Anda di halaman 1dari 7

Kata Pengantar

Puja dan puji atas kehadirat alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniannya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat.
Terdorong rasa ingin tahu, kemauan, kerja sama dan kerja keras, kami kerahkan
seluruh upaya demi mewujudkan keingian ini. Semoga tulisan ini dapat memenuhi kewajiban
dalam tugas analisis laporan keuangan (analisis perbandingan cross section) yang dibimbing
dan di motivasi oleh dosen pembimbing Bpk Joko Pramono, SE, MM, AK.
Adapun harapan kami, semoga tulisan ini dapat menambah wawasan pembaca
mengenai analisis perbandingan cross section dengan maksud nantinya pembaca mampu
untuk mengenal dan mengetahui seluk beluknya. Menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna,untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI
Kata pengantar.......................................................................................................................1
Daftar isi.................................................................................................................................2
BAB 1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................3
1.2 Tujuan..........................................................................................................................3
1.3 Rumusan masalah........................................................................................................3
BAB 2
2.1 Pengertian analisis perbandingan cross section..........................................................4
2.2 Definisi industri sejenis ..............................................................................................4
2.3 Perhitungan rata-rata industri......................................................................................4
2.4 perbedaan antar industri..............................................................................................6
BAB 3
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................7
Daftar Pustaka........................................................................................................................8

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan dibandingkan
dengan standar tertentu. Standar tersebut bisa berupa (1)standar internal yang ditetapkan
oleh manajemen seperti target yang telah ditetapkan, (2) perbandingan historis atau
membandingkan angka-angka dengan angka-angka masa sebelumnya, dan (3)
perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis. Tanpa perbandingan tidak
akan diketahui apakah prestasi keuangan suatu perusahaan menunjukan perbaikan atau
sebaliknya menunjukan penurunan. Pada bab ini membicarakan tentang analisis
perbandingan cross section dalam analisis keuangan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari perbandingan analisis cross section dan definisi industri
sejenis.
2. Mengetahui cara penghitungan rata-rata industri.
3. Mengetahui perbedaan antar industri.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perbandingan analisis cross section?
2. Apa definisi industri sejenis?
3. Bagaimana penghitungan rata-rata industri?
4. Bagaimana perbedaan antar industri?

BAB 2
3

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian analisis perbandingan cross section


Analisis cross section adalah perbandingan data keuangan dengan perusahaan atau
industri yang sejenis. Analisis cross section ( perbandingan dengan perusahaan atau
industri yang sejenis) akan bermanfaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap
industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus bagi
manajemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan
ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap industri. Apabila
perusahaan memeperoleh untung di atas industri, manajemen perusahaan akan
memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila terjadi sebaliknya.
2.2 Definisi industri sejenis
1. Kesamaan dlm jenis bahan baku atau supplier
Contoh: Standar klasifikasi industri listing di BEJ. Standar klasifikasi biasanya
menggunakan kriteria berdasarkan struktur fisik dan teknologi proses produksi dan
homogenitas produksi).
2. Kesamaan dari sisi permintaan
Kriteria pengelompokan industri didasarkan atas produk yg dihasilkan. Apabila
produk-produk memenuhi kebutuhan yang sama, dan produk-produk tersebut
merupakan substitusi satu sama lainnya, maka produk-produk tersebut masuk dalam
industri yang sama. Produk-produk tersebut bisa mempunyai horizon yang pendek
yaitu produk-produk yang sama saat ini, tetapi bisa juga mempunyai horizon jangka
panjang yaitu produk-produk yang saling berkompetisi pada beberapa tahun
mendatang.
Contoh: Misal kebutuhan komunikasi, mesin fax saat ini tidak bersaing secara
langsung dengan komputer PC. Tetapi pada masa mendatang dengan semakin
berkembangnya PC yang mempunyai kemampuan fax dan modem, maka PC akan
menjadi pesaing serius mesin fax.
3. Kesamaan dalam atribut keuangan
Saham-saham yg punya kesamaan atribut bisa dimasukkan dalam satu kelompok.
Contoh: Kesamaan risiko, rasio PER (Price Earning Ratio), kapitalisasi pasar.
2.3 Perhitungan rata-rata industri
Perhitungan rata-rata industri ada beberapa alternatif:
1. Menghitung niali tunggal sebagai pembanding
2. Menghitung nilai tunggal dengan dispersinya ( standar devisiasinya)
3. Menghitung nilai untuk presentil tertentu (misal menghitung nilai untuk
perusahaan yang mempunyai ukuran 25% paling kecil.

Untuk menghitung (1) di atas ada beberapa alternatif yang bisa dipakai :
1.
Menghitung rata-rata aritmatika
2.
Menghitung rata- rata tertimbang
4

3.
4.

Menggunakan median
Menggunakan modus

Misalkan kita mempunyai data suatu industry yang


sebagai berikut :
Perusahaan
A
B
C
D
ROA
10% 12% 12% 13%
Nilai buku saham
300 420 250 200
Nilai pasar saham
350 400 420 450

terdiri dari beberapa perusahaan


E
9%
250
460

F
12%
210
350

G
8%
310
340

H
9%
335
400

Dengan perhitungan rata-rata aritmatika, ROA industry bisa di hitung sebagai berikut :
1/8 (10+12+12+13+9+12+8+9) = 10,625 %
Angka ini kemudian bisa dipakai sebagai standar untuk perbandingan. Alternative lain
adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang. Misalkan analisis menggunakan nilai
buku saham sebagai pembobotnya, rata-rata ROA bisa dihitung sebagai berikut :
300/2.275 (10%) + 420/2.275 (12%) + 250/2.275 (12%) + 200/2.275 (13%) + 250/2.275
(9%) + 210/2.275 (12%) + 310/2.275(8%) + 335 /2.275 (9%) = 1,31+2,21 + 1,32 + 1,14 +
0,98 + 1,+11 + 1,09 + 1,33 = 10,50%
Misalkan analis akan menggunakan nilai pasar saham sebagai pembobotnya, industri bisa
dihitung sebagai berikut:
350/3.170(10%) + 400/3.170(12%) + 420/3.170(12%) + 450/3.170(13%) +
460/3.170(9%) + 350/3.170(12%) + 340/3.170(8%) + 400/3.170(9%) = 1,1 +1,51 + 1,59
+ 1,84 + 1,31 + 1,32 + 1, 14 = 10,67%
Perhitungan rata-rata sangat sensitive terhadap nilai-nilai ekstrim. Misalkan ada dua
perusahaan dengan nilai ekstrim + 30% (Perusahaan I) dan 10% (perusahaan J). Misalkan
perusahaan J mengalami musibah kebakaran yang mengakibatkan rugi 10% dan
perusahaan I baru saja memperoleh lisensi impor, barangkali analis akan menghilangkan
dua angka ekstrim tersebut. Dengan cara semacam angka-angka outlier bisa dihilangkan
dan tidak merusak analis. Cara lain yang bisa digunakan untuk menghilangkan pengaruh
nilai ekstrim adalah dengan menggunakan angka median atau modus. Denagn median
ROA perusahaan diurutkan sebagai berikut : 8%, 9%, 9%, 10%, 12%, 12%, 12%, 13% ,
dan nilai tengahnya atau medianya adalah 11%. Misalkan kita menggunakan modus (nilai
yang paling sering keluar), maka angka yang dipilih untuk dijadikan rata-rata industry
adalah 12%
Dari angka-angka yang dihitung di atas, berikut ini ringkasan hasil perhitungan
dengan metode berberda tersebut.
ROA Rata-Rata Industri
Rata-rata aritmatik

10,63%
5

Rata-rata tertimbang
(dengan bobot nilai buku saham)
10,5%
Rata-rata tertimbang
(dengan bobot nilai pasar saham)
10,67%
Median
11,00%
Modus
12,00%
Pemilihan angka yang akan dijadikan rata-rata industri akan tergantung pertimbangan
analis. Dari angka-angka diatas, ROA rata-rata industry adalah sekitar 10-12%.
2.4 Perbedaan antar industri
Pada waktu analis menggunakan perbandingan industri, analis mempunyai asumsi
implisit yaitu ada perberdaan berarti dalam rasio-rasio keuangan antar industri. Kalau
asuransi semacam itu tidak pernah terpenuhi maka tidak ada artinya menggunakan
perbandingan dengan industri yang sejenis, karena perbandingan dengan rasio
perusahaan dalam perekonomian secara keseluruhan akan menghasilkan analis yang
sama. Perbandingan antar industri secara implisit juga mengakui bahwa ada perbedaan
resiko bisnis antar industri. Apabila asumsi ini benar, maka perbandingan dengan
perusahaan-perusahaan dalam industri relevan dilakukan karena perusahaan di
bandingkan dengan perusahaan lain yang mempunyai kelas risiko bisnis yang sama.
Tetapi apabila resiko bisnis antar industri tidak berlainan, maka perbandingan antar
industri tidak punya dasar yang cukup kuat.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah yang mungkin akan timbul dalam analisis perbandingan cross section adalah
tidak jelasnya industri relevan. sebagan contoh, apabila ada suatu perusahaan yang tidak
go public, padahal perusahaan tersebut cukup dominan, angka-angka industri barangkali
tidak representif. Masalah lain adalah adanya beberapa perusahaan yang bergerak dalam
berbagai bidang (industri), dan laporan keuangan yang diterbitkan adalah laporan
6

keuangan konsolidasi. Informasi per segmen industri tidak dipublikasikan. Dalam situasi
dimana tidak ada industri domestik yang bisa dijadikan perbandingan, perbandingan
internasional bisa dilakukan. Interpretasi harus dilakukan lebih berhati-hati, dengan
mengingat latar belakang bisnis yang berbeda.
Perhitungan rata-rata industri bisa dilakukan dengan rata-rata aritmetika, rata-rata
tertimbang,median,modus. data-data outlier bisa dihilangkan apabila kita berasumsi
bahwa data tersebut merupakan kejadian luar biasa. perbandingan industri mempunyai
asumsi implisit bahwa risiko bisnis antar industri berbeda, dan dengan demikian
perbandingan dengan industri (sekelompok perusahaan yang memiliki kelas risiko yang
sama) bisa dilakukan. pengujian empiris menunjukan adanya perbedaan kelas risiko
antar industri. Pengujian semacam itu di Indonesia, belum sejauh ini dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
file:///D:/alk/Universal%20Accountant_%20Analisis%20Laporan%20Keuangan
%20%20Analisis%20cross-section.html
Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan (Edisi 4).
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Anda mungkin juga menyukai