Anda di halaman 1dari 6

Fitriana Ferhadija Yasid

1306372542
Manusia Masyarakat Indonesia

Bab 3: Individu dan Masyarakat


Individu
Kata Individu diambil dari Bahasa latin individum yang artinya satuan kecil yang tidak
dapat diubah lagi. Menurut konsep sosiologi, individu artinya manusia yang hidup tanpa
kawan/hidup sendiri. Dalam hidup bermasyarakat, individu memiliki empat syarat yang harus
ditempuh, yaitu raga, rasa, rasio, dan rukun.
1. Raga atau jasmani merupakan bentuk jasad manusia yang khas sebagai pembeda
antara satu individu dengan individu yang lain.
2. Rasa atau perasaan individu dapat menangkap obyek gerakan dari benda-benda isi
alam semesta, sehingga individu dapat merasakan senang, sedih, kecewa, panas,
dingin, dan seterusnya.
3. Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri
agar dapat mengatasi segala sesuatu
4. Rukun merupakan peringkat yang dapat memengaruhi individu untuk dapat
membentuk suatu kelompok sosial yang sering disebut sebagai masyarakat
Masyarakat
Kata masyarakat berasal dari kata musyarak (Bahasa Arab) yang artinya bersama-sama.
Kata tersebut kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama,
hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling memengaruhi. Menurut Auguste
Comte, masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas baru
yang berkembang menurut hukum dan polanya sendiri. Agar dapat disebut sebagai
masyarakat, kelompok-kelompok makhluk hidup tersebut harus memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:

1. Hidup bersama. Secara teoritis, manusia dapat disebut masyarakat jika ada dua orang
yang hidup bersama.
2. Bercampur/berkumpul untuk waktu yang cukup lama. Dengan berkumpulnya
manusia, akan timbul sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
Masyarakat juga harus memiliki syaratsyarat sebagai berikut:
1. Harus ada pengumpulan manusia
2. Telah bertempat tinggal di suatu tempat dalam waktu yang lama.
3. Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk mencapai tujuan
bersama
Individu dan Kehidupan Bermasyarakat
Hubungan individu dengan masyarakat awalnya timbul dari pengaruh keluarga dan dari
kondisi sosial keluarga yang kemudian membawa kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan
lingkungan sosialnya. Dengan perbedaan-perbedaan ini berarti individu semakin menyadari
akan kekurangan masing-masing, yang apabila tidak dipertukarkan, maka individu tersebut
tidak akan tidak akan dapat mencapai harapan hidupnya. Keinginan untuk hidup
bermasyarakat ini juga didukung oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Hasrat biologis untuk mencari kehidupan agar dapat memenuhi kebutuhan
seksualnya. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan dengan perkawinan yang sah.
2. Kelemahan yang dimiliki manusia mendesaknya untuk mencari kekuatan bersama.
3. Manusia sebagai makhluk sosial cenderung tidak bisa hidup sendiri.
4. Manusia hidup bersama bukan karena persamaan, melainkan karena perbedaan yang
terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya.
BAB 4: Kebudayaan
Definisi Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhayah yang berarti akal. Kebudayaan
dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Dalam definisi
kebudayaan, terdapat tiga unsur utama yang penting untuk diketahui. Pertama, kebudayaan
hanya dimiliki oleh masyarakat manusia. Kedua, kebudayaan yang dimiliki manusia
diturunkan melalui proses belajar dari tiap individu dalam kehidupan masyarakat. Ketiga,
kebudayaan merupakan pernyataan perasaan dan pikiran manusia.

Nilai Sosial
Nilai adalah sebuah ukuran sikap dan perasaan seseorang atau kelompok yang
berhubungan dengan keadaan baik buruk, benar salah, atau suka tidak suka terhadap suatu
obyek, baik material maupun non material. Sementara itu, nilai sosial dapat dipahami dengan
melihat fungsi umumnya, yaitu:
1. Nilai-nilai menyumbangkan seperangkat alat yang siap dipakai untuk menetapkan
harga sosial pribadi dan grup.
2. Cara-cara berpikir dan bertingkah laku secara ideal dalam sejumlah masyarakat
diarahkan atau dibentuk oleh nilai-nilai.
3. Nilai-nilai merupakan penentu akhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan
sosialnya.
4. Nilai dapat berfungsi sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan daya mengikat
tertentu
5. Nilai dapat berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok dan
masyarakat.
Norma Sosial
Dalam kehidupan masyarakat, norma sosial dianggap sebagai alat kendali atau batasanbatasan tindakan anggota masyarakat untuk memilih peraturan yang diterima atau tidak
dalam suatu pergaulan. Unsur kendali dari norma-norma itu merupakan cerminan dari
desakan sosial yang didasarkan pada kepentingan bersama. Adapun norma sosial dibagi
menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cara berbuat (Usage): Norma yang disebut cara hanya mempunyai kekuatan yang
dapat dikatakan sangat lemah dibanding yang lain. Jika ada yang melanggar norma,
maka orang itu hanya akan mendapatkan cemooh dari orang-orang di sekitarnya.
2. Kebiasaan (Folkways): merupakan suatu indikator kalua orang-orang lain setuju atau
menyukai perbuatan tertentu yang dilakukan seseorang.
3. Tata Kelakuan (Mores): Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan yang diakui oleh
masyarakat sebagai norma pengatur dalam setiap berperilaku. Tata kelakuan lebih
menunjukkan fungsi sebagai pengawas kelakuan oleh kelompok terhadap anggotaanggotanya.
4. Adat Istiadat (Custom): Adalah tata kelakuan yang berupa aturan dengan sanksi lebih
keras. Anggota masyarakat yang melanggar akan mendapatkan sanksi hukum, baik
formal maupun informal.
Sosialisasi
Sosialisasi adalah usaha untuk memasukan nilai-nilai kebudayaan terhadap individu
sehingga individu tersebut menjadi bagian dalam masyarakat. Sosialisasi dapat terjadi secara
langsung bertatap muka dalam kehidupan sehari-hari, dapat juga terjadi secara tidak langsung

seperti melalui telepon atau surat. Dalam sebuah proses sosialisasi, individu bersikap reseptif
dan kreatif terhadap pengaruh individu lain dalam pergaulannya.
Pengawasan Sosial
Pengawasan sosial dapat diartikan sebagai proses pembatasan tindakan yang bertujuan
untuk mengajak, memberi teladan, membimbing atau memaksa setiap anggota masyarakat
agar tunduk pada norma-norma sosial yang berlaku. Untuk menjalankan fungsi pengawasan
sosial dengan baik, dibutuhkan kepatuhan masyarkat selaku objek pengawasan sosial.
Adapun kepatuhan masyarakat bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut:
1. Jelas atau tidaknya sistem pengawasan sosial yang dilakukan.
2. Perbedaan antara aspirasi-aspirasi dengan ketentuan atau hukum yang berlaku pada
masyarakat yang bersangkutan.
3. Berat atau ringannya sanksi-sanksi yang diterima jika terjadi penyimpangan
4. Tingkat loyalitas masyarakat terhadap lingkungannya.
5. Jumlah pendukung terhadap hasil penyimpangan yang dilakukan
Bab 5: Struktur Sosial
Definisi
Struktur sosial adalah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang di dalamnya
terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat
unsur-unsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat
memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat. Struktur sosial memiliki ciri-ciri umum
sebagai berikut:
1. Mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang pokok yang dapat memberikan
bentuk dasar pada masyarakat; memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang
kemungkinan besar dilakukan secara organisatoris.
2. Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial antara individu pada saat tertentu.
3. Struktur sosial merupakan sebuah kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat dari
sudut pandang teoretis. Struktur sosial merupakan abstraksi dari kenyataan yang
menyangkut kurun waktu tertentu yang pada prinsipnya tidak terlepas dari perilaku,
perasaan, dan kepercayaan, di samping menyangkut kehidupan yang aktual.
4. Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat status atau menyataan yang
membeku, sehingga dapat dilihat kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuhnya
yang berbentuk struktur.
5. Struktur merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang bersifat
empiris dan stabil.
Dalam kehidupan masyarakat, struktur sosial memiliki fungsi-fungsi umum. Di antaranya
adalah struktur sosial berfungsi untuk memberikan batasan pada masyarakat dalam
melakukan aktivitasnya. Struktur sosial juga berfungsi untuk mengikat masyarakat dalam
ikatan moral yang dapat dipertahankan. Selain itu, struktur sosial juga berfungsi sebagai dasar

untuk menanamkan suatu disiplin sosial. Aturan yang diciptakan oleh sebuah kelompok
cenderung lebih mudah dipahami oleh anggota kelompoknya sendiri.
Bab 6: Lembaga Sosial
Definisi
Lembaga berasal dari kata institution yang menunjuk pada pengertian tentang sesuatu
yang telah mapan. Dalam pengertian sosiologis, lembaga dapat digambarkan sebagai suatu
organ yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Lembaga terbentuk dari suatu kebiasaan
yang dilakukan terus menerus hingga jadi adat istiadat.
Terjadinya lembaga sosial bermula dari tumbuhnya suatu kekuatan ikatan hubungan
antar manusia dalam suatu masyarakat. Lembaga sosial terbentuk karena manusia
membutuhkan keteraturan dalam hidupnya. Keteraturan tersebut diwudukan oleh pembuatan
norma-norma yang pada akhirnya menjadi acuan resmi dalam lembaga tersebut.
Ada empat tingkatan dalam proses pelembagaan. Pertama adalah usage atau cara yang
menujuk pada perbuatan. Perbuatan ini kemudian dilakukan secara terus menerus hingga
membentuk sebuah kebiasaan/fokways. Apabila kebiasaan tersebut kemudian diterima
sebagai patokan atau norma pengatur kelakuan bertindak, maka di dalamnya sudah terdapat
unsur pengawas untuk memberikan sanksi terhadap mereka yang melanggar. Terakhir, tata
kelakuan yang semakin kuat tersebut akan membentuk sebuah pola kelakuan masyarakat
yang lebih luas yang disebut sebagai adat istiadat/custom.
Lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan memiliki dua fungsi utama. Pertama untuk
memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat bagaimana mereka harus bersikap
dalam menghadapi masalah-masalah sosial. Kedua, untuk memberikan pegangan kepada
masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial yang artinya sistem pengawasan
kepda anggota-anggota masyarakatnya.
Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,
sikap-sikap, dan pola perilaku tertentu di antara kelompok-kelompok masyarakat. Para ahli
berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur
yang mempertahankan keseimbangan masyarakat.
Beberapa sosiologi berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan
terjadinya perubahan baik dalam aspek ekonomi, geografis, dan lain-lain.
Adapun proses-proses dalam perubahan sosial dapat diketahui dari ciri-cirinya, yaitu:
1. Masyarakat yang bersifat dinamis/selalu berkembang
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan
perubahan-perubahan pada lembaga sosial lainnya.

3. Perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat


sementara karena berada dalam proses penyesuaian diri.
4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang
spiritual saja.
5. Perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai berikut: social process, segmentation,
structural change, change in group structure.
Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan
A. Perubahan lambat dan perubahan cepat
Perubahan yang memerlukan waktu lama, dan berupa rentetan-rentetan perubahan
kecil yang saling mengikuti dengan lambat disebut sebagai evolusi. Pada evolusi,
perubahan terjadi dengan sendirinya. Ada bermacam-macam teori mengenai evolusi,
di antaranya:
1. Unilinear theories of evolution: teori yang berpendapat bahwa manusia dan
masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari
yang sederhana hingga tahapan yang kompleks.

Anda mungkin juga menyukai