Anda di halaman 1dari 180

SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA


MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH
(PROBLEM-BASED LEARNING)
Penelitian Tindakan Kelas di MTs Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta

Oleh :

Suherman
103016327174

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429H/2008

LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA


MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH
(PROBLEM-BASED LEARNING)
Penelitian Tindakan Kelas di MTs Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Oleh :
SUHERMAN
NIM. 103016327174

Dibawah Bimbingan:
Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. H. Mahmud. M. Siregar, M.Si


NIP. 150 222 933

Diah Mulhayatiah, MPd


NIP. 150 408 694

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008

ii

ABSTRAK
Suherman, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based
Learning) Penelitian Tindakan Kelas Di MTs Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta.
Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah dalam upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada
Pokok Bahasan Tekanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Peneitian ini dilakukan
di MTs Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta tahun pelajaran 2007-2008. Subjek
penelitian adalah siswa kelas VIII 5 MTs Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta
sebanyak 38 orang siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif tipe
pilihan ganda dengan empat pilihan (option) yang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana peningkatan hasil belajar fisika siswa, lembar observasi untuk
mengetahui proses pembelajaran di kelas, dan kuisioner untuk mengetahui respon
siswa terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
kelas VIII 5 MTs Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta.
Kata kunci: Hasil Belajar Fisika, Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.

iii

ABSTRACT
Suherman, The trying to Improve the Study Result of Student Physics with The
Realized of Problem-based Learning Model (Classroom Action Research of MTsN
3 Pondok Pinang-Jakarta). Thesis, Program Study of Physics Education, Majors
of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, State
Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
The purpose of this research is to know the influence of the problem-based
learning model on the trying to improve the study result of student physics at the
subject Tekanan. The research method is classroom action research. This
research is conducted in MTsN 3 Pondok Pinang-Jakarta of school periode 20072008. The subject in this research is student of class VIII 5 MTsN 3 Pondok
Pinang-Jakarta to the number of 38 students.
The research instrument is in the form of objective test type of double helix
with four choice (option) use to know improving the study result of student,
observation to know about learning process, and questionnaire to know the
student respon of problem-based learning model.
The result of this research can be conclude that the realized of problembased learning model can be to improve the study result of science student at the
class VIII 5 MTsN 3 Pondok Pinang-Jakarta.
Keywords: Study Result of Physics, Problem-Based Learning.

iv

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam Nabi
Muhamad SAW yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebenaran.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan
hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbinganNya dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan
kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ir. H. Mahmud M. Siregar, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan IPA
sekaligus Dosen Penasehat Akademik dan Dosen Pembimbing I yang penuh
kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.
3. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran
dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini. Terimakasih atas
segala

bimbingan

dan

motivasinya

kepada

penulis

sehingga

dapat

menyelesaikan skripsi ini.


4. Bapak Yayan Sudiana, M.A., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan
Pendidikan IPA.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA UIN syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan
bermanfaat dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
6. Bapak Drs. Budi Haerawan, M.Si., Kepala Sekolah MTs Negeri 3 Pondok
Pinang-Jakarta. Ibu Rahmi, S.Pd., selaku guru bidang studi Fisika serta
seluruh guru dan staf MTs Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta yang telah banyak

membantu dan memberikan bimbingan, kritik, dan saran selama penelitian


berlangsung.
7. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Mamah Didah dan Bapak Uci
Sanusi yang tidak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang,
dan selalu memotivasi serta memberikan dukungan baik moril maupun materil
sehingga ananda dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu
memberikan yang terbaik untuk kalian.
8. Saudara-saudaraku, Enjang Subawan, Gunawan, dan Sartika Dewi yang selalu
memberikan dukungan moril dan materil, terimakasih saudara-saudaraku
semoga Allah SWT membalas dengan balasan terbaik dalam hidup kalian.
9. Sahabat-sahabat

terbaik,

Sandy,

Zunoy,

Ase

(terima

kasih

atas

kebersamaannya selama ini), Fiat, Ria, Melly, Lisna dan semuanya yang
selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan IPA angkatan 2003, Program
studi fisika, biologi, dan kimia yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
terimakasih untuk kebersamaanya yang selalu memberikan motivasi untuk
menjadi lebih baik dan semua keceriaan selama kuliah, sampai jumpa kawan
semoga sukses.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudahmudahan bantuan, bimbingan, semangat, dan doa yang telah diberikan menjadi
pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Jakarta, September 2008

Penulis

vi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .....................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

iii
v
vii
x
xi
xii

BAB I PENDAHULUAN .. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 4
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ............................................ 5
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN ........................................................ 6
A. Pembelajaran Sains Berdasarkan Konstruktivisme ....................... 6
1. Pembelajaran Sains-Fisika ....................................................... 6
2. Konsep Konstruktivisme ......................................................... 8
3. Prinsip dan Macam Konstruktivisme ...................................... 10
4. Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains ........... 11
B. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah ................................... 14
1. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah ..................... 14
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah .............................................................. 20
3. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah
dalam Pembelajaran ................................................................ 22
4. Prosedur Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah .................................................................................... 25

vii

5. Evaluasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdasarkan


Masalah ................................................................................... 27
C. Hasil Belajar Siswa ....................................................................... 28
1. Pengertian Belajar ................................................................... 28
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .................... 29
3. Pengukuran Hasil Belajar ........................................................ 32
D. Hubungan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan
Hasil Belajar ................................................................................. 34
E. Kerangka Pikir .............................................................................. 37
F. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 40
B. Metode dan Disain Intervensi Tindakan ....................................... 40
C. Subjek Penelitian ........................................................................... 43
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ..................................... 43
E. Tahapan Intervensi Tindakan ........................................................ 43
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapakan ............................... 44
G. Data dan Sumber Data ................................................................... 44
H. Instrumen-instrumen Pengumpul Data yang Digunakan .............. 45
I. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ................................... 46
1. Uji Validitas .............................................................................. 46
2. Uji Reliabilitas .......................................................................... 48
3. Uji Tingkat Kesukaran .. 49
4. Daya Pembeda .......................................................................... 49
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ............................................... 50
1. Uji Normal-Gain ....................................................................... 50
2. Kualitas Proses Pembelajaran .................................................... 52
3. Respon Siswa ............................................................................. 52
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan .......................................... 53

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 54


A. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
di MTs Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta ...................................... 54
B. Hasil Belajar Siswa ....................................................................... 56
C. Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Terhadap Hasil Belajar Siswa ....................................................... 65
D. Pembahasan Temuan Penelitian ................................................... 68
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 71
A. Kesimpulan .................................................................................. 71
B. Saran ............................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah .............................. 24
Tabel 3. 1. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ........................................... 46
Tabel 3. 2. Skala Penilaian Aktivitas Pembelajaran ....................................... 52
Tabel 4. 1. Rangkuman Pretes Hasil Belajar Fisika Siswa ............................ 56
Tabel 4. 2. Rangkuman Postes Hasil Belajar Fisika Siswa ............................ 57
Tabel 4. 3. Ringkasan Hasil Belajar Fisika Siswa .......................................... 59
Tabel 4. 4. Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes ....................................... 60
Tabel 4. 5. Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes .................................... 61
Tabel 4. 6. Pengujian Rata-rata Perbedaan Pretes dan Postes Hasil Belajar
Fisika Siswa ................................................................................... 62
Tabel 4. 7. Hasil Uji Normalitas N-Gain ........................................................ 63
Tabel 4. 8. Pengujian Rata-rata Nilai Gain Ternormalisasi ............................ 64

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Bagan Kerangka Pikir ............................................................... 38
Gambar 3. 1. Bagan Penelitian Tindakan Kelas ............................................. 41

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ................................................................... 77


2. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen .............................................................. 86
3. Perhitungan Uji Validitas .......................................................................... 90
4. Tabel Validitas Instrumen ......................................................................... 91
5. Perhitungan Uji Reliabilitas ...................................................................... 92
6. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran ...................................................... 93
7. Hasil Perhitungan Daya Pembeda ............................................................. 94
8. Instrumen Hasil Belajar Fisika Siswa ....................................................... 95
9. Data Hasil Pretes dan Postes Siswa .......................................................... 99
10. Analisis Pemahaman Konsep Pretes . 100
11. Analisis Pemahaman Konsep Postes . 101
12. Data Perhitungan N-Gain Pretes-Postes ... 102
13. Data Distribusi Frekuensi Pretes .. 103
14. Data Distribusi Frekuensi Postes .. 106
15. Uji Analisis Data ... 109
16. Uji Statistik 118
17. Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran . .. 122
18. Lembar Kerja Siswa .. 155
19. Format Observasi Proses Pembelajaran .... 163
20. Kuisioner Respon Siswa ... 164
21. Data Perhitungan Skor Rata-rata Lembar Observasi 165
22. Data Perhitungan Kuisioner Siswa 167
23. Tabel Konsultasi . 168

xii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi saat sekarang ini, dibutuhkan manusia yang
bermutu, terampil dan berwawasan luas terhadap kepentingan pembangunan
nasional dalam berbagai aspek yang amat besar dan strategis bagi bangsa.
Secara sederhana untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia
(SDM) bangsa Indonesia salah satunya ialah melalui jalur pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu agenda penting nasional dalam rangka
menunjang terwujudnya masa depan yang cerah bagi seluruh bangsa, karena
melalui pendidikan dapat mewujudkan manusia yang berkualitas, berpikir
kreatif, bermoral baik dan berkompetensi dibidangnya dalam memajukan
segala komponen bangsa yang berdasarkan pada tujuan pendidikan di
Indonesia dalam menunjang pembangunan nasional.
Mutu pendidikan sangat penting dalam rangka peningkatan peradaban
dan pengembangan bangsa di masa depan. Pernyataan ini senada dengan
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem
pendidikan nasional yang menyatakan bahwa:
"Pendidikan naisonal berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab".1
Untuk mencapai tujuan ini perlu diiringi dengan peningkatan mutu
pendidikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah
sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam pendidikan, diantaranya
meliputi : supervisor sekolah, manager sekolah, guru, beserta siswa. Dalam
1

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun


2003, dari http://www.google.co.id

xiii

meningkatkan mutu pendidikan tentu diperlukan suatu kerja sama yang baik
dari semua komponen yang menyokong terselengaranya kegiatan pendidikan
tersebut.
Mutu pendidikan yang baik akan menciptakan output yang baik, serta
dapat memberikan kompetensi yang bermanfaat dalam kehidupannya kelak.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan ialah mengoptimalkan
proses pembelajaran di kelas.
Proses pembelajaran di kelas yang optimal dapat menghasilkan hasil
belajar yang optimal pula. Proses pembelajaran di kelas seharusnya siswa
ditempatkan sebagai subjek dan bukan lagi sebagai objek, maka dari itu proses
pembelajaran yang sesunguhnya ialah kegiatan belajar siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Ciri utama orang yang belajar adalah
terjadinya perubahan dalam perilaku dan tingkah laku.2 Ditandai adanya
perubahan-perubahan pada diri seseorang melalui proses belajar tersebut,
maka akan menghasilkan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain.
Peningkatan hasil belajar siswa selalu dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya ialah penggunaan metode mengajar. Dalam mengunakan metode
mengajar, seorang guru dapat menerapakan salah satu model pembelajaran
inovatif yang membantu guru dan siswa dalam meningkatkan hasil belajar.
Model pembelajaran

adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau


pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,
dan lain-lain.3 Seorang guru dituntut untuk pintar dalam memilih model
pembelajaran yang tepat untuk diterapakan dalam proses pembelajaran
dikelas.Guru

sebagai

seorang

pengajar

kadang-kadang

salah

dalam

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA PRESS,


2003), h. 14
3
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), h. 5

xiv

menggunakan metode dan menerapkan model pembelajaran yang seharusnya


digunakan dalam proses pembelajaran. Kesalahan dalam menerapkan metode
mengajar dapat menimbulkan ketidakefektifan dalam belajar, perolehan hasil
belajar yang tidak optimal, kejenuhan dalam belajar, dan hal-hal lain yang
dapat menghambat proses pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran yang baik agar memperoleh hasil yang
optimal merupakan hal yang sangat penting diterapkan oleh seorang guru,
karena dengan ini dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan
pengetahuannya tanpa merasa bahwa materi pelajaran yang mereka terima
sangat menyulitkan. Berdasarkan hal inilah seorang guru atau pengajar harus
mampu memberikan motivasi yang besar pada siswa agar mereka dapat
menerima materi yang diberikan dengan rasa senang. Pemilihan model
pembelajaran hendaknya dapat melibatkan siswa secara aktif, baik secara
fisik, intelektual dan emosionalnya dalam belajar, apalagi dalam pembelajaran
fisika yang menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan, fisika merupakan salah satu cabang keilmuan
sains yang menuntut siswa untuk aktif dan terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Dalam penelitian tentang pembelajaran fisika menunjukan
bahwa banyak faktor yang dapat membuat pembelajaran fisika menjadi lebih
menarik dan menghasilkan prestasi siswa yang tinggi. Namun, satu faktor
terpenting untuk hal itu adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran.4 Namun disisi lain siswa beranggapan bahwa fisika merupakan
salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti. Padahal, mata pelajaran fisika
itu sebenarnya menarik dan dekat dengan kehidupan. Oleh sebab itu perlu
penerapan metode, strategi dan model yang bervariasi dalam pembelajaran
fisika, sehingga siswa tidak menganggap fisika adalah sesuatu yang perlu
ditakuti, melainkan sesuatu yang menarik untuk dipelajari.
Salah satu model pembelajaran alternatif yang melibatkan siswa
secara aktif ialah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based
Learning) atau lebih dikenal dengan singkatan PBL. Dipilihnya model
4

Supriyono Koes H, Strategi Pembelajaran Fisika, (Universitas Negeri Malang), h. 3

xv

Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam penelitian ini, karena model


Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada dasarnya lebih mendorong siswa
untuk aktif dalam memperoleh pengetahuan. Dengan banyaknya aktifitas yang
dilakukan oleh siswa, diharapkan dapat menimbulkan rasa senang dan antusias
siswa dalam belajar. Dengan demikian diharapakan dapat meningkatkan
pemahaman konsep fisika yang dapat mendorong siswa untuk meningkatkan
hasil belajar. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul:
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning).

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, model pembelajaran yang dapat
dipergunakan oleh guru dan siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar
fisika siswa. Maka dari itu penulis mengidentifikasi beberapa masalah,
diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh penerapan

model Pembelajaran Berdasarkan

Masalah terhadap hasil belajar fisika siswa?


2. Bagaimana

model

Pembelajaran

Berdasarkan

Masalah

dapat

meningkatkan hasil belajar siswa?


3. Bagaimanakah persepsi dan kesan siswa terhadap model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah?

C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap skripsi ini maka penulis
membatasi fokus penelitian pada penerapan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah sebagai upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada pokok
bahasan Tekanan. Objek penelitiannya dilakukan di MTs Negeri 3 Pondok
Pinang-Jakarta pada semester ganjil tahun pelajaran 2007-2008.

xvi

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan

pembatasan

masalah

di

atas,

dapat

dirumuskan

perumusan masalah penelitian sebagai berikut : Pengaruh penerapan model


Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam pembelajaran fisika terhadap hasil
belajar fisika siswa ?

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kesulitan siswa dalam proses pembelajaran fisika di dalam
kelas.
2. Mengetahui sejauh mana peranan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan
sekolah. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Siswa ; diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa,
serta meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi untuk
menyelesaikan permasalahan Fisika.
2. Guru ; diharapkan dapat dijadikan alternative metode pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik.
3. Sekolah ; diharapkan hasil dari penelitian ini memberikan sumbangan
dalam meningkatkan mutu pendidikan.

xvii

BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PIKIR,
DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Pembelajaran Sains Berdasarkan Konstruktivisme


1. Pembelajaran Sains-Fisika
Menurut Iskandar sebagaimana dikutip oleh sofyan yang menyatakan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris Natural Science atau secara singkat disebut Science. Natural
berarti alamiah, sedangkan science berarti ilmu pengetahuan.

Sedangkan

menurut Carin dan Sund dalam Zulfiani mendefinisikan sains sebagai


pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
(universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.6
Dalam melakukan eksperimen terjadilah proses dan menghasilkan produk.
Proses

yang dimaksud dalam sains ialah kemampuan manusia dalam

menggunakan daya pikirnya untuk menemukan fakta dan membangun konsep


serta prinsip dibidang sains berkaitan dengan gejala-gejala alam, sedangkan
produk ialah hasil dari daya pikir berupa perkembangan teknologi melalui
penerapan teori dan prinsip-prinsip dalam ilmu sains tersebut.
Dengan kemampuan dan daya pikirnya, manusia dapat melakukan
eksperimen dan observasi terhadap gejala-gejala alam disekitarnya dalam
proses mencari fakta dan kebenaran dari suatu pengetahuan. Sains merupakan
suatu cabang ilmu pengetahuan yang membantu seseorang untuk mewujudkan
5

Ahmad Sofyan, Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA Sains, (Jakarta: Seminar


Internasional Pendidikan IPA FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007),
h. 1
6
Zulfiani, Model Pembelajaran IPA Berbasis Konstruktivisme di MI/MTs, (Jakarta:
Seminar Pembelajaran Sains yang Efektif di Madrasah, Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu
(CEQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 1

xviii

hal tersebut. Ini sesuai dengan pernyataan...science education is based on


both practice and interpretation, that it is so connected with real life and that
requires cooperation facilitate the problem based-learning. 7
Seiring dengan berkembangnya pemikiran manusia tersebut, sains
berkembang sebagai ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari hingga
sekarang. Dalam perkembangan pembelajaran, sains terbagi kedalam tiga
subbidang studi diantaranya bidang studi kimia, bidang studi biologi, dan
bidang studi fisika.
Fisika merupakan salah satu bidang sains yang menarik untuk
dipelajari dan menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami
konsep dan proses sains. Fisika adalah salah satu bagian disiplin ilmu yang
terdiri atas komponen-komponen alam yang saling terkait. Komponen itu
adalah objek dari gejala-gejala alam yang sangat luas dan selalu berkembang
dari waktu ke waktu yang memberikan konsekuensi pada manusia.
Menurut Karhami sebagaimana dikutip oleh Nurdin Ibrahim
menyatakan bahwa fisika merupakan salah satu subbidang studi sains,
berfungsi untuk memperluas wawasan pengetahuan tentang materi dan energi,
meningkatkan keterampilan ilmiah, menumbuhkan sikap ilmiah, dan
kesadaran/kepedulian pada produk teknologi melalui penerapan teori,
konsep/prinsip fisika yang yang sudah dikuasai sebelumnya serta kesadaran
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.8
Selain itu pengertian lain mengatakan bahwa, fisika adalah ilmu
tentang gejala dan perilaku alam sepanjang dapat diamati oleh manusia.9
Maka, jelas bahwa teknik-teknik pengamatan merupakan bagian yang amat
penting dalam pengajaran fisika. Bidang keilmuan fisika menekankan pada
7

Orhan Akinoglu and Ruhan Ozkardez tandogan, The effects of Problem-Based Active
Learning in Science Education on Students Academic, Achievment, Attitude and Cocept Learning,
dari Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2007, h.72
8
Nurdin Ibrahim, Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjung Sari Sumedang
Jawa Barat, dalam Jurnal Pendidkan dan Kebudayaan No. 031 Tahun ke 7, September 2001,
hlm. 487
9
Tim Penulis PEKERTI Bidang MIPA, Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat
Pembelajaran Biologi di Perguruan Tinggi, (Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka, 2001),
h. 6

xix

pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk
mengembangkan sejumlah keterampilan proses agar mereka mampu
menjelajahi dan memahami konsep-konsep fisika dari gejala-gejala alam
disekitarnya.
Menurut pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya hakikat pembelajaran sains-fisika adalah interaksi pembelajaran yang
membahas fenomena-fenomena alam yang saling terkait yang dapat diamati
oleh manusia dan selalu berkembang dari waktu ke waktu yang memberikan
konsekuensi pada manusia. Hasil dari pembelajaran sains-fisika ini dapat
menghasilkan produk teknologi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
2. Konsep Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan suatu pandangan yang mengatakan bahwa
pengetahuan bukanlah sesuatu yang mutlak, melainkan sesuatu yang
dikonstruksi oleh seseorang melalui pengetahuan dan pengalaman sebelumnya
yang sudah ada dan diintegrasikan dengan pengetahuan dan pengalaman baru
menjadi suatu pengetahuan baru.
Konstruktivisme dikembangkan dari ide Piaget bahwa siswa akan
mempunyai

pengalaman

belajar

jika

mereka

aktif

berpartisipasi.10

Konstruktivisme juga dapat diartikan sebagai kedudukan psikologi yang


berpegang kepada sebarang kebenaran yang kebanyakan terjadi secara
bersamaan dan konkrit. Ini bermakna bahwa ilmu pengetahuan dibina oleh
individu-individu melalui pengamatan kepada fenomena alam.11 Pembinaan
ilmu pengetahuan ini dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Siswa
harus ikut aktif berpartisipasi dalam membina dan mengembangkan
pengetahuan mereka melalui proses pengamatan kepada fenomena alam.
Selanjutnya

Betten

Court

dan

Mattew

menyatakan

bahwa

konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan


10

Munasprianto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode


Konstruktivisme, dalam METAMORFOSA, Vol. 1 No. 2, Oktober 2006, h. 49
11
Embong Bin Omar, Konstruktivisme: Konsep dan Implikasinya dalam Belajar, dari
http://www.mpkt.edu.my/bahan/konstruktivisme.doc, 2 Februari 2007

xx

bahwa pengetahuan seseorang adalah konstruksi orang itu sendiri.12


Sedangkan Briner menyebutkan bahwa dalam konstruktivisme, siswa
membangun pengetahuan mereka dengan menguji ide dan pendekatan
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya yang sudah ada,
mengaplikasikannya kepada situasi baru dan mengintegrasikan pengetahuan
baru

yang diperoleh dengan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya.

13

Pendapat-pendapat ini senada dengan pernyataan Gwendi

yang mengatakan bahwa..constructivism assumes that knowledge is not an


absolute, but is constructed by the leaner based on previous knowledge and
overall views of the world.

14

Maksud dari pernyataan ini ialah

konstruktivisme berasumsi bahwa pengetahuan bukan sesuatu yang mutlak


melainkan sesuatu yang dikonstruksi/dibangun oleh sesorang berdasarkan
pengetahuan sebelumnya.
Berdasarkan pengertian diatas, pada dasarnya konsep konstruktivisme
adalah suatu teori atau faham yang menyatakan bahwa setiap pengetahuan
atau kemampuan hanya bisa dikuasai (dipahami secara sungguh-sungguh)
oleh seseorang apabila orang tersebut secara aktif mengkonstruksi/membentuk
pengetahuan atau kemapuan itu di dalam pikirannya.

Konstruktivisme

memberikan keleluasaan pada siswa secara aktif untuk mengkonstruksi


pengetahuannya berdasarkan ide atau gagasan yang telah dimilikinya. Siswa
mengkonstruksi
pengalaman,

pengetahuan

sehingga

siswa

tersebut

dan

dibiasakan

memberi
memecahkan

makna

melalui

masalah

dan

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya melaui proses belajar.

12

Kartimi, Suatu Model Konstruktivisme Mengajar Sains: Pembelajaran Berbasis


Komputer, (Jakarta: Seminar Internasional Pendidikan IPA FITK Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 25
13
Sri Subarinah, Pengembangan Mata Kuliah Geometri Menggunakan Pendekatan
Pembelajaran Konstruktivisme Pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas
Mataram, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053. Tahun ke-11, maret 2005, h. 255
14
Gwendi Camp, Problem-Based Learning: A Paradigm Shift or a Passing Fad?, dari
http://www.uchsc.edu/primary/pbl.htm

xxi

3. Prinsip dan Macam Konstruktivisme


Secara garis besar konstruktivisme merupakan suatu konsep yang
menempatkan siswa sebagai subjek yang membangun atau mengkonstruksi
pengetahuannya berdasarkan ide atau gagasan yang telah dimilikinya.
Pandangan konstruktivisme tentang pengetahuan, menurut OLoughlin
didasarkan atas empat prinsip dasar, yaitu:
1. pengetahuan terdiri dari post construction
2. pengkonstruksian pengetahuan terjadi melalui proses asimilasi dan
akomodasi
3. belajar sebagai suatu proses organik penemuan lebih daripada proses
mekanik akumulasi, dan
4. mengacu kepada mekanisme pada situasi perkembangan kognitif dapat
berlangsung. 15
Dari sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam rangka
membangun pengetahuan diperlukan suatu proses penyesuaian terhadap
siatuasi perkembangan kognitif seorang siwa dalam proses pembelajaran.
Dalam merujuk pembelajaran konstruktivisme, Watts mengidentifikasi enam
prinsip yang menjadi ciri strong constructivism, yaitu:
1. cognitive construction; berhubungan dengan proses konseptualisasi, yaitu
hubungan antara pengetahuan awal dengan informasi yang tersedia,
2. constructive processes; berhubungan dengan proses konstruksi,
rekonstruksi maupun dekonstruksi struktur pengetahuan,
3. oppositionality; berhubungan dengan aktivitas membandingkan dan
membedakan,
4. critical realism; berhubungan dengan kemampuan berargumen karena
pengetahuan bersifat sementara,
5. self determination; berhubungan dengan pencapaian metakognisi,
6. collegiality, berhubungan dengan konteks sosial pembelajaran.16
Banyak pakar yang menggolongkan konstruktivisme, namun secara
umum dari segi subyek yang membentuk pengetahuan, konstruktivisme dapat
dibedakan menjadi konstruktivisme psikologi personal, psikologi sosiokultural
15

Solichan Abdullah, Konstruktivisme dalam Pendidikan, dalam FASILITATOR, Edisi


VI/Tahun 2003, h. 9
16
Tatang Suratno, Peranan Konstruktivisme dalam Pembelajaran dan Pengajaran Sains,
(Jakarta: Seminar Internasional Pendidikan IPA FITK Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 82

xxii

dan konstruktivisme sosiologis.


1. Konstruktivisme psikologi personal diperkenalkan oleh Piaget dan Posner
et al. Konstruktivisme psikologi personal menekankan pada tiga proses
kunci membangun pengetahuan, yaitu akomodasi, asimilasi, dan
ekuilibrum. Pada intinya, asimilasi terjadi karena pengetahuan awal siswa
sejalan/berhubungan dengan fenomena dan belum terjadi perubahan skema
ataupun perubahan konseptual. Akomodasi merupakan proses konflik
kognitif

karena

skema

dengan

fenomenanya

berbeda

sehingga

memungkinkan terjadinya proses perubahan konseptual sehingga siswa


mengalami empat kondisi, yaitu; 1) perasaan kurang puas terhadap
konsepsi yang ada/yang dimilikinya; 2) intelligible dapat dipahami;
3) plausible dapat diterima (masuk akal); 4) fruitful dapat berkembang.
Ekuilibrum merupakan fase ksetimbangan antara asimilasi dan akomodasi.
2. Konstruktivisme

sosiokultural tokoh sentralnya adalah Vygotsky.

Vygotsky menekankan faktor bahasa mempengaruhi proses membangun


pengetahuan individu. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi paling
efektif dalam menegosiasikan pemahaman. Negosiasi pemahaman sangat
mempengaruhi zona proksimal individu; suatu rentang pemahaman dalam
sistem kognisi individu.
3. Konstruktivisme sosiologis memandang bahwa pengetahuan dibentuk oleh
masyarakat dengan tidak memperhatikan unsur personal. Dengan
demikian, pengukuhan pengetahuan dipengaruhi oleh konsesus sosial
(science as social construct)

4. Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran sains


Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar mengajar. Dalam
konteks pembelajaran terdapat beberapa komponen penting, diantaranya guru
dan siswa yang saling berinteraksi.17 Pembelajaran merupakan proses interaksi
dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik atau murid. Konsep
17

Kartimi, Suatu Model Konstruktivisme ..., h. 26

xxiii

pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara


disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.18
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya interaksi dua arah antara guru dengan siswa. Dengan adanya
interaksi ini diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif,
seperti halnya dalam pembelajaran konstruktivisme yang memandang bahwa
pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka
membangun pengetahuan. Siswa berperan sebagai individu yang mencari
kebenaran terhadap apa yang dipelajarinya, dan guru bertugas sebagai
pengendali dan mengarahkan siswa dalam membangun pengetahuannya.
Pembelajaran sains dalam konstruktivisme adalah membantu siswa
untuk membangun konsep-konsep sains dengan kemapuannya sendiri melaui
proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali melalui
transformasi informasi untuk menjadi konsep baru. Skemp menyatakan bahwa
pemahaman atau pengetahuan dapat dibangun oleh siswa sendiri berdasarkan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.19
Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme yang menyatakan
bahwa setiap individu mengkonstruksi pengetahuan secara aktif, tidak hanya
mengimitasi dan membentuk bayangan dari sesuatu yang diamati atau
diajarkan oleh guru melainkan individu tersebut menyeleksi, menyaring,
memberi

arah

dan

menguji

kebenaran

atas

informasi

yang

diterimanya.20Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang


menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar untuk menemukan sendiri
konsep sains melalui akomodasi konsep lama dengan fenomena-fenomena

18

Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2006), Cet.
Ke-4, h. 61
19
Sri Subarinah, Pengembangan Mata Kuliah ..., h. 256
20
Kartimi, Suatu Model Konstruktivisme ..., h. 25

xxiv

baru yang ditemukan dalam pembelajaran.21 Dengan dijadikannya siswa


sebagai

pusat

kegiatan

belajar

ini

dapat

membantu

siswa

dalam

mengembangkan pengetahuanya dibidang sains. Guru berperan sebagai


fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengkonstruk
pengetahuan melalui kegiatan pembelajaran.
Dari berbagai pandangan yang telah dikemukakan, sudah jelas bahwa
konstruktivisme merupakan suatu pandangan yang memberikan kebebasan
pada siswa secara aktif untuk mengkonstruk/membangun pengetahuan mereka
sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dan
mengintegrasikan pengetahuan terebut dengan pengetahuan baru melalui
pengamatan dan pengalaman siswa dalam pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran konstruktivisme, peran seorang guru amat
diperlukan juga yaitu sebagai orang yang bertugas mengendalikan dan
mengarahkan siswa dalam membangun pengetahuan. Menurut Ken Apleton
dan Hilary Asoko, guru yang melakukan interaksi belajar dengan
menggunakan pembelajaran konstruktivisme mempunyai kemampuan dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Guru menyadari bahwa siswa yang datang pada situasi pembelajaran
membawa serta pengetahuan awal yang mereka miliki dan mereka
mencoba mengeluarkan pengetahuan tersebut.
2. Sewaktu mengajar guru mempunyai pengetahuan konseptual yang jelas
untuk siswa dan paham bagaimana mengarahkan peran siswa untuk
mencapai pengetahuan tersebut.
3. Guru juga menggunakan strategi-strategi belajar yang dapat membantu
siswa mengembangkan pengetahuan awal yang mereka miliki.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan dengan
sebaik-baiknya pengetahuan baru yang telah mereka peroleh.
5. Guru juga menyiapkan kegiatan yang dapat digunakan siswa untuk
mengeluarkan pendapat mereka berdasarkan pengetahuan baru yang telah
mereka miliki.22

21

Kinkin Suartini, Bentuk-bentuk Pertanyaan Sains Dalam Pembelajaran Model


Konstruktivisme, (Jakarta: Seminar Internasional Pendidikan IPA FITK Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 2
22
Embong Bin Omar, Konstruktivisme: Konsep dan Implikasinya dalam Belajar, dari
http://www.mpkt.edu.my/bahan/konstruktivisme.doc, 2 Februari 2007

xxv

Sedangkan menurut Hudoyo dalam Sri Subarinah menyatakan bahwa


guru perlu mengupayakan hal-hal sebagai berikut: (1) menyediakan
pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki
siswa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan; (2)
mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan
melibatkan pengalaman konkrit; (3) mengintegrasikan pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang
lain atau lingkungannya; (4) memanfaatkan berbagai media termasuk
komunikasi lisan dan tertulis; (5) melibatkan siswa secara emosional dan
sosial sehingga sains menjadi menarik.23
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa guru yang
konstruktivis adalah guru yang mampu membantu siswa dalam proses
pembentukan pengetahuan siswa melalui proses pembelajaran.
Kelebihan dan implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran sains
yang lebih mementingkan proses pencapaian pengetahuan, dan pembelajaran
yang berpusat pada siswa maka dapat disimpulkan bahwa konsep
pembelajaran konstruktivisme perlu sekali diterapkan dalam pembelajaran
sains pada umumnya dan pembelajaran fisika khususnya. Jika konstruktivisme
diterapkan dalam pembelajaran sains disekolah, akan mendorong siswa dalam
menggunakan daya pikirnya untuk menemukan ide-ide secara kreatif yang
dapat membangun

pengetahuannya. Untuk mencapai tujuan yang sesuai

dengan harapan dalam proses pembelajaran, beberapa pendekatan pengajaran


secara konstruktivisme perlu diterapkan. Salah satunya ialah penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah.

B. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah


1. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tujuan dari pendidikan adalah menciptakan manusia yang aktif,
berpikir kreatif,

terampil, dan mampu menggunakan pemikirannya untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari23

Sri Subarinah, Pengembangan Mata Kuliah ..., h. 257

xxvi

hari. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya suatu pendekatan


pembelajaran yang dapat membantu pencapaian tujuan pendidikan yang
diharapkan.
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh
guru dan siswa dalam mencapai tujuan untuk suatu satuan instruksional
tertentu. Pendekatan pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah
bagi para guru untuk memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah
bagi siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan
memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.24 Pembelajaran yang
menyenangkan dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Siswa
tidak merasa terbebani dengan sulitnya materi-materi ajar yang diberikan oleh
sekolah, yang dalam hal ini yaitu bidang keilmuan fisika.
Untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa, diperlukan adanya
pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan mendorong
siswa untuk lebih berpikir kreatif dalam memecahkan berbagai masalah yang
berkenaan dengan materi pembelajaran fisika. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam memecahkan
masalah ialah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based
Learning).
Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah suatu model pembelajaran
yang merupakan bagian dari pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL). CTL juga sering dikenal dengan istilah pendekatan kontekstual.
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di
benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan
menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan
yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme

24

Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna ..., h. 68

xxvii

yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.25
Melalui landasan konstruktivisme CTL dipromosikan menjadi
alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL siswa diharapkan
dapat belajar melalui mengalami, dengan menghafal. Menurut filosofi
konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-obyektif, temporer dan selalu
berubah.

Belajar

adalah

pemaknaan

pengetahuan,

bukan

perolehan

pengetahuan dan mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali


makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar.
CTL itu sendiri merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sangat diperlukan karena kebanyakan para siswa tidak dapat
menerapakan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan mereka yang
disebabkan kurang menariknya metode pembelajaran yang diterapkan oleh
guru. Untuk itu seorang guru harus jeli dalam menerapkan metode apa yang
sesuai untuk siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan.
Siswa tidak hanya dijadikan sebagai objek dalam pembelajaran, melainkan
sebagai subjek yang berperan dalam proses pembelajaran.
Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual
harus menekankan pada hal-hal berikut:
1. Belajar berbasis masalah (problem - based learning), yaitu suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan
dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
2. Pengajaran autentik (authentic intruction) yaitu pendekatan pengajaran
yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna

25

Bambang,
Mengapa
CTL
Menjadi
Worpress.com/category/pendidikan, oktober 6, 2007

xxviii

Pilihan?,

dari

http//rbaryans.

3. Belajar berbasis inquiri (inquiry-based learning) yang membutuhkan


strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan
kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4. Belajar berbasis proyek/tugas (project-based learning) yang membutuhkan
suatu pendekatan pengajaran komprehebsif dimana lingkungan belajar
siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah
autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan
melaksanakan tugas bermakna lainnya.
5. Belajar berbasis kerja (work-based learning) yang memerlukan suatu
pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa mrnggunakan konteks
tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan
bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali ditempat kerja.
6. Belajar berbasis jasa-layanan (service learning) yang memerlukan
penggunaan metodelogi pengajaran yang mengkombinasikan jasa-layanan
masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan
jasa-layanan tersebut.
7. Belajar kooperatif (cooperative learning) yang memerlukan pendekatan
pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa intuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan belajar.
Dari ketujuh komponen tersebut, konsep Belajar Berdasarkan Masalah
termasuk di dalamnya. Maka dari itu jelaslah bahwa model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah merupakan bagian dari pembelajaran Contextual
Teaching

and

Learning

(CTL)

yang

berakar

dari

pembelajaran

konstruktivisme.
Banyak pakar pendidikan mendefinisikan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah diantaranya yaitu menurut Duch, Pembelajaran Berdasarkan Masalah
adalah metode pendidikan yang mendorong siswa mengenal cara belajar dan
bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di
dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan
siswa sebelum mulai mempelajari suatu subjek. Pembelajaran Berdasarkan
Masalah menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta

xxix

mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber


pembelajaran.26
Menurut Rhem, Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan
pembelajaran yang dihasilkan dari bekerja dengan masalah, belajar dari
kontekstual masalah dan situasi yang terstruktur serta berusaha untuk
menemukan solusi yang berarti.27 Sedangkan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah menurut Berns dan Erickson sebagaimana dikutip oleh Evi Nursari
merupakan suatu pendekatan instruksional dalam pembelajaran yang
menggunakan masalah-masalah nyata dalam kehidupan keseharian sebagai
konteks siswa untuk belajar berpikir kritis dan keahlian siswa dalam
memecahkan masalah.28
Menurut Maggi Savin-Baden dalam prolognya mengatakan bahwa
Problem based-learning is increasingly being seen as a means of educating
students to learn with complexity.29 Maksudnya ialah Pembelajaran
Berdasarkan Masalah merupakan suatu alat yang digunakan siswa untuk
belajar sesuatu yang rumit dan dapat memecahkannya.
Sedangkan

menurut

literatur

lain,

Wilkerson

dan

Gijselaers

mengklaim bahwa Problem based-learning is characterized by studentcentered approach, teachers as facilitators rather than disseminator,and
open-ended problems (in PBL, these are called ill-structured) that serve as
the initial stimulus and framework for learning.30 Menurut pengertian
tersebut, Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan suatu konsep
pembelajaran yang mempunyai karakteristik pembelajaran berpusat pada
26

2006

Universitas Islam Indonesia, www.uii.ac.id/index.asp?u=710&b=1&v=1&j=1&id=8:

27

Lisye Puji Febiyanti, Identifikasi Pertanyaan Siswa SMP Selama Pembelajaran


Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Konsep Pola Interaksi Organisme, Skripsi
program Sarjana UPI Bandung, (Bandung : Universitas Pendidkan Indonesia, 2004), hlm. 13
28
Evi Nursari, Efetivitas Strategi Problem-Based Learning (Pembelajaran Berbasis
Masalah) Dalam Pembelajaran Sub Konsep Pemencaran Tumbuhan Pada Siswa SMU Negeri 22
Bandung ,Skripsi Program Sarjana UPI Bandung, (Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia,
2004), h. 3
29
Magi Savin-Baden, Facilitating Problem Based-Learning (Illuminating Perspectives),
(Philadelphia : SRHE, 2003), p. 2
30
Stanford University Newsletter On Teaching, Problem Based-Learning, Winter 2001
Vol. 11, No. 1, h. 1

xxx

siswa dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang
bertugas memberikan rangsangan-rangsangan terhadap siswa untuk aktif
dalam proses pembelajaran.
Sufery and Duffy dalam Min Liu mengatakan..Problem-based
learning (PBL) is an instructional approach that exemplifies student centered
learning. It emphasizes solving complex problems in rich contexts and aims at
developing higher-order thinking skills. PBL has these characteristics: (a)
learning is student-centered; (b) authentic problems form the organizing focus
for learning; (c) new information is acquired through self-directed learning;
(d)learning occurs in small groups; and (e) teachers act as facilitators.31
Pandangan ini mengatakan bahwa Pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mempunyai karakteristik
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru hanya bertugas sebagai
fasilitator.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah mendorong siswa untuk aktif
dalam mengkonstruk pemahaman yang sudah ada dan mengaitkannya dengan
kehidupan nyata. Hal ini senada dengan pernyataan Problem-Based Learning
(PBL) is away of constructing and teaching courses using problem as the
stimulus and focus for student activity.32
Pembelajaran Berdasarkan Masalah juga bergantung pada konsep lain
dari Bruner, yaitu scaffolding. Bruner memerikan scaffolding sebagai suatu
proses dimana seorang siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu
melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan (scaffolding) dari
seorang guru atau orang lain yang memilki kemampuan lebih.33 Dalam hal ini
pembelajaran berdasarkan masalah tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya dukungan dari pihak-pihak lain yang membantu siswa dalam
memecahkan masalah.
31

Min Liu, Motivating Students Through Problem-Based Learning, dari


http: //utexas.edu, 2005, h. 2
32
David Boud and Grahame I Felleti, The Challenge of Problem-Based Learning (PBL),
(London : Kogan Page), dari http://www.google .co.id
33
Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nor, Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Buku Ajar
Mahasiswa), (Surabaya : UNESSA-UNIVERSITY PRESS, 2000), h. 22

xxxi

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan


bahwa model Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan suatu model
pembelajaran memfokuskan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran
dan mendorong siswa agar lebih kreatif dalam memecahkan permasalahanpermasalahan yang dihadapinya. Permasalahan-permasalahan ini tentunya
yang ada kaitannya antara materi yang diajarkan dengan kehidupan keseharian
siswa. Selain itu, seorang guru berperan sebagai fasilitator yang membantu
siswa untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah tersebut.
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
Program inovatif Pembelajaran Berdasarkan Masalah pertama kali
diperkenalkan oleh Faculty of Health Sciences of McMaster University di
Kanada pada tahun 1966. Yang menjadi ciri khas dari pelaksanaan
Pembelajaran Berdasarkan Masalah di McMaster adalah filosofi pendidikan
yang berorientasi pada masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan
antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasarkan masalah.
Pada tahun 1976, Maastricht Faculty of Medicine di Belanda menyusul
sebagai institusi pendidikan kedokteran kedua yang mengadopsi PBL.
Kekhasan pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah di Maastrich
terletak pada konsep tes kemajuan (progress test) dan pengenalan
keterampilan medik sejak awal dimulainya program pendidikan. Dalam
perkembangannya, PBL telah diadopsi baik secara keseluruhan atau sebagian
oleh banyak fakultas kedokteran di dunia.
Seiring perkembangan zaman, Pembelajaran Berdasarkan Masalah
mulai merambah kedunia pendidikan. Secara perlahan ilmu-ilmu pengetahuan
umum mulai melakukan penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah,
hal ini banyak terlihat dari hasil-hasil penelitian dalam dunia pendidikan yang
menerapkan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam proses
pembelajaran di sekolah.

xxxii

Pembelajaran Berdasarkan Masalah ini mengkolaborasikan antara


pemberian materi dan pemecahan masalah. Siswa dibagi kedalam beberapa
kelompok, kemudian mereka diberi perlakuan sesuai dengan tahapan-tahapan
yang terdapat dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Dalam Pembelajaran
Berdasarkan Masalah, siswa dituntut bertanggung jawab atas pendidikan yang
mereka jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah membentuk siswa mandiri yang dapat
melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani.
Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu siswa
menjalani proses pendidikan. Ketika siswa menjadi lebih cakap dalam
menjalani proses belajar Pembelajaran Berdasarkan Masalah, peranan tutor
dalam proses pembelajaran akan berkurang keaktifannya.
Proses belajar dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah dibentuk dari
ketidakteraturan dan kompleksnya masalah yang ada di dunia nyata. Hal
tersebut

digunakan

sebagai

pendorong

bagi

siswa

untuk

belajar

mengintegrasikan dan mengorganisasi informasi yang didapat, sehingga


nantinya dapat selalu diingat dan diaplikasikan untuk menyelesaikan masalahmasalah yang akan dihadapi. Masalah-masalah yang didesain dalam
Pembelajaran Berdasarkan Masalah memberi tantangan pada siswa untuk lebih
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mampu menyelesaikan
masalah secara efektif.
Siswa dihadapkan pada masalah dan mencoba untuk menyelesaikan
dengan bekal pengetahuan yang mereka miliki. Pertama-tama mereka
mengidentifikasi apa yang harus dipelajari untuk memahami lebih baik
permasalahan-permasalahan dan mencari bagaimana cara memecahkannya.
Langkah selanjutnya, siswa mulai mencari informasi dari berbagai sumber
seperti buku, jurnal, laporan, informasi online atau bertanya pada pakar yang
sesuai dengan bidangnya. Melalui cara ini, belajar dipersonalisasi sesuai
dengan kebutuhan dan gaya tiap individu. Setelah mendapatkan informasi,
mereka kembali pada masalah dan mengaplikasikan apa yang telah mereka
pelajari untuk lebih memahami dan menyelesaikannya. Di akhir proses, siswa

xxxiii

melakukan penilaian terhadap dirinya dan memberi kritik yang mambangun


bagi teman-temannya.
Dari uraian diatas jelas bahwa Pembelajaran Berdasarkan Masalah
dalam pembelajaran dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar
mandiri. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa Pembelajaran Berdasarkan
Masalah sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena mempunyai
kelebihan diantaranya : (1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna.
Siswa/mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks
aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
siswa/mahasiswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan; (2)
Dalam situasi PBL, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan
lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori
mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan (3)
PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.34
Selain kelebihan, tentunya model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
juga mempunyai kelemahan. Adapun kelemahanya ialah : (1) Untuk siswa
yang malas tujuan dari model tersebut tidak dapat tercapai. (2) Membutuhkan
banyak waktu dan dana. (3) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan
dengan model ini.35
3. Langkah-langkah

Pembelajaran

Berdasarkan

Masalah

dalam

Pembelajaran
Ada beberapa cara menerapkan model Pembelajaran Berdasarkan
34

I wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran Berbasis Masalah,


http://lubisgrafura.wordpress.cum, September 2007
35
http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/pembelajaran-berdasarkan-masalah/

xxxiv

dari

Masalah dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini di mulai


dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh
siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau mungkin juga diberikan
oleh pengajar. Siswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah
tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat
memecahkan

masalah

yang

menjadi

pusat

perhatiannya.

Pemecahan masalah dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah harus sesuai


dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian siswa belajar
memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Oleh sebab itu,
penggunaan

Pembelajaran

Berdasarkan

Masalah

dapat

memberikan

pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat baik kepada siswa.
Menurut Pannen, langkah-langkah pemecahan masalah dalam
Pembelajaran Berdasarkan Masalah paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu:
(1) mengidentifikasi masalah, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis data,
(4) memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, (5)
memilih cara untuk memecahkan masalah, (6) merencanakan penerapan
pemecahan masalah, (7) melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan,
dan (8) melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah. Empat
tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori tingkat
berpikir, sedangkan empat tahap berikutnya harus dicapai bila pembelajaran
dimaksudkan untuk mencapai keterampilan berfikir tingkat tinggi (higher
order thinking skills). Dalam proses pemecahan masalah sehari-hari, seluruh
tahapan terjadi dan bergulir dengan sendirinya, demikian pula keterampilan
seseorang harus mencapai seluruh tahapan tersebut.36
Namun pendapat lain mengatakan bahwa ada 5 tahap utama dalam
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah yang dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan
penyajian dan analisis kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan pada
Tabel dibawah ini.
36

I wayan Dasna dan Sutrisno,


http://lubisgrafura.wordpress.cum, September 2007

xxxv

Pembelajaran

Berbasis

Masalah,

dari

Tabel 2.1
Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap
Tingkah Laku Siswa
Tahap 1

Guru

menjelaskan

tujuan

Orientasi siswa kepada masalah

pembelajaran, menjelaskan logistik


yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya.

Tahap 2

Guru

membantu

Mengorganisasi siswa untuk belajar

mendefinisikan

siswa
dan

mengorganisasikan tugas

belajar

yang berhubungan dengan masalah


tersebut.
Tahap 3

Guru

mendorong

Membimbing penyelidikan individu mengumpulkan


maupun kelompok

sesuai,

siswa

untuk

informasi

yang

melaksanakan eksperimen,

untuk mendapatkan penjelasan dan


pemecahan masalah.
Tahap 4
Mengembangkan

Guru
dan

membantu

siswa

dalam

menyajikan merencanakan dan menyiapkan karya

hasil karya

yang sesuai seperti laporan, video,


dan model dan membantu mereka
untuk

berbagi

tugas

dengan

temannya.
Tahap 5
Menganalisis

Guru
dan

membantu

siswa

mengevaluasi melakukan refleksi atau evaluasi

proses pemecahan masalah

terhadap penyelidikan mereka dan


proses-proses

yang

gunakan.37
37

untuk

Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nor, Pembelajaran Berdasarkan..., h. 13

xxxvi

mereka

Dari kelima tahapan tersebut terlihat bahwa dengan adanya


Pembelajaran Berdasarkan Masalah yang diterapkan pada siswa, diharapkan
dapat mendorong siswa untuk berfikir kreatif dan mampu menganilsis dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.
4. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a. Tugas -Tugas Perencanaan
Karena hakekat interaktifnya, model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya modelmodel pemelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
a) Penetapan tujuan
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dirancang untuk
mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki,
memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi
pembelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaanya pembelajaran
berdasarkan masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuantujuan tersebut.
b) Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah lebih
suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk
memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini dapat
meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik
seharusnya

autentik,

mengandung

teka-teki,

dan

tidak

didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna


bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah siswa dimungkinkan
berkerja dengan beragam material dan peralatan, dan dalam
pelaksanaanya bisa dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan,
atau di laboratorium, bahkan dapat pula dilakukan di luar
sekolah. Oleh karena itu tugas mengorganisasikan sumber daya

xxxvii

dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa,


haruslah menjasi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang
menerapkan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah.
b. Tugas Interaktif
1. Orientasi Siswa pada Masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah adalah tidak untuk memperoleh inforemasi baru dalam
jumlah besar, tetapi utnuk melakukan penyelidikan terhadap
masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajar yang
mandiri. Cara yang baik dalam menyajikan masalah untuk suatu
materi pelajaran dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah
adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan
menimbulkan misteri sehingga membangkitkan minat dan
keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2. Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar.
Pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dibutuhkan
pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling
membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan
dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk
merencanakan

penyelidikan

dan

tugas-tugas

pelaporan.

Bagaimana mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar


kooperatif berlaku juga dalam mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
3. Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok.
Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari
berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat
mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa
diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat
menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang

xxxviii

dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagimana


etika penyelidikan yang benar.
Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan
penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan
hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam
rangka Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Selama dalam
tahap

penyelidikan

guru

memberikan

bantuan

yang

dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktifitas siswa.


Puncak proyek-proyek pembelajaran berdasarkan pemecahan
masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti
laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.
4. Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tugas guru pada tahap akhir pemelajaran berdasarkan pemecahan
masalah

adalah

membantu

siswa

menganalisis

dan

mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan


penyelidikan yang mereka gunakan.

5. Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Dalam model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, fokus perhatian
pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu
tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis atau tes
kertas dan pensil (paper and pencil test). Teknik penilaian dan evaluasi yang
sesuai dengan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah menilai
pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.
Tugas asesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian
alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya
dengan asesmen kinerja dan peragaan hasil.

xxxix

C. Hasil Belajar Siswa


1. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.38
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan pengalaman. (learning
is defined as the modification or strengthening of behaviour through
experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses atau
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.39 Dalam pelakasanaannya belajar
merupakan suatu proses yang harus dilalui untuk memperoleh pengalaman
baru dan memperteguh kelakuan pengalaman itu sendidri.
Cronbach mengatakan bahwa belajar itu ditunjukan oleh adanya
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (learning is show by
achange in behavior as aresult of experience).40 Perubahan tingkah laku dari
hasil pengalaman inilah yang menunjukan seseorang telah melakukan kegiatan
belajar, baik itu berubah pengetahuannya, sikap, dan kemampuannya.
Selanjutnya Gagne menyebutkan bahwa belajar sebagai suatu
perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan dalam
menunjukan kinerja (perilaku) berarti belajar itu menentukan semua
keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh individu(siswa).
Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti
pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai. Berbagai
macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai
hasil belajar.41
Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkahlangkah khusus yang dengannya terjadi beberapa perubahan hingga tercapai
tujuan tertentu. Dalam ungkapan lain tahapan perubahan tersebut dapat
38

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.

ke-3, h. 63
39

h. 27

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), cet. Ke-2,

40

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 2007), h. 20
41
Nurdin Ibrahim, Hasil Belajar Fisika ..., h. 487

xl

diartikan sebagai suatu proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan
perilaku kognitif, afektif dan psikomotor

yang terjadi dalam diri siswa.

Pendapat ini senada dengan ungkapan Skiner yang mengatakan bahwa belajar
adalah suatu proses adapatasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya,
bahwa belajar adalah... a proses of progresif behavior adaptation.
Berdasarkan eksperimennya, Skiner percaya bahwa proses adaptasi tersebut
akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat
(reinforcer).42
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, jadi pada hakikatnya belajar
adalah perubahan tingkah laku seseorang meliputi keseluruhan pribadinya
dengan hasil yang diharapakan berupa perubahan pengetahuan, sikap,
perluasan minat, penghargaan norma-norma, kecakapan dan lainnya.
Perubahan-perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalamannya sendiri
dan interaksi dengan lingkungannya. Kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedangkan perubahan
tingkah laku itu merupakan hasil dari belajar.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Mengingat belajar adalah perubahan tingkah laku yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman atau interaksi, perubahan tingkah
laku sesudah belajar disebut sebagai hasil belajar.
Hasil belajar atau prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.43
Para ahli teori belajar modern menyatakan bahwa hasil belajar pada
dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku

42

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja


Rosda Karya, 2004), h. 90
43
Tulus Tuu, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa, (Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2004), h. 75

xli

baru sebagai akibat latihan atau pengalaman. 44 Sedangkan untuk definisi hasil
belajar seperti yang dikemukkakan oleh Sumadi adalah penguasaan kecakapan
yang diusahakan secara sengaja dalam satuan waktu dan satuan bahan tertentu
serta perbedaan pada awal belajar dengan akhir proses belajar. Woodwarth
dan Marquis mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan
yang nyata dan dapat diukur secara langsung menggunakan tes. Penggunaan
tes tersebut bertujuan untuk melihat kemampuan belajar siswa dalam hal
penguasaan materi pelajaran yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan. Hasil belajar siswa yang diperoleh biasanya dinyatakan dalam
bentuk angka-angka yang diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar
terhadap berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap selama mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Bloom dan

kawan-kawan

sebagaimana

dikutip

oleh

Degeng

mengklasifikasi hasil belajar menjadi tiga domain atau ranah, yaitu ranah
kognitif, psikomotor, dan sikap. Ranah kognitif menaruh perhatian pada
pengembangan kapabilitas dan keterampilan intelektual; ranah psikomotor
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif dan keterampilan motorik;
dan ranah sikap berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan
emosi yang dipelajari (baru).45 Pengklasifikasian bloom ini sesuai dengan
pendapat sebelumnya yang mengukur hasil belajar melalui tes terhadap ketiga
ranah, yaitu pengetahuan untuk kognitif, keterampilan untuk psikomotorik,
dan perubahan sikap.
Menurut Gagne dan Briggs, ada lima kategori kapabilitas hasil belajar,
yaitu 1) keterampilan intelektual (intellectual skills), 2) strategi kognitif
(cognitive strategis), 3) informasi verbal (verbal information), 4) keterampilan
motorik (motor skills), dan 5) sikap(atitudes).46 Hasil dari kelima kapabilitas
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
44

Tudjai, Analisis Hasil Belajar Kemampuan Kependidikan, dalam Jurnal Teknologi


Pendidikan Vol. 2 No. 1, 2000, h. 54
45
Nurdin Ibrahim, Hasil Belajar...,hlm.487
46
Nurdin Ibrahim, Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif Untuk Perataan Kualitas
Hasil Belajar (Suatu Kajian), dalam Jurnal Pendidkan dan Kebudayaan NO. 044 Tahun ke-9,
September 2003, h. 735

xlii

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa


dapat di bedakan menjadi tiga macam:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani
dan rohani siswa.
2. faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.47
Faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri sendiri,
faktor internal ini meliputi dua aspek:
1. Aspek fisiologis, kondisi umum jasmani dapat dikatakan melatar
belakangi aktivitas belajar.
2. Aspek psikologis, kejiwaan seseorang mempengaruhi aktiviatas belajar
seseorang. Aspek kejiwaan ini terdiri dari:
a. Inteligensi siswa merupakan kemampuan psikofisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat. Tingkat keberhasilan siswa ditentukan oleh tingkat
kecerdasan atau inteligensi (IQ).
b. Sikap adalah gejala internal yang bedimensi afektif. Sikap seseorang
dalam melakukan suatu kegiatan sangat berpengaruh sekali terhadap
kegiatan yang
semua

kegiatan

dilakukan. Bagaimana seseorang dapat menyikapi


yang

dilakukannya

tergantung

dari

motivasi

melakukan kegiatan tersebut. Sikap seorang siswa dalam belajar


khususnya dalam pembelajaran fisika harus selalu menyikapinya
dengan pemahan yang positif, karena jika kita menyikapinya dengan
sikap yang negatif maka akankah tujuan pembelajaran fisika dapat
tercapai.
c. Bakat adalah kemampuam yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan memiliki bakat
47

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan ..., h. 132

xliii

terhadap

suatu

kegiatan

tertentu

akan

mudah

untuk

lebih

mengembangkan bakat tersebut.


d. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
e. Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu. Motivasi ini dapat mendorong seseorang lebih
maju

dalam

melakukan

suatu

kegiatan.

Penemuan-penemuan

penelitian menunjukan bahwa basil belajar pada umumnya akan


meningkat jika motivasi belajar bertambah.
Faktor yang kedua adalah faktor eksternal, yaitu faktor yang datang
dari luar diri siswa. Faktor ini meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan non sosial. Faktor lingkungan sosial yaitu : guru, tata-tertib
sekolah, teman, dan lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi
motivasi siswa.sedangkan faktor lingkungan non sosial terdiri dari gedung
sekolah, rumah tempat tinggal, keadaan cuaca, dan lain-lain.
Faktor yang terakhir adalah pendekatan belajar. Faktor pendekatan
belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan oleh siswa
dalam menunjang efektivitas dan proses pembelajaran materi tertentu. Strategi
dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa
sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar
tertentu.
Dari pendapat diatas, diketahui bahwa strategi merupakan salah salah
satu faktor yang menentukan dalam pembelajaran fisika. Pembelajaran fisika
akan lebih bermakna apabila diimbangi dengan strategi belajar yang tepat,
dalam hal ini pemilihan metode dan penggunaan model pembelajaran yang
tepat sebagai alat hasil belajar siswa. Pembelajaran harus melibatkan siswa
secara aktif dalam belajar, terlebih lagi jika mereka dapat bekerja sama dan
saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Pengukuran Hasil Belajar
Kegiatan akhir dari proses pembelajaran adalah adanya penilaian

xliv

tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam melakukan penilaian


lazimnya didahului oleh kegiatan pengukuran. Karena itu, untuk memperoleh
hasil penilaian yang benar, maka kegiatan pengukuran harus dilakukan
menggunakan alat ukur yang sahih atau akurat (valid) dan stabil atau
terpercaya.48 Dengan alat ukur yang terpercaya maka hasil dari pengukuran
tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran,
pengukuran besifat kuantitatif.49 Unsur pokok dalam melakukan kegiatan
pengukuran adalah:1) ada tujuan pengukuran; 2) ada objek pengukuran; 3) alat
ukur; 4) proses pengukuran; dan 5) hasil pengukuran. Kegiatan pengukuran ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kebehasilan siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran. Alat ukur yang digunakan dalam proses pengukuran
hasil belajar siswa dapat berupa tes hasil belajar. Tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Pengunaan tes
ini dapat digunakan untuk mengukur ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan
mental atau otak. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir,
yaitu:
1. Mengingat kembali (recall); kemapuan menyatakan kembali fakta, konsep,
prinsip dan prosedur yang telah dipelajari dan tersimpan dalam memori
jangka panjang.
2. Pemahaman (comprehension); kemampuan membuktikan hubungan
pemahaman yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.
3. Penerapan atau Aplikasi (application); kemapun untuk menyeleksi atau
memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, dan
cara ) secara tepat untuk diterapkan dalam situasi baru dan menrapkannya
secara benar.
48

Ahmad Sopyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Hak
Cipta, 2006), h. 1
49
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, ,
2006), Cet. ke-6, h. 3

xlv

4. Analisis (analysis); kemampuan menganalisis suatu hubungan atau situasi


yang kompleks atas konsep-konsep dasar.
5. Sintesis (synthesis); kemampuan untuk menggabungkan atau menyusun
kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu struktur
baru.
6. Evaluasi (evaluation); kemampuan untuk membuat penilaian terhadap
sesuatu kasus yang diajukan berdasarkan ukuran-ukuran atau standar yang
telah ditentukan.
Ranah afektif atau sikap berkaitan dengan pengembangan perasaan,
sikap, nilai, dan emosi terhadap hal-hal yang dipelajari dan bersifat baru.
Sedangkan ranah psikomotor berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif
atau keterampilan motorik. Ketiga ranah ini merupakan aspek-aspek yang
terdapat dalam diri seorang siswa dan dapat di ukur dengan menggunakan alat
pengukuran, tentunya sesuai alat ukur yang sesuai dengan masing-masing ranh
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil
belajar siswa adalah kegiatan mengukur kemampuan dan keberhasilan siswa
setelah mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru dengan menggunakan
alat ukur yang sesuai terhadap ranah kognitf, ranah afektif, dan ranah
psikomotor siswa. Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk menilai
keberhasilan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

D. Hubungan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Hasil


Belajar
Pengajaran dengan penerapan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyakbanyaknya kepada siswa. Pembelajaran Berdasarkan Masalah dikembangkan
terutama untuk membantu siswa

dalam mengembangkan kemampuan

berfikir, memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual, serta belajar


tentang berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam

xlvi

pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajaran yang otonom serta
mandiri.
Maka dari itu, untuk mencapai itu semua diperlukan suatu
kesungguhan dari semua pihak dalam pelaksanaan penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Dengan kesungguhan dan dukungan dari
semua pihak, maka tidak tertutup kemungkinan akan diperoleh hasil yang
optimal dalam hal ini ialah hasil belajar siswa. Dengan adanya model
pembelajaran berdasarkan masalah, siswa lebih ditempatkan sebagai subjek
yang berperan dalam proses pembelajaran.
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Putu Yasa dalam
judul skripsi:
Belajar Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning) Dalam
Pembelajaran Fisika Matematika I Dengan Pendekatan Kooperatif
Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Perkuliahan Semester Pendek
Jurusan Pendidikan Fisika IKIP Negeri Singaraja
Menyimpulkan

bahwa

penerapan

pembelajaran

Problem-Based

Learning (Pembelajaran Berdasarkan Masalah) dengan pendekatan kooperatif


dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran,kualitas hasil pembelajaran,
dan respon mahasiswa terhadap strategi pembelajaran Fisika Matematika I
pada program semester pendek.
Sedangkan penelitian lainnya yang dilakukan oleh Evi Nursari dengan
judul skripsi:
Evektivitas Strategi Problem-Based Learning (Pembelajaran Berdasarkan
Masalah) Dalam Pembelajaran Sub Konsep Pemencaran Tumbuhan Pada
Siswa SMU Negeri 22 Bandung
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan strategi PBL dapat meningkatkan
ketuntasan belajar, hasil belajar, serta minat dan motivasi sehingga dapat
dikatakan bahwa strategi PBL ini efektif digunakan sebagai model
pembelajaran pada siswa SMU dalam pembalajaran sub konsep Pemencaran
Tumbuhan.

xlvii

Adapun penelitian lainnya yang dilakukan oleh Lisye Puji Febiyanti


dalam judul skripsi:
Identifikasi Pertanyaan Siswa SMP Selama Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem-Based Learning) Pada Konsep Pola Interaksi
Organisme
Menyimpulkan bahwa pembelajaran Problem-Based Learning pada
konsep pola Interaksi Organisme dapat meminimalisai kepasifan siswa saat
pembelajaran di kelas.
Dari hasil-hasil penelitian diatas diperoleh kesimpulan bahwa model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat dikatakan sebagai salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah pada dasarnya lebih mendorong siswa untuk aktif dalam
memperoleh pengetahuan. Dengan banyaknya aktifitas yang dilakukan oleh
siswa, diharapkan dapat menimbulkan rasa senang dan antusias siswa dalam
belajar dan memperoleh pengetahuan melalui pembelajaran yang bermakna.
Peningkatan ini tidak hanya berupa peningkatan koginitifnya saja, melainkan
peningkatan pada ranah afektif dan psikomotornya juga. Karena model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah fokus perhatian pembelajaran tidak hanya
pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak
cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis atau tes kertas dan pensil
(paper and pencil test). Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah menilai pekerjaan yang
dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.
Jika kita perhatikan dari ulasan diatas, Pembelajaran Berdasarkan
Masalah mempunyai hubungan yang erat sekali dengan hasil belajar.
Bagaimana tidak, karena dengan adanya pembelajaran berdasarkan masalah
siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam belajar. Motivasi dan peran
siswa dalam pembelajaran ini membantu siswa dalam meperoleh hasil belajar
yang optimal.

xlviii

E. Kerangka Pikir
Dalam kajian teori telah diungkapkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah pendekatan belajar. Pendekatan belajar ini
merupakan strategi atau metode apa yang digunakan oleh seorang pengajar
dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam hal ini
yaitu untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Untuk itu seorang guru perlu menerapkan strategi apa yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran. Proses belajar yang berpusat pada guru
sudah harus ditinggalkan, karena proses pembelajaran sekarang bukan hanya
penyampaian informasi (delivery information) melainkan proses pertukaran
informasi (information exchange). Pertukaran informasi ini bisa dari guru ke
siswa atau bahkan sebaliknya dan pertukaran informasi dari siswa ke siswa.
Siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran, tidak ada lagi anggapan bahwa
siswa yang pintar saja yang berperan di dalam kelas, akan tetapi semua siswa
mempunyai peluang yang sama untuk berkembang. Melalui model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning), semua siswa
mendapat porsi yang sama di dalam kelas guna mencapai hasil belajar yang
optimal.

xlix

Proses Pembelajaran

Guru

Siswa

Terjadi interaksi antara guru dengan siswa dalam


proses pembelajaran

Dalam proses pembelajaran harus diperhatikan


penggunaan metode pembelajaran yang berpusat
pada siswa

Pemberian perlakuan pada siswa

Model Pembelajaran Berdasarkan


Masalah
Orientasi
siswa pada masalah

Mengorganisasi
siswa untuk belajar

Mengembangkan dan
menyajikan hasil
karya

Membimbing
penyelidikan individu
maupun kelompok

Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah

Terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan siswa


dengan siswa yang lainnya yang dapat mendorong
motivasi belajar siswa guna mencapai tujuan
pembelajaran
Hasil Belajar
Gambar. 1 Bagan Kerangka Pikir

F.

Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan dapat dibuat
berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan kebenarannya dalam sebuah
penelitian. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :
Melalui penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (ProblemBased Learning) dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

li

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah MTs Negeri 3
Pondok Pinang-Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil mulai
bulan Oktober hingga bulan Desember 2007.

B. Metode dan Disain Intervensi Tindakan


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama.50
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru
yang dilakukan oleh siswa.51 Jika kita lihat dari pengertian tersebut, penelitian
tindakan kelas sangat baik untuk kita terapkan dalam dunia pendidikan. Ini
terlihat dari pencermatan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa yang
tidak lepas pengawasan seorang guru. Adapun tujuan dari penelitian tindakan
kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di
kelas secara berkesinambungan.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan
kelas dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat
tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masingmasing tahap adalah sebagai berikut.
50

Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, (Bandung : CV. Yrama Widya,
2006), Cet. Ket-1, h. 12
51
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006),
h. 3

lii

Bagan Penelitian Tindakan Kelas


Perencanaan
Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan
Perencanaan
Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pengamatan
?
Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan (perencanaan), yang menjelaskan
tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan
tersebut dilaksanakan.
Tahap 2 : Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi
rancangan didalam kancah, mengenakan tindakan dikelas.
Tahap 3 : Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.
Tahap 4 : Refleksi, atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan
kembaliapa yang sudah terjadi.
Adapun rancangan intervensi tindakan yang diberikan dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Siklus
Penelitian terbagi dalam beberapa siklus. Setiap siklus masing-masing
terdiri dari 4 tahapan kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi tindakan, dan refleksi tindakan seperti yang terlihat pada
bagan di atas.

liii

4.1 Perencanaan Tindakan


-

Merencanakan model pembelajaran yang akan diterapkan dalam


proses pembelajaran dikelas

Menentukan pokok bahasan yang akan dipelajari

Mengembangkan rancangan pembelajaran

Menyiapkan sumber belajar

Menyusun format evaluasi

Mengembangkan format observasi pembelajaran

4.2 Pelaksanaan Tindakan


-

Guru memberikan materi pelajaran sesuai materi yang telah


disiapkan

Guru mengadakan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan


model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan mengikuti
tahapan-tahapan berikut :
Tahap 1

: Orientasi siswa kepada masalah

Tahap 2

: Mengorganisasi siswa untuk belajar

Tahap 3

: Membimbing individual maupun kelompok

Tahap 4

: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Tahap 5

: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan


maslah

Guru mengobservasi kegiatan belajar siswa

4.3 Observasi tindakan I


-

Melakukan observasi, dengan mencatat kegiatan belajar mengajar


siswa yang menerapkan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
di kelas.

Menilai hasil tindakan yang telah dilakukan.

4.5 Refleksi tindakan I


-

Menganalisa data pada siklus I

Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan

liv

Menarik kesimpulan dari apa saja yang telah tercapai dan


membahas apa saja yang belum tercapai serta kekurangan atau
permasalahan yang muncul pada siklus I

Nilai rata-rata pada siklus pertama menjadi nilai awal pada siklus ke
dua. Begitu seterusnya keberhasilan siklus kedua menjadi nilai awal untuk
siklus ketiga. Setelah sikus I terlewati maka masuk ke siklus kedua dengan
mengikuti tahap-tahap seperti pada siklus sebelumnya.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII MTs Negeri

3 Pondok

Pinang pada semester ganjil tahun ajaran 2006/2007 yang berjumlah 38 orang.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian


Dalam penelitian ini diberikan tindakan berupa penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah di kelas. Tindakan tesebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa, jadi peneliti
berperan sebagai pengamat sekaligus guru kelas yang berkolaborasi dengan
satu guru fisika yang bersangkutan dalam hal ini guru fisika kelas VIII.

E. Tahapan Intervensi Tindakan


Pada penelitian tindakan kelas ini bentuk perlakuan berupa tindakan
penerapan metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada pokok bahasan
Tekanan.
Terdapat tiga tahapan intervensi tindakan yang diberikan dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Tahap persiapan
Persiapan yang dilakukan yaitu berupa penyesuaian waktu belajar
disekolah sesuai dengan satuan pelajaran dan alokasi waktu yang telah
ditetapkan, juga berupa penyusunan materi yang diajarkan dengan

lv

menerapkan Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning) .


Setelah itu dilakukan pembuatan dan pengujian instrumen penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan awal penelitian dilakukan dengan memberikan pretes
pada subyek penelitian, kemudian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan
pada siswa dengan menerapkan tahapan-tahapan metode Pembelajaran
Berdasarkan Masalah dikelas. Ketika perlakuan berlangsung, peneliti
melakukan pengamatan (observasi) terhadap kelancaran proses pembelajaran.
Indikator dari kelancaran proses pembelajaran ialah melalui interaksi siswa
dalam proses pembelajaran di kelas, dengan komponen interaksi yaitu:
1. Interaksi siswa terhadap materi ajar yang di hadapi
2. Interaksi siswa dalam kelompoknya
3. Interaksi siswa dengan kelompok lain
4. Interaksi siswa dalam mengerjakan tugas
5. Interaksi siswa dengan guru.
3. Tahap pelaporan
Pelaporan merupakan tahap akhir dari penelitian, pada tahap ini
dikemukakan proses berlangsungnya penelitian dan hasil penelitian.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan


Dari hasil intervensi tindakan yang telah di berikan diharapkan dapat
menciptakan:
1. Situasi belajar yang kondusif.
2. Tercipta kelompok belajar yang aktif.
3. Hasil belajar siswa meningkat.

G. Data dan Sumber Data


Sumber data di peroleh dari siswa-siswi MTs Negeri 3 Pondok Pinang
dan data yang diperoleh berupa situasi dan suasana kelas saat proses

lvi

pembelajaran berlangsung dan peningkatan hasil belajar siswa setelah


mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah.

H. Instrumen-instrumen Pengumpul Data yang Digunakan


Dalam penelitian ini terdapat tiga instrumen yang digunakan.
Instrumen pengumpul data yang digunakan antara lain:
1. Tes Hasil Belajar (pretes dan postes)
Tes hasil belajar adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan
kognitif siswa. Tes hasil belajar ini berupa tes objektif bentuk pilihan
ganda sebanyak 20 butir soal. Tes hasil belajar diberikan sebelum (pretes)
dan sesudah (postes) siklus pembelajaran. Adapun kisi-kisi tes hasil
belajar dapat dilihat pada lampiran
2. Pedoman Observasi (Catatan Lapangan)
Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki.52 Dalam penelitian ini jenis observasi yang digunakan ialah
jenis rating scale. Pencatatan dengan Rating scale adalah mencatat gejala
menurut tingkat-tingkatnya, alat ini digunkan untuk memperoleh
gambaran mengenai kadaan subyek menurut tingkatnya.53 Lembar
observasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran
3. Kuisioner
Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan
mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk
memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (orang-orang yang
menjawab jadi yang diselidiki), terutama pada penelitian survai.54 Adapun
angket yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.

52

Drs. Cholid Narbuko dan Drs. H. Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT.
Bumi Aksara, 2005), Cet ke-7, h. 70
53
Drs. Cholid Narbuko dan Drs. H. Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian..., h. 74
54
Drs. Cholid Narbuko dan Drs. H. Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian..., h. 76

lvii

I. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis data yang dikumpulkan untuk
dianalisis. Jenis data, teknik pengumpulan data dan instrumen dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini.
Table 3.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data
Teknik
Instrumen

No
1

Proses pembelajaran

Observasi

Pedoman observasi

Hasil belajar

Tes

Tes hasil belajar

Respon siswa

Angket

Kuisioner

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi


Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrumen penelitian, terlebih
dahulu dilakukan uji coba kepada responden, dalam hal ini di luar subjek yang
sudah ditetapkan. Tes uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
apakah instrumen tersebut dapat memenuhi syarat validitas dan reliabilitasnya
atau tidak.
1. Uji Validitas
Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya, atau dengan kata lain suatu alat evaluasi
disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi
tersebut. Uji validitas adalah uji kesanggupan alat penilaian dalam mengukur
isi sebenarnya. Uji coba ini dilakukan dengan mengkorelasionalkan skor
masing-masing item dengan skor total.
Tes yang digunakan hasil belajar adalah berupa tes obyektif, maka
untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi
Point Biserial55, yaitu:

55

Anas Sudjiono. Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), h. 258

lviii

rpbis =

M p Mt
SDt

p
q

Keterangan :
rpbis

: r point biserial

Mp

: mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai peserta tes


menjawab betul, yang sedang dicari korelasinya dengan tes
secara keseluruhan

Mt

: mean skor total, yang berhasil dicapai oleh peserta tes

SDt

: deviasi standar total skor

: proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir


soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan

Dimana:

Mt =

Xt
N

dan SDt =

X
N

2
t

Xt

Sedangkan dalam penentuan mean siswa yang menjawab benar,


digunakan persamaan:
Mp

Jumlah skor total siswa yang menjawab benar


Jumlah skor tertinggi siswa yang menjawab benar

Kemudian untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka


harga rpbis yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel, jika hasil perhitungan

rpbis lebih besar dari rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid dan jika
rpbis lebih kecil dari rtabel, maka butir soal tersebut dinyatakan tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas, diperoleh hasil soal yang
valid berjumlah 21 soal dengan jumlah responden 50 orang dan nilai rtabel
0,25.56

56

Lampiran 2

lix

2. Uji Reliabilitas
Selain pengujian validitas, sebuah tes juga harus memiliki reliabilitas.
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan alat tersebut dalam menilai apa
yang dinilainya. Tes hasil belajar yang baik harus memiliki reliabilitas yang
dapat dipercaya, artinya setelah tes hasil belajar itu dilakasanakan berulang
kali terhadap subyek yang sama, hasilnya selalu relatif sama.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rumus Kuder Richardson atau dikenal dengan K-R 2057, yaitu:
n 1 pq
r11 =

S2
n 1

Keterangan :

r11

: reliabilitas tes secara keseluruhan

: banyaknya item

S2

: varian total

: proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

: proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

qi

:1p

pq

: jumlah hasil perkalian antara p dan q

Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :


Skala

Kriteria

r11 : 0,91 1,00

sangat tinggi

r11 : 0,71 0,90

tinggi

r11 : 0,41 0,70

cukup

r11 : 0,21 0, 40

rendah

r11 : 0.20

sangat rendah

57

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006),


Cet. ke-6, h. 100

lx

Dari hasil perhitungan reliabilitas soal, diperoleh hasil tingkat


reliabilitas soal sebesar 0,55 dengan kriteria cikup.58

3. Uji Tingkat Kesukaran


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sulit/sukar. Bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal
disebut indeks kesukaran (difficulty index). Untuk dapat mengukur tingkat
kesukaran suatu soal digunakan rumus:59

P=

B
JS

Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran soal:
Skala

Kriteria

0,00 0,30

Sukar

0,30 0,70

Sedang

0,70 1,00

mudah

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran, diperoleh hasil 30%


soal dengan kriteria sukar, 25% soal mudah , 45% soal sedang.60
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukan besarnya daya

58

Lampiran 5
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi..., h. 208
60
Lampiran 7
59

lxi

pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Untuk mengetahui indeks


diskriminasi, digunakan rumus:61
D=

B A BB

= PA PB
JA JB

Keterangan :
D : indeks diskriminasi (daya pembeda)
BA : banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
BB : banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
JA : banyak peserta kelompok atas
JB : banayak peserta kelompok bawah
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(P sebagai Taraf kesukaran).
Adapun kriteria daya pembeda adalah sebagai berikut :
Skala

Kriteria

0,00 0,20

Buruk

0,21 0,40

Cukup

0,41 0,70

Baik

0,71 1,00

Baik sekali

Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.62

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis


1. Uji Normal-Gain
Dalam penelitian ini gambaran pemahaman awal siswa diperoleh dari
data hasil pretes, kemudian gambaran pemahaman siswa setelah diberi

61
62

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi..., h. 213


Lampiran 8

lxii

perlakuan dengan menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah


diperoleh dari data hasil postes.
Data hasil pretes dan postes pemahaman siswa kemudian diolah secara
kuantitatif dengan menggunakan rumus Normal-Gain. Gain adalah selisih
antara nilai pretes dan postes, gain menunjukan peningkatan pemahaman atau
penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru. Uji gain
digunakan untuk menghindari bias pada penelitian dan menggunakan rumus63:

Gain =

skorpostes skorpretes
skorideal skorpretes

dengan kategorisasi perolehan :


g-tinggi

: nilai (<g>)>0,70

g-sedang : nilai 0,70 e(<g>)e 0,30


g-rendah : nilai (<g>)< 0,30
Indikator keberhasilan penelitian ini yaitu sekurang-kurangnya 75 %
siswa mendapat nilai > 65.
Kemudian untuk mengetahui signifikansi perbedaan nilai rata-rata
hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dan signifikansi
peningkatan hasil belajar siswa melalui nilai rata-rata N-Gain maka dilakukan
uji statistik. Sebelum dilakukan pengujian, data terlebih dahulu di uji
normalitas dan homogenitasnya untuk mengetahui uji statistik apa yang akan
digunakan.
Setelah data diketahui berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian
hipotesis dengan menggunakan rumus uji-t sebagai berikut:
t=

Md

N ( N 1)
Keterangan :

Md

= mean dari perbedaan pretes dengan postes(postes-pretses)

Xd

= deviasi masing-masing subjek (d Md)

63

Yanti Herlanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. (Jakarta:


Universitas Islam Negeri, 2006), h. 70

lxiii

d = jumlah kuadrat deviasi

= jumlah sampel postes

d.b

= ditentukan dengan N-1


Adapun kriteria pengujian untuk uji-t adalah; jika thitung > ttabel maka

terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah pembelajaran dan jika thitung < ttabel maka tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.
bila dari hasil perhitungan tidak berdistribusi normal maka digunakan uji
statistik non parametrik dengan menggunakan uji Mann-Whitney.
2. Kualitas Proses Pembelajaran
Analisis data dari kualitas proses pembelajaran dilakukan secara
deskriptif, data dihitung berdasarkan pensekoran rating skala dengan
menggunakan rumus:
Nilai = skor total yang dilakukan x 100%
skor yang diharapkan
Kemudian data dikonfersikan dengan presentase skala penilaian pada
tabel berikut.
Tabel.3. Skala Penilaian Aktivitas Pembelajaran
Skala penilaian (%)
Kategori
81 100

Dilakukan sangat baik

61 80

Dilakukan dengan baik

41 60

Dilakukan cukup baik

21 40

Dilakukan kurang baik

0 - 20

Tidak dilakukan

3. Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran


Respon siswa dianalisis secara deskriptif dengan kriteria keberhasilan
perbandingan persentase siswa yang memiliki respon positif lebih besar dari
pada persentase siswa yang memilki respon negatif. Penghitungan presentase
respon siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

lxiv

P=

F
X 100 %
N

: Prosentase

: Frekuensi

: Number of Cases

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan


Apabila tindakan pada siklus I telah selesai dan hasil yang diperoleh
belum mencapai kriteria keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa yang
diharapkan, maka penelitian ditindaklanjuti dengan melakukan tahapan pada
siklus II, berbagai tahapan yang dilakukan antara lain:
1. Perencanaan tindakan II
-

Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah

Pengembangan program tindakan II

2. Pelaksanaan tindakan II
-

Pelaksanaan program tindakan II

3. Observasi tindakan II
-

Pengumpulan data tindakan II.

4. Refleksi tindakan II
-

Menganalisa data pada siklus II

Mengevaluasi tindakan II

lxv

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah di MTs
Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta
Pembelajaran

Berdasarkan

Masalah

merupakan

suatu

model

pembelajaran yang memfokuskan siswa untuk aktif dalam kegiatan


pembelajaran dan mendorong siswa agar lebih kreatif dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Permasalahan-permasalahan
ini tentunya yang ada kaitannya antara materi yang diajarkan dengan
kehidupan keseharian siswa. Barrow dan Tamblyn menggambarkan PBL
sebagai berikut64:

The stimulation formats which provide the basis for this method allow
for full and free inquiry and decision making on the part of students. The
stimulation begins by providing context and preliminary information about the
problem, for example, those few facts that a client gives the receptionist when
making an appointment with a lawyer. Students then direct their own learning,
exploring the problem in much the same way they would with an actual
problem ... The problems, not a set syllabus, provide the stimulus and
framework for learning. Knowledge is acquired through self-directed study
and small group discussions, rather than through lectures
Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah format simulasi yang
membantu siswa dalam proses pemecahan masalah yang didalamnya terdapat
proses inquiry, artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep.
Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan
dengan situasi di mana konsep diterapkan. Untuk itu ada baiknya jika model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah ini diterapkan dalam pembelajaran di
kelas guna meningkatkan hasil belajar siswa.

64

Gabriel A. Moens, Problem-based Learning: Combining Enthusiasm and Excellen. dari


http://www.mcli.dist.maricopa.edu/pbl/info.html

lxvi

Seperti halnya dalam penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan di


MTs Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta yang mencoba menerapkan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Berdasarkan hasil penelitian di MTs
Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta dapat diketahui bahwa dengan menerapkan
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam pembelajaran fisika, siswa
menjadi lebih aktif dalam memperoleh pengetahuan dan menemukan konsepkonsep dari materi yang diajarkan. Aktifitas ini ditunjukan dengan
dilakukannya percobaan-percobaan sederhana yang dilakukan oleh siswa
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam proses pembelajaran di
kelas. Dengan banyaknya aktifitas yang dilakukan oleh siswa, menimbulkan
rasa senang dan antusias siswa dalam belajar. Dengan demikian diharapakan
dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika yang dapat mendorong siswa
untuk meningkatkan hasil belajar.
Temuan lain pada penelitian tindakan kali ini ialah siswa menjadi lebih
berani bertanya dan mengemukakan pendapatnya yang berhubungan dengan
materi yang diajarkan. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa lebih berbobot
dan mengarah kepada permasalahan yang ada pada materi yang ajarkan. Hal
ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi miskonsepsi pada siswa karena siswa
dapat merasakan langsung proses terjadinya suatu fenomena dalam fisika
melalui percobaan sederhana. Melalui percobaan ini tentunya diharapkan
dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa berkenaan
dengan materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa secara umum kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik
dan telah mencapai target sesuai dengan harapan yaitu siswa menjadi aktif
dalam belajar dan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Ini terlihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan
setelah diberi perlakuan berupa tindakan penerapan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah. Selain itu aktivitas siswa juga sudah terlihat lebih baik
selama mengikuti proses pembelajaran di kelas.

lxvii

Namun masih ada kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki pada


penelitian selanjutnya. Pada siklus pertama ini kekurangan yang harus
diperbaiki adalah:
1. Dalam melakukan percobaan masih ada siswa yang beramain-main dengan
alat-alat percobaan.
2. Pada saat diskusi, masih ada siswa yang kurang terlibat aktif dalam
kegiatan diskusi.
3. Pada saat presentasi, hasil diskusi siswa cenderung mengungkapkan
konsep dan fakta-fakta yang sudah ada dan cenderung membaca apa yang
ada di buku.
4. Untuk referensi dalam belajar, siswa hanya terbatas pada buku paket yang
dimiliki.

B. Hasil Belajar Siswa


1. Nilai Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
Pada penelitian tindakan kelas di MTs Negeri 3 Pondok PinangJakarta dilakukan sebanyak satu kali tindakan (satu siklus) pembelajaran
pada konsep Tekanan. Pada siklus ini kegiatan awal dari pembelajaran ialah
pemberian pretes pada siswa di awal pertemuan. Pretes ini dilakukan untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari
pada proses pembelajaran berikutnya. Adapun rangkuman hasil dari pretes
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1
Rangkuman Pretes Hasil Belajar Fisika Siswa
Statistika Deskriftif
Perolehan Skor
N
38
Xmin
25
Xmax
70
49,29

X
SD

7,73

lxviii

Berdasarkan hasil analaisis penguasaan konsep, untuk penguasaan


konsep pada ranah kognitif mengingat (C1) secara umum siswa dapat
menjawab soal dengan baik. Soal yang memiliki persentase tertinggi yang
yang dijawab oleh siswa adalah soal nomor 1 dan 18 yang memperoleh
persentase sebesar 89 %. Sedangkan soal yang memperoleh persentase
terendah adalah soal nomor 6 yaitu sebesar 37 %. Untuk penguasaan konsep
pemahaman (C2) soal yang memperoleh persentase tertinggi adalah soal
nomor 4 yaitu sebesar 79 %. Sedangkan soal yang memperoleh persentase
terendah adalah soal nomor 8 yaitu sebesar 2,6 %. Kemudian untuk
penguasaan konsep aplikasi/penerapan (C3) soal yang memperoleh persentase
terbesar adalah soal nomor 3 yaitu sebesar 37 %. Sedangkan soal yang
memperoleh persentase terendah adalah soal nomor 10 yaitu sebesar 13 %.
Kemudian yang terakhir untuk penguasaan konsep analisis (C4) soal yang
memperoleh persentase tertinggi adalah soal nomor 19 yaitu sebesar 87 %.
Sedangkan soal yang memperoleh persentase terendah adalah soal nomor 17
yaitu sebesar 34 %. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan gambaran hasil pretes tersebut dapat disimpulkan bahwa
siswa di dalam kelas ini memiliki pengetahuan awal yang relatif kurang baik
dan belum menguasai konsep yang akan dipelajari dengan baik. Untuk itu
diperlukan suatu tindakan yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan
pengetahuan awal siswa tersebut. Setelah proses pembelajaran berupa
penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah berakhir, kegiatan akhir
pada siklus ini ialah pemberian postes pada siswa. Adapun rangkuman dari
hasil postes dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2
Rangkuman Postes Hasil Belajar Fisika Siswa
Statistika Deskriftif
Perolehan Skor
N
38
Xmin
50
Xmax
85
73,5
X

lxix

SD

9,61

Berdasarkan hasil analisis penguasaan konsep antara sebelum dan


sesudah pembelajaran terjadi peningkatan penguasaan konsep pada setiap
aspek kognitifnya. Ini terlihat dari terjadinya peningkatan nilai presentase soal
yang dapat di jawab oleh siswa dengan benar. Sebelum pembelajaran siswa
masih terlihat asal-asalan dalam menjawab soal, tetapi setelah pembelajaran
dilakukan secara keseluruhan siswa dapat menjawab soal dengan baik. Dari
hasil ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa di dalam kelas ini telah
menguasai konsep yang dipelajari dengan baik.
Berdasarkan

hasil

analisis

penguasaan

konsep

postes,

untuk

penguasaan konsep mengingat (C1) secara umum siswa dapat menjawab soal
dengan baik lebih baik dari pretes. Soal yang memiliki persentase tertinggi
yang yang dijawab oleh siswa adalah soal nomor 1 yang memperoleh
persentase sebesar 95 %. Sedangkan soal yang memperoleh persentase
terendah adalah soal nomor 6 yaitu sebesar 66 %. Untuk penguasaan konsep
pemahaman (C2) soal yang memperoleh persentase tertinggi adalah soal
nomor 4 dan 11 yaitu sebesar 92 %. Sedangkan soal yang memperoleh
persentase terendah adalah soal nomor 7 yaitu sebesar 63 %. Kemudian untuk
penguasaan konsep aplikasi/penerapan (C3) soal yang memperoleh persentase
terbesar adalah soal nomor 2 dan 3 yaitu sebesar 82 %. Sedangkan soal yang
memperoleh persentase terendah adalah soal nomor 10 yaitu sebesar 55 %.
Kemudian yang terakhir untuk penguasaan konsep analisis (C4) soal yang
memperoleh persentase tertinggi adalah soal nomor 19 yaitu sebesar 84 %.
Sedangkan soal yang memperoleh persentase terendah adalah soal nomor 17
yaitu sebesar 50 %. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa


Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada
dari berbagai sumber. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat bermakna

lxx

dan alamiah. Untuk data tes hasil belajar, lembar observasi dan kuisioner
dibuat dengan menggunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil pengamatan pada siklus I, data hasil belajar fisika siswa diambil
melalui perangkat tes pilihan ganda yang diberikan sebelum (pretes) dan
sesudah (postes) pembelajaran. Berdasarkan data yang diambil tersebut
diperoleh ringkasan data hasil balajar fisika siswa sebagaimana terdapat pada
tabel 4.5. Skor pretes yang diberikan sebelum pembelajaran didapatkan hasil
rata-rata nilai sebesar 49,29 dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendahnya
sebesar 25. Setelah melalui proses pembelajaran dan pemberian tindakan
berupa penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, hasil belajar
siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai sebesar 73,5 dengan nilai
tertinggi 85 dan nilai terendah sebesar 50. Jika kita konfersikan dengan skor
penguasaan konsep yang diperoleh dari data hasil belajar, penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini terlihat dari rata-rata nilai hasil pretes siswa yang masuk dalam
kategori kurang (49,29) dan meningkat menjadi kategori baik (73,5) dari hasil
postes

setelah

diberi

perlakuan

berupa

tindakan

penerapan

model

Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Perhitungan skor hasil belajar dapat


dilihat pada lampiran.
Besarnya peningkatan hasil belajarpun tampak terlihat langsung dari
rata-rata nilai Gain ternormalisasi sebesar 0,49 yang termasuk dalam kategori
sedang. Melihat hasil ini, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah yang diterapkan dalam pembelajaran
cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Perhitungan gain
ternoramlisasi dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.3
Ringkasan Data Hasil Belajar Fisika Siswa
Data
Pretes
Postes
Gain ternormalisasi
N

38

38

38

Maks

70

85

0,75

Min

25

50

0,00

lxxi

Rerata

49,29

73,5

0,49

SD

7,73

9,61

0,19

Sedangkan dari segi ketuntasan belajar yang menunjukan kemampuan


siswa dalam menyerap materi pembelajaran yang diberikan selama proses
pembelajaran, siswa dikatakan tuntas belajar bila 75 % dari siswa dapat
menjawab soal postes dengan nilai > 65. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, 84,2 % siswa dapat menjawab soal postes dengan nilai > 65.
Penghitungan presentase ketuntasan hasil belajar dapat dilihat pada
lampiran.
Kemudian untuk melihat signifikansi perbedaan nilai rata-rata pretes
dan postes maka dilakukan pengujian dua sampel dengan uji statistik.
Sebelum dilakukan pengujian, data terlebih dahulu diuji normalitas dan
homogenitasnya.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan
menggunakan uji Chi-Kuadrat, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi
normal bila memenuhi kriteria 2hitung < 2tabel diukur pada taraf signifikansi
dan tingkat kepercayaan tertentu.
Hasil uji normalitas pretes dan postes dapat dilihat seperti pada tabel
dibawah ini, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.

Statistik
N

Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Pretes Dan Postes
Pretes
Postes
38
38

48,29

73,5

7,73

9,61

2hitung
2tabel

7,21

22,58

11,070

11,070

Keputusan

Berdistribusi normal

Tidak berdistribusi normal

lxxii

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan


derajat kebebasan dk = 5 untuk kedua data hasil penelitian tersebut. Dari tabel
dapat disimpulkan bahwa data pretes berdistribusi normal karena memenuhi
kriteria 2hitung < 2tabel atau 7,21 < 11,070. Sedangkan data postes tidak
berdistribusi normal karena tidak memenuhi kriteria 2hitung < 2tabel atau
22,58 > 11,070. Pada data postes data tidak berdistribusi normal karena
sebagian besar siswa mendapat nilai diatas rata-rata yang mengakibatkan
kurva berada disebelah kanan kurva distribusi normal.
Setelah uji normalitas, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya. Dalam
penelitian ini, nilai homogenitas didapat dengan menggunakan uji Barlet.
Kiteria pengujian yang digunakan yaitu, kedua data dikatakan homogen jika
2hitung < 2tabel

diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan

tertentu.
Hasil uji homogenitas pretes dan postes dapat dilihat pada tabel
dibawah ini, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.5
Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes
Statistik

S2pretes
2

postes

92,37

gabungan

76,06

S
2

59,75

2hitung

1,74

2tabel

3,841

Keputusan

Homogen

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan


derajat kebebasan dk = 1 untuk kedua data hasil penelitian tersebut. Dari tabel
dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut berasal dari sampel yang
homogen karena memenuhi kiteria 2hitung < 2tabel atau 1,74 < 3,841 .
Setelah data diuji normalitas dan homogenitasnya, kesimpulan dari
pengujian tersebut data tidak berdistribusi normal maka uji statistik yang

lxxiii

dipakai ialah uji Mann-Whitney (uji-Zsampel) sebagai pengganti dari uji-t.


Langkah selanjutnya ialah mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 : 1 = 2
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran
Ha : 1 2
Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah pembelajaran
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan rumus ujiZsampel, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika - Ztabel < Zsampel < Ztabel maka H0 diterima pada taraf kepercayaan
0,95.
Jika Zsampel < - Ztabel atau Ztabel < Zsampel maka Ha diterima pada taraf
kepercayaan 0,95.
Rekapitulasi pengujian dapat dilihat pada tabel berikut, sedangkan
perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.6
Pengujian Rata-Rata Perbedaan
Pretes dan Postes Hasil Belajar Fisika Siswa
N
Zsampel
Ztabel
Pretes-Postes

38

7,52

1,68

Keputusan
signifikan

Dari perhitungan diperoleh nilai Zsampel sebesar 7,52 dan Ztabel sebesar
1,68. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa Zsampel berada di
daerah penerimaan Ha, yaitu Ztabel < Zsampel

atau 1,68 < 7,52. Dengan

demikian H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95, hal ini
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.
Setelah itu untuk melihat signifikansi peningkatan hasil belajar siswa
melalui nilai rata-rata Gain ternormalisasi maka dilakukan pengujian dua

lxxiv

sampel dengan uji statistik. Sama halnya dengan uji statistik pretes-postes,
sebelum dilakukan pengujian data terlebih dahulu diuji normalitasnya.
Pengujian normalitas dalam pengujian kali ini menggunakan uji Chikuadrat seperti halnya dalam pengujian sebelumnya. Adapun hasil uji
normalitas nilai rata-rata N-Gain dapat dilihat seperti pada tabel dibawah ini,
sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran

Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas N-Gain
Statistik
N-Gain
38
N
x

0,49

0,19

hitung
2tabel

17,64
11,070

Keputusan

Tidak berdistribusi normal

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan


derajat kebebasan dk = 5 untuk data hasil penelitian tersebut. Dari tabel dapat
dilihat bahwa data tidak berdistribusi normal karena tidak memenuhi kriteria
2hitung < 2tabel atau 17,64 > 11,070. Pada data nilai rata-rata N-Gain tidak
berdistribusi normal karena sebagian besar siswa mendapat nilai diatas ratarata yang mengakibatkan kurva berada disebelah kanan kurva distribusi
normal.
Kesimpulan dari pengujian tersebut data tidak berdistribusi normal
maka uji statistik yang dipakai sama dengan uji statistik sebelumnya yaitu uji

Mann-Whitney (uji-Zsampel) sebagai pengganti dari uji-t. Langkah selanjutnya


ialah mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 : 1 = 2
Penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah tidak dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa
Ha : 1 2

lxxv

Penerapan

model

Pembelajaran

Berdasarkan

Masalah

dapat

meningkatkan hasil belajar fisika siswa


Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan rumus ujiZsampel, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika - Ztabel < Zsampel < Ztabel maka H0 diterima pada taraf kepercayaan
0,95.
Jika Zsampel < - Ztabel atau Ztabel < Zsampel maka Ha diterima pada taraf
kepercayaan 0,95.
Rekapitulasi pengujian dapat dilihat pada tabel berikut, sedangkan
perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.8
Pengujian Rata-Rata Nilai Gain Ternormalisasi
N
Zsampel
Ztabel
Keputusan
Pretes-Postes

38

- 7,47

Dari perhitungan diperoleh nilai Zsampel

-1,68

signifikan

sebesar -7,47 dan Ztabel

sebesar -1,68. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa Zsampel


berada di daerah penerimaan Ha, yaitu Zsampel < - Ztabel atau -7,47 < -1,68.
Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95, hal
ini menunjukan bahwa Penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Analisis untuk data hasil lembar observasi dan kuisioner persepsi
siswa terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dilakukan dengan
menghitung persentase dari masing-masing skor yang diperoleh. Dari hasil
pengamatan melalui lembar observasi, dari 15 aspek yang diamati secara
keseluruhan rata-rata persentase aktivitas belajar siswa dilakukan dengan baik.
Pengamatan melalui lembar obseravsi ini dilakukan pada pertemuan kedua,
ketiga dan keempat. Dari hasil pengamatan, pada pertemuan ke dua skor ratarata awal aktivitas siswa diperoleh sebesar 43,50. Kemudian pada pertemuan
ketiga meningkat menjadi 44,50. Begitu juga pada pertemuan keempat skor
rata-rata aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 51,75 dan secara

lxxvi

keseluruhan diperoleh skor rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 46,67. Dari
skor ini kemudian di olah sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa sekitar 77,8% siswa melakukan aktivitas pembelajaran dengan baik
melalui

penerapan

model

Pembelajaran

Berdasarkan

Masalah

pada

pembelajaran fisika.Hasil pengamatan tentang aktivitas siswa melalui lembar


observasi dan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Kemudian setelah postes diberikan, untuk mengetahui respon siswa
terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah maka siswa diberikan
kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan tentang tanggapan terhadap
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Berdasarkan hasil kuisioner yang
telah diberikan pada siswa setelah kegiatan pembelajaran diakhir siklus, siswa
mempunyai persepsi yang positif terhadap model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah. Artinya siswa senang belajar dengan menggunakan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Berdasarkan data yang diperoleh, ratarata persentase siswa yang berpandangan positif terhadap model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah lebih besar daripada siswa yang mempunyai pandangan
negatif yaitu sekitar 78,4% siswa berpandangan positif dan 21,6% siswa
berpandangan negatif.

C. Pengaruh

Model

Pembelajaran

Berdasarkan

Masalah

Terhadap Hasil Belajar Siswa


Pada siklus I dari hasil pengamatan menunjukan bahwa siswa cukup
senang dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas melalui
penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Dengan adanya
aktivitas dan antusias siswa dalam belajar melalui penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat memberikan informasi bahwa
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat menumbuhkan sikap positif
siswa terhadap pembelajaran fisika. Adanya pandangan positif terhadap suatu
pembelajaran, dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dan termotivasi untuk
meningkatkan hasil belajar, dalam hal ini yaitu hasil belajar fisika siswa.

lxxvii

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan model


Pembelajaran Berdasarkan Masalah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Pengaruh dari penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata nilai hasil belajar
fisika siswa sebelum dan sesudah pembelajaran mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Sebelum pembelajaran, pengetahuan awal siswa berdasarkan
hasil analisis data tegolong kedalam kategori kurang, namun setelah
pembelajaran dengan memberikan perlakuan berupa tindakan penerapan
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, pengetahuan siswa menjadi
kategori baik. Rata-rata nilai pretes siswa sebelum pembelajaran yaitu sebesar
49,29. Sedangkan setelah tindakan dengan penerapan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah pada siklus I rata-rata nilai postes siswa sebesar 73,5. Ini
artinya terjadi peningkatan hasil belajar fisika siswa sebesar 24,21. Besarnya
peningkatan hasil belajarpun tampak terlihat langsung dari rata-rata nilai Gain
ternormalisasi sebesar 0,49 yang termasuk dalam kategori sedang.
Kemudian untuk melihat signifikansi perbedaan hasil belajar fisika
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran, maka dilakukan uji statistik dengan
menggunakan uji Mann-Whitney (uji Zsampel) pada nilai rata-rata pretes dan
postes pada taraf kepercayaan 0,95. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
nilai Zsampel

sebesar 7,52 dan Ztabel sebesar 1,68. Hasil pengujian yang

diperoleh menunjukan bahwa Zsampel berada di daerah penerimaan Ha, yaitu


Ztabel < Zsampel atau 1,68 < 7,52. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima
pada taraf kepercayaan 0,95. Berdasarkan hasil ini menunjukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa sebelum
dan sesudah pembelajaran. Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi
peningkatan hasil belajar fisika siswa, maka dilakukan uji statistik dengan
menggunakan uji Mann-Whitney (uji Zsampel) pada nilai rata-rata N-Gain. Dari
hasil perhitungan diperoleh nilai Zsampel sebesar -7,47 dan Ztabel sebesar -1,68.
Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa Zsampel berada di daerah
penerimaan Ha, yaitu Zsampel < - Ztabel atau -7,47 < -1,68. Dengan demikian H0
ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Berdasarkan hasil ini

lxxviii

pula dapat dikatakan

bahwa Penerapan model Pembelajaran Berdasarkan

Masalah dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Dari hasil uji statistik
tersebut, mendukung temuan penelitian bahwa penerapan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah efektif dan berpengaruh dalam upaya meningkatkan
hasil belajar fisika siswa.
Berdasarkan hasil observasi tentang aktivitas siswa melalui lembar
observasi menunjukan bahwa aktivitas belajar siswa melalui penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dilakukan dengan baik. Pada siklus I
pengamatan melalui lembar observasi secara keseluruhan dari pertemuan ke
dua, tiga dan ke empat mendapatkan skor rata-rata 46,67 dengan nilai
persentase sekitar 62,2 %. Hasil ini menunjukan secara keseluruhan aktivitas
belajar siswa dalam proses pembelajaran dilakukan dengan sangat baik.
Berdasarkan aspek yang diamati melalui lembar observasi, secara keseluruhan
dengan penerapan model pembelajaran siswa menjadi lebih tekun dalam
mempelajari materi yang diberikan dan mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Selain itu kondisi kelas cukup kondusif, siswa mampu
menjalankan perannya sebagai siswa baik itu dalam berdiskusi, bertanya dan
beriteraksi baik itu dengan teman maupun dengan guru.
Kondisi seperti ini mendukung dan menjadikan siswa untuk dapat
memahami materi yang dipelajari. Dengan adanya pemahaman yang kuat atas
materi pembelajaran yang telah dipelajari tidak tertutup kemungkinan dapat
meningkatakan hasil belajar, yaitu dalam hal ini hasil belajar fisika siswa pada
materi Tekanan.
Setelah tindakan berupa penerapan model pembelajaran dilakukan,
siswa diberikan kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan tentang persepsi
siswa terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Berdasarkan
penyebaran kuisioner tersebut diperoleh hasil bahwa siswa merasa senang
belajar dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Hal ini terlihat dari
rata-rata persentase siswa yang berpandangan positif lebih besar daripada
siswa yang mempunyai pandangan negatif terhadap model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah yaitu sekitar 78,4% siswa berpandangan positif dan

lxxix

21,6% siswa berpandangan negatif. Kondisi ini mendukung temuan-temuan


sebelumnya yang menyatakan bahwa hasil belajar fisika siswa meningkat dan
kualitas pembelajaran menjadi lebih baik dengan adanya penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
Selain itu dukungan pun terlihat dari segi ketuntasan belajar. Dari segi
ketuntasan belajar, siswa dikatakan tuntas belajar bila 75 % dari siswa dapat
menjawab soal postes dengan nilai > 65. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, 84,2 % siswa dapat menjawab soal postes dengan nilai > 65.
Hasil ini menunjukan bahwa secara keseluruhan siswa telah menguasai materi
yang diajarkan dengan baik. Sehingga penelitian ini berhenti pada siklus I
dimana jumlah siswa yang mendapat nilai postes > 65 sebanyak 32 siswa yaitu
sekitar 84,2 %.
Berdasarkan temuan penelitian diatas dapat dikatakan bahwa
Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan pembelajaran yang efektif
dalam upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Hal ini dikarenakan
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk lebih aktif dan berperan dalam pembelajaran. Selain itu model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah menempatkan guru sebagai motivator dan
pembimbing yang membantu siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini
memungkinkan siswa untuk lebih mudah menerima dan memahami materi
pembelajaran serta mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Ini sesuai
dengan karakteristik Pembelajaran Berdasarkan Masalah yaitu:

a. Learning is driven by challenging, open-ended problems.


b. Students work in small collaborative groups.
c. Teachers take on the role as "facilitators" of learning.65
Berdasarkan hasil-hasil yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa

penerapan

model

Pembelajaran

Berdasarkan

Masalah

dapat

meningkatkan hasil belajar fisika siswa, meskipun masih ada kekurangankekuarangan yang perlu diperbaiki untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

65

Problem-based Learning, dari http://wikipedia.htm

lxxx

D. Pembahasan Temuan Penelitian


Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa temuan
penelitian yang diperoleh diantaranya sebagai berikut:
1. Peningkatan hasil belajar melalui penerapan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ratarata nilai hasil belajar fisika siswa mengalami peningkatan. Peningkatan ini
terlihat setelah pembelajaran dilakukan dengan memberi perlakuan berupa
tindakan penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Pembelajaran
Berdasarkan Masalah memberikan pengalaman baru pada siswa dalam belajar
fisika. Siswa tidak lagi menjadi objek dalam pembelajaran, melainkan sebagai
subjek yang berperan aktif dalam pembelajaran.
Proses belajar yang berpusat pada guru sudah harus ditinggalkan,
karena proses pembelajaran sekarang bukan hanya penyampaian informasi
(delivery information) melainkan proses pertukaran informasi (information

exchange). Pertukaran informasi ini bisa dari guru ke siswa atau bahkan
sebaliknya dan pertukaran informasi dari siswa ke siswa. Siswa dituntut untuk
aktif dalam pembelajaran tanpa pandang bulu, tidak ada lagi anggapan bahwa
siswa yang pintar saja yang berperan di dalam kelas, akan tetapi semua siswa
mempunyai peluang yang sama untuk berkembang. Dengan demikian memacu
siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mendorong siswa untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Efektifitas penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah terhadap
kualitas pembelajaran.
Selama

proses

pembelajaran

dikelas

berlangsung,

dilakukan

pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dengan menggunakan lembar


observasi. Dari hasil pengamatan ini terlihat antusias siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Siswa menjadi lebih aktif dan tekun dalam belajar,
selain itu siswa terlihat lebih menikmati proses pembelajaran dengan
menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.

lxxxi

Kualitas pembelajaran menjadi lebih baik dengan banyaknya aktivitas


yang dilakukan oleh siswa, yaitu dengan melakukan percobaan sederhana dan
diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa.
Dengan

adanya

praktikum

sederhana,

mendorong

siswa

untuk

mengembangkan kreatifitas dan keterampilan motoriknya. Tentunya kegiatan


ini meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor, karena ranah
psikomotor berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif dan keterampilan
motorik siswa.
3. Persepsi siswa terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah sangat
baik.
Berdasarkan kusioner yang disebar tentang persepsi siswa terhadap
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, siswa merasa senang dan antusias
belajar fisika dengan model pembelajaran tersebut. Hal ini terlihat dari ratarata persentase siswa yang berpandangan positif lebih besar daripada siswa
yang

mempunyai

pandangan

negatif

Berdasarkan Masalah.

lxxxii

terhadap

model

Pembelajaran

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas melalui penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar fisika
siswa. Ini terlihat dari hasil data-data yang diperoleh selama penelitian di MTs
Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta. Selain itu temuan hasil penelitian dalam
penlitian ini menunjukan :
1. Terjadi peningkatan hasil belajar fisika siswa pada materi Tekanan melalui
penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
2. Efektifitas penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah terhadap
kualitas pembelajaran mengarah kearah yang lebih baik
3. Persepsi siswa terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah sangat
baik.

B. Saran
Adapun saran-saran yang ingin disampaikan dalam penelitian ini ialah
sebagai berikut :
1. Sebelum memulai penelitian dilakukan persiapan yang matang agar
menadapatkan hasil yang optimal dan selalu melibatkan siswa, guru dan
pihak lain yang terkait dalam merumuskan perencanaan penelitian
2. Seorang guru dapat menyesuaikan materi pelajaran yang akan di
sampaikan dengan metode, model atau strategi pembelajaran yang akan
digunakan dalam pembelajaran

lxxxiii

3. Dalam

pelaksanaan

pembelajaran

dikelas

model

Pembelajaran

Berdasarkan Masalah dapat dijadikan salah satu alternatif metode


pembelajaran dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran
fisika
4. Dalam belajar, siswa diharapkan lebih banyak memiliki referensi buku
pelajaran. Sehingga dapat membantu siswa agar dapat membangun
pengetahuan dengan lebih baik dan selalu berpikir kreatif untuk
menemukan hal-hal yang baru
5. Mengingat hasil penelitian ini masih sangat sederhana, sehingga apa yang
didapat dari hasil penelitian ini bukanlah merupakan hasil akhir. Adanya
keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar
untuk diadakannya penelitian lebih lanjut.

lxxxiv

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Solichan. Konstruktivisme dalam Pendidikan. dalam FASILITATOR,
Edisi VI/Tahun. 2003.
Allen, Deborah. E. Teaching With Tutors Can Undergraduates Effectively Guide
Student Problem-based Learning Groups?. dari http://www.udel.edu/pbl/cte.html.
Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: CV. Yrama
Widya. 2006.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
2006.
Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Bambang.
Mengapa
CTL
Menjadi
Pilihan?.
dari
Worpress.com/category/pendidikan, 6 Oktober . 2007.

http//rbaryans.

Belland, Brian. R. Perceptions of The Value of Problem-Based Learning among


Students with Special Needs and Their Teacher. The Interdisciplinary Journal
of Problem-based Learning volume 1, no. 2.
Camp,Gwendi. Problem-Based Learning: A Paradigm Shift or a Passing Fad?,
dari http://www.uchsc.edu/primary/pbl.htm
Febiyanti, Puji. Lisye. Identifikasi Pertanyaan Siswa SMP Selama Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Konsep Pola Interaksi
Organisme(Skripsi). Bandung : Universitas Pendidkan Indonesia. 2004.
Frye AW, Solomon DJ, Lieberman SA, Levine RE. Fitting The Means To The
Ends: One Schools Experience With Quantitative And Qualitative Methods
In Curriculum Evaluation During Curriculum Change. Med Educ Online
[serial online] 2000;5:9. Available from URL http://www.med-ed-online.org
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 2003.
Herlanti ,Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Jakarta. 2006.

lxxxv

http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/pembelajaran-berdasarkan-masalah
Ibrahim, Muslimin, dan Mohamad Nor. Pembelajran Berdasarkan Masalah
(Buku Ajar Mahasiswa). Surabaya: UNESSA-UNIVERSITY PRESS. 2000.
Ibrahim, Nurdin. Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif Untuk Perataan Kualitas
Hasil Belajar (Suatu Kajian), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan NO. 044
Tahun ke-9, September 2003.
Ibrahim, Nurdin. Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjung Sari
Sumedang Jawa Barat. Jurnal Pendidkan dan Kebudayaan NO. 031 Tahun
ke-7, September 2001.
Kartimi. Suatu Model Konstruktivisme Mengajar Sains: Pembelajaran Berbasis
Komputer. Jakarta: Seminar Internasional Pendidikan IPA FITK Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2007.
Koes H, Supriyono. Strategi Pembelajaran Fisika. Universitas Negeri Malang.
Liu, Min. Motivating Students Through Problem-Based Learning, dari
http: //utexas.edu, 2005.
Major, C. H. Assesing the Effectiveness of Problem-based Learning in Higher
Education:
Lesson
from
the
Literature.
dari
http://www.
Rapidintellect.com/AEQweb/mop4spr01.htm.
Mierson,
Sheella.
A
Student-Centered
http://www.udel.edu/pbl/cte.html.

Model

of

PBL.

dari

Moens, GA. Problem-based Learning: Combining Enthusiasm and Excellen. dari


http://www.mcli.dist.maricopa.edu/pbl/info.html
Narbuko , Cholid, dan Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Bumi
Aksara. 2005.
Nursari, Evi. Efetivitas Strategi Problem-Based Learning (Pembelajaran Berbasis
Masalah) Dalam Pembelajaran Sub Konsep Pemencaran Tumbuhan Pada
Siswa SMU Negeri 22 Bandung (Skripsi).Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia. 2004.
Omar, Embong. Bin. Konstruktivisme: Konsep dan Implikasinya dalam Belajar,
dari http://www.mpkt.edu.my/bahan/konstruktivisme.doc, 2 Februari 2007.
Peterson, Michael. Skills to Enhance Problem-based Learning. dari
http://www.Med-Ed-Online

lxxxvi

Problem-based Learning, dari http://wikipedia.html.


Quinlan, K.M. Generating Productive Learning Issues in PBL Tutorials: An
Exercise to Help Tutors Help Students. dari http://www.med-ed-online.org.
Ramli, Munasprianto. Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode
Konstruktivisme. METAMORFOSA. Vol. 1 No. 2. Oktober 2006.
Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA
PRESS. 2003.
Sagala, Syaiful. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. 2006.
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2007.
Savin-Baden, Magi. Facilitating Problem
Perspectives). Philadelphia : SRHE. 2003.

Based-Learning

(Illuminating

Sofyan, Ahmad. Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA Sains. Jakarta:


Seminar Internasional Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2007.
Suartini, Kinkin. Bentuk-bentuk Pertanyaan Sains Dalam Pembelajaran Model
Konstruktivisme. Jakarta: Seminar Internasional Pendidikan IPA FITK
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2007.
Subarinah, Sri. Pengembangan Mata Kuliah Geometri Menggunakan Pendekatan
Pembelajaran Konstruktivisme Pada Program Studi Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Mataram. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053.
Tahun ke-11. Maret 2005.
Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2004.
Suratno, Tatang. Peranan Konstruktivisme dalam Pembelajaran dan Pengajaran
Sains. Jakarta: Seminar Internasional Pendidikan IPA FITK Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2007.
Sutrisno, dan I Wayan Dasna Pembelajaran Berbasis Masalah, dari
http://lubisgrafura.wordpress.com, September 2007.
Stanford University Newsletter On Teaching, Problem Based-Learning, Winter
2001 Vol. 11, No. 1. www-ctl.stanford.edu. 2001.
Syah, Muhibin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004.

lxxxvii

Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosda Karya. 2004.
Tandogan, Ruhan Ozkardez and Orhan Akinoglu. The effects of Problem-Based
Active Learning in Science Education on Students Academic, Achievment,
Attitude and Cocept Learning, dalam Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education, 2007.
Tim Penulis PEKERTI Bidang MIPA. Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat
Pembelajaran Fisika Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI Universitas
Terbuka. 2001.
Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007.
Tudjai, Analisis Hasil Belajar Kemampuan Kependidikan, dalam Jurnal
Teknologi Pendidikan Vol. 2 No. 1. 2000.
Tuu, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo) . 2004.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Tahun 2003, dari http://www.google.co.id.

www.uii.ac.id/index.asp?u=710&b=1&v=1&j=1&id=8:
Indonesia. 2006.

Universitas

Islam

Zulfiani. Model Pembelajaran IPA Berbasis Konstruktivisme di MI/MTs. Jakarta:


Seminar Pembelajaran Sains yang Efektif di Madrasah, Pusat Peningkatan dan
Jaminan Mutu (CEQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2007.

lxxxviii

Lampiran 1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran
Kurikulum
Alokasi Waktu
Jumlah Soal
Bentuk Soal
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar

: SMP/MTs
: Fisika
: KTSP
: 120 menit
: 40 butir
: Pilihan ganda
: Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari

Materi

Menyelidiki
Tekanan
tekanan
pada
benda padat, cair,
dan
gas
serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari

Indikator
-

Butir Soal

Menemukan
hubungan 1. Gaya yang bekerja pada satu satuan luas merupakan
definisi dari....
antara gaya, tekanan, dan
a. tekanan hidrostatis
luas daerah yang dikenai
b. tekanan gas
gaya melalui percobaan

Jawaban
C

Aspek yang
diukur
C1

C2

c. tekanan
d. gaya

2. Pernyataan yang benar tentang tekanan adalah.....


a. luas bidang tekanannya sempit maka tekanan kecil
b. kaki itik tertanam lebih dalam saat berjalan di lumpur
dibandingkan kaki ayam
c. paku yang runcing akan lebih mudah masuknya
dibandingkan dengan paku tumpul, karena paku

runcing luas bidang tekannya kecil


d. paku yang runcing akan lebih mudah masuknya
dibandingkan dengan paku tumpul, karena paku tumpul
luas bidang tekannya kecil
3. Tekanan pada sebuah benda dapat diperbesar dengan dua
cara yaitu....
a. memperkecil gaya dan memperkecil bidang tekan
b. memperkecil gaya dan memperbesar bidang tekan
c. memperbesar gaya dan memperkecil bidang tekan
d. memperbesar gaya dan memperbesar bidang tekan
4. Sebuah gaya sebesar 50 N bekerja pada bidang seluas 10
m2. Maka besar tekanannya....
a. 500 N/m2
c. 50 N/m2
b. 60 N/m2
d. 5 N/m2
5. Sebuah perahu layar memiliki layar seluas 10 m2. Bila
kekuatan dorongan angin pada layar 200 N, maka tekanan
yang diterima oleh layar adalah....
a. 20.000 N/m2
c. 200 N/m2
2
b. 2000 N/m
d. 20 N/m2

Mendeskripsikan
konsep 6. Tekanan yang ditimbulkan oleh zat cair disebut....
a. tekanan hidrostatis
c. tekanan udara
tekanan dalam zat cair
b. tekanan atmosfer
d. tekanan hidrolik
dengan
melakukan
percobaan sederhana

7. Bentuk penampang bendungan yang benar di tunjukan


oleh....
prinsip

Mengaplikasikan
bejana berhubungan dalam

ii

C2

C3

C3

C1

C3

kehidupan sehari-hari

a. A
b. B

c. C
d. D
Gambar di samping
memperlihatkan 4 ekor
ikan
yang sedang
berenang
dilautan.
Tekanan paling besar
dialami oleh ikan....

8.

a.
b.
c.
d.

C3

C2

C3

A
B
C
D

9. Pada bejana berhubungan, luas alas bejana A 15 cm2


mempunyai tekanan 300 N. Sedang luas bejana B 45 cm2.
Berapa beban yang dapat terangkat di B?
a. 18.000 N
c. 60 N
b. 900 N
d. 240 N
10. Berdasarkan percobaan Hartl, besar kecilnya tekanan zat
cair tergantung pada....
a. tinggi permukaan dan massa jenis
b. tinggi permukaan dan volume

iii

c. massa jenis dan berat jenis


d. luas bejana dan jumlah zat cair

C2

C2

Mendeskripsikan
hukum
Pascal melalui percobaan 13. Tekanan yang diberikan kepada zat cair yang ada di dalam
ruang tertutup diteruskan oleh zat cair itu kesegala arah.
sederhana
serta
Pernyataan itu disebut....
penerapannya
dalam
a. hukum Pascal
c. hukum tekanan
kehidupan sehari-hari

C1

Mengidentifikasi
contohcontoh
alat
yang 14. Perhatikan gambar dibawah ini!
menggunakan
prinsip
hukum
Pascal
yang
digunakan dalam kehidupan
sehari-hari

C2

11. Pernyataan yang benar tentang tekanan zat cair....


a. semakin dalam, tekanan semakin besar
b. semakin luas, tekanan semakin besar
c. semakin luas, tekanan semakin kecil
d. semakin dalam, tekanan semakin kecil
12. Tekanan hidrostatis pada bejana tergantung pada....
a. massa jenis zat cair dalam bejana c. luas dasar bejana
b. bentuk dasar bejana
d. bentuk bejana

b. hukum zat cair

Maka besar nilai F2 adalah....


a. 75 N

iv

d. pengertian tekanan

c. 300 N

b. 180 N

d. 320 N

15. Alat yang berkerja berdasarkan hukum pascal adalah....


a. dongkrak hidrolik
b. kincir angin
c. bejana U
d. pompa air
16. Perhatikan gambar!
Alat
yang
menggunakan prinsip
kerja hukum Pascal
untuk mengangkat dan
menahan
benda
adalah....
a. 1
b. 2
c. 1 dan 2
d. 3

C1

C2

C2

C2

17. Hukum Pascal berlaku jika zat cair....


a. tidak berwarna
b. berada dalam ruangan tertutup
c. berupa cairan
d. hanya sejenis
Perhatikan gambar alat
pengangkat
hidrolik
pada
gambar
di

18.

samping.
Supaya
kedua
pengisap
seimbang, maka besar
F2 adalah.
a. 0,75 N
b. 13,3 N
c. 300 N
d. 600 N

Mendeskripsikan
hukum
Archimedes
melalui
percobaan sederhana serta
penerapannya
dalam 19. Hukum Archimedes : sebuah benda dicelupkan sebagian
kehidupan sehari-hari
atau seluruhnya ke dalam zat cair mendapat gaya....
a.
b.
c.
d.

C1

C2

ke bawah sebesar berat zat cair yang didesaknya


ke bawah sebesar massa zat cair yang didesaknya
ke atas sebesar berat zat cair yang didesaknya
ke atas sebesar massa zat cair yang didesaknya

Menunjukan
beberapa
produk tekonologi dalam
kehidupan
sehari-hari
sehubungan dengan dengan
konsep benda terapung, 20. Sebuah benda akan terapung dalam air bila....
a. massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis air
melayang, dan tenggelam
b. massa jenis benda sama dengan massa jenis air
c. massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis air
d. gaya ke atas lebih besar daripada berat benda
21. Benda A dan benda B yang terbuat dari bahan yang berbeda
memiliki volume yang sama. Ketika dimasukan ke dalam
air, benda A tenggelam sedangkan benda B melayang.
Pernyataan berikut benar kecuali....
a. gaya ke atas pada benda A dan B sama
b. gaya ke atas pada benda A lebih kecil daripada gaya ke
atas pada benda B
c. massa jenis benda A lebih besar daripada massa jenis
air

vi

C3

d. massa jenis benda A lebih besar daripada massa jenis


benda
22. Bila kapal berada di sungai, air sungai melewati batas
keselamatan pada dinding kapal. Begitu memasuki laut,
permukaan air laut berada di bawah garis keselamatan.
Penyebabnya adalah....
a. gaya angkat air sungai lebih kecil daripada gaya angkat
air laut
b. gaya angkat air sungai lebih besar daripada gaya angkat
air laut
c. air sungai mengalir, sedangkan air laut tidak mengalir
d. di sungai angin tidak terlalu besar, sedangkan di laut
cukup besar
23. Suatu benda dimasukan ke berbagai jenis zat cair.

C3

C3

C2

Zat cair yang massa jenisnya paling besar adalah....


a. A
c. C
b. B
d. D
24. Kapal tanker dapat mengapung di air laut karena....
a. massa jenis kapal lebih besar daripada massa jenis air

vii

laut
b. gaya ke atas oleh air laut lebih besar daripada berat
kapal
c. kepal memiliki mesin pengangkat yang dapat
menghindari tenggelam
d. gaya ke atas oleh air laut lebih kecil daripada berat
kapal
25. Berat benda di udara 10 N dicelupkan ke dalam air yang
menimbulkan gaya ke atas 2 N, maka berat benda sekarang
adalah....
a. 20 N
c. 8 N
b. 12 N
d. 5 N

26. Benda volumenya 0,5 m3, beratnya di udara 10.000 N.


Benda tersebut dicelupkan ke dalam zat cair yang massa
jenisnya 1000 kg/m3. Jika benda yang tercelup 0,1 m3 maka
besar gaya ke atas adalah....
a. 1.000 N
c. 10 N
b. 100 N
d. 1 N

Mengaplikasikan konsep
tekanan
udara
pada
peristiwa alam yang
relevan
(dalam
penyelesaian
masalah
sehari-hari).
27. Pernyataan yang tepat tentang hubungan tekanan udara
Mengetahui
hubungan
dengan ketinggian tempat, yaitu....
antara ketinggian suatu
a. semakin tinggi ketinggian tempat semakin rendah
tekanan udaranya
tempat dengan perbedaan
b. semakin tinggi ketinggian tempat semakin besar
tekanan udara
tekanan udaranya
c. semakin rendah ketinggian tempat semakin rendah
tekanan udaranya
d. semakin rendah ketinggian tempat semakin besar
tekanan udaranya

viii

C2

C2

C1

28. Tekanan udara satu atmosfer yaitu....


a. sebanding tinggi raksa dalam pipa 76 cmHg
b. sebanding tinggi raksa dalam pipa 75 cmHg
c. sebanding tinggi raksa dalam pipa 70 cmHg
d. sebanding tinggi raksa dalam pipa 1 cmHg
29. Kota Amsterdam (Belanda) lebih
permukaan laut. Berarti, tekanan
amsterdam....
a. lebih dari 76 cmHg
b. sama dengan 76 cmHg
c. kurang dari 76 cmHg
d. berubah-ubah

rendah daripada
udara di kota

30. Tekanan udara 76 cmHg sebagai dasar penetuan ketinggian


tempat yang diambil dari....
a. atas tanah
c. permukaan air laut
b. pipa
d. permukaan tanah
31. Tekanan 1mmHg disebut juga 1torr. Berarti, tekanan 1 atm
sama dengan....
a. 7,6 torr
c. 760 torr
b. 76 torr
d. 7.600 torr
32. Berdasarkan penyelidikan setiap kenaikan 10 m tekanan
udara akan....
a. naik 1 mmHg
c. turun 1 cmHg
b. turun 1 mmHg
d. naik 1 cmHg
33. Setiap kenaikan tinggi tempat 100 m tekanan udaranya

ix

C1

C4

C1

C4

C2

C2

34. Ketinggian kota A 800 m dari permukaan laut. Jadi tekanan


udara di kota A adalah....
a. 724 cmHg
c. 68 cmHg
b. 83 cmHg
d. 67 cmHg

C2

35. Tekanan udara diukur dengan alat yang disebut....


a. altimeter
c. hidrometer
b. barometer
d. pompa udara

C1

C4

C3

C2

akan....
a. naik 1 mmHg
b. turun 1 mmHg

c. turun 1 cmHg
d. naik 1 cmHg

36. Sikap sebuah barometer adalah 64,5 cmHg. Tekanan udara


di tempat itu adalah....
a. 11,8 x 104 Pa
b. 11,5 x 104 Pa

c. 8,5 x 104 Pa
d. 4,9 x 104 Pa

37. Berat sebuah balon udara lebih kecil daripada berat udara
yang dipindahkannya. Bila demikian keadaannya, maka
balon tersebut akan....
a. naik
c. tetap
b. turun
d. naik-turun
38. Gas argon memiliki volume 2 m2 dan tekanan 6 atm. Gas
ini dipompakan ke dalam ruang hampa yang volumenya 8
m3. Tekanan gas argon menjadi....
a. 24 atm
c. 4 atm
b. 14 atm
d. 1,5 atm

39. Untuk mengeluarkan udara dari suatu ruang tertutup dapat


digunakan....
a. pompa tekanan udara
c. siphon
b. pompa udara
d. Barometer

C1

40. Berikut ini yang tidak termasuk pada alat


menggunakan prinsip hukum Boyle adalah...
a. manometer
c. barometer
b. manometer raksa
d. hidrometer

C1

xi

yang

Lampiran 2
Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen
Subjek
X1
X2
X3
X4
X5
X6

1
1
1
1
1
1
1

2
1
1
0
0
0
0

3
0
1
0
1
0
1

4
1
0
0
1
1
1

5
1
1
0
0
1
1

6
1
0
0
0
1
1

7
1
1
1
1
1
1

8
0
1
0
0
1
1

9
1
0
1
0
1
1

10
0
1
1
1
0
1

xii

Nomor Soal
11
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

13
0
1
1
1
0
1

14
1
1
1
1
1
1

15
1
0
0
0
1
1

16
1
1
1
1
1
1

17
1
0
1
1
1
1

18
1
1
1
1
1
0

19
1
1
0
0
0
0

20
0
1
1
1
0
1

21
1
1
1
1
1
0

22
1
1
1
1
1
1

23
1
1
1
1
1
0

24
1
1
1
1
0
1

X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X17
X18
X19
X20
X21
X22
X23
X24
X25
X26
X27
X28
X29
X30
X31
X32
X33
X34
X35

1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0

0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1

0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0

1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1

1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0

1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0

1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1

0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0

xiii

1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1

1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0

1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1

0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1

1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1

0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0

0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1

1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1

1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1

0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0

1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1

X36
X37
X38
X39
X40
X41
X42
X43
X44
X45
X46
X47
X48
X49
X50
Jumlah

0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
38

0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
14

0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
22

1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
39

1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
33

0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
32

1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
40

1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
35

1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
12

0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20

xiv

1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
45

0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
36

0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
26

1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
44

1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
33

1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
39

1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
31

1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
25

0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
11

1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
32

0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
25

1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
25

1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
18

0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
27

Lampiran 3
Perhitungan Validitas
a. Mencari Mean Total (Mt)
Mt =

Xt

N
1002
=
50
= 20,04

b. Mencari Standar Deviasi (SDt)

SDt =
=

Xt

20940 1002

50
50

= 418,8 401,60
= 17,20
= 4,19
c. Mencari r hitung (rpbis)
rpbis =

M p Mt
SDt

p
q

Lampiran 4
Tabel. Validitas Instrumen
No Butir

Mp

Mt

SDt

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

20,92
21,29
21,14
19,82
19,94
20,00
20,68
20,14
21,75
22,20
20,44
21,31
21,15
20,23
19,73
20,87
20,81
21,32
20,09
20,34
21,44
21,76
21,78
21,52
21,88
22,30
22,85
20,89
24,55
20,54
20,77
23,00
24,40
23,33
20,78
21,31
20,20
18,75
20,00
21,88

20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04
20,04

4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19
4,19

0,76
0,28
0,44
0,78
0,66
0,64
0,80
0,70
0,24
0,40
0,90
0,72
0,52
0,88
0,66
0,78
0,62
0,50
0,22
0,64
0,50
0,50
0,36
0,54
0,16
0,20
0,26
0,72
0,22
0,56
0,26
0,14
0,20
0,24
0,80
0,58
0,60
0,24
0,48
0,34

0,24
0,72
0,56
0,22
0,34
0,36
0,20
0,30
0,76
0,60
0,10
0,28
0,48
0,12
0,34
0,22
0,38
0,50
0,78
0,36
0,50
0,50
0,64
0,46
0,84
0,80
0,74
0,28
0,78
0,44
0,74
0,86
0,80
0,76
0,20
0,42
0,40
0,76
0,52
0,66

p q

1,78
0,62
0,89
1,88
1,39
1,33
2,00
1,53
0,56
0,82
3,00
1,60
1,04
2,71
1,39
1,88
1,28
1,00
0,53
1,33
1,00
1,00
0,75
1,08
0,44
0,50
0,59
1,60
0,53
1,13
0,59
0,40
0,50
0,56
2,00
1,18
1,22
0,56
0,96
0,72

rpbis

Ket

0,37
0,19
0,23
-0,10
-0,03
-0,01
0,31
0,04
0,23
0,42
0,29
0,49
0,28
0,12
-0,10
0,37
0,23
0,31
0,01
0,10
0,33
0,41
0,31
0,38
0,19
0,27
0,40
0,33
0,57
0,13
0,10
0,29
0,52
0,44
0,35
0,36
0,05
-0,17
-0,01
0,32

Valid
Invalid
Invalid
Invalid
Invalid
Invalid
Valid
Invalid
Invalid
Valid
Valid
Valid
Valid
Invalid
Invalid
Valid
Invalid
Valid
Invalid
Invalid
Valid
Valid
Valid
Valid
Invalid
Invalid
Valid
Valid
Valid
Invalid
Invalid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Invalid
Invalid
Invalid
Valid

Butir soal diakatakan valid apabila r hitung > 0.27 (r tabel product moment
untuk N = 50 dengan taraf signifikansi 5%)

ii

Lampiran 5
Perhitungan Uji Reliabilitas

a. Mencari Varian total

S 2 = SDt 2
= (4,19)2
= 17,55
b. Menghitung Reliabilitas
2
n S pq
r11 =

S2
n 1

50 17,55 8,02
=

50 1 17,55
= 0,554

cukup

iii

Lampiran 6
Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran

B
Rumus : P =
JS
Tabel Perhitungan Taraf Kesukaran
No Butir
B
Js
P
Keterangan
1
38
50
0,76
Mudah
2
14
50
0,28
Sukar
3
22
50
0,44
Sedang
4
39
50
0,78
Mudah
5
33
50
0,66
Sedang
6
32
50
0,64
Sedang
7
40
50
0,80
Mudah
8
35
50
0,70
Mudah
9
12
50
0,24
Sukar
10
20
50
0,40
Sedang
11
45
50
0,90
Mudah
12
36
50
0,72
Mudah
13
26
50
0,52
Sedang
14
44
50
0,88
Mudah
15
33
50
0,66
Sedang
16
39
50
0,78
Mudah
17
31
50
0,62
Sedang
18
25
50
0,50
Sedang
19
11
50
0,22
Sukar
20
32
50
0,64
Sedang
21
25
50
0,50
Sedang
22
25
50
0,50
Sedang
23
18
50
0,36
Sedang
24
27
50
0,54
Sedang
25
8
50
0,16
Sukar
26
10
50
0,20
Sukar
27
13
50
0,26
Sukar
28
36
50
0,72
Mudah
29
11
50
0,22
Sukar
30
28
50
0,56
Sedang
31
13
50
0,26
Sukar
32
7
50
0,14
Sukar
33
10
50
0,20
Sukar
34
12
50
0,24
Sukar
35
40
50
0,80
Mudah
36
29
50
0,58
Sedang
37
30
50
0,60
Sedang
38
12
50
0,24
Sukar
39
24
50
0,48
Sedang
40
17
50
0,34
Sedang

iv

Lampiran 7
Hasil Perhitungan Daya pembeda
BA BB
Rumus : D =

= PA PB
JA JB
Tabel Perhitungan Daya Pembeda
No Butir
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Ba
22
9
13
18
16
17
23
19
7
14
24
22
17
23
16
23
19
15
4
17
16
16
10
16
6
9
9
20
9
14
6
6
9
10
22
18
16
5
10
13

Bb
16
5
9
21
17
15
17
16
5
6
21
14
9
21
17
16
12
10
7
15
9
9
8
11
2
1
4
16
2
14
7
1
1
2
18
11
14
7
14
4

Ja
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25

Jb
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25

DB
0,24
0,16
0,16
-0,12
-0,04
0,08
0,24
0,12
0,08
0,32
0,12
0,32
0,32
0,08
-0,04
0,28
0,28
0,2
-0,12
0,08
0,28
0,28
0,08
0,2
0,16
0,32
0,2
0,16
0,28
0
-0,04
0,2
0,32
0,32
0,16
0,28
0,08
-0,08
-0,16
0,36

Keterangan
Cukup
Jelek
Jelek
Dibuang
Dibuang
Jelek
Cukup
Jelek
Jelek
Cukup
Jelek
Cukup
Cukup
Jelek
Dibuang
Cukup
Cukup
Jelek
Dibuang
Jelek
Cukup
Cukup
Jelek
Jelek
Jelek
Cukup
Jelek
Jelek
Cukup
Jelek
Dibuang
Jelek
Cukup
Cukup
Jelek
Cukup
Jelek
Dibuang
Dibuang
Cukup

Lampiran 8
INSTRUMEN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
MTs NEGERI 3 PONDOK PINANG-JAKARTA

Mata Pelajaran

: IPA Fisika

Kelas

: VIII 5

Pokok Bahasan

: Tekanan

Waktu

: 2 x 45 menit

Petunjuk Umum:
1. Periksa dan bacalah soal-soal sebelum anda menjawabnya

2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat


3. Berilah tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang anda anggap benar
41. Gaya yang bekerja pada satu satuan luas merupakan definisi dari....
a. tekanan hidrostatis
c. tekanan
b. tekanan gas
d. Gaya
42. Bentuk penampang bendungan yang benar di tunjukan oleh....

a. A
b. B

c. C
d. D

43. Berdasarkan percobaan Hartl, besar kecilnya tekanan zat cair tergantung
pada....
a. tinggi permukaan dan massa jenis
b. tinggi permukaan dan volume
c. massa jenis dan berat jenis
d. luas bejana dan jumlah zat cair
44. Pernyataan yang benar tentang tekanan zat cair....

vi

a.
b.
c.
d.

semakin dalam, tekanan semakin besar


semakin luas, tekanan semakin besar
semakin luas, tekanan semakin kecil
semakin dalam, tekanan semakin kecil

45. Tekanan hidrostatis pada bejana tergantung pada....


a. massa jenis zat cair dalam bejana
c. luas dasar bejana
b. bentuk dasar bejana
d. bentuk bejana
46. Tekanan yang diberikan kepada zat cair yang ada di dalam ruang tertutup
diteruskan oleh zat cair itu kesegala arah. Pernyataan itu disebut....
a. hukum Pascal
c. hukum tekanan
b. hukum zat cair
d. pengertian tekanan
47. Perhatikan gambar!

Alat yang menggunakan prinsip kerja


hukum Pascal untuk mengangkat dan
menahan benda adalah....
a. 1
b. 2
c. 1 dan 2
d. 3

48.

Perhatikan gambar alat pengangkat hidrolik


pada gambar di samping. Supaya kedua
pengisap seimbang, maka besar F2 adalah.
a. 0,75 N
c. 300 N
b. 13,3 N
d. 600 N

49. Bila kapal berada di sungai, air sungai melewati batas keselamatan pada
dinding kapal. Begitu memasuki laut, permukaan air laut berada di bawah
garis keselamatan. Penyebabnya adalah....
a. gaya angkat air sungai lebih kecil daripada gaya angkat air laut
b. gaya angkat air sungai lebih besar daripada gaya angkat air laut
c. air sungai mengalir, sedangkan air laut tidak mengalir
d. di sungai angin tidak terlalu besar, sedangkan di laut cukup besar
50. Suatu benda dimasukan ke berbagai jenis zat cair.

Zat cair yang massa jenisnya paling besar adalah....


a. A
c. C

vii

b. B
d. D
51. Kapal tanker dapat mengapung di air laut karena....
a. massa jenis kapal lebih besar daripada massa jenis air laut
b. gaya ke atas oleh air laut lebih besar daripada berat kapal
c. kepal memiliki mesin pengangkat yang dapat menghindari tenggelam
d. gaya ke atas oleh air laut lebih kecil daripada berat kapal
52. Pernyataan yang tepat tentang hubungan tekanan udara dengan ketinggian
tempat, yaitu....
a. semakin tinggi ketinggian tempat semakin rendah tekanan udaranya
b. semakin tinggi ketinggian tempat semakin besar tekanan udaranya
c. semakin rendah ketinggian tempat semakin rendah tekanan udaranya
d. semakin rendah ketinggian tempat semakin besar tekanan udaranya
53. Tekanan udara satu atmosfer yaitu....
a. sebanding tinggi raksa dalam pipa 76 cmHg
b. sebanding tinggi raksa dalam pipa 75 cmHg
c. sebanding tinggi raksa dalam pipa 70 cmHg
d. sebanding tinggi raksa dalam pipa 1 cmHg
54. Kota Amsterdam (Belanda) lebih rendah daripada permukaan laut. Berarti,
tekanan udara di kota amsterdam....
a. lebih dari 76 cmHg
b. sama dengan 76 cmHg
c. kurang dari 76 cmHg
d. berubah-ubah
55. Berdasarkan penyelidikan setiap kenaikan 10 m tekanan udara akan....
a. naik 1 mmHg
c. turun 1 cmHg
b. turun 1 mmHg
d. naik 1 cmHg
56. Setiap kenaikan tinggi tempat 100 m tekanan udaranya akan....
a. naik 1 mmHg
c. turun 1 cmHg
b. turun 1 mmHg
d. naik 1 cmHg
57. Ketinggian kota A 800 m dari permukaan laut. Jadi tekanan udara di kota A
adalah....
a. 724 cmHg
c. 68 cmHg
b. 83 cmHg
d. 67 cmHg
58. Tekanan udara diukur dengan alat yang disebut....
a. altimeter
c. hidrometer
b. barometer
d. pompa udara
59. Sikap sebuah barometer adalah 64,5 cmHg. Tekanan udara di tempat itu
adalah....

viii

a. 11,8 x 104 Pa
b. 11,5 x 104 Pa

c. 8,5 x 104 Pa
d. 4,9 x 104 Pa

60. Berikut ini yang tidak termasuk pada alat yang menggunakan prinsip hukum
Boyle adalah...
a. manometer
c. barometer
b. manometer raksa
d. hidrometer

ix

Lampiran 9

Data Hasil Pretes-Postes Siswa


No
Pretes
Postes
Subjek
1
45
75
2
40
75
3
50
80
4
40
80
5
40
55
6
45
75
7
50
75
8
55
85
9
45
70
10
60
75
11
50
85
12
25
75
13
55
55
14
50
75
15
60
85
16
55
70
17
50
65
18
40
75
19
40
75
20
45
85
21
35
65
22
50
85
23
55
75
24
40
85
25
30
50
26
50
80
27
70
85
28
40
75
29
55
60
30
40
55
31
45
75
32
45
75
33
45
70
34
60
70
35
50
80
36
55
85
37
40
70

38
Rata-rata

45
49,29
No. Soal

Siswa

C1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

60
73,5

1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1

5
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1

6
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0

12
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1

Skor

C2
13
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1

18
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1

20
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

4
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1

7
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0

8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

11
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1

xi

C3
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0

16
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0

2
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0

3
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0

C4
9
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0

10
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0

14
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0

17
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0

19
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0

9
8
10
8
8
9
10
11
7
12
10
5
11
10
15
11
10
8
8
9
7

22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Jumlah
%

1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
34
89

1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
32
84

1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
14
37

1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
30
79

1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
17
45

1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
34
89

0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
2
5

1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
30
79

1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
21
55

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
3

1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
27
71

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
5

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
11

0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
12
32

1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
14
37

1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
13
34

0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
5
13

1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
24
63

0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
13
34

1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
33
87

13
11
8
6
10
14
8
11
8
9
9
9
12
10
11
8
9
362

Lampiran 10
Analisis Pemahaman Konsep Pretes
Lampiran 11

Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Analisis Pemahaman Konsep Postes


No. Soal
C2
C3

C1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1

5
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1

6
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1

12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1

13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0

18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1

20
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0

4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1

7
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1

8
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0

xii

11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

15
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1

16
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1

2
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1

3
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1

Skor

C4
9
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1

10
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0

14
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0

17
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1

19
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1

15
15
16
16
11
15
15
17
14
15
17
15
11
15
18
14
13
15

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Jumlah
%

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
36
95

1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
27
71

0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
25
66

1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
32
84

1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
34
89

1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
32
84

0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
12
32

1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
35
92

0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
24
63

0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
29
76

1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
35
92

1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
25
66

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
34
89

1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
31
82

1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
31
82

1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
25
66

Lampiran 12
Data Perhitungan N-Gain Pretes-Postes

Rumus : Gain =

skorpostes skorpretes
skorideal skorpretes
Tabel Hasil Perhitungan N-gain

No
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Pretes

Postes

N-Gain

Keterangan

45
40
50
40
40
45
50
55
45
60
50
25
55
50
60

75
75
80
80
55
75
75
85
70
75
85
75
55
75
85

0,5455
0,5833
0,6000
0,6667
0,2500
0,5455
0,5000
0,6667
0,4545
0,3750
0,7000
0,6667
0,0000
0,5000
0,6250

SEDANG
SEDANG
SEDANG
SEDANG
SEDANG
SEDANG
SEDANG
SEDANG
SEDANG
RENDAH
TINGGI
SEDANG
RENDAH
SEDANG
SEDANG

xiii

0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
21
55

1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
20
53

1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
19
50

1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
32
84

15
17
13
17
15
17
10
16
17
15
12
11
15
15
14
14
16
17
14
12
559

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

55
50
40
40
45
35
50
55
40
30
50
70
40
55
40
45
45
45
60
50
55
40
45
rata-rata

70
65
75
75
85
65
85
75
85
50
80
85
75
60
55
75
75
70
70
80
85
70
60

0,3333
0,3000
0,5833
0,5833
0,7273
0,4615
0,7000
0,4444
0,7500
0,2857
0,6000
0,5000
0,5833
0,1111
0,2500
0,5455
0,5455
0,4545
0,2500
0,6000
0,6667
0,5000
0,2727
0,4928

RENDAH
RENDAH
SEDANG
SEDANG
TINGGI
SEDANG
TINGGI
SEDANG
TINGGI
SEDANG
SEDANG
SEDANG
SEDANG
RENDAH
SEDANG
SEDANG
SEDANG
SEDANG
RENDAH
SEDANG
SEDANG
SEDANG
RENDAH
SEDANG

Lampiran 13
Data Distribusi Frekuensi, Perhitungan Mean, Median, Modus, Simpangan
Baku (Standar Deviasi) Dan Varian Hasil Tes Kemampuan Awal
(Pretes)

a. Distribusi Frekuensi
Tabel. Data Distribusi Hasil Pretes
No

Interval
Kelas

X2

1
2
3
4
5
6

25 - 32
33 - 40
41 - 48
49 - 56
57 - 64
65 - 72

28,5
36,5
44,5
52,5
60,5
68,5

812,25
1332,25
1980,25
2756,25
3660,25
4692,25

291,0

15233,5

Frekuensi
Absolut
2
1
17
14
3
1
38

b. Perhitungan Nilai Mean

xiv

Komulatif
2
3
20
34
37
38

Batas
Nyata
24,5 - 32,5
32,5 - 40,5
40,5 - 48,5
48,5 - 56,5
56,5 - 64,5
64,5 - 72,5

FX

FX2

57,00
36,50
756,50
735,00
181,50
68,50
1835

1624,50
1332,25
33664,25
38587,50
10980,75
4692,25
90881,50

X =

FX Keterangan :
N

FX

= Nilai Mean
= Jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi

= Jumlah siswa

Maka diperoleh :
1835
38
= 48,29

X =

c. Median (Me)
1 N Fkb
Me = l + 2
i
Fi

Keterangan :
Me
= Median
= Batas bawah kelas Median
l
N
= Jumlah siswa
Fkb
= Frekuensi komulatif dibawah kelas median
i
= Panjang kelas
Maka diperoleh :
1 38 3
Me = 40,5 + 2
8
17

= 40,5 + 7,53
= 48,03

d. Modus (Mo)
Fa
Mo = l +
i
Fa + Fb
Keterangan :
Mo
= Modus
= Batas bawah kelas Modus
l

xv

Fa

= Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas


sebelumnya
= Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya
= Panjang kelas

Fb
i

16
Mo = 40,5 +
8
16 + 3
= 40,5 + 6,74
= 47,24

e.

Simpangan Baku (Standar Deviasi)

FX

SD =

FX

N

Keterangan :
SD
= Standar Deviasi
2
FX = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint yang telah
dikuadratkan dengan frekuensinya masing-masing
= Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint dengan frekuensinya

FX

masing-masing
Maka diperoleh :
SD =

90881,5 1835

38
38

2391,62 2331,87

59,75

= 7,73

f. Varians
S2 = SD2
Maka diperoleh :
S2 = 7,732
= 59,75

xvi

Lampiran 14
Data Distribusi Frekuensi, Perhitungan Mean, Median, Modus, Simpangan
Baku (Standar Deviasi) Dan Varian Hasil Tes Kemampuan Akhir
(Postes)

a. Distribusi Frekuensi
Tabel. Data Distribusi Hasil Postes
Frekuensi
Absolut

Komulatif

Batas
Nyata

2756,25

49,5 - 55,5

210

11025

58,5

3422,25

55,5 - 61,5

117

6844,5

62 - 67

64,5

4160,25

61,5 - 67,5

129

8320,5

68 - 73

70,5

4970,25

13

67,5 - 73,5

352,5

24851,25

74 - 79

76,5

5852,25

13

26

73,5 - 79,5

994,5

76079,25

80 - 85

82,5

6806,25

12

38

79,5 - 85,5

990

81675

27967,5

38

2793

208795,5

No

Interval
Kelas

X2

50 - 55

52,5

56 - 61

405

b. Perhitungan Nilai Mean


X =

FX
N

Keterangan :
X
= Nilai Mean
FX = Jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi

= Jumlah siswa

Maka diperoleh :

X =

2793
38

= 73,5

c. Median (Me)
1 N Fkb
Me = l + 2
i
Fi

xvii

FX

FX2

Keterangan :
Me
= Median
l
= Batas bawah kelas Median
N
= Jumlah siswa
Fkb
= Frekuensi komulatif dibawah kelas median
i
= Panjang kelas
Maka diperoleh :
1 38 13
Me = 73,5 + 2
8
13

= 73,5 + 3,69
= 77,19

d. Modus (Mo)
Fa
Mo = l +
i
Fa + Fb
Keterangan :
Mo
= Modus
l
= Batas bawah kelas Modus
Fa
= Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya
Fb
= Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya
i
= Panjang kelas

8
Mo = 73,5 +
8
8 + 1
= 73,5 + 7,11
= 80,61

e.

Simpangan Baku (Standar Deviasi)

SD =

FX
N

FX

N

xviii

Keterangan :
SD
= Standar Deviasi
2
FX = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint yang telah
dikuadratkan dengan frekuensinya masing-masing
= Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint dengan frekuensinya

FX

masing-masing
Maka diperoleh :
208795,5 2793

38
38

SD =
=

5494,62 5402,25

92,37

= 9,61

f. Varians
S2 = SD2
Maka diperoleh :
S2 = 9,612
= 92,37

xix

Lampiran 15
UJI ANALISIS DATA
A. Uji Normalitas dengan Chi-Kuadrat
Uji normlitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam
peneltian ini adalah uji Chi-Kuadrat. Adapun langkah-langkah pengujiannya
adalah sebagai berikut:
a. Mencari skor terbesar dan terkecil
b. Mencari nilai rentangan (R)
c. Mencari banyaknya kelas (BK)
d. Mencari nilai panjang kelas (i)
e. Membuat tabulasi dengan tabel penolong
f. Mencari rata-rata (mean)
g. Mencari Simpangan Baku
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
1. Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas interval di tambah 0,5
2. Mencari Z-score dengan rumus:
Bataskelas x
Z=
s
3. Mencari luas 0 Z dari Tabel Kurva Normal dari 0 Z dengan
menggunakan angka-angka untuk batas kelas.
4. Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka
0 Z yaitu angka baris pertama dikurangi angka baris kedua, angka baris
kedua dikurangi angka baris ketiga dan seterusnya, kecuali untuk angka
yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada
baris berikutnya.
5. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap
interval dengan jumlah responden
i. Mencari Chi-Kuadrat hitung (2hitung )
k
( f fe )
2 = 0
fe
i =l
2
2
j. Membandingkan hitung dengan tabel untuk = 0,05 dan derajat kebebasan
(dk) = n-1, dengan kriteria:
Jika 2hitung < 2tabel, artinya data berdistribusi normal
Jika 2hitung > 2tabel, artinya data tidak berdistribusi normal

Adapun hasil penghitungan uji normalitas pretes dan postes adalah sebagai
berikut:

xx

Uji Normalitas Pretes

Data skor pretes siswa


45 40 50 40 40
50 25 55 50 60
35 50 55 40 30
45 45 45 60 50
Skor tertinggi = 70
Skor terendah = 25

Rentang

45
55
50
55

50
50
70
40

55 45 60
40 40 45
40 55 40
45

= Skor tertinggi Skor terendah


= 70 25
= 45

Banyak kelas = 1 + 3,3 log 38


= 1 + 5,2133
= 6,21 6
Panjang kelas =

R
45
=
= 7,5 8
BK
6
Tabel. Data Distribusi Hasil Pretes

No

Interval
Kelas

X2

1
2
3
4
5
6

25 - 32
33 - 40
41 - 48
49 - 56
57 - 64
65 - 72

28,5
36,5
44,5
52,5
60,5
68,5

812,25
1332,25
1980,25
2756,25
3660,25
4692,25

291,0

15233,5

Frekuensi
Absolut
2
1
17
14
3
1
38

Rata-rata (mean)
FX
X =
N
1835
X =
38
= 48,29

xxi

Komulatif
2
3
20
34
37
38

Batas
Nyata
24,5 - 32,5
32,5 - 40,5
40,5 - 48,5
48,5 - 56,5
56,5 - 64,5
64,5 - 72,5

FX

FX2

57,00
36,50
756,50
735,00
181,50
68,50
1835

1624,50
1332,25
33664,25
38587,50
10980,75
4692,25
90881,50

Simpangan Baku (Standar Deviasi)


SD =

FX
N

FX

N

SD =

90881,5 1835

38
38

2391,62 2331,87

= 59,75
= 7,73
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan:
a. Menentukan batas kelas, yaitu:
24,5

32,5

40,5

48,5

56,5

64,5

72,5

b. Mencari Z-score dengan rumus:


24,5 48,29
Z1 =
= 3,08
7,73
32,5 48,29
Z2 =
= 2,04
7,73
40,5 48,29
Z3 =
= 1,01
7,73
48,5 48,29
Z4 =
= 0,03
7,73
56,5 48,29
Z5 =
= 1,06
7,73
64,5 48,29
Z6 =
= 2,09
7,73
72,5 48,29
Z7 =
= 3,13
7,73
c. Mencari luas 0 Z dari Tabel Kurva Normal dari 0 Z dengan menggunakan
angka-angka untuk batas kelas, didapat:
0,4990 0,4793 0,3438 0,0128 0,3554 0,4817 0,4991
d. Mencari luas tiap kelas interval, diperoleh:
0,4990 0,4793 = 0,0197
0,4793 0,3438 = 0,1355
0,3438 + 0,0128 = 0,3566

xxii

0,0128 0,3554 = 0,3426


0,3554 0,4817 = 0,1263
0,4817 0,4991 = 0,0174
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap
interval dengan jumlah responden
0,0197 x 38 = 0,7486
0,1355 x 38 = 5,1490
0,3566 x 38 = 13,5508
0,3426 x 38 = 13,0188
0,1263 x 38 = 4,7994
0,0174 x 38 = 0,6612
No
1
2
3
4
5
6
7

BatasKelas
24,5
32,5
40,5
48,5
56,5
64,5
72,5

Z-score
-3,08
-2,04
-1,01
0,03
1,06
2,09
3,13

Luas 0 Z Luas Tiap Kelas Interval


0,4990
0,0197
0,4793
0,1355
0,3438
0,3566
0,0128
0,3426
0,3554
0,1263
0,4817
0,0174
0,4991
Jumlah

fe
0,7486
5,1490
13,5508
13,0188
4,7994
0,6612

38

Mencari Chi-Kuadrat:
k
( f fe )
2 = 0
fe
i =l
2 =

(2 0,75)2 + (1 5,15)2 + (17 13,55)2 + (14 13,02)2 + (3 4,79)2 + (1 0,66)2

0,75
5,15
13,55
= 2,09 + 3,34 + 0,97 + 0,07 + 0,67 +0,1
= 7,21

13,02

4,79

0,66

Nilai 2tabel untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 6 1 = 5 pada
tabel Chi-Kuadrat didapat 2tabel = 11,070.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika 2hitung < 2tabel, artinya data berdistribusi normal
Jika 2hitung > 2tabel, artinya data tidak berdistribusi normal
Dari penghitungan didapat:
2hitung = 7,21 dan 2tabel = 11,070, maka
2hitung < 2tabel, artinya data berdistribusi normal

xxiii

f0
2
1
17
14
3
1

Uji Normalitas Postes

Data skor postes siswa


75 75 80 80 55
85 75 55 75 85
65 85 75 85 50
75 75 70 70 80
Skor tertinggi = 85
Skor terendah = 50

Rentang

75
70
80
85

75
65
85
70

85 70 75
75 75 85
75 60 55
60

= Skor tertinggi Skor terendah


= 85 50
= 45

Banyak kelas = 1 + 3,3 log 38


= 1 + 5,2133
= 6,21 6
Panjang kelas =

R
45
=
= 7,5 8
BK
6
Tabel. Data Distribusi Hasil Postes

No

Interval
Kelas

X2

50 - 55

52,5

56 - 61

Frekuensi
Absolut

Komulatif

Batas
Nyata

2756,25

49,5 - 55,5

210

11025

58,5

3422,25

55,5 - 61,5

117

6844,5

62 - 67

64,5

4160,25

61,5 - 67,5

129

8320,5

68 - 73

70,5

4970,25

13

67,5 - 73,5

352,5

24851,25

74 - 79

76,5

5852,25

13

26

73,5 - 79,5

994,5

76079,25

80 - 85

82,5

6806,25

12

38

79,5 - 85,5

990

81675

27967,5

38

2793

208795,5

405

Rata-rata (mean)
FX
X =
N
2793
38
= 73,5

X =

xxiv

FX

FX2

Simpangan Baku (Standar Deviasi)

SD =

SD =
=

FX
N

FX

N

208795,5 2793

38
38

5494,62 5402,25

= 92,37
= 9,61
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan:
a. Menentukan batas kelas, yaitu:
49,5

55,5

61,5

67,5

73,5

79,5

85,5

Mencari Z-score dengan rumus:


49,5 73,5
Z1 =
= 2,50
9,61
55,5 73,5
Z2 =
= 1,87
9,61
61,5 73,5
Z3 =
= 1,25
9,61
67,5 73,5
Z4 =
= 0,62
9,61
73,5 73,5
Z5 =
= 0,00
9,61
79,5 73,5
Z6 =
= 0,62
9,61
85,5 73,5
Z7 =
= 1,25
9,61
c. Mencari luas 0 Z dari Tabel Kurva Normal dari 0 Z dengan menggunakan
angka-angka untuk batas kelas, didapat:

b.

0,4938 0,4693 0,3944 0,2324 0,0000 0,2324 0,3944


d. Mencari luas tiap kelas interval, diperoleh:
0,4938 0,4693 = 0,0245

xxv

0,4693 0,3944 = 0,0749


0,3944 0,2324 = 0,1620
0,2324 0,0000 = 0,2324
0,0000 0,2324 = 0,2324
0,2324 + 0,4991 = 0,6268
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap
interval dengan jumlah responden
0,0245 x 38 = 0,9310
0,0749 x 38 = 2,8462
0,1620 x 38 = 6,1560
0,2324 x 38 = 8,8312
0,6268 x 38 = 8,8312
0,2324 x 38 = 23,8184
No
1
2
3
4
5
6
7

BatasKelas
49,5
55,5
61,5
67,5
73,5
79,5
85,5

Z-score
-2,50
-1,87
-1,25
-0,62
0,00
0,62
1,25

Luas 0 Z Luas Tiap Kelas Interval


0,4938
0,0245
0,4693
0,0749
0,3944
0,1620
0,2324
0,2324
0,0000
0,2324
0,2324
0,6268
0,3944
Jumlah

fe
0,9310
2,8462
6,1560
8,8312
8,8312
23,8184

38

Mencari Chi-Kuadrat:
k
( f fe )
2 = 0
fe
i =l
2 =

(4 0,93)2 + (2 2,85)2 + (2 6,16)2 + (5 8,83)2 + (13 8,83)2 + (12 23,82)2

0,93
2,85
6,16
8,83
= 10,11 + 0,25 + 2,80 + 1,6 + 1,96 + 5,86
= 22,58

8,83

23,82

Nilai 2tabel untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 6 1 = 5 pada
tabel Chi-Kuadrat didapat 2tabel = 11,070.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika 2hitung < 2tabel, artinya data berdistribusi normal
Jika 2hitung > 2tabel, artinya data tidak berdistribusi normal
Dari penghitungan didapat:
2hitung = 22,58 dan 2tabel = 11,070, maka
2hitung < 2tabel, artinya data tidak berdistribusi normal

xxvi

f0
4
2
2
5
13
12

B. Uji Homogenitas dengan Barlet


Adapun langkah-langkah uji homogenitas dengan Barlet, yaitu:
a. Masukan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel
penolong
Data
dk(n-1)
Si
Log Si
dk.log Si

(n-1) =

dk.log Si =

b. Menghitung varians gabungan dari sejumlah kelompok data yang ada


(ni 1)S i
Sgabungan =
(ni 1)
c. Menghitung Log S
d. Menghitung nilai B, yaitu:
B = log S x (ni 1)
e. Menghitung nilai 2hitung
2hitung = ln10 (B dk .LogS i )

f. Membandingkan 2hitung dengan 2tabel untuk = 0,05 dan derajat


kebebasan (dk) = n-1, dengan kriteria:
Jika 2hitung < 2tabel, artinya homogen
Jika 2hitung > 2tabel, artinya data tidak homogen
Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Pretes-Postes

Data

dk(n-1)

Si

Log Si

dk.log Si

Pretes
Postes

37
37

59,75
92,37

1,78
1,97

65,72
72,72

=2

(n-1) = 74

dk.log Si =138,45

Varians gabungan
(ni 1)S i
Sgabungan =
(ni 1)
=

(37 x59,75) + (37 x92,37 )


74

= 76,06
Log S = log 76,06 = 1,88
B = log S x

(n 1) = 1,88 x 74 = 139,21
i

xxvii

2hitung = ln10 (B dk .LogS i )


= 2,3 x (139,21 138,45)
= 2,3 x 0,7573
= 1,74

2tabel untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 2 1 = 1, didapat


2tabel = 3,81
Dengan kriteria:
Jika 2hitung < 2tabel, artinya data homogen
Jika 2hitung > 2tabel, artinya data tidak homogen
Dari hasil penghitungan diperoleh:
2hitung = 1,74 dan 2tabel = 3,81
Ternyata 2hitung < 2tabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut
berasal dari sampel yang homogen

xxviii

Lampiran 16
Rumus : Zsampel =

UJI STATISTIK

R R

a. Signifikansi Perbedaan Nilai Rata-rata Pretes-Postes


Tabel Ranking Pretes-Postes
No
subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37

Pretes

Ranking

Postes

Ranking

45
40
50
40
40
45
50
55
45
60
50
25
55
50
60
55
50
40
40
45
35
50
55
40
30
50
70
40
55
40
45
45
45
60
50
55
40

16,5
8
25
8
8
16,5
25
34
16,5
41
25
1
34
25
41
34
25
8
8
16,5
3
25
34
8
2
25
48,5
8
34
8
16,5
16,5
16,5
41
25
34
8

75
75
80
80
55
75
75
85
70
75
85
75
55
75
85
70
65
75
75
85
65
85
75
85
50
80
85
75
60
55
75
75
70
70
80
85
70

58
58
68,5
68,5
34
58
58
72,5
48,5
58
72,5
58
34
58
72,5
48,5
44,5
58
58
72,5
44,5
72,5
58
72,5
25
68,5
72,5
58
41
72,5
58
58
48,5
48,5
68,5
72,5
48,5

xxix

38

45
Jumlah

16,5
785,5

60
2790

41
2187

Mencari R
n1 (n1 + n 2 + 1)
2
38(38 + 38 + 1)
R =
2
R = 1463

R =

Mencari Standar Deviasi

R =

n1 n 2 (n1 + n 2 + 1)
12

38.38(38 + 38 + 1)
12
R = 96,26

R =

Mencari Nilai Statistik Zsampel


Zsampel =

R R

R
2187 1463
Zsampel =
96,26
724
Zsampel =
96,26
Zsampel = 7,52
Pengajuan hipotesis :
H0 : 1 = 2
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran
Ha : 1 2
Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah pembelajaran
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan rumus uji-Zsampel, dengan
kriteria sebagai berikut:
Jika - Ztabel < Zsampel < Ztabel maka H0 diterima pada taraf kepercayaan
0,95.
Jika Zsampel < - Ztabel atau Ztabel < Zsampel maka Ha diterima pada taraf
kepercayaan 0,95.
Dari hasil perhitungan menolak Ho dan Ha diterima, Ztabel < Zsampel atau 1,68 < 7,52.

xxx

b. Signifikansi Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Nilai Rata-rata


Nomal-Gain
R R
Rumus : Zsampel =

Tabel Ranking Nilai Rata-Rata N-Gain


No
subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Pretes

Postes

N-gain

Ranking

45
40
50
40
40
45
50
55
45
60
50
25
55
50
60
55
50
40
40
45
35
50
55
40
30
50
70
40
55
40
45
45
45
60
50
55
40
45

75
75
80
80
55
75
75
85
70
75
85
75
55
75
85
70
65
75
75
85
65
85
75
85
50
80
85
75
60
55
75
75
70
70
80
85
70
60

0,5455
0,5833
0,6000
0,6667
0,2500
0,5455
0,5000
0,6667
0,4545
0,3750
0,7000
0,6667
0,0000
0,5000
0,6250
0,3333
0,3000
0,5833
0,5833
0,7273
0,4615
0,7000
0,4444
0,7500
0,2857
0,6000
0,5000
0,5833
0,1111
0,2500
0,5455
0,5455
0,4545
0,2500
0,6000
0,6667
0,5000
0,2727

20,5
24,5
28
32,5
4
20,5
16,5
32,5
12,5
10
36,5
32,5
1
16,5
30
9
8
24,5
24,5
37
14
36,5
11
38
7
28
16,5
24,5
2
4
20,5
20,5
12,5
4
28
32,5
16,5
6

xxxi

rata-rata

0,4928

743

Mencari R
n1 (n1 + n 2 + 1)
2
38(38 + 38 + 1)
R =
2
R = 1463

R =

Mencari Standar Deviasi

R =

n1 n 2 (n1 + n 2 + 1)
12

38.38(38 + 38 + 1)
12
R = 96,26

R =

Mencari Nilai Statistik Zsampel


Zsampel =

R R

R
743 1463
Zsampel =
96,26
720
Zsampel =
96,26
Zsampel = -7,47
Pengajuan hipotesis :
H0 : 1 = 2
Penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah tidak dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa
Ha : 1 2
Penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan rumus ujiZsampel, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika - Ztabel < Zsampel < Ztabel maka H0 diterima pada taraf kepercayaan
0,95.
Jika Zsampel < - Ztabel atau Ztabel < Zsampel maka Ha diterima pada taraf
kepercayaan 0,95.
Dari hasil perhitungan menolak Ho dan menerima Ha , Zsampel < - Ztabel atau -7,47 < 1,68

xxxii

PEDOMAN PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN


BERDASARKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN
POKOK BAHASAN TEKANAN

A. Pendahuluan

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan,


oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan Nasional yang diharapkan dapat menaikkan
harkat dan martabat manusia Indonesia seutuhnya. Untuk mencapai hal
tersebut, pendidikan harus adaptif dan tanggap terhadap perubahan zaman.
Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu
disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan
efektifitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus konfrehensif
dan responsif terhadap dinamika sosial, sesuai dengan kenyataan, tidak
berlebihan, dan mampu mengakomodasikan keragaman keperluan dan
kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk
meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dan secara mikro, harus ditemukan
strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif dikelas, yang lebih
memberdayakan potensi siswa.
Ketiga hal itulah yang sekarang menjadi fokus pembaruan pendidikan,
untuk itu diperlukan sekali peran para pelaku pendidikan untuk melakukan
perubahan dalam dunia pendidikan. Namun dalam hal ini yang paling
mendasar dan perlu diperhatikan ialah penggunaan metode mengajar dengan
menerapakan model-model pembelajaran yang sifatnya membangun.

B. Alasan-alasan Penggunaan Model Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan, fisika merupakan salah satu cabang keilmuan


sains yang menuntut siswa untuk aktif dan terlibat langsung dalam proses
pembelajaran, karena belajar fisika akan lebih bermakna jika anak mengalami
apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab, pembelajaran

xxxiii

yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi

mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan


persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi pada kelaskelas di sekolah-sekolah dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih tertanam
pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai perangkat fakta-fakta yang
harus dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,
akibatnya ceramah merupakan pilihan utama strategi mengajar. Karena itu,
diperlukan :
1. Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa
2. Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep
yang siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh
siswa
3. Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka,
apa manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari
adalah berguna bagi hidupnya.
4. Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar
daripada pemberi informasi.
Melihat berbagai keperluan tersebut, maka diperlukan suatu penerapan
model pembelajaran yang membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan
dari pembelajaran. Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi,
metode, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai
makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :
1. rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2. tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan secara berhasil dan
4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pemelajaran itu dapat
tercapai.

xxxiv

Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang


melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran, siswa di tuntut untuk
aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu guru tidak hanya dijadikan
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan bagi siswa, melainkan guru
berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa dalam memperoleh
pengetahuan tersebut. Salah satu model yang melibatkan siswa untuk aktif
dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Berdasarakan Masalah.

C. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah


1. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah bagian dari sebuah


pendekatan kontekstual, atau yang lebih dikenal dengan istilah CTL

(Contextual Teaching and Learning). Pendekatan kontekstual ini sudah lama


dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi
belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.
Dalam perkembangan pembelajaran, CTL dianggap sangat penting
sekali untuk dikembangkan. Hal ini didasari oleh manfaat dari CTL yang
membawa siswa untuk memahami isi dari konsep pembelajaran yang relevan
bagi mereka dan memaknainya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat
diperlukan karena kebanyakan para siswa tidak dapat menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan mereka yang disebabkan
penerapan dari metode pembelajaran yang tidak berorientasi pada siswa.
Sedangkan pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah itu sendiri
banyak pakar yang mendefinisikannya, salah satunya menurut Duch (1995)
yang mengemukakan bahwa Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah
metode pendidikan yang medorong siswa untuk mengenal cara belajar dan
bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di
dunia nyata. Pengertian lain mengatakan bahwa Pembelajaran Berdasarkan
Masalah merupakan suatu pendekatan instruksional dalam pembelajaran yang
menggunakan masalah-masalah nyata dalam kehidupan keseharian sebagai

xxxv

konteks siswa untuk belajar berpikir kritis dan keahlian dalam memecahkan
masalah (Bern&Erickson, BGSU, 2000).
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian dari Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensi dari materi pelajaran.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Ciri-ciri utama Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah meliputi


suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antar
disiplin. Penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan
peragaan. Pembelajaran Berdasarkan Masalah tidak dirancang untuk
membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah bertujuan :
1). Membantu siswa mengembangkan

keterampilan berpikir dan

keterampilan pemecahan masalah


2). Belajar peranan orang dewasa yang autentik
3). Menjadi pembelajar yang mandiri
Pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah terdapat lima tahap
utama yang dimulai dengan tahap memperkenalkan siswa dengan suatu
masalah dan diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa.
Adapun kelima langkah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah ialah
sebagai berikut :

Tahap 1: Orientasi siswa kepada masalah


Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya. Siswa dihadapkan pada permasalahan yang
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Siswa ditanya untuk
mempresentasikan pandangan mereka tentang bagaimana dan mengapa

xxxvi

permasalahan tersebut terjadi. Pada tahap ini, pertanyaan permasalahan sangat


difokuskan untuk mengubah pernyataan sebagai informasi baru.

Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar


Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Siswa dituntut untuk
mencari informasi sebanyak-banyak melalui berbagai sumber belajar, baik itu
dari buku pelajaran, internet, dan media-media pembelajaran lain yang
membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Guru
memotivasi siswa untuk belajar secara aktif dan berpikir kreatif dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa.

Tahap 3 : Membimbing individual maupun kelompok


Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah. Pada tahap ini siswa aktif dalam pembelajaran, baik itu melakukan
eksperimen, menganlisis dan lain sebagainya yang mendorong siswa dalam
memperoleh pengetahuan baru melalui proses pembelajaran.

Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya


Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya. Setelah siswa mendapatkan informasi
mengenai pemecahan masalah yang dihadapinya, siswa dituntut untuk
terampil dalam mengembangkan dan menyajikan hasil karya pada temanteman lainnya didepan kelas.

Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah


Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Pada tahap ini
guru dan siswa secara bersama-sama mengevaluasi seluruh kegiatan yang
telah mereka lakukan dalam memecahkan permasalahan yang ditimbulkan
dalam pembalajaran.

xxxvii

3. Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

a. Tugas -Tugas Perencanaan


Karena hakekat interaktifnya, model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya modelmodel pemelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
a) Penetapan tujuan
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dirancang untuk
mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki,
memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi
pembelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaanya pembelajaran
berdasarkan masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuantujuan tersebut.
b) Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah lebih
suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk
memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini dapat
meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik
seharusnya

autentik,

mengandung

teka-teki,

dan

tidak

didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna


bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah siswa dimungkinkan
berkerja dengan beragam material dan peralatan, dan dalam
pelaksanaanya bisa dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan,
atau di laboratorium, bahkan dapat pula dilakukan di luar
sekolah. Oleh karena itu tugas mengorganisasikan sumber daya
dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa,
haruslah menjasi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang
menerapkan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah.

xxxviii

b. Tugas Interaktif
a) Orientasi Siswa pada Masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah adalah tidak untuk memperoleh inforemasi baru dalam
jumlah besar, tetapi utnuk melakukan penyelidikan terhadap
masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajar yang
mandiri. Cara yang baik dalam menyajikan masalah untuk suatu
materi pelajaran dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah
adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan
menimbulkan misteri sehingga membangkitkan minat dan
keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
b). Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar.
Pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dibutuhkan
pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling
membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan
dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk
merencanakan

penyelidikan

dan

tugas-tugas

pelaporan.

Bagaimana mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar


kooperatif berlaku juga dalam mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
c). Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok.
Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari

berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat


mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa
diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat
menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang
dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagimana
etika penyelidikan yang benar.

xxxix

Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan

penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan


hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam
rangka Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Selama dalam
tahap

penyelidikan

guru

memberikan

bantuan

yang

dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktifitas siswa.


Puncak proyek-proyek pembelajaran berdasarkan pemecahan

masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti


laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.
d). Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tugas guru pada tahap akhir pemelajaran berdasarkan pemecahan
masalah

adalah

membantu

siswa

menganalisis

dan

mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan


penyelidikan yang mereka gunakan.
4. Assesmen dan Evaluasi

Dalam model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, fokus perhatian


pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu
tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis atau tes
kertas dan pensil (paper and pencil test). Teknik penilaian dan evaluasi yang
sesuai dengan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah menilai
pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.
Tugas asesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian
alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya
dengan asesmen kinerja dan peragaan hasil.

xl

D. Prosedur Pelakasanaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Prosedur pelaksanaan pembelajaran disusun untuk mempermudah


seorang pengajar dalam menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
proses pembelajaran sesungguhnya.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran ini disusun berdasarkan pada
langkah-langkah yang terdapat pada model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah. Adapun prosedur pelakasanaan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah ialah sebagai berikut :

1. Identitas Mata Pelajaran

Mata Pelajaran

: Fisika

Materi Pokok

: Tekanan

Kelas/Semester

: Ganjil

Alokasi Waktu

: 4 x pertemuan

Metode Pembelajaran : Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan


Masalah

2. Standar Kompetensi

Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari

3. Kompetensi Dasar

Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapanny
dalam kehidupan sehari-hari

4. Indikator Pencapaian Hasil Belajar

1. Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang


dikenai gaya melalui percobaan
2. Mendeskripsikan konsep tekanan dalam zat cair dengan melakukan
percobaan sederhana

xli

3. Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan


sehari-hari
4. Mendeskripsikan hukum Pascal melalui percobaan sederhana serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
5. Mengidentifikasi contoh-contoh alat yang menggunakan prinsip
hukum Pascal yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
6. Mendeskripsikan hukum Archimedes melalui percobaan sederhana
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
7. Menunjukan beberapa produk teknologi dalam kehidupan seharihari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang, dan
tenggelam
8. Mengaplikasikan konsep tekanan udara pada peristiwa alam yang
relevan (dalam penyelesaian masalah sehari-hari)
9. Mengetahui hubungan antara ketinggian suatu tempat dengan
perbedaan tekanan udara.

5. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2x 45 menit dalam


seminggu yang terbagi ke dalam empat kali pertemuan. Setiap pertemuan pada
kegiatan pembelajaran berdasarkan pada tahap-tahap yang ada pada model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
1. Pertemuan pertama (Alokasi waktu 2x 45 menit)
a. Materi

Pengertian Tekanan

b. Indikator

Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang


dikenai gaya melalui percobaan.

c. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat menjelaskan pengertian tekanan berdasarkan


pemahan yang mereka punya

xlii

Siswa dapat menjelaskan konsep tekanan pada benda padat,


cair, dan gas

Siswa dapat mengaplikasikan penggunaan rumus pada


tekanan.

d. Sarana dan Media Pembelajaran

Buku Teks

LKS

Percobaan sederhana.

e. Kegiatan Siswa
Aktivitas kegiatan 1

Melakukan percobaan sederhana dan menganlisis hasil percobaan


mengenai kaitan antara luas permukaan benda dengan tekanan.
Tujuan :

Menyelidiki kaitan antara luas permukaan benda dengan tekanan.


Alat dan Bahan :

Sebuah batu bata yang masih utuh


Langkah Kerja :

1. Batu bata memiliki tiga pasang sisi yang berbeda, yaitu sisi
kiri-kanan, sisi atas bawah, dan sisi depan belakang
2. Jatuhkan batu bat di atas tanah yang lembek dari ketinggian
satu meter sebanyak tiga kali, masing-masing pada sisi yang
berbeda.
3. Atur agar posisi jatuhnya batu bata tidak berimpit. Apa yang
kamu amati?
f. Langkah-langkah Pembelajaran

Pembelajaran pada pertemuan pertama di awali dengan pemberian pretes


kepada siswa untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi
tekanan secara keseluruhan. Kegiatan pretes ini berlangsung selama 30
menit, kemudian setelah itu guru memulai pelajaran dengan mengikuti
tahapan yang ada pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah sebagai
berikut :

xliii

No
Tahapan
1
Pendahuluan

Waktu
30 menit

10 menit

Orientasi siswa
pada masalah

Kegiatan Guru
- Guru
memulai
pelajaran dengan
mengucapakan
salam, kemudian
memeriksa
kehadiran siswa
- Guru memberikan
pretes pada siswa
sebelum memulai
pelajaran
- Guru memberikan
apersepsi dengan
mengajukan
pertanyaanpertanyaan
pada
siswa
mengenai
materi tekanan
Menurut kalian apa
yang dimaksud dengan
tekanan?
-

Guru
meminta
beberapa
siswa
untuk menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan
Apabila ada siswa
yang tidak bisa
menjawab
pertanyaan yang
telah
diajukan,
guru
melempar
pertanyaan tersebut
kepada
seluruh
siswa
Guru
mengumpulkan
semua respon dari
jawaban
siswa
kemudian
guru
memotivasi siswa

xliv

Kegiatan Siswa
- Siswa
membalas
salam
dari
guru, kemudian
mempersiapkan
diri
untuk
belajar

Siswa
menjawab
pertanyaan dari
guru
dengan
menulis
jawaban
di
papan tulis
Siswa
memperhatikan
praktikum
sederhana yang
di
tunjukan
oleh guru

Mengorganisasi
siswa untuk belajar

15 menit

Membimbing

10 menit

untuk memberikan
tanggapan
pada
semua
jawaban
yang
telah
ditampung
Guru
mengahadapkan
siswa pada situasi
permasalahan yang
ada hubungannya
dengan
materi
tekanan
melalui
percobaan
sederhana
Guru
mengorganisasikan
siswa ke dalam
beberapa
kelompok
kecil
yang terdiri dari
beberapa
orang
siswa
Guru memberikan
arahan
kepada
siswa bahwa untuk
memahami materi
tentang pengertian
tekanan
dan
kaitannya dengan
luas bidang tekan
yaitu
perlu
dilakukan
percobaan
sederhana.
Guru memberikan
kesempatan kepada
tiap
kelompok
untuk menyiapkan
peralatan
dan
bahan
yang
diperlukan untuk
melakukan
percobaan
pada
kegiatan 1.
Guru membimbing

xlv

Siswa
menyiapkan
diri
duduk
dikelompoknya
masing-masing
Siswa
menyiapkan
semua
peralatan yang
diperlukan
untuk
melakukan
percobaan

Siswa

individual maupun
kelompok

Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya

tiap
kelompok
dalam melakukan
percobaan sambil
melakukan
penilaian
proses
terhadap aktivitas
siswa

10 menit

Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah

5 menit

melakukan
percobaan
dalam
kelompoknya
masing-masing
dengan arahan
dan
pengawasan
dari guru

Setelah percobaan
selesai
,
guru
menunjuk
kelompok
yang
sudah siap untuk
menyajikan hasil
karya
kelompoknya
di
depan kelas
Guru membimbing
tiap
kelompok
untuk berdiskusi.

Setelah
jawaban
dari
semua
kelompok tertera
dipapan tulis, guru
mengarahkan
siswa
untuk
menarik
kesimpulan
mengenai materi
yang
telah
dipelajari.

xlvi

Kelompok yang
telah ditunjuk
tampil kedepan
kelas
untuk
mepresentasika
n
hasil
karyanya pada
kelompok lain
Kelompok lain
merspon
dengan
memberikan
tanggapan dan
pertanyaan
pada
saat
diskusi
Siswa
memberikan
simpulan
mengani materi
yang
telah
dipelajari

Penutup

10 menit

Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa
untuk
bertanya mengenai
konsep yang belum
dipahaminya.
Guru memberikan
contoh
aplikasi
dari materi yang
telah
dipelajari
dalam kehidupan
sehari-hari
Guru
menginformasikan
materi yang akan
dipelajari
pada
pertemuan
selanjutnya
Guru
menutup
pelajaran dengan
mengucapakan
salam.

Siswa
mengajukan
pertanyaan
terhadap halhal yang belum
dipahaminya
Siswa
memperhatikan
penjelasanpenjalasan dari
guru
Siswa
membalas
salam

g. Evaluasi

Penilaian di ambil dari hasil diskusi, lembar kerja siswa, dan tes hasil
belajar.
Bentuk latihan soal berupa tes hasil belajar sebagai berikut:
61. Gaya yang bekerja pada satu satuan luas merupakan definisi dari....
62. Tekanan pada sebuah benda dapat diperbesar dengan dua cara yaitu....
63. Sebuah gaya sebesar 50 N bekerja pada bidang seluas 10 m2. Maka

besar tekanannya....
64. Sebuah perahu layar memiliki layar seluas 10 m2. Bila kekuatan

dorongan angin pada layer 200 N, maka tekanan yang diterima oleh
layer adalah....
65. Tekanan pada kedalaman 20 cm dalam suatu zat cair adalah 750 N/m2.

Jika suatu percepatan gravitasi bumi 10 N/kg, berapakah massa jenis


zat cair....

xlvii

2. Pertemuan ke dua (Alokasi waktu 2 x 45 menit)


a. Materi

Tekanan dalam Zat Cair

Hukum Pascal

b. Indikator

Mendeskripsikan

konsep

tekanan

dalam zat

cair

dengan

melakukan percobaan sederhana


-

Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan


sehari-hari

Mendeskripsikan hukum Pascal melalui percobaan sederhana serta


penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Mengidentifikasi contoh-contoh alat yang menggunakan prinsip


hukum Pascal yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam


kehidupan sehari-hari

Siswa dapat menjelaskan dan memahami konsep hukum Pascal

Siswa dapat memberikan contoh alat-alat yang berkerja dengan


menggunakan prinsip hukum Pascal.

d. Sarana dan Media Pembelajaran

Buku Teks

LKS

Percobaan sederhana.

e. Kegiatan Siswa
Aktivitas kegiatan 2

Melakukan percobaan sederhana untuk mengetahui sifat tekanan dalam


zat cair
Tujuan :

Mengamati sifat tekanan dalam zat cair


Alat dan Bahan :

Gelas plastik

xlviii

Paku

Air secukupnya

Langkah Kerja :

1. Ambil gelas plastik dan kemudian lubangi plastik dengan


menggunakan paku
2. Buat tiga lubang yang diatur dari atas kebawah, kemudian buat
satu lubang yang sejajar dengan salah satu dari lubang
sebelumnya
3. Masukan air kedalam gelas. Amati pancaran air dari masingmasing lubang!
Aktivitas kegiatan 3

Melakukan percobaan sederhana mengenai hukum Pascal


Tujuan :

Mendemontrasikan Hukum Pascal


Alat dan Bahan :

Sebuah penyemprot Pascal

Air secukupnya

Langkah Kerja :

1. Penyemprot Pascal adalah sebuah alat yang mirip dengan


pompa, hanya pada ujung bawah penghisap terdapat sebuah
ruang yang berbentuk bola. Dinding ruang ini berlubang ke
segala arah.
2. Celupkan bagian ruang yang berbentuk bola ke dalam air,
kemudian tarik penghisap agar air masuk ke dalam penyemprot
Pascal.
3. Setelah penuh dengan air, angkatlah penyemprot tersebut.
Kemudian, tekan penghisap kuat-kuat hingga air memancar
dari lubang-lubang yang ada pada dinding ruang yang
berbentuk bola.
4. Amati arah dan kekuatan pancaran air dari masing-masing
lubang!

xlix

f. Langkah-langkah Pembelajaran

Pembelajaran pada pertemuan kedua dilakukan didalam laboratorium


selama 2 x 45 menit. Guru memulai pelajaran dengan mengikuti tahapan
yang ada pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah sebagai berikut :
No
Tahapan
1
Pendahuluan

Waktu
10 menit

10 menit

Orientasi siswa
pada masalah

Kegiatan Guru
Guru
memulai
pelajaran dengan
mengucapakan
salam, kemudian
memeriksa
kehadiran siswa
Guru memberikan
apersepsi dengan
mengajukan
pertanyaanpertanyaan
pada
siswa
mengenai
materi
Tekanan
Dalam Zat Cair
dan Hukum Pascal

Coba apa yang kalian


ketahui
tentang
tekanan dalam zat
cair?
Guru
meminta
beberapa
siswa
untuk menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan
Apabila ada siswa
yang tidak bisa
menjawab
pertanyaan yang
telah
diajukan,
guru
melempar
pertanyaan tersebut
kepada
seluruh
siswa
Guru

Kegiatan Siswa
Siswa
membalas
salam
dari
guru, kemudian
mempersiapkan
diri
untuk
belajar
- Siswa
menjawab
pertanyaan dari
guru
dengan
menulis
jawaban
di
papan tulis
- Siswa
memperhatikan
praktikum
sederhana yang
di
tunjukan
oleh guru
-

mengumpulkan
semua respon dari
jawaban
siswa
kemudian
guru
memotivasi siswa
untuk memberikan
tanggapan
pada
semua
jawaban
yang
telah
ditampung
Guru
mengahadapkan
siswa pada situasi
permasalahan yang
ada hubungannya
dengan
materi
Tekanan dalam Zat
Cair dan Hukum
Pascal
melalui
percobaan
sederhana

Mengorganisasi
siswa untuk belajar

15 menit

Guru
mengorganisasikan
siswa ke dalam
beberapa
kelompok
kecil
yang terdiri dari
beberapa
orang
siswa
Guru memberikan
arahan
kepada
siswa bahwa untuk
memahami materi
tentang
tekanan
yaitu
perlu
dilakukan
percobaan
sederhana
Guru memberikan
kesempatan kepada
tiap
kelompok
untuk menyiapkan
peralatan
dan
bahan
yang
diperlukan untuk

li

Siswa
menyiapkan
diri
duduk
dikelompoknya
masing-masing
Siswa
menyiapkan
semua
peralatan yang
diperlukan
untuk
melakukan
percobaan

melakukan
percobaan
pada
kegiatan 2 dan
kegiatan 3
4

Membimbing
individual maupun
kelompok

10 menit

Guru membimbing
tiap
kelompok
dalam melakukan
percobaan sambil
melakukan
penilaian
proses
terhadap aktivitas
siswa

Siswa
melakukan
percobaan
dalam
kelompoknya
masing-masing
dengan arahan
dan
pengawasan
dari guru

Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya

10 menit

Setelah percobaan
selesai,
guru
menunjuk
kelompok
yang
sudah siap untuk
menyajikan hasil
karya
kelompoknya
di
depan kelas
Guru membimbing
tiap
kelompok
untuk berdiskusi.

Setelah
jawaban
dari
semua
kelompok tertera
dipapan tulis, guru
mengarahkan
siswa
untuk
menarik
kesimpulan
mengenai materi
yang
telah
dipelajari.

Kelompok yang
telah ditunjuk
tampil kedepan
kelas
untuk
mepresentasika
n
hasil
karyanya pada
kelompok lain
Kelompok lain
merspon
dengan
memberikan
tanggapan dan
pertanyaan
pada
saat
diskusi
Siswa
memberikan
simpulan
mengani materi
yang
telah
dipelajari

Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah

5 menit

lii

Penutup

10 menit

Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa
untuk
bertanya mengenai
konsep yang belum
dipahaminya.
Guru memberikan
contoh
aplikasi
dari materi yang
telah
dipelajari
dalam kehidupan
sehari-hari
Guru
menginformasikan
materi yang akan
dipelajari
pada
pertemuan
selanjutnya
Guru
menutup
pelajaran dengan
mengucapakan
salam.

Siswa
mengajukan
pertanyaan
terhadap halhal yang belum
dipahaminya
Siswa
memperhatikan
penjelasanpenjalasan dari
guru
Siswa
membalas
salam

g. Evaluasi

Penilaian di ambil dari hasil diskusi, lembar kerja siswa, dan tes hasil
belajar.
Bentuk latihan soal berupa tes hasil belajar sebagai berikut:

1. Tekanan yang ditimbulkan oleh zat cair disebut....


2. Berdasarkan percobaan Hartl, besar kecilnya tekanan zat cair
tergantung pada....
3. Tekanan yang diberikan kepada zat cair yang ada di dalam ruang
tertutup diteruskan oleh zat cair itu kesegala arah. Pernyataan itu
disebut....
4. Diameter penghisap kecil dari suatu pompa hidrolik adalah 7 cm,
sedangkan penghisap besar adalah 35 cm. Berapakah gaya yang harus
diberikan pada penghisap kecil untuk mengangkat beban 10.000N....

liii

5. Sebutkan alat-alat yang mengunakan prinsip kerja hukum pasacal yang


kamu ketahui dalam kehidupan sehari-hari....
3. Pertemuan ke tiga (Alokasi waktu 2 x 45 menit)
a. Materi

Hukum Archimedes

b. Indikator

Mendeskripsikan hukum Archimedes melalui percobaan sederhana


serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Menunjukan beberapa produk teknologi dalam kehidupan seharihari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang, dan
tenggelam.

c. Tujuan Pembelajaran

Siswa

dapat

menjelaskan dan

memahami

konsep

hukum

Archimedes
Siswa dapat mengetahui proses terjadinya terapung, melayang, dan
tenggelam melalui percobaan
d. Sarana dan Media Pembelajaran

Buku Teks

LKS

Percobaan sederhana.

e. Kegiatan Siswa
Aktivitas kegiatan 4 :

Melakukan percobaan sederhana dan menganlisis hasil percobaan


mengenai gaya angkat
Tujuan :

Menyelidiki besar gaya angkat.


Alat dan Bahan :

Dua buah logam sejenis berbentuk kubus yang volumenya sama

Sebuah neraca pegas

Sebuah gelas pancuran

liv

Sebuah gelas ukur

Air secukupnya

Langkah Kerja :

1. Isi gelas berpancuran sampai permukaan air sejajar dengan mulut


pancuran. Tempatkan gelas ukur tepat di bawah mulut pancuran.
2. Timbang berat salah satu logam di udara dengan neraca pegas.
Kemudian, timbang pula beratnya saat logam itu dimasukan ke
dalam gelas berpancuran. Catat hasil dari kedua pengukuran
tersebut.
3. Pada saat logam dimasukan ke dalam gelas berpancuran, sebagian
air akan terdesak dan akhirnya tumpah melalui pancuran. Catat
volune air yang tertampung di gelas ukur.
4. Ulangi langkah 1 hingga 3 dengan menggunakan dua kubus logam
5. Masukan data dari hasil pengamatan kedalam tabel di bawah ini!
Jumlah kubus
logam

Berat di
udara w1

Berat di air
w2

Gaya angkat
(w2 w1)

Volume air
yang
dipindahkan

1
2
f. Langkah-langkah Pembelajaran

Pembelajaran pada pertemuan kedua dilakukan didalam laboratorium


selama 2 x 45 menit. Guru memulai pelajaran dengan mengikuti tahapan
yang ada pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah sebagai berikut :
No
Tahapan
1
Pendahuluan

Waktu
10 menit

10 menit

Orientasi siswa
pada masalah

lv

Kegiatan Guru
Guru
memulai
pelajaran dengan
mengucapakan
salam, kemudian
memeriksa
kehadiran siswa
Guru memberikan
apersepsi dengan
mengajukan
pertanyaan-

Kegiatan Siswa
Siswa
membalas
salam dari guru,
kemudian
mempersiapkan
diri
untuk
belajar
- Siswa
menjawab
pertanyaan dari
guru
dengan
-

pertanyaan
pada
siswa
mengenai
materi
tekanan
tentang
Hukum
Archimedes
Apa yang kalian
ketahui tentang hukum
Archimedes?
Guru memotivasi
siswa
dengan
bertanya :
Siapa yang tahu
bunyi dari hukum
Archimedes?

lvi

Guru
meminta
beberapa
siswa
untuk menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan
Apabila ada siswa
yang tidak bisa
menjawab
pertanyaan yang
telah
diajukan,
guru
melempar
pertanyaan tersebut
kepada
seluruh
siswa
Guru
mengumpulkan
semua respon dari
jawaban
siswa
kemudian
guru
memotivasi siswa
untuk memberikan
tanggapan
pada
semua
jawaban
yang
telah
ditampung
Guru
mengahadapkan
siswa pada situasi
permasalahan yang
ada hubungannya

menulis
jawaban
di
papan tulis
Siswa
memperhatikan
praktikum
sederhana yang
di
tunjukan
oleh guru

dengan
Hukum
Arcimedes
melalui percobaan
sederhana
3

Mengorganisasi
siswa untuk belajar

15 menit

Membimbing
individual maupun
kelompok

10 menit

lvii

Guru
mengorganisasikan
siswa ke dalam
beberapa
kelompok
kecil
yang terdiri dari
beberapa
orang
siswa
Guru memberikan
arahan
kepada
siswa bahwa untuk
memahami materi
tentang
tekanan
yaitu
perlu
dilakukan
percobaan
sederhana
Guru memberikan
kesempatan kepada
tiap
kelompok
untuk menyiapkan
peralatan
dan
bahan
yang
diperlukan untuk
melakukan
percobaan
pada
kegiatan 4

Guru membimbing
tiap
kelompok
dalam melakukan
percobaan sambil
melakukan
penilaian
proses
terhadap aktivitas
siswa

Siswa
menyiapkan
diri
duduk
dikelompoknya
masing-masing
Siswa
menyiapkan
semua peralatan
yang diperlukan
untuk
melakukan
percobaan

Siswa
melakukan
percobaan
dalam
kelompoknya
masing-masing
dengan arahan
dan
pengawasan
dari guru

Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya

10 menit

Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah

5 menit

lviii

Setelah percobaan
selesai
,
guru
menunjuk
kelompok
yang
sudah siap untuk
menyajikan hasil
karya
kelompoknya
di
depan kelas
Guru membimbing
tiap
kelompok
untuk berdiskusi.

Setelah
jawaban
dari
semua
kelompok tertera
dipapan tulis, guru
mengarahkan
siswa
untuk
menarik
kesimpulan
mengenai materi
yang
telah
dipelajari.

Kelompok yang
telah ditunjuk
tampil kedepan
kelas
untuk
mepresentasika
n
hasil
karyanya pada
kelompok lain
Kelompok lain
merspon
dengan
memberikan
tanggapan dan
pertanyaan
pada
saat
diskusi
Siswa
memberikan
simpulan
mengani materi
yang
telah
dipelajari

Penutup

10 menit

Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa
untuk
bertanya mengenai
konsep yang belum
dipahaminya.
Guru memberikan
contoh
aplikasi
dari materi yang
telah
dipelajari
dalam kehidupan
sehari-hari
Guru
menginformasikan
materi yang akan
dipelajari
pada
pertemuan
selanjutnya
Guru
menutup
pelajaran dengan
mengucapakan
salam.

Siswa
mengajukan
pertanyaan
terhadap hal-hal
yang
belum
dipahaminya
Siswa
memperhatikan
penjelasanpenjalasan dari
guru
Siswa
membalas
salam

g. Evaluasi

Penilaian di ambil dari hasil diskusi, lembar kerja siswa, dan tes hasil
belajar.
Bentuk latihan soal berupa tes hasil belajar sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bunyi dari hukum Archimedes....


2. Fenomena apa sajakah yang terjadi berdasarkan konsep hukum
Archimedes....
3. Berat benda di udara 10 N dicelupkan ke dalam air yang menimbulkan
gaya ke atas 2 N, maka berat benda sekarang adalah....
4. Bila kapal berada di sungai, air sungai melewati batas keselamatan
pada dinding kapal. Begitu memasuki laut, permukaan air laut berada
di bawah garis keselamatan. Penyebabnya adalah....
5. Sebutkan contoh-contoh alat yang menerapakan prinsip hukum
Arcimedes dalam kehidupan sehari-hari....

lix

4. Pertemuan ke empat (Alokasi waktu 2 x 45 menit)


a. Materi

Tekanan Udara

b. Indikator

Mengaplikasikan konsep tekanan udara pada peristiwa alam yang


relevan (dalam penyelesaian masalah sehari-hari)

Mengetahui hubungan antara ketinggian suatu tempat dengan


perbedaan tekanan udara.

c. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat menjelaskan konsep tekanan udara

Siswa dapat mengaplikasikan konsep tekanan udara dalam


kehidupannya sehari-hari.

d. Sarana dan Media Pembelajaran

Buku Teks

Percobaan sederhana

e. Kegiatan Siswa
Aktivitas kegiatan 5

Melakukan percobaan sederhana dan menganlisis hasil percobaan


mengenai adanya tekanan udara dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan :

Mendemontrasikan adanaya tekanan udara.


Alat dan Bahan :

Sebuah gelas yang penuh berisi air

Selembar kartu remi

Sebatang sedotan

Langkah Kerja :

1. Tutupi gelas yang penuh berisi air tadi dengan kartu remi.
Kemudian, balikan dengan hati-hati. Apa yang terjadi?
2. Celupkan sedotan ke dalam air. Tutup ujung atas sedotan
dengan jari dan keluarkan dari air. Perahitkan apa yang terjadi
dengan air dalam sedotan?

lx

f. Langkah-langkah Pembelajaran

Pembelajaran pada pertemuan kedua dilakukan didalam laboratorium


selama 2 x 45 menit. Guru memulai pelajaran dengan mengikuti tahapan
yang ada pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah sebagai berikut :
No
Tahapan
1
Pendahuluan

Waktu
30 menit

10 menit

Orientasi siswa
pada masalah

Kegiatan Guru
Guru
memulai
pelajaran dengan
mengucapakan
salam, kemudian
memeriksa
kehadiran siswa

Guru memberikan
apersepsi dengan
mengajukan
pertanyaanpertanyaan
pada
siswa
mengenai
materi
tentang
tekanan udara
Coba apa yang kalian
ketahui
tentang
tekanan udara?
- Guru memotivasi
siswa
dengan
bertanya :
Ketika
mendaki
gunung semakin tinggi
kita mendaki, telinga
kita akan terasa sakit.
Mengapa?
-

Guru
meminta
beberapa
siswa
untuk
menjawab
pertanyaan
yang
telah diajukan
Apabila ada siswa
yang tidak bisa
menjawab
pertanyaan
yang
telah
diajukan,

lxi

Kegiatan Siswa
- Siswa
membalas
salam dari guru,
kemudian
mempersiapkan
diri
untuk
belajar
- Siswa
menjawab
pertanyaan dari
guru
dengan
menulis
jawaban
di
papan tulis
- Siswa
memperhatikan
praktikum
sederhana yang
di tunjukan oleh
guru

Mengorganisasi
siswa untuk belajar

15 menit

guru
melempar
pertanyaan tersebut
kepada
seluruh
siswa
Guru
mengumpulkan
semua respon dari
jawaban
siswa
kemudian
guru
memotivasi siswa
untuk memberikan
tanggapan
pada
semua
jawaban
yang
telah
ditampung
Guru
mengahadapkan
siswa pada situasi
permasalahan yang
ada hubungannya
dengan
tekanan
tentang
Tekanan
Udara
Guru
mengorganisasikan
siswa ke dalam
beberapa kelompok
kecil yang terdiri
dari
beberapa
orang siswa
Guru memberikan
arahan
kepada
siswa bahwa untuk
memahami materi
tentang
tekanan
yaitu
perlu
dilakukan
percobaan
sederhana
Guru memberikan
kesempatan kepada
tiap
kelompok
untuk menyiapkan
peralatan
dan

lxii

Siswa
menyiapkan diri
duduk
dikelompoknya
masing-masing
Siswa
menyiapkan
semua peralatan
yang diperlukan
untuk
melakukan
percobaan

bahan
diperlukan
melakukan
percobaan
sederhana
kegiatan 5

yang
untuk
pada

Membimbing
individual maupun
kelompok

10 menit

Guru membimbing
tiap
kelompok
dalam melakukan
percobaan sambil
melakukan
penilaian
proses
terhadap aktivitas
siswa

Siswa
melakukan
percobaan
dalam
kelompoknya
masing-masing
dengan arahan
dan
pengawasan
dari guru

Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya

10 menit

Setelah percobaan
selesai
,
guru
menunjuk
kelompok
yang
sudah siap untuk
menyajikan hasil
karya
kelompoknya
di
depan kelas
Guru membimbing
tiap
kelompok
untuk berdiskusi.

Kelompok yang
telah ditunjuk
tampil kedepan
kelas
untuk
mepresentasika
n
hasil
karyanya pada
kelompok lain
Kelompok lain
merspon
dengan
memberikan
tanggapan dan
pertanyaan pada
saat diskusi
Siswa
memberikan
simpulan
mengani materi
yang
telah
dipelajari

Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah

5 menit

Setelah
jawaban
dari
semua
kelompok tertera
dipapan tulis, guru
mengarahkan siswa
untuk
menarik
kesimpulan
mengenai materi
yang
telah
dipelajari.

lxiii

Penutup

10 menit

Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa
untuk
bertanya mengenai
konsep yang belum
dipahaminya.
Guru memberikan
contoh aplikasi dari
materi yang telah
dipelajari
dalam
kehidupan seharihari
Guru
menginformasikan
materi yang akan
dipelajari
pada
pertemuan
selanjutnya
Guru
menutup
pelajaran dengan
mengucapakan
salam.

Siswa
mengajukan
pertanyaan
terhadap hal-hal
yang
belum
dipahaminya
Siswa
memperhatikan
penjelasanpenjalasan dari
guru
Siswa
membalas
salam

g. Evaluasi

Penilaian di ambil dari hasil diskusi, lembar kerja siswa, dan tes hasil
belajar.
Bentuk latihan soal berupa tes hasil belajar sebagai berikut:

1. Tekanan yang dilakukan oleh udara sering disebut....


2. Tekanan udara satu atmosfer adalah....
3. Sikap sebuah barometer adalah 64,5 cmHg. Tekanan udara di tempat
itu adalah....
4. Tekanan udara diukur dengan alat yang disebut....

lxiv

Lampiran 18

LEMBAR KERJA SISWA


TEKANAN

Hari/Tanggal

: ..........................................

Kelompok

: ..........................................

Nama Anggota

: ..........................................

1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
4. ......................................
5. ......................................
6. ......................................

Submateri:

Pengertian Tekanan
Tujuan:

Menyelidiki kaitan antara luas permukaan benda dengan tekanan


Alat dan Bahan:

Sebuah batu bata yang masih utuh


Langkah Kerja:

4. Batu bata memiliki tiga pasang sisi yang berbeda, yaitu sisi kiri-kanan,
sisi atas bawah, dan sisi depan belakang
5. Jatuhkan batu bata di atas tanah yang lembek dari ketinggian satu
meter sebanyak tiga kali, masing-masing pada sisi yang berbeda.
6. Atur agar posisi jatuhnya batu bata tidak berimpit. Apa yang kamu
amati?
Permasalahan:
-

Batu bata dengan sisi manakah yang memberikan bekas paling dalam di
tanah? Mengapa demikian?

lxv

Apakah yang terjadi jika batu di jatuhkan pada ketinggian yang berbeda?
Mengapa demikian?

Dari hasil pengamatan tersebut, apa yang dapat kalian simpulkan


berhubungan dengan pengertian tekanan?

lxvi

LEMBAR KERJA SISWA


TEKANAN

Hari/Tanggal

: ..........................................

Kelompok

: ..........................................

Nama Anggota

: ..........................................

1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
4. ......................................
5. ......................................
6. ......................................

Submateri:

Tekanan dalam Zat Cair

Hukum Pascal

Percobaan 1
Tujuan:

Mengamati sifat tekanan dalam zat cair


Alat dan Bahan:

Gelas plastik

Paku

Air secukupnya

Langkah Kerja:

1. Ambil

gelas

plastik

dan

kemudian

lubangi

plastik

dengan

menggunakan paku
2. Buat tiga lubang yang diatur dari atas kebawah, kemudian buat satu
lubang yang sejajar dengan salah satu dari lubang sebelumnya
3. Masukan air kedalam gelas. Amati pancaran air dari masing-masing
lubang!

lxvii

Permasalahan:
-

Lubang manakah yang memberikan pancaran paling jauh? Mengapa


demikian?

Bagaiamana pancaran air pada lubang yang sejajar? Mengapa demikian?

Dari hasil pengamatan tersebut, apa yang dapat kalian simpulkan


berhubungan dengan sifat tekanan dalam zat cair?

Sebutkan contoh-contoh penerapan sifat tekanan dalam zat cair dalam


kehidupan sehari-hari?

Percobaan 2
Tujuan:

Mendemontrasikan Hukum Pascal


Alat dan Bahan:

Sebuah penyemprot Pascal

Air secukupnya

Langkah Kerja:

1. Penyemprot Pascal adalah sebuah alat yang mirip dengan pompa,


hanya pada ujung bawah penghisap terdapat sebuah ruang yang
berbentuk bola. Dinding ruang ini berlubang ke segala arah.
2. Celupkan bagian ruang yang berbentuk bola ke dalam air, kemudian
tarik penghisap agar air masuk ke dalam penyemprot Pascal.
3. Setelah penuh dengan air, angkatlah penyemprot tersebut. Kemudian,
tekan penghisap kuat-kuat hingga air memancar dari lubang-lubang
yang ada pada dinding ruang yang berbentuk bola.
4. Amati arah dan kekuatan pancaran air dari masing-masing lubang!
Permasalahan:
-

Apa yang dapat kalian simpulkan dari kegiatan ini?

Berdasarkan hasil percobaan sederhana ini, jadi menurut kalian apakah


yang dimaksud dengan hukum Pascal? Sebutkan contoh penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari?

lxviii

LEMBAR KERJA SISWA


TEKANAN

Hari/Tanggal

: ..........................................

Kelompok

: ..........................................

Nama Anggota

: ..........................................

1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
4. ......................................
5. ......................................
6. ......................................

Submateri:

Hukum Archimedes
Tujuan:

Menyelidiki besar gaya angkat.


Alat dan Bahan:

Dua buah logam sejenis berbentuk kubus yang volumenya sama

Sebuah neraca pegas

Sebuah gelas pancuran

Sebuah gelas ukur

Air secukupnya

Langkah Kerja:

1. Isi gelas berpancuran sampai permukaan air sejajar dengan mulut


pancuran. Tempatkan gelas ukur tepat di bawah mulut pancuran.
2. Timbang berat salah satu logam di udara dengan neraca pegas.
Kemudian, timbang pula beratnya saat logam itu dimasukan ke dalam
gelas berpancuran. Catat hasil dari kedua pengukuran tersebut.

lxix

3. Pada saat logam dimasukan ke dalam gelas berpancuran, sebagian air


akan terdesak dan akhirnya tumpah melalui pancuran. Catat volune air
yang tertampung di gelas ukur.
4. Ulangi langkah 1 hingga 3 dengan menggunakan dua kubus logam
5. Masukan data dari hasil pengamatan kedalam tabel di bawah ini!
Tabel. Pengamatan
Jumlah kubus
logam

Berat di
udara w1

Berat di air
w2

Gaya angkat
(w2 w1)

Volume air
yang
dipindahkan

1
2
Permasalahan:
-

Apa yang dapat kalian simpulkan dari kegiatan ini?

Berdasarkan hasil percobaan sederhana ini, jadi menurut kalian apakah


yang

dimaksud

dengan

hukum

Archmedes?

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?

lxx

Sebutkan

contoh

LEMBAR KERJA SISWA


TEKANAN

Hari/Tanggal

: ..........................................

Kelompok

: ..........................................

Nama Anggota

: ..........................................

1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
4. ......................................
5. ......................................
6. ......................................

Submateri:

Tekanan Udara
Tujuan:

Mendemontrasikan adanaya tekanan udara.


Alat dan Bahan:

Sebuah gelas yang penuh berisi air

Selembar kartu remi

Sebatang sedotan

Langkah Kerja:

1. Tutupi gelas yang penuh berisi air tadi dengan kartu remi. Kemudian,
balikan dengan hati-hati. Apa yang terjadi?
2. Celupkan sedotan ke dalam air. Tutup ujung atas sedotan dengan jari
dan keluarkan dari air. Perhatikan apa yang terjadi dengan air dalam
sedotan?
Permasalahan:
-

Dari percobaan pada nomer 1, apa terjadi dengan kartu remi? Mengapa
demikian?

lxxi

Dari percobaan pada nomer 2, apa terjadi dengan air dalam sedotan?
Mengapa demikian

Apa yang dapat kalian simpulkan dari kegiatan ini?

lxxii

Lampiran 19
FORMAT OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran
Kelas
Pokok Bahasan
Sub Pokok Bahasan
Pertemuan ke
Tanggal

:
:
:
:
:
:

No

Aspek yang diamati

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Datang tepat waktu


Sopan dalam berpakaian
Membawa peralatan dan sumber belajar fisika
Antusias dalam proses pembelajaran
Memperhatikan dan menyimak penjelasan guru
Tertib dalam membagi kelompok
Berinteraksi dengan kelompoknya
Berinteraksi dengan kelompok lain dalam diskusi
Bersunguh-sunguh dalam mengerjakan tugas
Mengumpulkan tugas tepat waktu
Mengikuti proses pemeblajaran dengan baik
Tekun dalam mempelajari materi yang sedang
diajarkan
Konsentrasi dalam proses pembelajaran
Mengajukan dan menanggapi pertanyaan
Berinteraksi dengan guru

13
14
15

Keterangan Skala Penilaian :


0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan kurang baik
2 = Dilakukan cukup baik
3 = Dilakukan dengan baik
4 = Dilakukan sangat baik

Penilaian
2
3

Skor Maksimal : 75

Pengamat

(
)
Nama dan tanda tangan

lxxiii

Lampiran 20
Kuisioner Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah di MTs Negeri 3 Pondok Pinang

Nama :
Kelas :
Petunjuk :

1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan cermat sebelum


menjawab.
2. Berilah tanda check list (9) pada jawaban yang anda anggap tepat
dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
3. Pengisian angket ini tidak mempengaruhi nilai atau status anda,
oleh karena itu jawablah dengan jujur.
Tabel Pertanyaan
No
Pertanyaan
1
Anda sebagai siswa mengetahui Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
2
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah efektif jika
diterapkan dalam proses pembelajaran fisika
3
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah memotivasi
anda untuk belajar
4
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah menjadikan
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dikelas
5
Melalui penerapan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah membuat anda merasa lebih nyaman dalam
proses pembelajaran dikelas
6
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah lebih
memperhatikan siswa karena melibatkan siswa secara
langsung dalam proses pembelajaran
7
Anda dituntut untuk berfikir kreatif dalam memecahkan
masalah fisika melalui penerapan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
8
Guru selalu membimbing anda dalam memecahkan
permasalahan fisika melaui penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
9
Anda merasa senang dengan penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam proses
pembelajaran fisika
10 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan
solusi dari proses pembelajaran yang menuntut siswa
untuk aktif dan berfikir kreatif dalam proses
pembelajaran fisika

lxxiv

Ya

Tidak

Lampiran 21
Data Perhitungan Skor Rata-Rata Lembar Observasi
Selama Proses Pembelajaran

Pertemuan ke dua
Kelompok

g
1
4
4
4
3
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
45

2
3
4
3
3
3
3
2
3
2
3
2
3
2
2
2
40

3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
45

4
4
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
3
4
3
44

Tabel Hasil Skor Rata-Rata Aktvitas Belajar Siswa


Pertemuan ke tiga
Skor
Skor
Kelompok
rata-rata
rata-rata
1
2
3
4
3,75
4
4
4
4
4,00
3,75
4
3
4
4
3,75
3,25
3
3
4
3
3,25
2,75
4
2
3
2
2,75
2,75
4
3
3
3
3,25
3,00
3
3
2
2
2,50
2,50
3
2
2
2
2,25
2,50
3
2
2
2
2,25
2,75
3
3
3
3
3,00
3,00
3
2
3
3
2,75
2,75
3
3
3
3
3,00
2,75
3
3
3
3
3,00
2,25
3
3
2
4
3,00
3,00
2
3
3
3
2,75
2,75
3
3
3
3
3,00
43,50
48
42
44
44
44,50

lxxv

Pertemuan ke empat
Kelompok
1
4
4
4
3
4
3
4
4
3
4
3
3
3
3
3
52

2
4
4
3
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
51

3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
51

4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
5

Tabel
Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa Tiap Pertemuan
Aspek
Skor
skor rata-rata tiap
rata-rata
pertemuan
total
2
3
4
1
3,75
4,00
4,00
3,92
2
3,75
3,75
3,75
3,75
3
3,25
3,25
3,75
3,42
4
2,75
2,75
3,75
3,08
5
2,75
3,25
3,75
3,25
6
3,00
2,50
3,25
2,92
7
2,50
2,25
3,75
2,83
8
2,50
2,25
4,00
2,92
9
2,75
3,00
3,50
3,08
10
3,00
2,75
3,25
3,00
11
2,75
3,00
3,00
2,92
12
2,75
3,00
3,00
2,92
13
2,25
3,00
3,00
2,75
14
3,00
2,75
3,00
2,92
15
2,75
3,00
3,00
2,92
Jumlah
43,50
44,50
51,75
46,67
Data

dihitung

berdasarkan

pensekoran

menggunakan rumus :
Nilai = skor total yang dilakukan x 100%
skor yang diharapkan
Pertemuan 2 :
Nilai = 43,50 x 100%

lxxvi

rating

skala

dengan

75
= 57,3 %
Pertemuan 3 :
Nilai = 44,50 x 100%
75
= 0,59 %
Pertemuan 4 :
Nilai = 51,75 x 100%
75
= 69 %
Skor total :
Nilai = 46,67x 100%
75
= 77,8 %

Lampiran 22
Data Hasil Perhitungan Kuisioner Siswa
Tabel
Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Jawaban Pernyataan
No Pernyataan
Ya
%
Tidak %
1
Anda sebagai siswa mengetahui Model 34
89,5 4
10,5
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
2
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 31
81,6 7
efektif jika diterapkan dalam proses
18,4
pembelajaran fisika
3
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 31
81,6 7
18,4
memotivasi anda untuk belajar
4
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 32
84,2 6
15,8
menjadikan siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran dikelas
5
Melalui penerapan model Pembelajaran 33
86,8 5
13,2
Berdasarkan Masalah membuat anda merasa
lebih nyaman dalam proses pembelajaran
dikelas
6
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 27
71,1 11
28,9
lebih
memperhatikan
siswa
karena
melibatkan siswa secara langsung dalam
proses pembelajaran
7
Anda dituntut untuk berfikir kreatif dalam 29
76,3 9
23,7
memecahkan
masalah
fisika
melalui
penerapan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah

lxxvii

Guru selalu membimbing anda dalam


memecahkan permasalahan fisika melaui
penerapan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
9
Anda merasa senang dengan penerapan
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
dalam proses pembelajaran fisika
10 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
merupakan solusi dari proses pembelajaran
yang menuntut siswa untuk aktif dan berfikir
kreatif dalam proses pembelajaran fisika
Jumlah

30

78,9

21,1

23

60,5

15

39,5

28

73,7

10

26,3

298

78,4

82

21,6

Penghitungan presentase respon siswa dapat dihitung dengan


menggunakan rumus :
P=

F
X 100 %
N

: Prosentase

: Frekuensi

: Number of Cases

lxxviii

Anda mungkin juga menyukai