KESEHATAN MASYARAKAT
Periode 5 Oktober-12 Desember 2015
Mata Ujian
Wilayah masalah
Tempat ujian
Nama
NIM
: 11-184
Tanda tangan
Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) (ISPA) adalah infeksi yang terjadi
pada saluran pernapasan; dimana menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang
berlangsung kurang lebih 14 hari. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan
infeksi yang terdapat pada saluran napas atas maupun saluran napas bagian bawah. 1,2 ISPA
mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).3 Menurut Nelson
(2011) ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura.4 Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan
gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernapasan atau struktur
yang berhubungan dengan pernapasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
Hingga saat ini telah dikenal lebih dari 300 jenis bakteri dan virus sebagai penyebab
ISPA. Berdasarkan definisi ini diagnosis ISPA ditegakkan dengan pembuktian jenis
infecting agent dan adanya inflamasi saluran nafas. Pembuktian ini membutuhkan
pemeriksaan laboratorium yang tidak sederhana sehingga tidak praktis diterapkan pada saat
ini di Indonesia dan kadangkala di negara maju.5
ISPA adalah suatu penyakit dapat menyerang semua umur. 90% dari infeksi saluran
pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering dijumpai di negaranegara berkembang, seperti di Indonesia maupun di negara maju, dimana berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2013 didapatkan prevalensi nasional ISPA di Indonesia adalah 25,0%.6,7
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus,
Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA yaitu, golongan
Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain
(Suhandayani, 2007). Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan
Status Ujian Kesehatan Masyarakat
Page 2
oleh virus, sering terjadi pada cuaca dingin. ISPA yang berlanjut dapat menjadi
pneumonia.6-8
Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta meninggal karena ISPA (1
balita/15 detik) dari 9 juta total kematian balita. Di antara 5 kematian balita, 1 diantaranya
di sebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena besarnya kematian ISPA ini, ISPA/pneumonia
disebut sebagai pandemi yang terlupakan atau forgetten pandemic. Namun, tidak banyak
perhatian terhadap penyakit ini, sehingga pneumonia disebut juga pembunuh balita yang
terlupakan atau forgetten killer of children (Unicef/WHO, 2009). Setiap tahun diperkirakan
4 juta anak balita meninggal karena ISPA (terutama pneumonia dan bronkiolitis) 71-140 per
1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007 penyebab kematian dengan kasus pnemonia
sebanyak 3,8%. Diperkirakan bahwa proposi penyakit menular di indonesia dalam 12 tahun
ini telah menurun, sepertiganya dari 44% menjadi 28% .3,4,9
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian
tersering pada anak di negara berkembang. Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam
kasus di antara 1000 bayi dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA
sebanyak lima dari 1000 balita. Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA mencakup 20-30%.
Sekitar 40%-60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA dan 15-30%
kunjungan pasien ISPA berobat ke bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit.
Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 didapatkan bahwa dari 15 juta perkiraan kematian
pada anak berusia di bawah 5 tahun terdapat 4 juta (26,67%) kematian yang diakibatkan
oleh penyakit ISPA setiap tahunnya. Sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi
(khusus bayi muda). Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2013,. Period
prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir. Lima provinsi dengan ISPA
tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa
Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara
Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia
menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%).9,10
Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering, dan gatal dalam hidung,
yang kemudian diikuti bersin terus - menerus, hidung tersumbat dengan ingus, demam, dan
nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih
Status Ujian Kesehatan Masyarakat
Page 3
lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak
terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3 - 5 hari.
Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba
esutachii, hingga bronkitis dan peneumonia (radang paru).2,7
Di Indonesia, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) saluran menempati urutan
pertama menyebabkan kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering
berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survey mortalitas yang dilakukan
oleh subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar
di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita.
Hasil survei kesehatan nasional di Indonesia tahun 2001 menunjukkan bahwa
proporsi kematian bayi akibat ISPA masih 28 % artinya bahwa dari 100 bayi meninggal 28
disebabkan oleh penyakit ISPA dan terutama 80 % kasus kematian ISPA pada balita adalah
akibat Pneumonia. Angka kematian balita akibat pneumonia pada akhir tahun 2000 di
perkirakan sekitar 4,9 / 1000 balita, berarti terdapat 140.000 balita yang meninggal setiap
tahunnya akibat pneumonia, atau rata-rata 1 anak balita Indonesia meninggal akibat
pneumonia setiap 5 menit.1
Sejumlah Puskesmas di kota Jakarta Menunjukkan adanya peningkatan kasus ISPA
bahkan kunjungan pasien di Puskesmas tersebut didominasi penderita ISPA dengan gejala
batuk, pilek, disertai dengan demam. Dalam 1 hari ada 50 -60 pasien yang berkunjung ke
puskesmas. Dari jumlah tersebut hampir 80% menderita ISPA.3,4
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian
seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan
sering disertai penyulit-penyulit serta kurang gizi. Program pemberantasan ISPA secara
khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA,
namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi.6,7
Page 4
GENETIK
-herediter
LINGKUNGAN
(Sosial, ekonomi, budaya, pendidikan,
Pekerjaan , dst)
SEHAT
Fisik
Mental
sosial
PELAYANAN
KESEHATAN
(Kualitas dan kuantitas)
PERILAKU
KESEHATAN
Jika ISPA dikaitkan dengan teori Hendrik L.Blum maka faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat sebagai berikut:
1. Lingkungan
a. Fisik
Faktor fisik yang mempengaruhi penyakit ISPA ini antara lain adalah pada
1)
2)
3)
Pencahayaan
b. Biologis
Infeksi saluran
Page 5
dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah
misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan. Untuk golongan virus
penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus parainfluensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus.
c. Sosio-Kultural
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap pendidikan dan faktor-faktor lain
seperti gizi, lingkungan dan penerimaan layanan kesehatan.Status ekonomi yang
rendah berkaitan dengan ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan gizi guna
menciptakan daya tahan tubuh yang optimal. Selain itu seseorang dengan status
ekonomi yang rendah seringkali dikaitkan dengan kondisi rumah yang tidak
memenuhi standar rumah sehat. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan.
2. Perilaku
Tingkat pengetahuan berpengaruh pada angka kejadian ISPA, seperti,
pengetahuan akan penyebab, faktor resiko, penyebaran dan pencegahannya. Salah
satu sikap untuk menurunkan kejadian ISPA adalah Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) hendaknya menjadi budaya karena menurut situs Centers for Disease
Control. Pada kasus ISPA, penularan adalah dari penghirupan droplet saat seorang
penderita batuk. Kebiasaan tidak menutup mulut saat batuk dapat menyebabkan
orang lain di sekitar orang yang batuk tersebut menghirup mucus yang terdapat
dalam percikan batuk penderita tersebut, di mana di dalam mucus tersebut terdapat
kuman. Berangkat dari hal tersebut, salah satu cara yang paling efektif untuk
Status Ujian Kesehatan Masyarakat
Page 6
memutus rantai penyebaran kuman adalah dengan menutup mulut saat batuk dan
tidak membuang dahak sembarangan. Selain itu pada praktiknya untuk mencegah
terjadinya penyakit ISPA bisa dilakukan dengan rajin membuka jendela untuk
ventilasi udara di rumah, berobat ke dokter jika sakit dan taat minum obat.
Pengobatan yang tidak tuntas pada serangan ISPA sebelumnya dapat mengakibatkan
terjadinya infeksi saluran pernapasan kronik.
3. Pelayanan Kesehatan
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat
dapat ditanggulangi oleh pelayanan kesehatan dengan mengadakan penyuluhan pada
masyarakat serta peran aktif pelayanan kesehatan masyarakat.
Promotif
Tindakan promotif yang biasa dilakukan dalam hal mencegah ISPA adalah dengan
memberikan pengetahuan tentang ISPA, cara penularan, pencegahan dan
tatalaksananya. Pemberian pengetahuan ini antara lain dapat dilakukan dengan
cara pemberian penyuluhan kepada masyarakat.
Preventif
Pelayanan kesehatan berupa pemberian imunisasi merupakan faktor yang dapat
mencegah terjadinya penyakit infeksi saluran pernapasan sehingga tidak mudah
menjadi lebih parah.
Kuratif
Bagi masyarakat yang sudah terkena ISPA, disarankan untuk segera berobat ke
dokter untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
Rehabilitatif
Rehabilitatif dapat dilakukan dengan cara melakukan semua anjuran dokter dan
meminum obat yang sudah diberikan agar dapat cepat sembuh dari penyakit ini.
Herediter
Tidak ada pengaruh keturunan pada penyakit ISPA.
Page 7
Environment
Host
Agent
bakteri
virus
Page 8
rendah daya tahan tubuhnya. Anak berumur kurang dari dua tahun memiliki
resiko lebih tinggi untuk terserang ISPA. Depkes (2000), menyebutkan resiko
terjadinya ISPA yaitu pneumonia terjadi pada umur lebih muda lagi yaitu
kurang dari dua bulan. Anak dengan umur kurang dari 2 tahun merupakan anak
yang sangat beresiko terkena penyakit pneumonia. Hal ini disebabkan karena
anak di bawah umur 2 tahun imunisasai belum sempurna dan saluran
pernapasan relative sempit.
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Dewi, dkk di kabupaten Klaten ( 1996),
didapatkan sebagian besar kasus terjadi pada anak laki- laki sebesar 58,97%
sementara untuk perempuan sebesar 41,03%.
c. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab
utama kematian terutama anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak anak
yang meninggal karena penyakit infeksi didahului oleh keadaan gizi yang
kurang memuaskan. Malnutrisi dianggap bertanggungjawab terhadap ISPA
pada balita terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini
mudah dipahami karena keadaan malnutrisi menyebabkan lemahnya daya tahan
tubuh anak. Hal tersebut memudahkan masukya agen penyakit ke dalam tubuh
dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit. Malnutrisi menyebabkan
resistensi terhadap infeksi menurun oleh efek nutrisi yang buruk. Menurut
WHO (2000), telah dibuktikan bahwa ada hubungan antara malnutrisi dengan
episode ISPA.
3. Faktor lingkungan atau environment (mempengaruhi keberadaan agen, pajanan atau
kerentanan terhadap agen)
a. Kelembaban ruangan
b. Suhu ruangan
c. Ventilasi
d. Kepadatan hunian rumah
e. Penggunaan anti nyamuk
f. Bahan bakar untuk memasak
Status Ujian Kesehatan Masyarakat
Page 9
g. Keberadaan perokok
h. Status ekonomi dan pendidikan
Diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah
mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa status ekonomi yang baik akan lebih baikdalam menurunkan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut dibandingkan dengan ekonomi yang rendah.
B. DATA GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI KECAMATAN DUREN SAWIT
1. Data Geografi
Page 10
Page 11
KELURAHAN
LUAS (Ha)
RT
RW
Klender
308,5
200
18
Pondok Bambu
489,7
174
12
Duren Sawit
455,55
181
17
Malaka Sari
138,23
140
10
Malaka Jaya
98,18
134
13
Pondok Kopi
206
106
11
Pondok Kelapa
572,15
166
14
JUMLAH
2.264,96
1.101
95
Bagian
Batas Wilayah
Kecamatan Cakung dan Kecamatan Pulo Gadung, Kota
1.
Utara
2.
Selatan
3.
Timur
4.
Barat
Jakarta Timur
Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur Tahun 2014
Page 12
Berdasarkan data dari kantor Kecamatan Duren Sawit, jumlah penduduk kecamatan
Duren Sawit tahun 2014 adalah sebanyak 397.666 Jiwa, terdiri dari laki-laki 199.454
Jiwa dan perempuan : 198.212 Jiwa, sedangkan jumlah Kepala Keluarga : 119.761 KK.
Rincian selengkapnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 4. Data demografi kecamatan duren sawit
DATA JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN JUMLAH
No
.
1
2
3
4
5
6
7
Kelurahan
Klender
Pondok Bambu
Duren Sawit
Malaka Sari
Malak Jaya
Pondok Kopi
Pondok Kelapa
JUMLAH
Jumlah
Penduduk
79.187
67.156
65.949
32.873
36.524
38.262
73.128
393.079
Jumlah penduduk
laki-laki
40.590
34.405
33.108
16.325
18.079
19.320
36.899
198.722
perempuan
Jumlah KK
38.597
32.751
32.845
16.548
18.445
18.942
36.229
194.357
25.219
21.086
19.263
9.891
6.439
10.995
20.858
113.711
Page 13
/
TAHU
LAKI
WANIT
JUMLA
17.541
36.360
15.427
31.267
13.192
27.133
14.917
28.490
18.083
34.089
20.841
41,233
20.585
41.859
17.253
35.121
14.142
28.554
12.185
23.958
10.905
20.702
N
18.81
04
59
10 14
15 19
20 24
25 29
30 34
35 39
40 44
10
45 49
11
50 54
3
9.797
12
55 59
8.351
9.208
17.555
13
60 64
6.358
5.793
12.151
14
65 69
4.053
3.449
7,502
15
70 74
2.146
1.924
4.070
16
> 75
JUMLA
1.239
195.8
1.718
2.957
42
197.119
392.961
9
15.84
0
13.94
1
13.57
3
16.00
6
20.39
2
21.27
4
17.86
8
14.41
2
11.77
Page 14
LAKI-LAKI
WANITA
30000
20000
10000
10000
20000
30000
JENIS AGAMA
JUMLAH JIWA
PERSENTASE
Islam
354.545
90.29
Kristen Protestan
18.215
4.64
Page 15
Kristen Katolik
12.210
3.11
Hindu
3.812
0.97
Budha
3.881
0.99
JUMLAH
376.893
100.00
KELURAHAN
JUMLAH
72
60
61
41
36
39
69
378
2014
C. KELURAHAN KLENDER
Status Ujian Kesehatan Masyarakat
Page 16
Sebelah Utara
Kaum
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Rakyat/Pondok
-
Bambu
: Kali Sunter/Kel. Cipinang Muara
Sebelah Barat
a. Status Tanah
- Tanah Negara
=
- Tanah Milik Adat =
- Tanah Wakaf
=
:
25,9
Ha
277,9 Ha
1,1
Ha
b. Keadaan Tanah
:
- Tanah Darat
- Tanah Sawah
=
=
c. Peruntukan Tanah
:
- Perumahan
- Perkantoran/industri
- Fasilitas Umum
- Sarana Ibadah
- Pemakaman
=
=
=
=
=
308,9 Ha
- Ha
253,61
39,95
3,50
3,50
4,34
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
RW
RT
Jumlah KK
JumlahPenduduk
Laki-laki
Perempuan
Total
1.
01
12
1441
3126
2856
5982
2.
02
15
1388
3190
3851
7081
3.
03
15
1409
2809
2453
5262
4.
08
18
1545
3227
3083
6270
Page 17
5.
05
11
1369
2220
2014
4234
6.
06
1327
1971
1710
3681
7.
07
11
1357
2270
1663
3933
8.
08
10
1361
2556
2327
4883
9.
09
11
1053
2378
2157
4535
10.
010
12
1550
2705
2640
5345
11.
011
14
1382
2607
2426
5033
12.
012
1396
1711
1339
3050
13.
013
10
1333
2358
2107
4465
14.
014
1345
1488
2301
3789
15.
015
1299
1466
1279
2745
16.
016
1223
1314
1644
2958
17.
017
15
2241
3192
2598
5790
18.
018
1193
1366
1308
2670
200
25212
41954
39712
81666
Jumlah
No
STRATA
UMUR
WNI
JUMLAH
Seluruhnya
WNA
LK.
PR.
JUMLAH
LK.
PR.
JUMLA
H
0-4
3475
3411
6886
6886
5-9
3863
3299
7162
7162
Page 18
10-14
3370
3321
6691
6691
15-19
4245
3888
8133
8133
20-24
3508
3325
6829
6829
25-29
3308
3337
6645
6645
30-34
3450
3293
6743
6743
35-39
3427
3450
6877
6877
40-44
3791
3600
7391
7391
10
45-49
3441
3344
6785
6785
11
50-54
3361
3308
6665
6665
12
55-59
1287
1110
2397
2397
13
60-64
1008
720
1724
1724
14
65-69
246
165
411
411
15
70-74
98
82
180
180
16
>75
74
63
137
137
41954
39712
81666
81666
JUMLAH
Nama
Jumlah
o.
Pendidikan
Sekolah
1
TK
6
2
SD
15
3
SMP
3
4
SMU
4
5
Perguruan Tinggi
2
Laporan Tahunan Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Tahun 2014
Tabel 12 . Data Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Klender
N
Jenis Sarana
Jumlah
Page 19
o.
1
Apotek
10
2
Posyandu
25
3
UPGK
0
4
BKB
10
5
Taman Toga
5
6
Depot Jamu
2
Laporan Tahunan Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Tahun 2014
D. Pola Penyakit
Pola penyakit terpilih di wilayah kelurahan Klender III berdasarkan pasien
yang berkunjung ke Puskesmas, yaitu 10 penyakit terbanyak sebagai berikut :
Tabel 13. Data 10 Penyakit Terbanyak
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jenis Penyakit
Jumlah
Infeksi saluran pernapasan bagian atas
Hipertensi
Gastritis
Penyakit lainnya
Penyakit pada sistem otot
Penyakit kulit alergi
Diare
Penyakit kulit infeksi
Tonsilitis
DM tanpa insulin
Laporan Tahunan Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Tahun 2014
2208
1015
695
632
631
415
347
244
235
185
Page 20
4%
ISPA
4% 3%
Hipertensi
5%
Gastritis
33%
6%
Penyakit Linnya
Penyakit Pada Sistem Otot
Penyakit Kulit Alergi
10%
Diare
Penyakit Kulit Infeksi
10%
11%
Tonsilitis
15%
Pendidikan
Pendidikan
Page 21
Negeri
Jml
Jml
Jml
Sekolah
Murid
Guru
Swasta
Jml
Jml
Jml
Sekolah
Murid
Guru
SD
14
500
150
PAUD
17
146
58
SMP
460
120
TK
11
95
75
SMA
600
185
MI
530
66
PT
MTS
488
56
ALIYAH
350
74
PT
Jumlah
44
1609
329
Jumlah
19
1560
455
Jumlah
2
1
17
17
10
8
4
1
1
1
Page 22
NO
1.
NAMA PENYAKIT
Penyakit lain pada saluran pernafasan bag. Atas
JUMLAH
3.778
50,47
2.
801
10,69
3.
Penyakit lainnya
517
6,90
4.
Hipertensi
509
6,79
5.
460
6,14
6.
392
5,23
7.
366
4,88
8.
Asma
279
3,72
9.
202
2,69
10.
Neurotik
182
2,43
Jumlah
7486
4000
3500
3000
ISPA
Peny. Lain
Hipertensi
Peny. Mata
Asma
Neurotik
2500
2000
1500
Peny. Kulit Alergi
1000
500
0
2010
Page 23
BAB II
DIAGNOSIS MASALAH
Masalah Kesehatan
: ISPA
Wilayah Masalah
Sasaran
Jumlah penduduk
: 278 orang
Jumlah KK
: 71 kepala keluarga
Jumlah sasaran
: 35 orang
Jumlah sample
: 22 orang
Pengetahuan
Yang mengetahui kepanjangan dari ISPA
Yang mengetahui pengertian dari ISPA
Yang mengetahui jenis ISPA
Yang mengetahui gejala ISPA
Sebelum Intervensi
N
%
13
14
9
12
59,09
63,64
40,91
54,55
Page 24
5.
6.
7.
8.
9.
9
16
14
17
18
40,91
72,73
63,64
77,27
81,82
10.
terserang ISPA
Yang mengetahui pencegahan ISPA
11
50
Keterangan :
1. 13 dari 22 responden (59,09 %) mengetahui kepanjangan dari ISPA adalah Infeksi
Saluran Pernafasan Akut.
2. 14 dari 22 responden (63,64 %) mengetahui pengertian dari ISPA.
3. 9 dari 22 responden (40,91 %) mengetahui jenis ISPA yaitu pneumonia dan nonpneumonia
4. 12 dari 22 responden (54,55 %) mengetahui gejala ISPA adalah batuk dan pilek
5. 9 dari 22 responden (40,91 %) mengetahui penyebab dari ISPA adalah bakteri dan
virus
6. 16 dari 22 responden (72,73 %) mengetahui yang memperberat ISPA adalah
minuman dingin, asap kendaraan dan merokok.
7. 14 dari 22 responden (63,64 %) mengetahui cara penularan ISPA yaitu melalui
percikan dahak
8. 17 dari 22 responden (77,27 %) mengetahui komplikasi dari ISPA yaitu Penyakit
Paru Obstruktif Kronis
9. 18 dari 22 responden (81,82 %) mampu mengenali sistem tubuh yang terserang
ISPA adalah sistem pernapasan
10. 11 dari 22 responden (50 %) mengetahui pencegahan ISPA adalah dengan
menutup hidung dan mulut saat bersin atau batuk, menghindar orang yang sakit
ISPA dan tidak minuman dingin
Tabel 18. Hasil Pre Test
No.
1.
2.
Status Ujian Kesehatan Masyarakat
Pre test
Nilai
80
60
Page 25
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Rata-Rata
80
60
40
70
50
50
60
80
50
60
60
70
40
80
50
60
80
70
40
40
60,45
Jumlah Soal
1
10/10
0%
9/10
0%
8/10
22,73 %
7/10
13,64 %
6/10
27,27 %
5/10
18,18 %
4/10
18,18 %
3/10
0%
2/10
0%
10
1/10
0%
Page 26
Total
22
100 %
Keterangan :
Tingkat perilaku kesehatan dilihat dari nilai rata rata responden
Nilai rata rata
=0(100)+0(90)+5(80)+3(70)+6(60)+4(50)+4(40)+0(30)+0(20)+0(10)
22
=0 + 0 + 400 + 210 + 360 + 200 + 160 + 0 + 0 + 0
22
=1330 / 22
= 60,45
Nilai
< 65
65 80
80
Kategori
Kurang
Sedang
Baik
PERUMUSAN MASALAH
Pengetahuan Warga RT 08/RW 17 Kelurahan Klender III Kecamatan Duren Sawit tentang
ISPA masih kurang sesuai kriteria, khususnya pada hal-hal berikut :
Pengertian ISPA
Jenis-jenis ISPA
gejala ISPA
Page 27
penyebab ISPA
Pencegahan ISPA
BAB III
PERENCANAAN PERUMUSAN MASALAH
1. Rencana Intervensi
2. Tujuan
a.Tujuan Umum :
Page 28
: 35 orang
5. Rencana Kegiatan
Hari/Tanggal
Jam
Tempat
Acara
6. Sumber Daya
-
Dokter Muda
: 1 orang
Kader
: 1 orang
Biaya operasional
No
Keterangan
Jumlah
1.
Souvenir
Rp. 30.000,-
2.
Rp. 7.500,-
lembar @ Rp 125,3.
Rp. 8.750,-
4.
Konsumsi
(Kue-Kue kering 50 @Rp. 1.000)
(Aqua Gelas 2 dus @ 12.500)
Rp. 75.000,-
Page 29
TOTAL
Rp. 121.250,-
BAB IV
PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH
1. Pelaksanaan Intervensi
-. Hari / Tanggal
: Sabtu, 28 November 2015
-. Waktu
: 17.30 18.30 WIB
-. Tempat
: Rumah ketua RT 08 RW 17 Kelurahan Klender III
2. Peserta yang hadir
: 22 orang (Pria 1 orang, perempuan 21 orang)
3. Materi
Pengertian & jenis ISPA
Cara penularan dan Penyebab ISPA
Gejala ISPA
Penanganan dari ISPA
Pencegahan ISPA
4. SDM
- Dokter Muda
: 1 Orang
- Kader
: 1 Orang
-
Biaya operasional
Page 30
No
Keterangan
Jumlah
1.
Souvenir
Rp. 30.000,-
2.
Rp. 7.500,-
lembar @ Rp 125,3.
Rp. 8.750,-
4.
Konsumsi
(Kue-Kue kering 50 @Rp. 1.000)
(Aqua Gelas 2 dus @ 12.500)
Rp. 75.000,-
TOTAL
Rp. 121.250,-
BAB V
EVALUASI
A. Input
-
SDM untuk program ini adalah 1 orang dokter muda Diah Ayu Adiati, S.Ked
perencanaan.
Materi yang digunakan tetap menggunakan leaflet sesuai dengan perencanaan
Penyuluhan dilakukan di rumah ibu ketua RT di RT 08 RW 17 Kelurahan Klender
III Kecamatan Duren Sawit tentang pengertian, jenis-jenis, penyebab, gejala, cara
penularan, pengobatan dan pencegahan ISPA sesuai dengan perencanaan.
B. Proses
-
dengan perencanaan.
Jumlah peserta yang hadir kurang dari target dan tidak sesuai dengan perencanaan.
Ini dikarenakan waktu kegiatan terlalu sore sehingga banyak warga yang sudah
kembali ke rumah masing-masing.
Page 31
berlansung.
Pemecahan masalah : Walaupun waktu pelaksanaan mundur 15 menit, dokter muda
mempersingkat waktu presentasi tetapi isi penting dari materi tetap disampaikan
secara lugas. Di samping itu peserta penyuluhan menanggapi dengan antusias
selama penyuluhan ini.
Output
Tabel 21. Hasil Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Rata-rata
Pre test
Nilai
80
60
80
60
40
70
50
50
60
80
50
60
60
70
40
80
50
60
80
70
40
40
1330/22 = 60,45
Post test
Nilai
100
80
90
90
70
100
70
80
70
90
90
70
90
90
70
90
80
80
100
100
70
60
1830/22 = 83,18
Page 32
Sebelum dilakukan penyuluhan mengenai ISPA hasil pretest rata - rata dari 22
responden adalah 60,45. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, hasil post test rata - rata
dari 22 responden adalah 83,18. Hal ini berarti, telah terjadi peningkatan pengetahuan
responden sebesar 22,73. Hal ini menandakan penyuluhan mengenai ISPA yang diberikan
telah berhasil menambah pengetahuan responden. Jadi persentase selisih nilai pretest dan
post test warga RT 08 / RW 17 Kelurahan Klender III, Kecamatan Duren Sawit Jakarta
Timur adalah :
{(Post testPretest ) / pretest } x 100% = {(83,1860,45)/60,45}x100%
= 37,60 %
Pretest
N
%
13
59,09
2.
ISPA?
Apa pengertian dari
14
63,64
20
90,91
27,27
Pengetahuan
Posttest
N
%
19
86,36
Kenaikan
N
%
6
27,27
ISPA?
3.
Apa
jenis-jenis
ISPA
40,91
15
68,18
27,27
4.
5.
6.
12
9
16
54,55
40,91
72,73
16
16
20
72,73
72,73
90,91
4
7
4
18,18
31,82
18,18
7.
memperberat ISPA?
Bagaimana
cara
14
63,64
20
90,91
27,27
8.
9.
penularan ISPA?
Komplikasi ISPA?
Sistem
tubuh
yang
17
18
77,27
81,82
20
20
90,91
90,91
3
2
13,64
9,09
10.
terserrang ISPA?
Apa pencegahan
yang
11
50
17
77,27
27,27
133/22
183/22
6,045
8,318
2,273
Page 33
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Page 34
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013
2. Simoes, EA, dkk. Chapter 25 : Acute Respiratory Infections in Children. Disease Control
Priorities in Developing Countries 2nd edition.
Page 35
BAB VII
LAMPIRAN
Page 36
Page 37
KECAMATAN:
Identitas
Nama:
Usia:
Jenis Kelamin:
Status perkawinan:
Pekerjaan:
Agama :
Suku:
Pertanyaan :
1. Apakah yang akan anda lakukan jika anda atau keluarga anda terserang ISPA ?
a. Minum obat warung
b. Istirahat saja
c. Berobat ke dokter atau puskesmas
d. Tidak tahu
Page 38
Page 39