Anda di halaman 1dari 3

Candidiasis

Etiologi
Penyebab utama kandidiasis ialah Candida albicans. Spesies lain seperti Candida
krusei, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis
dan Candida parapsilosis, umumnya bersifat apatogen. Kandida dapat dengan mudah
tumbuh di dalam media Sabauroud dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas,
yakni: menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, bewarna putih
kekuning-kuningan, dan berbau ragi. Jamur kandida dapat hidup di dalamtubuh manusia,
hidup sebagai parasit atau saprofit, yaitu di dalam
alat percernaan, alat pernapasan, atau vagina orang sehat. Pada keadaan tertentu, sifat kandida
ini dapat berubah menjadi patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis
atau kandidosis. (Siregar,2005)
Penyebab kandidiasis ini adalah jamur jenis Candida. Jamur jenis ini adalah jamur yang
sangat umum terdapat di sekitar kita dan
tidak berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang kuat. Candidaini baru akan
menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyaidaya tahan tubuh rendah, misalnya
penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan kortikosteroid dan tentu saja bayi yang
system imunnya belumsempurna.Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di
sekitarkita, bahkan di dalam vagina ibu pun terdapat jamur candida. Bayi biassaja
mendapatkan jamur ini dari alat-alat seperti dot dan kampong atau bias juga mendapatkan
candida dari vagina ibu ketika persalinan.Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi
akibat keadaanmulut bayi yang tidak bersih karena sisa susu yang diminum tidakdibersihkan
sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat
Patofisiologi
Secara alamiah Candida ditemukan di permukaan tubuh manusia (mukokutan), bila terjadi
suatu perubahan pada inang, jamur penyebab atau keduanya maka terjadi infeksi. Beberapa
factor virulensi Candida albicans antara lain: kemampuan adhesi, kemampuan mengubah diri
secara cepat dari ragi kehifa, memproduksi enzim hidrolitik (proteinase asam dan fosfolipase)
perubahan fenotip dan ketidakstabilan kromosom, variasi antigenik, mimikri, dan produksi
toksin. Faktor inang yang menyebabkan infeksi baik lokal maupun invasive oleh Candida.
Pemakaian antibiotika menyebabkan proporsi jamur meningkat, kapasitas imun inang

menurun akibat lekopenia dan pemberian kortikosteroid, pada AIDS fungsi sel T yang
terganggu karena intervensi virus HIV melalui kulit dan mukosa yang dimungkinkan karena
peran lektin yang spesifik pada sel dendrite, DC-SIGN sehingga mampu berikatan dengan
virus HIV meskipun tidak mampu mengantarkan masuk kedalam sel, tetapi memudahkan
transport HIV oleh dendrite ke organ limfoid dan menambah jumlah limfosit T yang
terinfeksi. Munculnya lesi pada mukosa akibat intervensi HIV yang diperantarai peran lektin
dan DC-SIGN yang mengakibatkan infeksi jamur pada mukosa mulut dan mukosa lain
ditubuh, mengawali munculnya infeksi sekunder pada mulut penderita. Hifa Candida albicans
memiliki kemampuan untuk menempel erat pada epitel manusia dengan perantara protein
dinding hifa, hal ini dimungkinkan karena protein ini memiliki susunan asam amino mirip
dengan substrat transaminase keratinosit mamalia sehingga diikat dan menempel pada sel
epithelial. Selain itu pada jamur ini terdapat mannoprotein yang mirip integrin vertebrata
sehingga jamur ini mampu menempel ke matriks ekstraseluler seperti fibronektin kolagen,
dan laminin
Daftar pustaka : Saifuddin Bari Abdul, George Adriaansz, Gulardi Hanifa Wikjosastro dan
DjokoSiregar,R.S. 2005.Penyakit JamurKulit.Jakarta : EGC

Kandiloma
1. Etiologi
Lebih dari 90% kondiloma akuminata disebabkan oleh Virus Papiloma Humanus
(VPH) tipe 6 dan 11. VPH merupakan virus DNA yang merupakan virus
epiteliotropik (menginfeksi epitel ) dan tergolong dalam famili Papovaviridae.
Berdasarkan kemungkinan terjadinya displasia epitel dan keganasan maka VPH
dibagi menjadi VPH berisiko rendah (low risk), VPH beresiko sedang (moderate risk)
dan VPH berisiko tinggi (high risk). VPH tipe 6 dan tipe 11 paling sering ditemukan
pada kondiloma akuminata yang eksofitik dan pada displasia derajat rendah (low
risk), sedangkan VPH tipe 16 dan 18 sering ditemukan pada displasia keganasan yang
berisiko tinggi (high risk) sedangkan risiko menengah (moderate risk) terdiri atas
VPH tipe 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 58. Pada sekitar 10% pasien
mengalami kondiloma akuminata yang diakibatkan oleh kombinasi beberapa VPH
(Ghadishah, 2009).
2. Gejala Klinik

Kondiloma akuminata atau yang umum dikenal sebagai kutil genitalis


paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab. Pada
pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan di
bawah prepusium jika tidak disunat. Pada wanita, kutil timbul di vulva,
dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil
genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama
pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual
secara genitoanal. Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah
terinfeksi, dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab,
berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa
memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan
permukaannya yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol. Pada
wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan (penderita AIDS atau
pengobatan dengan obat yang menekan sistem kekebalan) dan pada
orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat.
Keadaan klinis kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk yaitu bentuk
akuminata, bentuk papul dan bentuk datar. Selain itu, dikenal pula
sebutan Giant Condyloma untuk keadaan klinis KA tampak sangat besar,
bersifat invasif lokal dan tidak bermetastasis (Zubier, 2009).

Daftar pustaka :
Ghadishah, D., 2009. Condiloma Acuminata, FACEP. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/781735-overview

[accessed

13

April 2010].
Zubier, F., 2009. Kondiloma Akuminata. In: Daili, S.F., et al., Infeksi Menular
Seksual. 4th ed. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 140-145.

Anda mungkin juga menyukai