Case Fatmawati
Case Fatmawati
Disusun Oleh
BAB I
Latar Belakang
Fraktur kompresi adalah diskontinuitas dari jaringan tulang akibat
dari suatu tekanan atau tindihan yang melebihi kemampuan dari tulang
tersebut. Fraktur kompresi vertebra khusunya thorakal 12 adalah fraktur
yang merobohkan ruas tulang belakang khusunya pada bagian thorakal 12
akibat tekanan dari tulang.
Berdasarkan data rekam medik RSUP Fatmawati bulan Juli-Desember
2004 didapatkan pasien dengan gangguan muskuloskeletal sebanyak 566
kasus, dari bermacam-macam kasus tersebut, kasus fraktur vertebra
thorakal sebanyak 8 orang (1,23%), sedangkan pada bulan januari-juli
sebanyak 323 kasus dengan gangguan muskuloskeletal terdapat 7
(2,16%) kasus fraktur vertebra thorakal.
B. TUJUAN
1. Umum
Mengetahui konsep teori, masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien dengan
Fraktur kompresi thorakal 12 e.c spondilitis TB
2. Khusus
a. Mengetahui pengertian Fraktur kompresi thorakal 12
b. Mengetahui etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang
dan penatalaksanaan pasien dengan Fraktur kompresi thorakal 12
c. Mengetahui masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien dengan Fraktur
kompresi thorakal 12.
BAB II
Fraktur
Vertebra
Spondilitis Tuberkulosis
BAB III
1. Identitas Klien
Inisial
Umur
Jenis kelamin
: Ny. D
: 45 tahun
: perempuan
Continued...
Continued ...
Diagnosa Medik :
a. Fraktur kompresi vertebrae thoracal 12 tanggal 12/10/2015
b. Spondilitis Tb
c. Tb paru
tanggal 12/10/2015
tanggal 20/10/2015
1. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Berat Badan
: 45 Kg
: 130/70 mmHg
: 84 kali/menit
Frekuensi nafas
Suhu tubuh
: 20 kali/menit
: 36 C
Keadaan umum
: sakit sedang
Sistem Urogenital
Balance cairan
: intake 2000 ml ,
output 2100 ml
Perubahan pola kemih
: retensi urin
BAK
: Warna : kuning jernih
Distensi kandung kemih : tidak ada
Keluhan sakit pinggang : tidak ada
Sistem Muskuloskeletal
o Kesulitan dalam pergerakan : ya
o Sakit pada tulang, sendi, kulit: ya
o Fraktur
: ya
o Lokasi : vertebral thoracal 12
o Kondisi :
o Kelainan bentuk tulang sendi : kontraktur
o Kelainan struktur tulang belakang : kifosis
o Keadaan tonus otot : atoni
o Kekuatan otot :
5555
5555
2 2 2 2
1111
Penatalaksanaan (Terapi/pengobatan termasuk diet )
Terapi oral :
Etambutol 1000 mg 1x/hari
Rifampisin 450 mg 1x/hari
INH
300 mg 1x/hari
BAB IV
Tindakan yang telah dilakukan pada klien yakni melakukan
mobilisasi secara bertahap. Klien dilakukan dibantuk untuk miring
kanan dan kiri setiap hari selama 2 jam, melatih ROM aktif pasif
dan membantu memenuhi ADLs klien (makan, mandi, BAK dan
BAB).
Hasil evaluasi akhir terhadap masalah keperawatan hambatan
mobilitas fisik pada klien belum teratasi. Untuk ADLs lainnya pasien
masih total care seperti makan, mandi, BAK dan BAB.
1. Gangguan Eliminasi Urin
Ny. D mengalami Fraktur thorakal XII, dimana fraktur thorakal XII akan
mempengaruhi dalam proses defekasi dan miksi, hal inilah yang membuat klien
mengalami kesulitan dalam proses pengeluaran eliminasi urin (Baron, 2013). Klien
tidak mampu mengeluarkan urin secara spontan walau merasa kandung kemih sudah
penuh (retensi urin). Tindakan yang telah dilakukan pada Ny. D dengan masalah keperawatan
gangguan eliminasi urin yakni melakuakn tindakan intermiten kateterisasi (ICP) setiap 4 jam, dan
memonitor intake serta output klien. Klien dianjurkan untuk minum 500cc / 4 jam dan diharapkan saat
pukul 22.00 06.00 WIB klien puasa. Memotivasi klien untuk minum sesuai yang telah dianjurkan yaitu
500cc /4 jam. Hasil evaluasi akhir terhadap masalah keperawatan gangguan eliminasi urin pada klien belum
teratasi.
3. Defisit Perawatan Diri
Ny. D mengalami fraktur torakhal 12 , dimana fraktur torakhal 12 mempengaruhi kelemahan
ekstremitas bagian bawah (paraparese) yang menyebabkan hambatan mobilitas fisik pada klien.
Sehingga ADL (Activity Daily Living) klien dibantu secara total yaitu makan, mandi, serta untuk miring
kiri dan kanan. Hal tersebut dapat mendukung bahwa klien memiliki masalah deficit perawatan diri.
Tindakan yang sudah dilakukan pada pasien untuk diagnosa tersebut yaitu memfasilitasi pasien mandi
dan memandikan pasien (oral hygiene dan mengganti baju). Selain itu membantu pasien untuk makan.
Hasil evaluasi akhir terhadap masalah keperawatan defisit perawatan diri belum teratasi. Pasien masih
memerlukan bantuan total untuk melakukan ADL (Activity Daily Living) yaitu mandi dan makan.
4. Konstipasi
Fraktur torakhal XII selain mempengaruhi proses miksi juga
mempengaruhi proses defekasi menyebabkan perubahan pola defekasi
yaitu konstipasi. Klien bisa merasakan ingin BAB tapi sulit untuk
mengeluarkannya. . Tindakan yang telah dilakukan pada Ny. D dengan
masalah keperawatan yaitu menganjurkan klien untuk diet tinggi serat dan
mengkolaborasikan pemberian laksatif. Hasil evaluasi akhir terhadap masalah
keperawatan konstipasi pada klien belum teratasi.
5. Nyeri Akut
Tindakan yang dianjurkan pada klien untuk megurangi nyeri secara nonfarmakologi
adalah dengan menganjurkan klien melakukan teknik relaksasi napas dalam. Klien
mampu melakukan teknik ini dan mengatakan dapat sedikit membantu dalam
mengontrol rasa nyeri yang dirasakannya. Selain melalui terapi nonfarmakologi,
klien juga dilakukan terapi farmakologi, yaitu dengan pemberian Ketorolac 1 amp.
Hasil evaluasi akhir terhadap masalah keperwatan klien pada nyeri akut belum
mencapai tujuan atau belum teratasi karena rasa nyeri yang dirasakan klien hilang
timbul saat dilakukan mobilisasi. Namun klien mengatakan nyeri yang dirasakan
sedikit berkurang dibandingkan saat setelah operasi
6. Resiko Kekurangan Volume Cairan
Ny. D dilakukan operasi stabilisasi posterior, dekompresi dan debrideman. Tindakan
operasi dapat terjadi risiko kekurangan volume cairan karena saat tindakan operasi dapat
terjadi perdarahan aktif. Sehingga dibutuhkan intervensi yang tepat untuk mengurangi
timbulnya risiko kekurangan volume cairan. Tindakan yang telah dilakukan pada Ny. D dengan
masalah keperawatan risiko kekurangan volume cairan yakni mencatat karakteristik drainase, mengobservasi
tanda tanda vital untuk melihat apakah ada perubahan pada tekanan darah karena perubahan tekanan darah
dan nadi digunakan untuk memperkirakan kehilangan darah. Memonitor intake dan output klien untuk
menganalisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan cairan. Menganjurkan klien meningkatkan intake
cairan 2000 - 3000 ml per hari. Implementasi kolaborasi yang dilakukan yaitu pemberian cairan intravena
Kaen Mg3 500cc dan Aminofluid 500cc. Evaluasi akhir resiko kekurangan volume cairan sudah teratasi
1. Resiko Infeksi
BAB V