Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN
A. Dasar Korosi
Korosi adalah terjadinya perubahan yang tidak disengaja pada
bahan logam yang bermula dari permukaannya dan yang disebabkan
oleh serangan kimia atau elektokimia. Serangan kimia terhadap logam
terjadi jika bahan tersebut terkena gas yang mengandung oksigen, asam
atau garam. Terbentuknya oksidasi pada saluran gas buangan bersumber pada
reaksi kimia. Proses korosi tidak dapat dicegah, karena reaksi korosi
merupakan reaksi yang nilai perubahan entalpi reaksinya negatif. Menurut
termodinamika, reaksi semacam ini adalah reaksi yang berlangsung secara
spontan. Oleh sebab itu, proses terkorosinya logam adalah proses yang
spontan dan tidak dapat dicegah terjadinya.
Serangan elektrokimia terjadi jika dua macam logam dihubungkan
dengan cairan penghantar listrik, misalnya berupa larutan garam atau
asam yang diencerkan. Contohnya, kerusakan talang dari seng yang
kejatuhan paku baja disebabkan oleh proses elektrokimia.

Gambar 1.

Elemen Galvanis

Jika dua

jenis logam yang

berbeda dihubungkan dengan kawat di dalam cair penghantar, terjadilah


elemen galvanis, tempat mengalirnya arus listrik. Dalam keadaan begitu
satu logam menjadi anode dan yang lain menjadi katode. Logam yang
kurang mulia

akan larut (logam itu

kena korosi), arti harfiahnya

digerogoti. Dalam elemen galvanis, logam yang membentuk anode akan


hancur. Kehancuran berlangsung

kian cepat jika kedua logam makin

berjauhan letaknya satu sama lain dalam deretan tegangan elektrokimia.


Makalah Pengendalian Korosi | 3

Makalah Pengendalian Korosi | 4

Dalam setiap perbandingan, logam yang letaknya paling kiri adalah yang
kurang mulia dan yang akan larut.
Tabel 1. Deret Tegangan Setiap Logam
Elemen korosi terdiri atas anode dan katode yang dihubungkan

dengan cairan penghantar. Dalam praktik, anode dan katode dapat terbentuk
dari:
1. Logam yang berbeda-beda, misalnya dari baja yang membentuk
anode dan lapisan timah sebagai katode;
2. Bagian struktur yang berbeda, misalnya pada pelat baja yang berlapiskan
kulit pengerolan,

bahan

dasar

membentuk

anode

dan

lapisan

oksidanya menjadi katode;


3. Daerah tegangan dan daerah perubahan bentuk yang berbeda-beda di
dalam bahan, misalnya pada

pelat

vang ditekuk,

daerah

yang

mengalami perubahan bentuk yang kuat menjadi anode, dan daerah


yang tidak dibentuk menjadi katode;
4. Logam dan bukan logam (karbon, debu, belerang), dalam hal ini
kerap kali logamnya membentuk daerah anode.
Tegangan listrik dianggap sebagai sumber korosi yang timbul
di dalam elemen korosi selama berlangsungnya korosi elektrokimia. Korosi
hanya menyangkut reaksi kimia atau reaksi elektrokimia, bukanlah
kerusakan yang disebabkan oleh pengaruh gaya mekanis, seperti yang terjadi
erosi dan kavitasi. Erosi, sebagaimana juga korosi, adalah kerusakan
bahan yang bermula dari permukaan benda kerja. Pada umumnya erosi
disebabkan aleh partikel zat padat yang terkandung di dalam gas atau cairan
yang mengalir cepat. Kavitasi timbul pada permukaan komponen mesin yang

Makalah Pengendalian Korosi | 5

berputar cepat di dalam cairan, misalnya pada roda kipas dari pompa
sentrifugal. Dalam hal ini pengikisan bahan disebabkan oleh relung-relung
cairan yang melepuh. Relung tersebut terbentuk selama gerak putaran
yang cepat. Dalam praktik, korosi, erosi dan kavitasi kerap kali merusak
bahan secara bersama-sama.
B. Dasar Pengendalian
Dasar pengendalian korosi secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi empat, yaitu:
1. Membuat logam tahan korosi
Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh ketahanan korosi dari
logam dalam lingkungan tertentu. Metode ini akan melibatkan ahli
metalurgi. Ketahanan korosi dari logam dapat diperoleh karena pada
permukaan logam dapat dihindarkan adanya daerah-daerah anodik dan
katodik, atau menjadikan permukaan logam tertutup oleh lapisan yang
protektif seperti baja tahan karat dan sebagainya. Metode ini akan
mengakibatkan harga logam menjadi tinggi.
2. Membuat lingkungan menjadi tidak korosif
Metode ini umumnya dilakukan dengan menggunakan zat kimia
yang ditambahkan ke dalam lingkungan elektrolit. Metode ini cocok
untuk lingkungan yang terbatas dan terkontrol. Zat kimia yang
ditambahkan dapat mempengaruhi reaksi di anoda, katoda ataupun
keduanya, sehingga proses korosi diperlambat. Zat kimia yang
ditambahkan disebut sebagai inhibitor.
3. Membalikkan arah korosi
Tujuan metode ini adalah membalik arus arah korosi sehingga
proses korosi logam dikurangi atau bahkan ditiadakan sama sekali.
Metode ini umumnya disebut sebagai proteksi katodik, di mana proses
korosi dicegah dengan jalan memperlakukan logam yang dilindungi
sebagai katoda.
4. Memisahkan logam dari lingkungan
Metode ini merupakan yang paling populer dan banyak
digunakan. Metode ini meliputi pelapisan dengan lapis lindung organik
atau anorganik (logam dan bukan logam). Teknik perlindungan dapat

Makalah Pengendalian Korosi | 6

dilakukan dengan pengecatan, semprot, lapis listrik, celup dan


sebagainya. Untuk proses lapis listrik (elektroplating), logam yang umum
digunakan untuk melapis adalah kadmium, krom, tembaga, emas, timah
putih, timah hitam, nikel, perak dan seng. Sedangkan untuk paduan antara
lain kuningan, perunggu, nikel-besi dan sebagainya. Dilihat dari fungsi
proteksinya, jenis logam pelindung dapat dibagi menjadi dua. Golongan
pertama adalah logam yang bersifat sacrificial, yaitu logam yang bersifat
lebih anodis dari logam yang dilindungi sehingga akan habis terlebih
dahulu. Golongan kedua adalah logam yang betul-betul melindungi
sehingga bersifat katodis dan mengisolasi permukaan bahan agar terpisah
dari lingkungan.
C. Metode Pengendalian Korosi
Metode-metode yang di lakukan dalam pengendalian korosi adalah :
1. Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi
anoda dan katoda
2. Mengisolasi logam dari lingkungannya
3. Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan
4.
5.
6.
7.
8.

mineralisasi
Mengurangi oksigen yang larut dalam air
Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis
Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang berdekatan
Mencegah celah atau menutup celah
Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda umpan.

D. Pengendalian Korosi
Konstruksi yang sesuai dapat menghindarkan sebagian besar
kerusakan akibat

korosi.

Komponen-komponen

harus dirancang

sedemikian sehingga tidak terdapat tekukan yang dapat menampung air


kondensasi. Dua jenis logam yang letaknya berjauhan di dalam deretan
tegangan, tidak boleh dihubungkan satu sama lain tanpa adanya penyekat
yang memadai di antaranya. Pemilihan bahan yang harus diperhatikan,
biasanya penambahan elemen paduan memperbaiki sifat tahan korosi.
Dengan memadukan kromium sebanyak minimal 12%, baja menjadi
nirkarat. Namun patut diperhatikan pula bahwa pada setiap konstruksi

Makalah Pengendalian Korosi | 7

ada perbandingan yang layak antara harga bahan dan manfaat ekonomis
konstruksi tersebut.
Lapisan pelindung untuk menghindari terjadinya korosi dapat terdiri
atas logam atau bahan nonlogam yang dapat disebarkan pada permukaan
bahan dasarnya dengan berbagai teknik. Lapisan luar dari logam dapat
ditempelkan dengan kuat pada bahan dasar melalui pencelupan kedalam
cairan logam atau larutan garam logam, melalui penyemprotan dan
melalui metode pelapisan elektrolitis (galvanisasi).
Pencelupan benda kerja kedalam seng (pelapisan panas seng)
dan timah panas timah) merupakan metode yang sangat tua. Benda kerja
di dalam cairan logam. Setelah diambil dari cairan, lapisan luar logam yang
relative tebal (sampai 0,05 mm) tetap melekat pada benda kerja itu. Dalam
hal-hal tertentu, lapisan luar dari

logam

dapat

diperoleh

melalui

pencelupan kedalam larutan garam logam. Salah satu contohnya adalah


baja tanpa dicelupkan ke dalam larutan tembaga sulfat. Persyaratan untuk
penerapan teknik ini adalah bahwa larutan garam harus mengandung logam
yang mulia daripada bahan yang akan dilindungi. Oleh sebab itu logam
pelindung di dalam deretan tegangan senantiasa menempati posisi di
sebelah kanan dari bahan yang akan dilindungi.
1. Metode Penyemprotan
Penyemprotan logam yang dicairkan di dalam nyala api gas
bakar-oksigen atau busur cahaya listrik dan dikabutkan dengan udara
tekan juga menghasilkan perlindungan yang baik terhadap korosi. Seng
dan aluminium misalnya dikerjakan dengan cara ini. Pemanasan difusi
susulan, yang mengakibatkan atom logam yang disemprotkan menembus
masuk ke dalam bahan dasarnya, memberikan pengukuhan mekanis
dan sifat tahan oksidasi yang baik.
2. Penerapan Proteksi Katodik dan Anodik
Proteksi katodik adalah sistem perlindungan permukaan logam
dengan

cara

mengalirkan arus searah yang memadai ke permukaan

logam untuk mengkonversikan semua daerah anoda di permukaan logam


menjadi daerah katodik. Sistem ini hanya efektif untuk sistem-sistem

Makalah Pengendalian Korosi | 8

yang terbenam dalam air atau didalam tanah. Sistem perlindungan


seperti ini telah berhasil mengendalikan proses korosi untuk kapal-kapal
laut, struktur pinggir pantai, instalasi pipa dan tangki bawah tanah
atau laut. Cara pemberian arus searah dalam system proteksi katodik
ada dua cara seperti ditunjukkan pada gambar yaitu :
a. Menerapkan anoda korban (sacrificial anode)
b. Menerapkan arus tandingan (impressed current)
Gambar 2. Sistem Proteksi Katodik
Pada system proteksi katodik dengan
anoda

korban seperti pada instalasi lepas pantai tidak memerlukan supply


daya. Paduan yang dijadikan anoda korban akan membangkitkan arus
yang diperlukan sebagai akibat adanya perbedaan potensial dengan
struktur yang dilindunginya. Adanya pembangkitan arus dari anoda
korban mengakibatkan umur anoda korban terbatas. Maka jenis
logam yang lazim digunakan sebagai anoda korban antara lain :
magnesium, seng atau aluminium pada berbagai derajat kemurnian atau
paduan/campuran lain dengan komposisi khusus.
Sistem proteksi katodik arus tanding adalah memanfaatkan
arus searah yang disupply dari suatu sumber daya dimana kutup
positif dari sumber daya dihubungkan dengan anoda sedangkan kutup
negatifnya dihubungkan dengan sistem yang akan diproteksi. Anoda
yang digunakan umumnya memiliki umur yang lebih panjang seperti
misalnya besi cor berkadar silikon tinggi, grafit atau aluminium.
Disamping itu kadang-kadang juga digunakan besi skrap, paduan
timah

hitam,

platina

Sedangkan sumber daya

atau paduan

platina

dengan

palladium.

yang digunakan tergantung pada mudah

Makalah Pengendalian Korosi | 9

tidaknya jaringan listrik yang diperoleh. Untuk mengkonversikan arus


AC menjadi DC digunakan rectifier. Jika tidak memungkinkan maka
dapat digunakan batere atau sel surya sebagai sumber penyuplai arus
searah.
Jika

penggunaan

sistem

proteksi

katodik tersebut

dikombinasikan dengan penggunaan pelapis, maka harus memperhatikan


hal berikut ini :
1) Selama proses proteksi katodik berjalan (meskipun beroperasi
dengan

karakteristik sempurna) pada sisi katoda senantiasa akan

timbul ion-ion hidroksida (alkalinitas), oleh karena itu bahan pelapis


harus tahan terhadap alkalinitas.
2) Gas hidrogen yang dihasilkan dari sistem proteksi katodik yang
tidak

sempurna bahkan

dapat

menegelupas

lapisan pelindung.

Sedangkan pada perlindungan secara anodik (proteksi anodik),


tegangan sistem yang dilindungi dinaikkan sehingga memasuki
daerah anodiknya. Pada kondisi ini sistem terlindungi karena
terbentuknya lapisan pasif.
Syarat yang harus dipenuhi agar sistem ini berjalan dengan baik
adalah karakteristik lingkungannya harus stabil. Pada jenis lingkungan
yang tidak stabil (berfluktuatif) penerapan sistem proteksi anodik
tidak dianjurkan.
Perlindungan katode dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
a. Menggunakan Logam Lain yang Lebih Reaktif Sebagai Anode
Korban
Penggunaan logam lain yang lebih reaktif akan menempatkan
logam sebagai penyuplai e- atau bertindak sebagai anode dalam sel
elektrokimia korosi. Untuk memahami hal ini, ambil contoh
penggunaan logam MG (E = -2.37V).untuk perlindungan logam Fe
(E = -0.44V). Mg akan bertindak sebagai anode yang teroksidasi,
sedangkan Fe akan menjadi katode dimana reduksi oksigen
berlangsung.
Anode

: Mg Mg2+ + 2e

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 10

Katode (Fe) : O2(aq)2 + H2O(I) + 2e 2OH(aq)

Gambar 3. Pencegahan Korosi Pipa Baja Menggunakan Metode Proteksi


Katodik dengan Anode Korban Batang Mg

b. Menyuplai Listrik dari Luar


Suatu sumber listrik dihubungkan ke tangki bawah tanah yang
akan dilindungi dan ke anode inert, seperti grafit. Elektron akan
mengalir dari sumber listrik ke anode inert. Reaksi oksidasi yang
terjadi akan melepas e, yang akan mengalir melalui elektrolit tanah
menuju ke tangki yang bertindak sebagai katode. Metode ini disebut
juga Impressed current cathodic protection (ICCP).

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 11

Gambar 4. Pipa Minyak Diproteksi Menggunakan Metode ICCP

3. Metode Pelapisan
Pelapisan adalah teknik kerja untuk menyalut bahan dasar dengan
lapisan logam yang tipis, biasanya dengan metode pengelasan rol. Tebal
lapisannya kira-kira 10% dari tebal seluruhnya. Dengan cara ini
misalnya baja tanpa paduan dapat dilindungi dengan baja kromiumnikel nirkarat, atau paduan Al aluminium tipe AlCuMg dapat dilindungi
dengan aluminium termurni.
4. Metode elektrolisis
Metode elektrolisis (galuanisasi) sering sekali dipakai untuk
pembuatan lapisan pelindung dari logam. Benda kerja yang akan
digalvanisasi dalam hal ini dijadikan katode di dalam larutan garam
logam. Unsur logam dalam larutan itu, memisahkan diri dan menjadi
lapisan pelindung. Jalannya reaksi dalam proses ini dapat dibandingkan
dengan reaksi.

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 12

Gambar 5.

Metode

Elektrolisa
Keterangan : Anoda
tembaga kasar diuraikan.
a. Sumber arus searah menarik masing-masing 2 elektron dari atom
tembaga; Cu 2e Cu2+ (oksidasi).
b. Ion-ion tembaga yang timbul berpindah kekatode. Katoda; tembaga
elektrolit terpisahkan.
c. Ion-ion tembaga Cu2+ ditarik.
d. Ion tembaga menerima masing-masing 2 elektron; yang timbul
berpindah kekatode Cu2+ + 2e Cu (reduksi).
Tujuan electroplating adalah memperbaiki tampak rupa, mencegah
terjadinya korosi, meningkatkan ketahanan logam dasar terhadap gesekan,
dan memperbaiki ukuran dan toleransi logam dasar. Yang sering dipakai
sebagai logam pelindung adalah tembaga, timbel, timah, seng, kadmium,
nikel dan kromium. Lapisan kromium mengilap adalah lapisan luar yang
tipis yang terutama berfungsi untuk maksud dekoratif. Lapisan ini
dihasilkan dengan pengaruh bahan penghalus butiran. Lapisan kromium
keras, yang antara lain berguna untuk menambah kekerasan dan sifat tahan
aus pada benda kerja, adalah lebih tebal daripada lapisan kromium
mengilap. Pembentukannya berlangsung dalam cairan berkomposisi khusus
pada suhu kerja dan kerapatan arus yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang biasa berlaku untuk pembuatan lapisan kromium mengilap.
Macam-macam sistem electroplating:
a. Rak plating
Rak plating adalah suatu sistem pelapisan yang menggunakan
alat sebagai tempat menggantungkan barang yang akan dilapis, dimana

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 13

alat (rack) ini berfungsi juga menghantar arus listrik. Tipe rack yang
digunakan adalah :
1) Tipe bilah tunggal

Gambar 6. Tipe Bilah


2) Tipe T

Tunggal

Gambar 7. Tipe T
3) Tipe kotak

Gambar 8. Tipe Kotak


4) Tipe
bilah

Gambar 9. Tipe Bilah

banyak

Banyak

b. Continous plating
Continous plating adalah sistem pelapisan terus menerus
dimana barang yang akan dilapis bergerak menuju larutan dan
keluar secara berantai. Biasanya barang yang akan dilapis adalah
berhentuk kawat yang panjang dan juga barang yang berbentuk
lembaran-lembaran.
Berikut ini diberikan contoh beberapa logam yang sering
dipakai untuk melapis logam dasar:

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 14

1) Zink Plating
Zink plating digunakan untuk mencegah korosi akobat
atmosphere, dimana proses ini menggunakan elektrolit seperti
sodium cyanide, caustic suda dan zink oksida, hasil pelapisan
ini sanyat baik dicat bila untuk manda dekorasi dan biayanya
lebih murah dari cadmium plating.
2) Cadmium plating
Hasil proses ini lebih tahan terhadap korosi bila
dibandingkan dengan zink plating dimana elektrolit yang
digunakan adalah cyanida salts. Pelapisan cadmium ini sangat
baik mencegah korosi akibat kuningan ataupun tembaga.
3) Tin Plating
Pelapisan ini sangat baik dilakukan untuk mencegah
cemaran pada campuran organik yang ada pada kaleng makanan
dan juga kaleng oksigen.
4) Nikel Plating
Disamping mendapat anti korosi, pelapisan ini juga
mendapatkan hasil yang tahan gesekan , kemudian nikel plating
juga dilakukan sebagai semir untuk mendapat dekorasi tetapi
harus didasari oleh tembaga.
5) Chrom plating
Elektrolit yang digunakan pada pelapisan chromium ini
adalah larutan asam chromium (CrO3) atau chromium trioksida,
dimana pelapisan ini digunakan antara lain:
a) Mendapatkan dekorasi yang baik (decorative chromium).
b) Mendapatkan finishing yang keras, tahan karosi, gesekan,
dan goresan (Hard chromium).
Tebal pelapisan untuk dekorative chromium biasanya antara
0,015 sampai 0,025 mm. Paduan nikel seperti stainless monel
(Ni-Ag) dapat langsung dilapis dengan chromium tetapi logam
dasar yang telah mengandung tembaya seperti; kuningan (brass),
perunggu (bronze) atau tembaga

itu sendiri sebaiknya terlebih

dahulu dilapisi dengan tembaga dan nikel. Pada pelapisan hard


chromium, logam dasarnya tidak perlu dilapisi dengan tembaga dan

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 15

nikel. Hubungan antara tebal pelapisan dengan kekerasan logam


dasar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Pelapisan dengan Kekerasan Logam Dasar

c. Anodising
Aluminium dan magnesium tahan terhadap korosi atmosfir,
karena pada bagian luarnya terbentuk oksid-oksid yang terhadap korosi
atmosfir tanpa dilindungi, tetapi hal ini tidak terdapat pada semua
logam, maka untuk membentuk lapisan oksid ini dibuat suatu proses
yang disebut Anodising. Proses ini terdiri dari gantungan komponen
dalam larutan asam sulfat dan dihubungkan dengan kutub positif dari
sirkuit sehingga ini menjadi anoda, bak baja yang merupakan tempat
larutan adalah kutub negative atau katoda. Lapisan oksid yang
dihasilkan adalah keras dan pada mulanya bersifat absorbsi sehingga
dapat dicat dengan dengan mencelupkannya dalam bak larutan cat,
caranya sama dengan pencelupan warna kain/pakaian, setelah
permukaannya dilapisi kemudian dicelupkan lagi pada air selama 30
menit. Sistem ini akan menghasilkan lapisan yang rata dan halus dan
juga warnanya tahan lama.
d. Hot Dipped Coating

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 16

Proses

ini

digunakan

untuk

mencegah

korosi

tanpa

mempergunakan elektrolit. Bahan pelapis yang sering dpakai adalah


timah atau seng. Bila logam dasar dilapisi
pencelupkannya kedalan

dengan cara,

seng panas maka proses

ini disebut

galvanising dan bila dicelupkan kedalam timah putih/timah

hitam

disebut terneplate. Metoda yang lain yang hampir sama dengan system
ini adalah dengau cara menempatkan baja dalam bubuk seng dan
kmudian dipanasi dalam dapur sampai titik

terendah

sari

seng.

Metode ini memberikan pelapisan lebih sempurna dibanding dengan


system lain.
5. Metode lapisan pelindung asli
Lapisan pelindung asli timbul apabila di dalam deretan tegangan,
logam yang dilindungi terletak di sebelah kanan logam pelindung. Seng
untuk baja paduan adalah logam pelindung asli. Dalam keadaan cacat dan
dengan adanya cairan penghantar listrik, logam pelindung tersebut akan
hancur, tetapi masih berfungsi melindungi bahan dasarnya. Disebut logam
pelindung tidak asli apabila di dalam deretan tegangan letaknya logam ini
di sebelah kanan dari logam yang akan dilindungi. Timah misalnya, untuk
baja tanpa paduan logam pelindung tidak asli. Karena timah lebih mulia
daripada baja, maka baja akan hancur jika lapisan timah lecet dan dengan
adanya cairan penghantar listrik. Lapisan pelindung non logam dapat
berupa lapisan oksida, fosfat, email, cat, gemuk, oli dan bahan plastik.
Lapisan oksida pada baja dibuat antara lain dengan teknik pelapisan
hitam. Yang dimaksud di sini adalah pemanasan di dalam cairan yang
untuk sebagian -besar mengandung lindi natron dan bahan oksidasi.
Lapisan pelindungnya terutama terdiri atas besioksida Fe304. Dengan
membakar minyak atau gemuk pada sekitar 300C dapat diperoleh
lapisan-pelindung tipis yang tidak berbeda. Pengaruh lapisan ini kecil
saja.

Aluminium

dioksidasi

secara

elektris

dengan

cara

memberlakukannya sebagai anode di dalam cairan yang mengandung

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 17

asamsulfat. Dalam proses ini terbentuklah lapisan Eloxal sany terdiri atas
aluminium-oksida Al203.
Lapisan fosfat dapat dibuat pada seng, aluminium, magnesium
dan baja dengan berbagai proses, misalnya dengan pencelupan,
penyemprotan, atau melalui proses elekrolisis. Struktur lapisan fosfat
berupa kristal halus. Daya

melindunginya terbatas. Oleh karena itu,

benda kerja yang berlapis fosfat masih harus dicat.


Lapisan email terdiri atas kaca khusus dari silikat yang bebas
timbel dan bebas racun dan yang dapat diwarnai dengan oksida logam.
Bahan ini disebarkan, pada bahan dasar dalam bentuk serbuk dan
kemudian dicairkan. Lapisan cat (lak) adalah bahan yang paling banyak
dipakai untuk mencegah korosi. Kini kebanyakan dipakai cat yang terbuat
dengan bahan dasar resin sintetis. Bahan ini harus diolah dengan tepat dan
diberikan dengan cukup tebal supaya mencapai daya perlindungan yang
baik. Melalui cat dasar, udara dengan zat-zat perusaknya disekat dari
benda kerja. Cat luar melindungi cat dasar dan

sekaligus bersifat

dekoratif. Kualitas painting akan semakin baik bila baja yang akan dicat
dicelupkan dulu kedalam asam fosfat.
Lapisan minyak dan gemuk tidak memberikan perlindungan
terhadap korosi yang tahan lama. Oleh karena itu pelapisan dengan cara
ini hanya dipakai apabila benda kerja atau mesin harus dilindungi dalam
jangka pendek.
Plastik (bahan sintetik) dipakai secara luas untuk perlindungan
terhadap korosi. Plastik dapat digabungkan dengan logam yang akan
dilindungi melalui pencelupan, penyemprotan, penuangan dan proses
sinter.
Tabel 3. Penggunaan Lapisan

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 18

E. Upaya Penanggulangan Korosi


Proses korosi bisa dikendalikan sehingga kecepatan reaksinya tidak
secepat

jika

tidak

dilakukan

upaya

penanggulangan.

Usaha-usaha

penanggulangan korosi dapat dibedakan ke dalam empat kategori, yaitu :


1. Desain
Usaha penanggulangan korosi sebaiknya sudah dilakukan sejak tahapan
desain proses. Ahli-ahli korosi sebaiknya ikut dilibatkan dalam desain
proses dari sejak pemilihan proses, penentuan kondisi-kondisi prosesnya,
penentuan bahan-bahan konstruksi, pemilihan lay-out, saat konstruksi
sampai tahap start-upnya. Di antara cara-cara penanggulangan korosi dari
segi desain yang sering digunakan adalah
a. Isolasi alat dari lingkungan korosif
b. Mencegah hadir/terbentuknya elektrolit

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 19

c. Jaminan lancarnya aliran fluida


d. Mencegah korosi erosi/abrasi akibat kecepatan aliran
e. Mencegah terbentuknya sel galvanik
2. Pemilihan Material
Bahan konstruksi harus dipilih yang tahan korosi. Apalagi jika
lingkungannya korosif. Ketahanan korosi masing-masing bahan tidak sama
pada berbagai macam lingkungan. Mungkin sesuatu bahan sangat tahan
korosi dibanding bahan-bahan lain pada lingkungan tertentu. Tetapi bahan
yang sama mungkin adalah yang paling rawan korosi pada lingkungan yang
berbeda dibanding dengan bahan-bahan yang lain.
Di antara bahan-bahan konstruksi yang sering digunakan adalah
besi, aluminium, timah hitam, tembaga, nikel, timah putih, titanium
tantalum.
3. Perlakuan Lingkungan
Upaya perlakuan

lingkungan

ini

sangat

penting

dalam

penanggulangan korosi di industri. Lingkungan yang korosif diupayakan


menjadi tidak atau kurang korosif. Ada dua macam cara perlakuan
lingkungan yaitu :
a. Pengubahan media atau elektrolit, misalnya penurunan suhu, penurunan
kecepatan alir, penghilangan oksigen atau oksidator, pengubahan
konsentrasi.
b. Penggunaan inhibitor, inhibitor adalah suatu bahan kimia yang jika
ditambahkan dalam jumlah yang kecil saja kepada lingkungan media yang
korosif, akan menurunkan kecepatan korosi. Inhibitor bekerja menghambat
laju korosi. Belum banyak diketahui bagaimana cara kerja inhibitor dalam
menghambat korosi.
4. Pelapisan
Metode pelapisan adalah suatu upaya mengendalikan korosi dengan
menerapkan suatu lapisan pada permukaan logam besi. Misalnya, dengan
pengecatan atau penyepuhan logam. Pelapisan akan mengisolasi logam dari
media korosifnya, sehingga mencegah terjadinya korosi logam oleh
lingkungannya. Ada 2 macam cara pelapisan, yaitu:
a. Pelapisan dengan bahan logam

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 20

Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau


timah. Kedua logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan
terhadap karat (pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi
adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil
oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi
lebih lanjut.
Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir),
tetapi seng tidak membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau
timah, melainkan berkorban demi besi. Seng adalah logam yang lebih
reaktif dari besi, seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi
oksidasinya:
Zn(s) Zn2+(aq) + 2e Eo= 0,44 V
Fe(s) Fe2+(g) + 2e
Eo= 0,76 V
Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada
besi. Jika pelapis seng habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih
cepat dari keadaan normal (tanpa seng).
Paduan logam juga merupakan metode untuk mengendalikan
korosi. Baja stainless steel terdiri atas baja karbon yang mengandung
sejumlah kecil krom dan nikel. Kedua logam tersebut membentuk
lapisan oksida yang mengubah potensial reduksi baja menyerupai sifat
logam mulia sehingga tidak terkorosi.
Pada pelapisan dengan bahan logam, dapat digunakan bahanbahan logam yang lebih inert maupun yang kurang inert sebagai bahan
pelapis. Pemakaian kedua macam bahan tersebut mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
b. Pelapisan dengan bahan non logam
Yaitu dengan pelapis berbahan dasar organik seperti cat polimer
dan pelapis berbahan dasar anorganik seperti anodizing.
F. Inhibitor Korosi
1. Definisi Inhibitor
Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat
menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus,
inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 21

kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju penyerangan


lingkungan itu terhadap suatu logam. Atau inhibitor dapat berarti senyawa
yang jika ditambahkan dalam jumlah kecil pada suatu sistem korosi dapat
meminimalkan laju korosi pada konsentrasi tertentu.
Inhibitor dalam ruang lingkup korosi diartikan sebagai suatu zat
kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan yang agresif,
dapat menurunkan laju penyerangan lingkungan agresif tersebut terhadap
suatu logam atau dengan kata lain inhibitor korosi adalah zat kimia yang
apabila ditambahkan atau dimasukkan dalam jumlah tertentu kedalam
suatu lingkungan yang terkorosi dapat secara efektif menghambat atau
mengurangi laju korosi.s suatu inhibitor akan membentuk lapisan yang
seragam, seperti pelapisan (coating), yang berperan sebagai pembatas
antara logam dan lingkungannya. Lapisan tersebut dapat mengubah
reaktivitas elektrokimia permukaan untuk mereduksi laju korosi.
2. Fungsi Inhibitor
Inhibitor berfungsi untuk menurunkan laju korosi dengan cara
meningkatkan atau menurunkan reaksi katodik dan/atau anodik,
menurunkan laju difusi untuk reaktan pada permukaan logam, dan
menurunkan tahanan elektrik permukaan logam. Inhibitor mempunyai
peran penting dalam strategi pengontrolan korosi dan beberapa
diantaranya efektif untuk lebih dari satu jenis campuran logam.
Kinerja inhibitor dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pH,
suhu, dan kondisi lainnya yang bersifat khas untuk masing-masing
inhibitor. Salah satu jenis inhibitor yang digunakan adalah inhibitor
organik yang merupakan senyawa organik dengan atom nitrogen, oksigen,
dan/atau sulfur, senyawa heterosiklik dan elektron pi. Inhibitor tersebut
diantaranya adalah benzotriazole, triazole, imidazole, thiazole, indol dan
turunannya. Senyawa heterosiklik yang terdiri dari gugus mercapto juga
telah dikembangkan seperti 2- mercapto-benzothiazole, 2,4-dimercaptopyrimidine, 2-amino-5-mercapto- thiadiazole, 2-mercapto-thiazoline dan
potassium ethyl xanthat. Senyawa organik tersebut disarankan sebagai
inhibitor karena keefektifannya berdasarkan pada aksi pengkelat dan

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 22

pembentukan batas/lapisan difusi fisik yang tidak larut pada permukaan


elektroda, pencegahan reaksi logam dan pelarutan.
Contoh lain yang telah ditemukan sebagai inhibitor korosi pada
baja adalah asam cafeat dan beberapa basa Mannich, seperti
piperidinilmetilindolin -2-on yang dilakukan dalam media HCl.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk pemilihan
inhibitor yang tepat diperlukan informasi mekanis pada korosi dan proses
inhibisi. Inhibisi tersebut dikarenakan oleh adanya interaksi antara
senyawa organik dengan logam. Interaksi tersebut dapat terjadi melalui
beberapa cara, yakni:
1) Interaksi elektrostatik antara molekul dan logam
2) Interaksi pasangan elektron yang tak digunakan dalam molekul
dengan logam interaksi elektron pi dengan logam dan/atau kombinasi
dari tipe 1-3
3. Jenis Jenis Inhibitor
a. Inhibitor Anodik
Merupakan penghambat korosi tipe lapisan oksida. Yang
termasuk dalam kelompok inhibitor anodic antara lain kromat dan
nitrit, yang disebut sebagai pasivator. Inhibitor ini mengalihkan
potensial korosi baja karbon pada suatu tingkat yang lebih tinggi dan
dengan cepat mengoksidasi ion-ion fero yang dihasilkan pada proses
korosi reaksi oksida. Dengan demikian akan terbentuk lapisan tipis
dan tak berpori.
b. Inhibitor Katodik
Inhibitor jenis ini disebut juga sebagai tipe lapisan endapan
yang akan membentuk lapisan perlindungan pada katoda-katoda
setempat dimana ion-ion OH dihasilkan oleh korosi reaksi katoda.
Dalam beberapa hal, jenis inhibitor ini lebih berpori dan kurang
efektif dibandingkan dengan inhibitor anodik.
Apabila inhibitor jenis ini ditambahkan dengan konsentrasi
yang tinggi dengan maksud untuk meningkatkan efeknya, maka
lapisan peiindung yang terbentuk menjadi tebal dan seringkali
menyebabkan masalah kerak. Oleh karena itu konsentrasi penghambat
korosi harus dikontrol dengan seksama

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 23

c. Inhibitor Adsorbsi
Inhibitor adsorbsi mempunyai gugus fungsional dan gugus
hidrofob. Inhibitor jenis ini mencegah korosi dengan mengadsorb
pada

permukaan

logam

yang

masih

bersih

dengan

gugus

fungsionalnya, dan memperlambat difusi air dan oksigen terlarut pada


permukaan logam oleh gugus-gugus hidrofob.
Pada sistem air pendingin, inhibitor ini kurang efektif karena
biasanya

permukaan

baja

karbon

biasanya

tidak

bersih.

sehinggapembentukan suatu lapisan adsorbsi yang sempurna sulit


terbentuk.
d. Inhibitor Ohmik dan Inhibitor Pengendapan
Sebagai akibat lain daripada penggunaan inhibitor pembentuk
lapisan pada katoda maupun anoda adalah semakin bertambahnya
tahanan daripada rangkaian elektrolit. Lapisan yang dianggap
memberikan kenaikan tahanan yang memadai biasanya mencapai
ketebalan beberapa mikroinchi.
Bila lapisan terjadi secara selektif pada daerah anoda, maka
potensial korosi akan bergeser kearah harga yang lebih positif, dan
sebaliknya potensial korosi akan bergeser ke arah yang lebih negatif
bilamana lapisan terjadi pada daerah katoda. Jenis inhibutor
pengendapan yang banyak digunakan adalah natrium silikat dan
berbagai senyawa fosfat yang pada umumnya baik digunakan untuk
melindungi baja
e. Inhibitor Organik
Merupakan inhibitor yang terbetuk dari senyawa senyawa
organic. Pada umumnya senyawa-senyawa organik yang dapat
digunakan adalah senyawa-senyawa yang mampu membentuk
senyawa kompleks baik kompleks yang terlarut maupun kompleks
yang mengendap. Untuk itu diperlukan adanya gugus gugus fungsi
yang mengandung atom atom yang mampu membentuk ikatan
kovalen terkoordinasi, misalnya atom nitrogen, belerang, pada suatu
senyawa tertentu.

M a k a l a h P e n g e n d a l i a n K o r o s i | 24

4. Cara Inhibitor Mereduksi Laju Korosi


Adapun cara cara inhibitor mengghambat laju korosi adalah
sebagai berikut:
1) Memodifikasi polarisasi katodik dan anodik (Slope Tafel).
2) Mengurangi pergerakan ion ke permukaan logam.
3) Menambah hambatan listrik dipermukaan logam.
4) Menangkap atau menjebak zat korosif dalam larutan melalui
pembentukan senyawa yang tidak agresif.
5. Mekanisme Kerja Inhibitor
Mekanisme kerja inhibitor adalah sebagai berikut:
1) Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu
lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini
tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat
penyerangan lingkungan terhadap logamnya.
2) Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor
dapat mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam
serta melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup
banyak, sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata.
3) Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu

zat kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk


korosi tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan
logam. Inhibitor menghilangkan konstituen yang agresif dari
lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai