2013
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat fisika dan kimia dari
koloid dan sistem koloid lahan gambut. Karena kebanyakan zat dapat berada
dalam keadaan koloid, semua cabang ilmu kimia berkepentingan dengan kimia
koloid dalam satu atau lain cara. Semua jaringan hidup bersifat koloidal. Banyak
reaksi kimia yang kompleks yang perlu untuk kehidupan, harus ditafsirkan secara
kimia koloid. Dalam industri, ilmu koloid penting dalam industri cat, keramik,
plastik, tekstil, kertas dan film foto, lem, tinta, semen, karet, kulit, bumbu selada,
mentega, keju, dan lain sebagainya. Ada dua macam pengamatan dalam
percobaan ini, yaitu dengan koloid artifisial dan koloid natural. Prosedur kedua
pengamatan masing-masing sama, yang beda hanyalah bahan yang digunakan.
Pada koloid artifisial, bahan yang digunakan adalah serbuk tanah gambut yang
kemudian dilarutkan, sedangkan pada koloid natural, bahan yang digunakan
adalah air gambut. Lalu keduanya diukur pH-nya dan diturunkan sampai 2 satuan
hingga menjadi asam. Pengamatan dilakukan dengan menyinari larutan induk
(tanah dan air gambut) dengan senter dan mengamati perbedaan yang terjadi.
Langkah yang sama dilakukan tapi dengan menambahkan kanji 5%. Larutan
induk juga ditambahkan dengan tawas dan ada juga dengan melakukan sentrifuge
pada larutan. Hasil yang didapat dari percobaan ini adalah terdapatnya sifat fisika
dan kimia koloid, yaitu adanya Efek Tyndall, terjadinya koagulasi dan Gerak
Brown, serta pH larutan yang menjadi asam. Penambahan kanji 5% menyebabkan
terjadinya koagulasi atau penggumpalan partikel-partikel koloid. Pada
penambahan tawas, larutan menjadi jernih daripada larutan induk sebelumnya.
Begitu juga pada perlakuan sentrifuge yang membuat larutan menjadi bersih dan
bening yang sebelumnya kotor dan buram serta berwarna coklat.
Kata Kunci : Koloid, Kanji, Sentrifudge, Tawas
VI-1
VI-2
PERCOBAAN 6
KIMIA KOLOID: SIFAT FISIKOKIMIA KOLOID LAHAN GAMBUT
6.1
PENDAHULUAN
6.1.1
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia
Latar Belakang
Koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya intan,
emas, keju, dan detergen merupakan contoh koloid. Koloid merupakan sistem
yang tidak homogen, tetapi juga tidak heterogen. Tipe koloid yang utama adalah
sol dan emulsi. Tipe ini banyak berperan dalam kehidupan sehari-hari.
Tentunya penerapan koloid itu akan terus berkembang dari masa ke masa
untuk menghasilkan produk berbasis koloid yang berkualitas. Contohnya dalam
industry makanan, imdustri tekstil dan industri bangunan. Dengan melakukan
praktikum atau percobaan ini, kita akan mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia dari
koloid lahan gambut yang sangat penting untuk diketahui oleh para sarjana teknik
lingkungan yang bisa membuat lingkungan menjadi lebih bersih dengan
menggunakan teknik dari sifat-sifat koloid, misalnya dengan cara koagulasi pada
sumber daya air, agar lebih bersih.
VI-3
6.2
DASAR TEORI
Penggunaan istilah koloid pertama kali diusulkan oleh Thomas
VI-4
Fase Pendispersi
Cair
Nama Koloid
Buih
Contoh
Buih sabun, krim
Gas
Padat
Busa/Buih Padat
kocok
Karet busa, batu
Cair
Cair
Gas
Cair
Aerosol Cair
Emulsi
apung, stirofoam
Kabut, awan
Susu,
santan,
Cair
Padat
Padat
Gas
Emulsi Padat
Aerosol
minyak ikan
Jeli, mutiara
Asap, debu
Padat
Cair
Sol
Sol
Padat
Padat
Sol Padat
emas,
sol
Koloid dispersi: koloid yang partikelnya tidak dapat larut secara individu dalam
medium, yang terjdi hanyalah penyebaran (dispersi) partikel tersebut. Contoh dari
kolid dispersi adalah kolid mikromolekul (protein dan plastik) dan agregat atom
(medium), koloid dapat dibagi atas kolid liofil dan koloid liofob.
Kolid liofil: koloid yang suka berikatan dengan mediumnya sehingga sulit
dipisahkan atau sangat stabil. Jika mediumnya air disebut koloid hidrofil (suka
VI-5
Koloid reversibel: suatu koloid yang dapat berubah jadi tak koloid dan kemudian
menjadi koloid kembali. Contohnya air susu (koloid) bila dibiarkan akan
mengendap (tidak koloid) dan airnya terpisah,tetapi bila dikocok akan bercampur
koloid yang lebih besar daripada partikel larutan. Sifat itu adalah sebagai berikut:
Sifat koligatif: kenaikan titik didih, penurunan titik beku, penurunan tekanan uap
dan tekanan osmotik. Sifat ini bergantung pada jumlah partikel koloid, bukan
pada jenisnya. Sifat koligatif berguna untuk menghitung mol atau konsentrasi
partikel koloid.
Sifat optik: ukuran partikel koloid agak besar, maka cahaya yang melewatinya
akan dipantulkan. Arah pantulan itu tidak teratur karena partikel tersebar secara
acak sehingga pantulan cahaya berhambur ke segala arah, disebut juga Efek
Tyndall.
Sifat kinetik: sebagai partikel yang bebas dlam mediumnya, partikel koloid selalu
bergerak ke segala arah. Gerakannya selalu lurus dan akan patah bila bertabrakan
dengan partikel lain. Gerakan itu disebut Gerak Brown. Gerak Brown
disebut adsorpsi.
Sifat listrik: partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik
VI-6
Kondensasi juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu cara reaksi kimia
(dengan menmbahkan pereaksi kedalam larutan), cara pertukaran pelarut (dengan
menukar pelarut/menambahkan pelarut lain), dan pendinginan berlebih (dengan
mendinginkan
campuran
agar
salah
satu
senyawa
membeku/koloid)
(Syukri.1999).
Suatu koloid biasanya mengandung senyawa lain yang larut, yang dapat
(Keenan.1984).
Eektroosmosis: memaksa ion-ion melewati pori-pori selaput semipermeabel
sebagai berikut:
Menambahkan ion: pada umumnya koloid padat (sol) dapat menyerap ion
sehingga akan bermuatan listrik. Partikel koloid yang bermuatan akan tolak-
VI-7
6.3
METODOLOGI PERCOBAAN
1.
2.
3.
4.
5.
Gambar 6.1 Rangkaian Alat Percobaan Koloid
Keterangan:
Mesin sentrifuge
Tabung reaksi berisi sampel
Tempat tabung reaksi
Pengatur waktu
Pengatur kecepatan
VI-8
1.3.2
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Serbuk tanah/debu 15
gram, Tawas 5 gram, Air gambut/air rawa keruh, HCl pekat 6 M, 15 ml kanji 5
%.
1.3.3
-
Prosedur Percobaan
Koloid Arfisial (Buatan)
1. Dibuat larutan koloid dengan cara: diambil 15 gram serbuk tanah, kemudian
2.
dimasukkan kedalam beker gelas 500 ml. larutan ini sebagai larutan induk.
3. Diambil larutan induk 200 ml, dimasukkan dalam gelas beker 200 ml.
4. Dilakukan penyinaran pada larutan dengan lampu emergency. Diamati jalannya
sinar, apakah sinarnya diteruskan, diserap sebagian atau diserap semuanya.
5. Diukur pH larutan induk, diturunkan pH nya sebanyak 2 satuan, dengan cara
ditambahkan HCl pekat tets demi tetes. Diamati perubahan yang terjadi.
6. Diambil larutan induk, dimasukkan kedalam beker 200 ml, lalu ditambahkan 5
gr tawas lalu diaduk merata. Dibiarkan selama 20 menit. Diamati perubahan
yang terjadi.
7. Diulangi langkah (4), tetapi ditambahkan 15 ml kanji.
8. Diambil tabung sentrifuge, diisi masing-masing dengan larutan koloid hingga
setengahnya. Dilakukan sentrifuge pada 500 rpm selama 5 menit. Diamati
perubahan yang terjadi.
VI-9
Diagram Alur
Diaduk larutan hingga tercampur
Serbuk tanah 15 gram dan aquadestGelas
400 ml
bekker 500 ml
Membentuk larutan induk.
Diamati perubahan
Larutan
Larutan
Larutan
HCl,
Larutan
induk,
induk + kanji,
induk +
induk + kanji,
VI-10
Larutan induk
Larutan induk
Diamati perubahan
Larutan
Larutan
Larutan
HCl,
Larutan
induk,
induk + kanji,
induk +
induk + kanji,
Dilakukan
sentrifuge pada 500 rpm selama 5 me
Gelas bekker
200 ml
VI-11
1.4
3
4
5
6
7
8
9
PROSEDUR KERJA
HASIL
Massa = 15 gram
Volume = 400 ml
bekker 500 ml
Mengambil larutan induk
Menyinari larutan induk dengan senter
Mengukur pH larutan induk
Menambah HCl pekat 3 tetes
Mengambil larutan induk, dimasukkan ke
terang diatas
Volume = 200 ml
Cahaya diserap sebagian
pH = 6
pH = 4
Larutan agak bening (masih
keruh)
volume = 15 ml
diaduk
10 Menyinari larutan dengan senter
11 Memasukkan larutan koloid pada 4 tabung
5 menit
6.4.1.2 Hasil Pengamatan Koloid Natural (Alami)
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Koloid Natural (Alami)
N
PROSEDUR KERJA
HASIL
VI-12
O
1
volume = 400 ml
Volume = 200 ml
3
4
5
6
cahay diteruskan
pH = 7
pH = 5
Volume larutan = 100 ml
Larutan jernih tidak ada
endapan
7
8
tawas, dikocok.
Mengukur kanji pada gelas ukur
Mencampur kanji dengan larutan induk 200 ml
Volume = 15 ml
Larutan berubah warna
10
VI-13
1.4.2 Pembahasan
1.4.2.1 Koloid Arfisial (Buatan)
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan larutan koloid dengan
menggunakan campuran dari air dan serbuk tanah. Ketika dilakukan penyinaran
terhadap koloid tersebut, terlihat bahwa sinar diserap sebagian. Partikel kolid dari
larutan induk akan memantulkan dan menghamburkan cahay akan terlihat terang,
maka peristiwa ini disebut efek tyndall. Efek tyndall digunakan untuk
membedakan disperse koloid dan suatu larutan biasa karena atom, molekul kecil
atuapun ion yang berada dalam suatu cahaya secara jelas. Penghamburan cahaya
pada larutan induk menjelaskan buramnya disperse koloid.
Partikel kolod buatan akan bergerak kesehala arah karena pengadukan.
Gerakannya selalu lurus dan berbelok apabila bertabrakan denagn partikel lain.
Gerakan ini disebut gerak brown. Gerakan ini menujukkan koloid berdifusi
lambat pada permukaan kolid terdapat gaya van der walls (terdapat molekul atau
ion lain disekitarnya). Gerakan ini mengkibatkan angka pH saat dilakukkan selalu
berubah-ubah(tidak tetap). Larutan induk pHnya yaitu 6 dan diturnkan derajat
keasamannya 2 satuan denagn menambahkan HCl pekat sebanyak 3 tetes.
Penurunan pH terjadi karen larutan kolid tersebut menyerap ion-ion yang berasal
dari HCl. Hal ini disebut dengan adsorbs. Adsorbsi merupakan penyerapan ion
pada permukkan koloid sehingga koloid menjadi bermuatan. Larutan koloid
tersebut menyerap ion H+ yang berasal dari larutan HCl, sehingga larutan menjadi
asam.
Pada percobaan penambahan tawas pada larutan koloid buatan
menghasilakn larutan menjadi sedikit lebih jernih. Tawas yang dilarutkan dalam
air membentuk aluminium hidroksida yang dapat melepaskan ion Al 3+ dalam air.
Ion positif inilah yang akan menetralkan ion-ion negative koloid dalam larutan k,
shingga penyerapan Al3+ akan mengakibatkan terjadinya pengumpulan partikel
koloid atau yang biasa disebut peristiwa koagulasi. Akibat dari tidak adanya
kestabilan ini, maka terjadi endapan. Berikut reaksi yang terjadi :
Al2(SO4)3 + 6 H2O
2 Al(OH)3 + 3 H2SO4. (6.1)
Pada penambahan kanji pada larutan koloid, larutan menjadi lebuh pekat
dan kental serta larutan berubah menajdi putih susu. Hal ini terjadi karena larutan
VI-14
VI-15
Pada penambahan kanji pada larutan koloid alami, larutan menjadi lebih
kental dan pekat, serta larutan berubah menjadi putih susu. Hal ini terjadi karena
larutan kanji sudah merupakn koloid, sehingga ketika dicampurkan larutan koloid
akan menjadi semakin koloid. Saat dilakukan penyinaran, cahaya diserap
sebagian. Hal ini karena hanya sebagian pertikel larutan koloid yang memiliki
sifat efek tyndall.
Pada tahap akhir, semua larutan koloid alami dimasukan setengah dari
tabung reaksi, lalu dimasukkan kedalam mesin sentrifige pada 500 rpm selama 5
menit. Hasilnya larutan induk berwarna bening tapi tidak terbentuk endapan.
Larutan induk yang ditambahkan HCl pekat berwarna bening tapi tidak terdapat
endapan. Larutan induk yang ditambahkan kanji mesih sedikit keruh dan terdapat
endapan, serta larutan induk yang ditambahkan tawas berwarna bening tapi tidak
terdapat endapan.
VI-16
1.5
PENUTUP
6.5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa sifat-sifat yang dimiliki
koloid buatan ataupun koloid alami adalah efek tyndall, gerak brown, adsorbsi,
dan koagulasi. Penyinaran larutan koloid untuk mengetahui ada tidaknya efek
tyndall, penambahan HCl pada larutan koloid dapat mengakibatkan pH larutan
larutan berkurang. Larutan berubah menjadi lebih bening karena tawas bersifat
mengikat partikel sehingga terjadi penggumpalan atau bisa juga disebut kogulasi.
Padaproses penambahan kanji pada larutan koloid, larutan koloid menjadi
semakin koloid. Hal ini terjadi karean larutan kanji juga merupakan larutan
koloid. Prinsip- kerja sentrifuge adalah m,emisahkan partikel berdasarkan berat
jenisnya, yang ditandai dengan terbentuknya endapan didasar tabung reaksi.
1.5.2
Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya praktikan lebih cernmat dan
teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi saat praktikum, agar hasil dari
percobaan bisa lebih maksimal.
VI-17
DAFTAR PUSTAKA
Keenan.1984. Kimia Untuk Universitas Jilid I .Erlangga.Jakarta : Hal 464.
Michael Purba.2006. Kimia Koloid .Erlangga.Jakarta: Hal 215.
Nurul.2012. Sejarah Koloid.
http://kimia.upi.edu/staf/nurul/web2012/1002347/sejarah_html
Diakses pada 10 November 2013
Syukri.S.1999. Kimia Dasar 2 .ITB.Bandung : Hal 455-456.
Triwahyu.2013. Penjelasan Mengenai Sistem Koloid.
http://www.triwahyu.web.id/2013/penjelasan-mengenai-sistem koloid.html
Diakses pada 10 november 2013