PENDAHULUAN
appendicitis
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. B
Umur
: 11 tahun
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Status perkawinan
: Lajang
Tanggal masuk RS
: 9 September 2014
Tanggal pemeriksaan
: 10 September 2014
Tempat
: Edelweis
2. PEMERIKSAAN
2.1 Anamnesis
Tanggal 10 September 2014 (pre operasi)
Keluhan Utama :
2
Nyeri perut
Keluhan Tambahan :
Demam, mual dan muntah
: Disangkal
: Disangkal
Asma
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Operasi
: Disangkal
3
: Disangkal
: Disangkal
Asma
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
KU : tampak kesakitan
: 120x/ menit
o Suhu
: 37,4 C
o Pernafasan
: 24 x/ menit
Auskultasi:
o Palpasi:
o Perkusi:
Ekstremitas :
Superior
(-/-)
(-/-)
(-/-)
< 2
Akral dingin
Akral sianosis
Oedem
Capillary Refill
Inferior
(-/-)
(-/-)
(-/-)
< 2
2.3 Assessment
Abdominal Pain ec susp. Appendicitis
2.4 Planning Diagnostik
Lab darah lengkap , CT BT
USG abdomen
Hasil
Nilai rujukan
12.8
11.0 17.0
6
Leukosit (ul)
10900
400 12000
Trombosit (ul)
282000
150000 400000
Hematokrit (%)
33.9
35.0 55.0
Eritrosit (ul)
4.35
4.0 6.2
MCV (fl)
77.9
80 100
MCH (pg)
28.3
26 34
MCHC (gr/dl)
36.3
31 35
Clotting time
Bleeding time
Pasien dipuasakan
Istirahat cukup
Minum obat teratur
o Tanda vital :
o Tekanan darah : 100/60 mmHg
o Nadi
: 88x/menit
o Laju nafas
: 24x/menit
o Suhu
: 36,8 C
o Kepala : CA -/- , SI -/o Pupil isokor : 3 milimeter
o Kepala : normocephal
o Thorax :
Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)
Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/o Abdomen
o Inspeksi:
o Palpasi:
o Perkusi:
11
o Ekstremitas :
Akral dingin
Akral sianosis
Oedem
Capillary Refill
Superior
(-/-)
(-/-)
(+/-)
< 2
Inferior
(-/-)
(-/-)
(-/-)
< 2
o Assessment:
Post OP Laparatomi H1
o Planning:
-
Terapi Lanjut
Diet bubur
Pemeriksaan:
KU : sedang
Vital Sign
o Tekanan darah
: 100/60 mmHg
o Nadi
: 84 x/ menit
o Suhu
: 37,2 C
o Pernafasan
: 22 x/ menit
Auskultasi:
o Palpasi:
13
o Perkusi:
Ekstremitas :
Akral dingin
Akral sianosis
Oedem
Capillary Refill
Superior
(-/-)
(-/-)
(+/-)
< 2
Inferior
(-/-)
(-/-)
(-/-)
< 2
Assessment:
Post OP Laparotomi H 2
Planning :
-
Terapi:
o Infus RL 16 tpm
o Inj. Cefotaxim
o Inj. Antrain 3 x ampul
14
Monitoring
o Keadaan Umum
o Tanda Vital
o Gejala Klinis
Mobilisasi
Pemeriksaan:
o KU : Sedang
o Kesadaran/GCS : compos mentis/15
o Tanda vital :
o Tekanan darah
: 100/60 mmHg
o Nadi
: 82 x/menit
o Laju nafas
: 18x/menit
o Suhu
: 37,8C.
o Kepala
: CA -/- , SI -/-
15
Auskultasi:
o Palpasi:
o Perkusi:
o Ekstremitas :
Akral dingin
Akral sianosis
Oedem
Capillary Refill
Superior
(-/-)
(-/-)
(+/-)
< 2
Inferior
(-/-)
(-/-)
(-/-)
< 2
Assessment:
Post OP Laparatomi H 3
16
Planning :
o Diagnostik : Cek Widal
o Terapi:
1. Infus RL 15 tpm
2. Inj. Cyprofloxacin amp / 12 jam
3. Inj. Formaldehid / 8 jam
o Monitoring
1. Keadaan Umum
2. Tanda Vital
3. Gejala Klinis
HASIL WIDAL
- Thypi O
: (-)
Paratyphi-AO
: (-)
Paratyphi-BO
: (-)
Paratyphi-CO
: (+) 1/160
Typhi H
: (-)
Paratyphi-AH
: (-)
17
Paratyphi-BH
: (-)
Paratyphi-CH
: (-)
Pemeriksaan:
o KU : Sedang
o Kesadaran/GCS : compos mentis/15
o Tanda vital :
o Tekanan darah
: 100/60 mmHg
o Nadi
: 82 x/menit
o Laju nafas
: 18x/menit
o Suhu
: 37C.
o Kepala
: CA -/- , SI -/-
18
Auskultasi:
o Palpasi:
o Perkusi:
o Ekstremitas :
Akral dingin
Akral sianosis
Oedem
Capillary Refill
Superior
(-/-)
(-/-)
(+/-)
< 2
Inferior
(-/-)
(-/-)
(-/-)
< 2
Assessment:
Post OP Laparatomi H 4
Planning :
19
o Aff infus
o Terapi:
1. Cefadroxyl 2x1
2. As. Mefenamat 3x1
o Boleh Pulang
20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya
lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus.
Obstruksi lumen merupakan penyebab utama appendicitis. Erosi membran
mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica,
Trichuris trichiura, dan Enterobius vermikularis.
B. Anatomi
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang
kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak
saat perkembangan embriologi minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari
protuberans sekum. Pada saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan dari
sekum yang berlebih akan menjadi appendiks yang akan berpindah dari
medial menuju katup ileocaecal.
22
sampai
puncaknya berjumlah sekitar 200 folikel antara usia 12-20 tahun dan menetap
saat dewasa. Setelah itu, mengalami atropi dan menghilang pada usia 60
tahun.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang
nervus vagus
yang
Gut Associated
perbandingan
3:2.
Bangsa
Caucasia
lebih
sering
terkena
23
20-30
tahun,
setelah
itu
menurun.
Insidensi
pada
laki-
laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun,
insidensi lelaki lebih tinggi.
E. Etiologi
Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendiks
sehingga terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi
infeksi. Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi
yang paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan pada sekitar 20% anak
dengan appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendiks meliputi:
1.
2.
3.
4.
Kadang parasit
Bakteri anaerob
Escherichia coli
Bacteroides fragilis
Viridans streptococci
Peptostreptococcus micros
Pseudomonas aeruginosa
Bilophila species
Enterococcus
Lactobacillus species
24
E. Patofisiologi
Appendicitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai semua
lapisan dinding organ tersebut. Tanda patogenetik primer diduga karena
obstruksi lumen dan ulserasi mukosa menjadi langkah awal terjadinya
appendicitis.
Obstruksi intraluminal appendiks menghambat keluarnya sekresi
mukosa dan menimbulkan distensi dinding appendiks. Sirkulasi darah pada
dinding appendiks akan terganggu. Adanya kongesti vena dan iskemia arteri
menimbulkan luka pada dinding appendiks. Kondisi ini mengundang invasi
mikroorganisme yang ada di usus besar memasuki luka dan menyebabkan
proses radang akut, kemudian terjadi proses irreversibel meskipun faktor
obstruksi telah dihilangkan.
Appendicitis dimulai dengan proses eksudasi pada mukosa, sub
mukosa, dan muskularis propia. Pembuluh darah pada serosa kongesti disertai
dengan infiltrasi sel radang neutrofil dan edema, warnanya menjadi kemerahmerahan dan ditutupi granular membran. Pada perkembangan selanjutnya,
lapisan serosa ditutupi oleh fibrinoid supuratif disertai nekrosis lokal disebut
appendicitis akut supuratif. Edema dinding appendiks menimbulkan
gangguan sirkulasi darah sehingga terjadi ganggren, warnanya menjadi hitam
kehijauan yang sangat potensial ruptur. Pada semua dinding appendiks
tampak infiltrasi radang neutrofil, dinding menebal karena edema dan
pembuluh darah kongesti.
Appendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan
sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan
terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut
dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu
saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi.
25
F. Gejala Klinis
Beberapa gejala yang sering terjadi yaitu:
1. Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di
seluruh abdomen
26
appendiks
Frekuensi (%)
Nyeri perut
100
Anorexia
100
Mual
90
Muntah
75
Nyeri berpindah
50
50
27
G. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk
dan memegang perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut
tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada
penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah
bisa dilihat pada massa atau abses appendiculer .
2. Palpasi
Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tandatanda peritonitis lokal yaitu:
-
Nyeri lepas.
Tanda-Tanda Khusus:
Rovsings sign
28
Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah dan
timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign atau Obraztsovas sign
Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi dari panggul
kanan. Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign
Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada
panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.
Dunphys sign
Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk
Ten Horn sign
Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda spermatic kanan
Kocher (Kosher)s sign
Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat, kemudian
berpindah ke kuadran kanan bawah.
Sitkovskiy (Rosenstein)s sign
Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran kanan bawah saat pasien
dibaringkan pada sisi kiri
Bartomier-Michelsons sign
Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah pada pasien
dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan posisi terlentang
Aure-Rozanovas sign
Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit triangle kanan (akan positif
Shchetkin-Bloombergs sign)
29
Blumberg sign
Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawah
kemudian dilepaskan tiba-tiba
Gambar : (A) Blumberg Sign, (B) Rovsigns Sign, (C) Psoas Sign,
(D) Obturator Sign
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
-
2. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendicitis.
Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak .
30
3. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan
USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan
USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti
kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya .
4. Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon
melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasikomplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk
menyingkirkan diagnosis banding.
5. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat
menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
6.
Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang
dimasukkan dalam abdomen, appendiks dapat divisualisasikan secara
langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila
pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendiks
maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan
appendiks.
Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor
Alvarado dan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6 dan >6.
Selanjutnya dilakukan Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan
PA terhadap jaringan Appendiks dan hasilnya diklasifikasikan menjadi 2
kelompok yaitu: radang akut dan bukan radang akut.
31
Manifestasi
Gejala
Tanda
Laboratorium
Skor
1
1
1
2
1
1
2
1
10
Total poin
Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6
maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan.
Kelainan patologi
Peradangan awal
kolik
Appendicitis Mukosa
32
Radang alat/jaringan yang menempel pada
apendiks
Appendicitis gangrenosa
-Demam
sedang,
takikardi,
mulai
toksik,
leukositosis
Perforasi
-Nyeri dan defans muskuler seluruh perut
Pembungkusan
-s.d.a + demam tinggi, dehidrasi, syok, toksik
-
Tidak berhasil
-masa perut kanan bawah, keadaan umum
berangsur membaik
Berhasil
I.
Abses
Diagnosis Banding
1.
Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual-muntah dan diare mendahului rasa sakit.
Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltik sering
33
Limfadenitis mesenterica
Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis. Ditandai
dengan nyeri perut yang samar-samar terutama disebelah kanan, dan
disertai dengan perasaan mual dan muntah.
3. Demam Dengue
Demam dengue dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis.
Di sini didapatkan hasil ruple leed positif, trombositopenia dan
peningkatan hematokrit.
4. Peradangan pelvis
Tuba Fallopi kanan dan ovarium terletak dekat appendiks. Radang
kedua oergan ini sering bersamaan sehingga disebut salpingo-ooforitis atau
adnecitis.Untuk menegakkan diagnosis penyakit ini didapatkan riwayat
kontak sexsual. Suhu biasanya lebih tinggi daripada appendicitis dannyeri
perut bagian bawah lebih difus. Biasanya disertai dengan keputihan. Pada
colok vaginal jika uterus diayunkan maka akan terasa nyeri.
5. Kehamilan Ektopik
Ada riwayat terhambat menstruasi dengan keluhan yang tidak
menentu. Jika terjadi ruptur tuba atau abortus diluar rahim dengan
perdarahan akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan
mungkin akan terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan colok vaginal
didapatkan nyeri dan penonjolan kavum Douglas, dan pada kuldosentesis
akan didapatkan darah.
6. Diverticulitis
Meskipun diverticulitis biasanya terletak di perut bagian kiri, tetapi
kadang-kadang dapat juga terjadi disebelah kanan. Jika terjadi peradangan
dan ruptur pada diverticulum gejala klinis akan sukar dibedakan dengan
gejala-gejala appendicitis.
34
Puasakan
Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan
anaerob
Antibiotika preoperative diberikan dengan order dari ahli bedah.
Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya
digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau
Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih karena frekuensi bakteri
yang
terlibat,
termasuk Escherichia
coli,Pseudomonas
aeruginosa,
Bed rest dengan posisi Fowler (posisi terlentang, kepala ditinggikan 18-20
pasien tenang (4-6 minggu), baru dilaukan appendektomi. Tujuaya supaya dalam
waktu tersebut perlekatan sudah berhenti (jika banyak perlengketan, operasi sulit
menemukan, dan memotong apendiks). Appendektomi demikian disebut
apendektomi afroid. Jika langsung appendektomi radikali disebut achaul.
Jenis apendektomi :
i. Open Appendectomy
Merupakan suat tindakan pembedahan pengambilan apendiks vermiformis.
Indikasi operasi yakni apendisitis akut, periapendikular infiltrat, serta apendisitis
perforata. Tidak ada kontraindikasi pada pembedahan ini. Komplikasi operasi
dapat berupa durante operasi (perdarahan intraperitoneal, dinding perut, robekan
sekum atau usus lain), pasca bedah dini (perdarahan, infeksi, hematom, paralitik
ileus, peritonitis, fistel usus, abses intraperitoneal), dan pasca bedah lanjut
(streng illeus dan hernia sikatriks).
Mortalitas dapat terjadi sebesar 0.1% (jika tidak terjadi perforasi), 15%
jika telah terjadi perforasi. Kematian tersering oleh karena sepsis, emboli paru,
atau aspirasi. Dilakukan pemantauan kondisi luka, kondisi abdomen, serta
kondisi klinis penderita secara keseluruhan.
37
untuk
apendisitis
akut
dan
apendisitis
kronik.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Appendectomy, Medicine Net. Com.
Anonim, Appendicitis, Medicine Net. Com.
Anonim, Appendicitis, The Merck Manual Sec 3, htm.
Anonim, Appendicitis, The Merck Manual, Sec 9, htm.
Helwick, CA, Appendicitis, Gale Encytopedia of medicine. htm.
39
Hamami, AH, dkk, Usus Halus Appendiks, Kolon, dan Anorektum, dalam
Sjamsuhidajat, R, De jong. W, Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi, EGC,
Jakarta, 1997, hal 865-75
Mansjoer,Arif , dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. 2000. Jakarta: Media
Aesculapius
Moore, Keith L. Anatomi Klinis Dasar. 2002. Jakarta: Hipokrates
Orourke. R, Acute Appendicitis, The Iowaclinic. Com.
R. Sjamsulhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2004. Jakarta : EGC
Sari, Dina K, dkk. 2005. Chirurgica (re-package + edititon). Yogyakarta,
Indonesia. Tosca Enterprise
Tanu, Ian. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. 2007. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Indonesia
40