BAB I
PENDAHULUAN
Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang bermaksud
mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang sakit dapat diterima secara
biologik oleh jaringan sekitarnya, tanpa simtom, dapat berfungsi kembali dan tidak
ada yanda-tanda patologik. Gigi yang sakit bila dirawat dan direstorasi dengan baik
akan bertahan seperti gigi vital selama akarnya terletak pada jaringan sekitarnya yang
sehat (Bence, 1990).
Tidak semua perawatan saluran akar berhasil dengan baik. Pasien harus selalu
diberi tahu mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perawatan. Prognosisnya
sering berubah pada waktu sebelum, selama dan sesudah perawatan bergantung
kepada apa yang terjadi dan apa yang ditemukan selama atau setelah perawatan.
Prognosis memuaskan pada permulaan perawatan dapat berubah menjadi prognosis
yang
lebih
buruk
atau
tidak
memuaskan
pada
akhir
prosedur.
Dokter gigi harus memberikan pandangan umum bahwa hasil yang mungkin
terjadi adalah memuaskan, meragukan atau tidak memuaskan. Mereka akan tahu
bahwa segala sesuatunya mungkin tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. Pasien
akan lebih menerima jika kegagalan terjadi.
Interprestasi keberhasilan atau kegagalan berbeda-beda pada setiap klinisi.
Kriteria keberhasilan bagi seorang dokter gigi mungkin berupa lamanya hasil
perawatan bertahan dan kriteria kegagalannya mungkin kalau pasien mengeluhkan
gejala sakit pada gigi yang telah dirawat. Walaupun sudah banyak publikasi hasil penelitian
mengenai
prognosis
yang
menganalisis
efek
berbagai
faktor
terhadap
keberhasilan dan kegagalan, namun banyak variabel yang menyulitkan interpterasi
hasilnya. Kesulitan ini misalnya meliputi bias dari pengamat yang memiliki kriteria
keberhasilan berbeda, bias dalam menginterprestasikan radigraf, berbagai tingkat
kesediaan pasien dalam pemanggilan kembali atau subjektivitas respons pasien
terhadap perawatan.
Kegagalan yang terjadi dapat disebabkan oleh kesalahan dalam mendiagnosa
penyakit pulpa ataupun karena kesalahan dalam teknik perawatan yang dilakukan.
Agar perawatan yang dilakukan tidak menemui kegagalan, maka diperlukan beberapa
pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosa penyakit pulpa dan menuntun operator
dalam melakukan perawatan saluran akar (Ingle, 1 985; Walton & Torabinejab, 1996).
BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN
PERAWATAN SALURAN AKAR
Seperti
halnya
seluruh
perawatan
gigi,
penggabungan
beberapa
faktor
mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor
penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan
(Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996).
2.1 Faktor Patologis
BAB III
1.
2.
penglihatan pada semua orofis saluran akar. Pembukaan kamar pulpa untuk setiap gigi
mempunyai desain yang berbeda, suatu pembukaan yang dilakukan dengan baik akan
menghilangkan kesulitan-kesulitan teknis yang dijumpai dalam perawatan saluran
akar
(Grossman,
1988;
Cohen,
1994;
Walton
&
Torabinejad,
1996).
Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi selama melakukan pembukaan kamar pulpa adalah :
Perforasi Permukaan akar
Perforasi dapat terjadi ke arah proksimal atau labial. Perforasi disebabkan
karena preparasi pembukaan dilakukan dengan sudut yang tidak mengarah ke
kamar pulpa. Hal ini terjadi karena waktu melakukan preparasi akses, ditemui
kesulitan menemukan lokasi kamar pulpa walaupun dari gambaran foto Rontgen
jelas.
Perusakan dasar kamar pulpa
Bor yang memotong dasar kamar pulpa dapat menyebabkan terjadinya perforasi
pada furkasi. Selai itu, pemakaian bor fisur yang berujung datar akan
membuat dasar kamar pulpa menadi datar sehingga merusak bentuk corong alamiah orifis
yang
akan
menyulitkan
pemasukan
instrumen,
paper
point
serta
bahan pengisian ke dalam saluran akar.
Preparasi saluran melalui tanduk pulpa
Preparasi yang terlalu dangkal akan menyebabkan saluran akar dicapai melalui
tanduk pulpa, selain itu akan menyulitkan pembersihan kamar pulpa dan saluran
akar dengan baik.
Membuat pembukaan proksimal
Pembukaan
yang
dilakukan
melalui
karies
yang
ada
proksimal
akan
menyebabkan instrumen yang dipakai untuk saluran akar harus dibengkokkan,
akibatnya preparasi saluran akar tidak tepat dan instrumen dapat patah dalam
saluran akar.
Membuat pembukaan yang terlalu kecil
Pembukaan yang terlalu kecil akan mengakibatkan terperangkapnya jaringan
pulpa terutama yang berada dibawah tanduk pulpa, juga akan menyulitkan
pencarian orifis sehingga saluran akar tidak dapat ditemukan.
Preparasi
pembukaan
melebar
ke
arah
dasar
kamar
pulpa
Pada preparasi yang melebar ke arah dasar kamar pulpa akan mengakibatkan
melemahnya kemampuan menerima daya kunyah sehingga dapat melepaskan
tambalan sementara dan akhirnya terjadi kebocoran.
3.2.2 Kesalahan Selama Preparasi Saluran Akar
Tahap preparasi saluran akar mencakup proses pembersihan (cleaning) dan
pembentukan (shaping). Pada tahap ini dapat terjadi kegagalan perawatan saluran akar
yang disebabkan oleh :
Instrumentasi berlebih (over instrumentasi)
Instrumen menembus ke luar melalui foramen apikal sehingga dapat
menyebabakan terjadinya inflamasi periapikal. Instrumentasi yang melewati
konstriksi apikal dapat mentransfer mikroorganisme dan mendorong bubuk dentin
dari saluran akar ke jaringan periapikal sehingga dapat memperburuk hasil
perawatan (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996).
Instrumentasi kurang (underinstrumentasi)
3.
4.
5.
6.
7.
8.
3. Pengisian
saluran
akar
dilakukan
pada
keadaan
tidak
steril.
Keadaan rongga mulut maupun alat-alat yang digunakan pada waktu
dilakukan pengisian saluran akar, tidak steril.
3.3 Faktor Penyebab Kegagalan Pasca Perawatan
Kejadian pasca perawatan dapat menyebabkan kegagalan perawatan secara langsung atau
tidak langsung, misalnya (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad, 1996).
1. Restorasi yang kurang baik atau desain restorasi yang buruk.
Restorasi yang baik akan melindungi sisa gigi dan mencegah kebocoran dari
rongga mulut kedalam sistem saluran akar. Restorasi pasca perawatan saluran akar
yang kurang baik akan menyebabkan terbukanya semen dan menyebabkan
terkontaminasinya kamar pulpa dan saluran akar oleh saliva dan bakteri, sehingga
mengakibatkan kegagalan perawatan saluran akar.
2. Trauma dan fraktur
Kesalahan
preparasi
padawaktu
pembuatan
pasak
dapat
menyebabkan
kegagalan perawatan. Pengambilan dentin saluran akar yang terlalu banyak akan
melemahkan akar gigi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya fraktur vertikal.
3. Terkenanya jaringan periodontal
Kegagalan bisa disebabkan karena non endodontik, walaupun perawatan
saluran akar dilakukan dengan baik. Hal ini dapat disebabkan karena efek merusak
dari perawatan ortodontik atau penyakit periodontium.
BAB IV
TANDA - TANDA KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR
Di
samping
kurangnya
konsensus
mengenai
kriteria
untuk
menilai
keberhasilan atau kegagalan, rentang waktu yang diperlukan bagi tindak lanjut pasca
perawatan yang memadai juga masih kontroversial. Periode yang dianjurkan berkisar
6 bulan sampai 4 tahun. Keberhasilan yang nyata dalam kurun waktu satu tahun
bukan keberhasilan yang langgeng karena kegagalan mungkin terjadi setiap saat.
Penentuan berhasil atau tidaknya suatu perawatan diambil dari pemeriksaan
klinis dan radigrafis dan histologis (mikroskopis). Hanya temuan klinis dan
radiografis yang dapat dievaluasi dengan mudah oleh dokter gigi, pemeriksaan
histologis pada umumnya digunakan sebagai alat penelitian (Walton & Torabinejad,
1996; Mardewi, 2003).
4.1. Tanda-tanda Kegagalan secara Klinis
Kegagalan perawatan saluran akar yang dilihat secara klinis yang lazim dinilai
adalah tanda gejala klinis, yaitu : (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) :
1.
Rasa nyeri baik secara spontan maupun bila kena rangsang.
2.
Perkusi dan tekanan terasa peka.
3.
Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka.
4.
Pembengkakan pada mukosa sekitar gigi dan nyeri bila ditekan.
5.
Adanya fistula pada daerah apikal.
4.2 Tanda-tanda Kegagalan secara Radiografis
Kemungkinan kesalahan dalam interprestasi radiografis adalah faktor penting
yang dapat merumitkan keadaan. Konsistensi dalam jenis film dan waktu
pengambilan, angulasi tabung sinar dan film, kondisi penilaian radiograf yang sama
merupakan hal-hal yang penting untuk diperhatikan. Biasa perorangan juga akan
mempengaruhi interpretasi radiografis. Perubahan radiologis cenderung bervariasi
menurut orang yang memeriksanya sehingga pendapat yang dihasilkan pun berbeda.
Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar secara radiografis adalah adanya
(Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) :
1. Perluasan daerah radiolusen di dalam ruang pulpa (internal resorption).
2. Pelebaran jaringan periodontium.
3. Perluasan gambaran radiolusen di daerah periapikal.
4.3 Tanda-tanda Kegagalan secara Histologis (Mikroskopis)
Karena kurangnya penelitian histologis yang terkendali dengan baik, ada
ketidakpastian mengenai derajat korelasi antara temuan histologis dengan gambaran
radiologisnya.
Pemeriksaan
histologis
rutin
jaringan
periapikal
pasien
jarang
dilakukan. Tanda-tanda kegagalan secara histologis adalah (Walton & Torabinejad,
1996; Mardewi, 2003) :
1. Adanya sel-sel radang akut dan kronik di dalam jaringan pulpa dan periapikal.
2. Ada mikro abses.
3. Jaringan pulpa mengalami degeneratif sampai nekrotik.
Di dalam washington Study yang dipublikasikan oleh Ingle dan Beverige
(1976) dalam Tarigan (1994) dianalisa secara statistik sebab-sebab yang dapat
mengakibatkan terjadinya kegagalan perawatan saluran akar dua tahun setelah selesainya
perawatan. Dari 1229 kasus yang dirawat endodontik, ditemukan 91,5 %
berhasil tanpa keluhan dan yang mengalami kegagalan adalah 8,5 %. Sebab-sebab
terjadinya kegagalan tersebut dapat dikatagorikan dalam tiga hal, yaitu (Tarigan,
1994) :
1.Iritasi apikal oleh cairan jaringan yang terinfeksi pada saluran akar yang diisi tidak hermetis adalah
63,46 %.
2.Kesalahan-kesalahan
selama
dilakukan
perawatan,
misalnya
perforasi,
pengisian
yang berlebih, instrumen patah, adalah 14,42 %.
3.Kesalahan pada waktu diagnosis, 22,12 %.
Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa perawatan saluran akar yang
tidak sempurna dan pengisian saluran akar yang salah hampir meliputi dua pertiga
penyebab kegagalan perawatan saluran akar yang dilakukan (Ingle, 1985; Tarigan,
1994).
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari tulisan diatas adalah :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan
saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor perawatan, faktor
anatomi gigi dan faktor kecelakaan prosedural.
2. Macam-macam penyebab terjadinya kegagalan suatu perawatan saluran akar
adalah kesalahan yang terjadi pada tahap praperawatan, kesalahan selama
perawatan dan kegagalan pascaperawatan.
3. Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar yang mudah ditentukan oleh
dokter gigi adalah dengan cara pemeriksaan klinis dan radiologis, cara histologis
jarang dilakukan.
4. Kegagalan perawatan saluran akar sebagian besar disebabkan oleh faktor
kesalahan selama perawatan dan pengisian saluran akar yang tidak sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia.
Cohen, S. and Burns, R.C. 1994. Pathway ofthe pulp. 6 th ed. St. Louis : Mosby.
Guttman, J.L. 1992. Problem Solving in Endodontics, Prevention, identification and
management. 2 nd ed., St louis : mosby Year Book.
Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E., 1988. Endodontics Practice. 11 th ed.
Philadelphia : Lea & febiger.
Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea & Febiger.
Mardewi, S. K.S.A. 2003. Endodontologi, Kumpulan naskah. Cetakan I. Jakarta :
Hafizh.
Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodonti). Cetakan I, Jakarta : Widya
Medika.
Walton, R. and Torabinejad, M., 1996. Principles and Practice of Endodontics. 2 nd
ed. Philadelphia : W.B. Saunders Co.
Weine, F.S. 1996. Endodontics Theraphy. 5 th ed. St. Louis : Mosby Year Book. Inc.