Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK B

MATERI DISKUSI
TABLE TOP EXERCISE
PENANGGULANGAN BENCANA DI
KOMUNITAS

Haris Sofyana., S.Kep., Ners., M.kep

12/20/15

PENGANTAR (TOR) TTE


Respon merupakan fase dari usaha penanggulangan bencana,
yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu
kejadian (event). Respon medis akut (medical emergency respon)
merupakan respon di sektor kesehatan yang dilakukan pada fase akut
yang secara umum diartikan sebagai masa pada minggu pertama setelah
terjadi bencana. Untuk dapat melakukan respon medis secara baik, maka
diperlukan modalitas tertentu, yaitu kemampuan untuk melakukan
tindakan emergensi (emergency medicine) yang diterapkan dalam situasi
bencana (disaster medicine). Agar modalitas yang dimiliki dapat
memberikan hasil yang optimal, maka diperlukan tindakan manajemen,
yang dikenal sebagai manajemen bencana (disaster management).

Sehubungan dengan fasenya, respon medis akut tersebut dapat


dilakukan di lapangan (pre hospital phase) atau di rumah sakit (hospital
phase). Kedua fase tersebut memiliki karakteristik masing-masing, dan
dalam suatu area aktifitas respon tersebut manajemen khusus untuk
koordinasi vertikal maupun horisontal (regional management of health
sector responses). Manajemen regional tersebut dalam struktur organisasi
penanggulangan bencana wilayah menjadi tugas dari komandan sektor
kesehatan, yang umumnya diperankan oleh kepala dinas kesehatan
wilayah. Dalam sistim desentralisasi, maka wilayah disini dapat diartikan
sebagai Daerah Tingkat II atau Kabupaten.
Dalam modul table top exercise respon medis akut ini akan disampaikan
pemahaman mengenai peran masing-masing unsur kesehatan dan
koordinasinya dalam suatu tugas operasional pada penanggulangan
bencana.

Tinjauan kasus
B adalah Kabupaten yang cukup maju, dimana pusat pemerintahan berlokasi hanya 10 km
dari ibu kota Propinsi dan dihubungkan dengan sistim dan sarana transportasi-komunikasi
yang sangat memadai. Pelayanan kesehatan ditunjang oleh sebuah RS Pemerintah dan
dua buah RS swasta kecil, serta belasan Puskesmas dengan kinerja yang cukup baik.
Sistim pelayanan pra-RS sudah dijalankan sebagai bagian dari jejaring pelayanan pra-RS
Propinsi. Pada saat terjadi gempa bumi hebat, semua fasilitas kesehatan sedang dalam
fase persiapan ( preparedness ) menghadapi bencana letusan gunung berapi yang secara
periodik menjadi ancaman di daerah tersebut. Akibat dari bencana yang terjadi, ribuan
korban segera membanjiri semua fasilitas kesehatan terdekat yang tidak rusak. Karena
kemampuan setempat yang terbatas, korban dalam jumlah yang lebih banyak segera
dibawa ke RS-RS di kota propinsi sehingga melebihi daya tampung yang tersedia.

1.

2.

12/20/15

Dalam keadaan dimana semua tempat pelayanan


kesehatan mengalami kelebihan beban sehingga tidak
sempat untuk melakukan koordinasi, apa yang
sebaiknya dilakukan komandan sektor kesehatan,
yang dalam hal ini adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Propinsi?
Aktifitas Ambulan Gawat Darurat (AGD) dari sistim
pelayanan pra-RS yang dikatakan sudah, ternyata
tidak terlihat jelas aktifitasnya dalam keadaan ini.
Apakah yang menyebabkan hal ini, dan bagaimana
penjelasannya?

Tinjauan kasus
Karena khawatir terjadinya gempa susulan yang dapat merobohkan gedung, maka di
RS pada umumnya korban dirawat diluar ruangan, yaitu di koridor, di halaman, atau di
tenda yang didirikan di area RS dan sekitarnya. Keadaan ini membuat korban terlihat
seperti terlantar. Hal ini diperburuk dengan lambatnya penanganan akut akibat
terbatasnya sumber daya karena jumlahnya yang tidak memadai atau karena
macetnya sistim pelayanan. Akibatnya, sempat muncul wacana untuk mengevakuasi
korban bencana dari RS-RS di wilayah tersebut ke kota-kota besar terdekat.
.

3. Apakah penempatan korban di luar gedung sudah tepat? Apakah


alasannya?
4. Apakah evakuasi harus dilakukan atau tidak?
5. Siapa yang harus memutuskan, dan apa alasan serta tindak
lanjutnya?

12/20/15

Tinjauan kasus
Karena komunikasi dan transportasi hampir tidak terganggu sama sekali,
maka tim bantuan dari dalam dan luar negeri secara cepat dapat mencapai
daerah bencana. Akibatnya, dalam waktu singkat puluhan bahkan ratusan tim
bantuan sudah memenuhi daerah bencana sehingga tim yang tiba berikutnya
bahkan sudah kesulitan untuk mendapatkan lokasi kerja. Koordinasi vertikal
dan horisontal tidak berjalan lancar karena tidak ada komunikasi yang baik.

6.
7.
8.

12/20/15

Siapa yang seharusnya melakukan koordinasi dan


kontrol terhadap bantuan yang masuk, baik dari dalam
dan luar negeri?
Bentuk kontrol yang bagaimanakah yang bisa
dilakukan untuk memaksimalkan bantuan yang ada?
Bagaimana peran yang harus dijalankan oleh tim
bantuan medik dan "Tim Pusat"?

Tinjauan kasus

Ketika penanganan korban pada fase akut sudah dapat dikatakan


selesai, masih ada beberapa tim bantuan medis yang tiba, bahkan ada
yang dalam jumlah besar.

9.

Apakah
batasan
fase
akut
medis
pada
penanggulangan bencana?
10. Apa yang sebaiknya yang dilakukan oleh tim yang
datang terlambat ini?

12/20/15

12/20/15

Anda mungkin juga menyukai