan hipertensi. Dapat ditemukan adanya keluhan dari gejala-gejala susunan
saraf pusat, otonom, jantung dan disfungsi visual. Perlu diperhatikan pula penggunaan
obat-obatan yang dapat mencetuskan hipertensi seperti, simpatomimetik.1,2,4
4.7 Penatalaksanaan Hipertensi
Banyak penelitian menunjukkan bahwa pentingnya terapi hipertensi pada lanjut
usia; dimana terjadi penurunan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler
dan serebrovaskuler. Sebelum diberikan pengobatan, pemeriksaan tekanan darah pada
lanjut usia hendaknya dengan perhatian khusus, mengingat beberapa orang lanjut usia
menunjukkan pseudohipertensi (pembacaan spigmomanometer tinggi palsu) akibat
kekakuan pembuluh darah yang berat.
16
Sasaran tekanan darah pada hipertensi lanjut usia, penurunan TDD hendaknya
mempertimbangkan aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Sasaran yang diajukan pada
JNCVI dimana pengendalian tekanan darah (TDS<140 mmHg dan TDD<90mmHg)
tampaknya terlalu ketat untuk penderita lanjut usia. Sys-Eur trial merekomendasikan
penurunan TDS < 160 mmHg sebagai sasaran intermediet tekanan
darah, atau
1. Terapi farmakologis
Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan mempengaruhi metabolisme dan
distribusi obat, karenanya harus dipertimbangkan dalam memberikan obat antihipertensi.
Hendaknya pemberian obat dimulai dengan dosis kecil dan kemudian ditingkatkan secara
perlahan. Menurut JNC VI pilihan pertama untuk pengobatan pada penderita hipertensi
lanjut usia adalah diuretic atau penyekat beta. Pada HST, direkomendasikan penggunaan
diuretic dan antagonis kalsium. Antagonis kalsium nikardipin dan diuretic tiazid sama
dalam menurunkan angka kejadian kardiovaskuler. Adanya penyakit penyerta lainnya
akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat antihipertensi. Pada penderita dengan
penyakit jantung koroner, penyekat beta mungkin sangat bermanfaat; namun demikian
terbatas penggunaannya pada keadaan-keadaan seperti penyakit arteri tepi, gagal jantung/
kelainan bronkus obstruktif. Pada penderita hipertensi dengan gangguan fungsi jantung
dan gagal jantung kongestif, diuretik, penghambat ACE (angiotensin convening enzyme)
atau kombinasi keduanya merupakan pilihan terbaik.
- Obat-obatan yang menyebabkan perubahan tekanan darah postural (penyekat
adrenergik perifer, penyekat alfa dan diuretik dosis tinggi) atau obat-obatan yang
17
antiinflamasi nonsteroid.
Interaksi yang menyebabkan toksisitas adalah:
1. Tiazid: teofilin meningkatkan risiko hipokalemia, lithium risiko toksisitas meningkat,
karbamazepin risiko hiponatremia menurun;
2. Penyekat beta: verapamil menyebabkan bradikardia, asistole, hipotensi, gagal jantung;
digoksin memperberat bradikardia, obat hipoglikemik oral meningkatkan efek
hipoglikemia, menutupi tanda peringatan hipoglikemia.
Dosis beberapa obat diuretic penyekat beta, penghambat ACE, penyekat kanal
kalsium, dan penyekat alfa yang dianjurkan pada penderita hipertensi pada lanjut usia
adalah sebagai berikut.
-
Dosis obat-obat diuretic (mg/hari) misalnya: bendrofluazid 1,25- 2,5, klortiazid 500-
oksprenolol 180-120 mg dua kali sehari, dan pindolol 15-45 mg sekali sehari.
Dosis obat-obat penghambat ACE yang direkomendasikan adalah: Captopril 6,25-50
mg tiga kali sehari, lisinopril 2,5-40 mg sekali sehari, perindropil 2-8 mg sekali
4.8 Komplikasi
18
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan
diastolik 130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak
dan tinggi.
Beberapa negara mempunyai pola komplikasi yang berbeda-beda. Di Jepang,
gangguan serebrovaskular lebih mencolok dibandingkan dengan kelainan organ yang
lain, sedangkan di Amerika dan Eropa komplikasi jantung ditemukan lebih banyak. Di
Indonesia belum ada data mengenai hal ini, akan tetapi komplikasi serebrovaskular dan
komplikasi jantung sering ditemukan.
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata,
ginjal, jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
pendarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (transient ischaemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.6
19
Bab IV
Kesimpulan dan Saran
Menurut Teori Blum, kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu
lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku dan keturunan. Unsur-unsur tersebut saling
berinteraksi dan saling terkait satu sama lain. Juga mengacu pada kemampuan mengetahui,
mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan sehatnya sendiri.
Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui
penyebabnya. Sedangkan hipertensi yang penyebabnya karena penyakit lain. Obat-obatan
anti hipertensi yang dapat digunakan antara lain, diuretik, beta blocker, penggantian kalium,
penghambat saluran kalsium dan ACE-inhibitor. Hipertensi yang terkontrol dapat
memberikan harapan hidup yang lebih baik. Prognosis sangat baik, tergantung gaya hidup.
20
Bab V
Kesimpulan
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan
penyakit vaskuler.
Daftar Pustaka
21
22
Lampiran
Lampiran
23
24