Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.1. PENGERTIAN
Bambang Kesit (2001) memberikan pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22
sebagai berikut :
Pajak Penghasilan Pasal 22
adalah pajak yang dipungut oleh
Bendaharawan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Instansi atau lembaga-lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga tinggi
negara lainnya.
Pemungutan ini berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang
dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun usaha swasta atau
berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang
lainnya.
Dalam definisi ini terdapat 3 (tiga) hal pokok yang menjadi fokus pemunggut
pajak yaitu :
1. Pemungutan pajak yang berkenaan dengan pembayaran atas
penyerahan yang pembayarannya bersumber dari dana APBN dan
APBD;
2. Pemungutan pajak yang berkenaan dengan kegiatan di bidang impor;
3. Pemungutan pajak atas penjualan hasil produksi atau penyerahan
badan bagi badan usaha yang bergerak di bidang usaha tertentu.
UU No.36 Thn. 2008, Pasal 22 ayat ayat (1) disebutkan bahwa Menteri
Keuangan dapat menetapkan :
(a) Bendahara Pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang
(b) Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak dari
yang melakukan kegiatan dari di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lain
(c) Wajib pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Berdasarkan ketentuan ini, yang dapat ditunjuk sebagai pemungut pajak
adalah:
- bendahara pemerintah, termasuk bendahara pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan lembagalembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas
penyerahan barang, termasuk juga dalam pengertian bendahara
adalah pemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan fungsi yang
sama;
- badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta,
berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lain, seperti kegiatan usaha produksi barang tertentu antara
lain otomotif dan semen; dan
Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Pemungutan pajak oleh Wajib Pajak badan tertentu ini akan dikenakan
terhadap pembelian barang yang memenuhi kriteria tertentu sebagai
barang yang tergolong sangat mewah baik dilihat dari jenis barangnya
maupun harganya, seperti kapal pesiar, rumah sangat mewah,
apartemen dan kondominium sangat mewah, serta kendaraan sangat
mewah.
Dalam pelaksanaan ketentuan ini Menteri Keuangan mempertimbangkan antara
lain:
a. Penunjukan pemungut pajak secara selektif, demi pelaksanaan
pemungutan pajak secara efektif dan efisien;
b. Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas barang; dan
c. Prosedur pemungutan yang sederhana sehingga mudah dilaksanakan.
Pemungutan pajak berdasarkan ketentuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam pengumpulan dana melalui sistem pembayaran
pajak dan untuk tujuan kesederhanaan, kemudahan, dan pengenaan pajak pajak
yang tepat waktu.
Jadi dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam PPh Pasal 22
terdapat 3 hal penting yang diatur yaitu :
1. PPh Pasal 22 Bendaharawan,
2. PPh Pasal 22 atas kegiatan impor dan
3. PPH Pasal 22 untuk kegiatan usaha tertentu.
1.2.
Jawaban
Harga beli/cost =10.000 x Rp13.000,00
=Rp130.000.000,00
Freight
= 5% x Rp130.000.000,00
=Rp 6.500.000,00
Cost+Freight
=Rp136.500.000,00
Insurance = 5% x Rp136.500.000,00
=Rp 6.825.000,00
Cost, Insurance & Freight (CIF)
=Rp143.325.000,00
Bea Masuk = 20% x Rp143.325.000,00
=Rp 28.665.000,00
Bea Masuk Tambahan=10% x Rp143.325.000 =Rp 14.332.500,00
Nilai Impor
=Rp186.322.500,00
PPh Pasal 22 Terutang untuk :
a. WP ber-API = 2,5% x Rp186.322.500
=Rp.4.658.062,50
b. WP no-API, = 7,5% x Rp.186.322.500
=Rp.13.974.187,50
Demikian pula untuk lelang,
PPh Pasal 22 = 7,5% dari harga lelang
PPh Pasal 22 Terutang yang dipotong /dipungut oleh Dirjen Bea &
Cukai dan Bank Devisa adalah TIDAK FINAL, artinya dapat
dikreditkan dengan pajak terutang pada akhir tahun.
1.4.
Obyek PPh Pasal 22 atas usaha tertentu adalah penjualan hasil produksi
atau penyerahan barang yang dilakukan oleh badan-badan usaha yang bergerak
di bidang industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, usaha perdagangan minyak dan gas, usaha perdagangan gula pasir dan
tepung terigu.
PPh Pasal 22 untuk penjualan hasil industri kertas bersifat final, semen
dan baja, industri otomotif,dan industri rokok tidak bersifat final.
1.4.1. Saat Terutang PPh Pasal 22 atas Kegiatan Usaha Tertentu
PPh pasal 22 terutang saat terjadi pembayaran .
1.4.2. Tarif PPh pasal 22 Kegiatan Tertentu
Adapun tarif PPh yang terutang yang harus disetor oleh agen atau
penyalur yang sifatnya final sebelum penebusan DO ke Pertamina atau
Perusahaan Penyedia Premix, dijelaskan sebagai berikut :
Jenis Produk
Pertamina, Premix
Solar
Minyak Tanah
Gas LPJ
Pelumas
SPBU Pertamina
SPBU Swasta
Pemungut
Dasar Hukum
PPh Pasal
22 Tidak
Final
1.
Pabrikan
Semen
Pabrikan Baja
KEP401/PJ/2001
KEP01/PJ/1996
KEP32/PJ/1995
KEP69/PJ/1995
0,25% X
Harga jual
0,30% X
harga jual
0,45% X
Harga jual
2.
3.
4.
Pabrikan
Otomotif
Pabrikan
Kertas
PPh Pasal
22,
Terutang
Final
0,10% x
Harga jual
saat pembayaran tersebut oleh pemotong atau pada saat penghasilan tersebut
terutang pada akhir bulan.
2.3.
a.
b.
c.
d.
2.4.
CARA MENGHITUNG PPH PASAL 23
Untuk menghitung PPh Pasalh 23, berikut ini diberikan beberapa
yang berkaitan dengan :
2.4.1. Penghasilan berupa dividen
Pengertian dividen adalah pembagian laba yang diperoleh dari
perusahaan sebagai pemegang saham, atau pemegang polis asuransi,
atau pembagian sisa hasil usaha bagi koperasi.
Contoh :
Pada tahun 2009 PT Sanjaya membagikan secara tunai dividen kepada
para pemegang sahamnya. Rukico sebagai salah satu pemegang saham
PT Sanjaya menerima dividen Rp21.750.000,00.
Diminta : Hitunglah PPh 23 terutang atas dividen Rukita ?
Jawaban :
PPh Pasal 23 = 15% x Rp21.750.000,00 =Rp3.265.500,00
2.4.2. Penghasilan Bunga
Bunga dapat diperoleh dari meminjamkan uang atau dari melakukan
tabungan seperti deposito. Bunga dari meminjamkan uang,
Contoh:
3.
4.
5.
6.
0%
10%
PP No. 17 Thn
2009
5%
1%
PMK
No.243/PMK.03/
2008
5%
25%
10 %
PP No.132
Th.2000
dijabarkan dalam
KEP-395/PJ/2001
PP No.5 th 2002;
dan No.120/KMK.03/
2002
7.
2%
4%
3%
4%
6%
SOAL DISKUSI
1. PT KIRANA menyewa 4 Bis PT RAMAYANA untuk antar jemput
karyawannya dengan nilai sewa Rp20.000.000,00 per bulan. Dalam
kontrak sewa tersebut sudah inklusif gaji sopir sebesa Rp8.000.000,00
dan pemeliharaan kendaraan sebesar Rp2.500.000,00 per bulan. Di
samping itu Direktur PT KIRA menyewa mobil sedan sebesar
Rp3.500.000,00 , termasuk gaji sopir sebesar Rp1.500.000,00 dan
pemeliharaan sebesar Rp1.200.000,00
Diminta : Hitunglah besarnya PPh pasal 23 terutang PT KIRANA !
PENGERTIAN
Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah pajak yang dibayar atau terutang di
luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang boleh
dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undangundang ini dalam
tahun pajak yang sama. Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) UU No.36 Tahun 2008, adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar
atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang
terutang berdasarkan Undang-undang ini.
3.2. BATAS JUMLAH PAJAK YANG BOLEH DIKREDITKAN
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber
penghasilan ditentukan sebagai berikut:
a. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari
pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang
menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat
kedudukan;
b. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan
penggunaan harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau
dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau
berada;
c. Penghasilan penghasilan berupa sewa sehubungan dengan
penggunaan harta tak gerak adalah negara tempat harta tersebut terletak;
d. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani
imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada;
e. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap
tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
f. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada;
g. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta
tetap berada; dan
h. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu
bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.
3.3. BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK
Besarnya pajak yang diperbolehkan untuk dikreditkan oleh Wajib Pajak
adalah diambil yang terendah dari 3 (tiga) jenis kemungkinan atau cara
perhitungan sebagai berikut :
1. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri.
2. Hasil perhitungan dari (Penghasilan luar negeri : seluruh penghasilan
kena pajak) x PPh atas seluruh yang dikenakan tarif pasal 17.
PPh Yang
Boleh
dikreditkan
(Rp)
10.000.000,00
11.250.000,00
12.000.000,00
33.250.000,00
penghasilan
d.
No
.
1.
PPh Terutang
di luar negeri
(Rp)
PPh Menurut
Perbanding
(Rp)
17.500.000,0
12.500.000,00
0
2.
Malaysia
7.500.000,0 . 6.250.000,00
0
3.
Singapura
Jumlah PPh yang boleh dikreditkan atas total
penghasilan
PPh Yang
Boleh
dikreditkan
(Rp)
12.500.000,00
6.250.000,00
18.750.000,00
Pengertian
PPh psl 25 merupakan angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak untuk setiap bulannya dalam tahun pajak berjalan sebagaimana
dalam PPh psl 25 UU No.7 thn 1983 yg telah diubah terakhir dengan UU no.36 thn
2008 tentang Pajak Penghasilan. Pembayaran angsuran setiap bulan itu sendiri
dimaksudkan untuk meringankan beban wajib pajak dalam membayar pajak
terutang.
4.2. PerhitunganAngsuranPPhpsl. 25
Angsuran PPh psl. 25 tersebut dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang
terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan
dalam SPT Pajak penghasilan (SPT Tahunan).
Contoh:
Tahun 2014 PT. SELALU TAHAN EMOSI memiliki pajak penghasilan terutang
sebesar Rp.24.500.000,-- (telah dihitung sesuai dengan UU pajak).
Pada thn 2014 perusahaan telah membayar/dipotong pajak penhasilan psl 22
sebesar Rp.500.000.
Hitunglah berapa angsuran pajak untuk tahun 2015?
Jawabannya:
Jumlah pajak penghasilan terutang
=Rp.24.500.000,-Kredit Pajak:
PPh psl 22
=(Rp. 500.000,--)
Jumlah dasar penghitungan angsuran
=Rp.24.000.000,-Maka besarnya angsuran pajak (PPh psl.25) yang harus dibayar sendiri setiap
bulan wajib pajak dalam tahun 2015 adalah:
Dasar penghitungan angsuran
Angsuran per bulan
Rp.24.000.000
= 24.000.000/12
= Rp.2.000.000,-=============
SoalDiskusi:
PT. Sabar Aja memiliki penjualan thn 2014 sebesar Rp.12.750.000.000, Biaya
operasi (biaya pemasaran dan administrasi) sebesar Rp.2.550.000.000. Harga
pokok penjualannya sebesar Rp.7.200.000.000,-- Tarif pajak penghasilan adalah
25%.
Hitunglah besarnya pajak angsuran (PPhpsl.25 ) PT.Sabar Aja untuk tahun 2015!
Pengertian
PPh Pasal 26 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima
wajib pajak luar negeri.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari
Indonesia, Undang-Undang ini menganut dua sistem pengenaan pajak, yaitu :
1. Pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk
usaha tetap di Indonesia dan
2. Pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar
negeri lainnya.
Ketentuan ini mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber
di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk
usaha tetap.
Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan ini wajib dilakukan oleh badan
pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan
pembayaran kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di
Indonesia dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto.
Dengan status Wajib Pajak Luar Negeri yang memperoleh Gaji sebagian atau
seluruhnya dalam Mata Uang Asing dijelaskan sebagai berikut :
a. Dalam hal pegawai dengan status wajib pajak luar negeri memperoleh gaji
sebagian atau seluruhnya dalam mata uang asing sebelum PPh dihitung
terlebih dahulu harus dikonversi dalam mata uang rupiah_
b. PPh Pasal 26 yang terutang dihitung berdasarkan jumlah penghasilan
bruto, dan tidak boleh diperhitungkan pengurangan-pengurangan seperti
biaya jabatan dan PTKP.
5.2. Jenis Penghasilan Yang wajib dilakukan Pemotongan
Jenis-jenis penghasilan yang wajib dilakukan pemotongan dapat digolongkan
dalam:
1. Penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk dividen, bunga
termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang, royalti, dan sewa serta penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta;
2. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan;
3. Hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apa pun;
4. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
5. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
6. Keuntungan karena pembebasan utang.
Sesuai dengan ketentuan ini, misalnya suatu badan subjek pajak dalam negeri
membayarkan royalti sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) kepada
Wajib Pajak luar negeri, subjek pajak dalam negeri tersebut berkewajiban untuk
5.3.