Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak bukanlah miniatur orang dewasa, namun anak merupakan bagian
dari orang dewasa, karena nantinya anak-anak akan beranjak menjadi dewasa
melalui tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan
perkembangan ini dipandang sebagai proses dinamik yang berlanjut dimulai
pada saat konsepsi.
Menurut

Sacharin

(1994)

untuk

mendefinisikan

pertumbuhan

merupakan hal yang sulit, namun definisi yang dianggap paling sesuai adalah
suatu peningkatan dalam berat atau ukuran dari seluruh atau sebagian
organisme, sementara perkembangan adalah peningkatan kemahiran dalam
penggunaan tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan anak mempunyai
beberapa fase sesuai dengan tingkatan usia, dimulai sejak lahir sampai tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak berakhir.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut perihal pertumbuhan dan
perkembangan pada anak usia pra sekolah.
B. TUJUAN PENULISAN
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep pertumbuhan dan
perkembangan pada anak usia pra sekolah yang terdiri dari:
1. mengetahui definisi dari Anak usia pre-sekolah
2. mengetahui konsep pertumbuhan pada anak usia pre-sekolah
3. mengetahui konsep perkembangan pada anak usia pre sekolah
menurut para ahli
4. mengetahui proses perkembangan seksual pada anak usia pre
sekolah
5. mengetahui permainan yang sesuai pada anak usia pre sekolah
6. mengetahui teknik komunikasi yang digunakan pada anak usia pre
sekolah
1

BAB II
KONSEP ANAK USIA PRA SEKOLAH
A. DEFINISI
Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun,
menurut Biechler dan Snowman (1993), mereka biasanya mengikuti program
prasekolah.
Menurut teori Erik Erickson yang membicarakan perkembangan
kepribadian seseorang dengan titik berat pada perkembangan psikososial,
tahapan 3-6 tahun mereka berada dalam tahapan dengan krisis autonomy
versus shame & doubt.(Patmonodewo,2003:19).
Menurut Elizabeth dalam Buku Psikologi Perkembangn usia Prasekolah
adalah usia mainan, karena pada masa itu anak menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk untuk bermain dengan mainanya.

B. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


1. PERTUMBUHAN
a. Fisik
Kecepatan pertumbuhan fisik melambat dan semakin stabil selama
masa prasekolah. Berat badan rata-rata pada usia 3 tahun adalah 14,6 kg,
pada usia 4 tahun adalah 16,7 kg, dan pada usia 5 tahun adalah 18,7 kg.
Rata-rata pertambahan berat badan per tahun tetap sekitar 2,3 kg. (Wong,
dkk. 2008)
Pertumbuhan tinggi badan juga tetap berlangsung dengan
pertambahan 6,75 sampai 7,5 cm per tahun dan umumnya lebih terjadi
pada perpanjangan tungkai dari pada batang tubuh. Rata-rata tinggi badan
pada usia 3 tahun adalah 95 cm, pada usia 4 tahun adalah 103 cm, dan
pada usia 5 tahun adalah 110 cm. (Wong, dkk. 2008)
Puncak energi fisik dan kebutuhan tidur menurun sampai 11-13
jam/24 jam, biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman penglihatan
mencapai 20/30 pada usia 3 tahun. 20 gigi primer telah muncul pada usia 3
tahun. (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69).

b. Motorik
Aspek motorik anak usia prasekolah lebih berkembang dari usia
sebelumnya. Keterampilan motorik kasar dan halus bertambah baik.
1) Ketrampilan motorik kasar
Pada anak usia 3 tahun anak ketrampilan motorik kasar diantaranya
dapat mengendarai sepeda roda tiga, berjalan jinjit, menaiki tangga
menggunakan kaki bergantian, berdiri satu kaki selama beberapa detik
dengan seimbang, dan melompati sesuatu. (Wong, dkk. 2008)
Pada anak usia 4 tahun anak mampu melompat dengan satu kaki,
menangkap bola dan menuruni tangga dengan kaki bergantian. Pada
anak usia 5 tahun anak dapat melompat dengan kaki bergantian,
melempar dan menangkap bola, melompati tali, dan berdiri seimbang
satu kaki bergantian dengan mata tertutup. (poter dan perry,2005 hal
665).
2) Ketrampilan motorik halus
Ketrampilan motorik halus pada anak usia 3 tahun diantaranya
dapat membangun menara 9 atau 10 balok, membuat jembatan dari 3
balok, meniru bentuk lingkaran, dan menggambar tanda silang,
menanamkan apa yang telah digambarnya, tidak mampu menggambar
figur yang tepat tetapi dapat membuat lingkaran dengan karakteristik
wajah. Dengan mahir memasukkan benda kecil ke dalam botol
berleher sempit. (Wong, dkk. 2008)
Pada anak usia 4 tahun anak dapat merekatkan sepatu, meniru
gambar bujur sangkar, menjiplak segilima dan mampu menggunakan
gunting dengan berhasil untuk memotong gambar mengikuti garis.
Pada anak usia 5 tahun anak dapat mengikat tali sepatu,
menggunakan gunting dengan baik, meniru gambar segilima dan
segitiga, menambahkan 7 sampai 9 bagian pada gambar garis dan
menulis beberapa huruf dan angka serta nama depan (Wong, dkk.
2008)
2. PERKEMBANGAN
a. Teori Perkembangan Menurut Freud
Sidmund Freud terkenal sebagai pengganti teori alam bawah
sadar dan pakar psikoanalisis. Tapi kita sering lupa bahwa Freud lah
3

yang menekankan pentingnya arti perkembangan psikososial pada


anak. Freud menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi
penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau hambatan
yang dialami perkembangan psikososialnya. Dasar psikaonalisis yang
dilakukannya adalah untuk menelusuri akar gangguan jiwa yang
dialami penderita jauh kemasa anak, bahkan kemasa bayi. Freud
membagi perkembangan menjadi 5 tahap, yang secara berurut dapat
dilalui oleh setiap individu dalam perkembangan menuju kedewasaan.
Yaitu : Fase Oral, Fase Anal, Fase Falik, Fase laten, dan Fase Genital.
Sementara anak pra sekolah masuk dalam Fase Falik yaitu
antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopal antara 36 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun. Fase oediopal dengan
pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3 tahun. Disini anak mulai
belajar menyesuaiakan diri dengan hukum masyarakat. Perasaan
seksual yang negative ini kemudian menyebabkan menjauhi orang tua
dengan jenis kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual.
Anak pada fase praoediopal biasanya senang bermain dengan anak
yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih
suka berkelompok dengan anak sejenis.

b. Teori Perkembangan Menurut Piaget


Periode prasekolah dapat

disamakan

dengan

stadium

praoperasional piaget (pralogika), ditandai oleh pemikiran ajaib,


egosentris dan pemikiran yang didominasi pleh kesadaran. Pemikiran
ajaib meliputi kerancuan dari kejadian yang kebetulan untuk sebab dan
akibat, animisme (menghubungan motivasi kepada benda mati dan
kejadian) dan kepercayaan yang tidak realistis mengenai kekuatan
hasrat contoh dari pemikiran ajaib anak adalah anak percaya bahwa
orang-orang membuat hujan dengan membawa payung, bahwa

matahari turun karena lelah. (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 6069)
Piaget menunjukan dominasi persepsi di atas logika dengan
urutan yang terkenal dari uji coba pengawetan dalam salah satu uji
coba, air dituangkan bolak- balik dalam pot yang tinggi dan kecil ke
piring lebar yang lebih rendah. Dan anak-anak ditanya mana yang
berisi lebih banyak. Mereka selalu memilih yang lebih besar (biasanya
pot yang tinggi), bahkan ketika peneliti menunjukan bahwa tidak ada
air yang telah diambil atau ditambah pada pot ataupun piring. Salah
pengertian demikian menggambarkan hipotesis perkembangan anak
tentang

sifat

alamiah

dunia,

juga

kesulitan

mereka

dalam

menyelesaikan berbagai situasi secara serentak (Behrmaan dan


Kliegman, 2000 hal 60-69).
Pengetahuan anak prasekolah tentang dunia tetap berhubungan
secara erat pada pengalaman konkret (dirasa dengan perasaan). Bahkan
kehidupaan mereka kaya akan fantasi didasarkan pada pandangan
tentang realistis. Pada anak usia prasekolah ditandai dengan pemikiran
perseptual yang terbatas, dimana anak menilai orang, benda dan
kejadian dari penampilan luar mereka atau apa yang tampak terjadi
(poter dan perry,2005 hal 664)
c. Teori Perkembangan Menurut Erickson
Perkembangan Psikososial atau Perkembangan rasa inisiatif
menurut Erikson adalah Apabila anak prasekolah telah menguasai
tugas pada periode todler, mereka siap menghadapi dan berupaya keras
untuk mencapai tugas perkembangan pada tahap ini. Tugas psikososial
utama pada periode prasekolah adalah menguasai rasa inisiatif. Anak
sedang dalam stadium belajar energik. Mereka bermain, bekerja, dan
hidup sepenuhnya serta merasakan rasa pencapaian dan kepuasan yang
sebenarnya dalam aktivitas mereka. Konflik timbul ketika anak telah
melampaui batas kemampuan mereka dan memasuki serta mengalami
rasa bersalah, karena tidak berperilaku atau bertindak dengan benar.
5

Perasaan bersalah, ansietas, dan takut juga bisa diakibatkan oleh


pikiran yang berbeda dengan perilaku yang lain.
Pikiran yang sangat membuat stres

terutama

adalah

mengharapkan salah satu dari orang tuanya meninggal, karena rasa


persaingan/ kompetisi berkembang antara anak dan orang tua dengan
jenis kelamin yang sama, maka anak bisa memikirkan bagaimana
caranya menghilangkan orang tua yang mengancam tersebut. Proses
identifikasi ini dapat dilakukan dengan orang tua dan teman sebaya
yang memiliki jenis kelamin yang sama.
Namun apabila salah satu dari orang tuanya meninggal
sedangkan proses indentifikasi belum selesai, maka anak usia
prasekolah ini akan mengalami kebingungan dengan perasaan bersalah
karena salah satu orang tuanya meninggal, anak ini perlu mendapatkan
penjelasan bahwa bukan karena keinginannya tersebut orang tuanya
dapat meninggal. Dalam hal ini perkembangan superego/ kesadaran
merupakan tugas utama untuk anak prasekolah. (Wong, dkk. 2008)
d. Teori Perkembangan Menurut Kohlberg
Anak usia pra sekolah dengan melihat perkembangan
moralnya. Kohlberg memberikan penilaian terhadap perkembangan
penilaian moral anak kecil sedang berada pada tingkat paling dasar.
Terdapat sedikit, jika ada perhatian mengenai suatu kesalahan. Mereka
berperilaku sesuai dengan kebebasan atau batasan yang berlaku pada
suatu tindakan. Pada orientasi hukuman dan kepatuhan, anak (berusia
sekitar 2-4 tahun) menilai apakah suatu tindakan baik atau buruk
bergantung dari apakah hasilnya berupa hukuman atau penghargaan.
Apabila anak dihukum, maka tindakan tersebut berarti buruk. Apabila
anak

tidak

dihukum,

tindakan

tersebut

berarti

baik

tanpa

memperhitungkan makna dan tindakan tersebut. Misalnya, jika


orangtua memperbolehkan memukul, anak akan menganggap bahwa
memukul adalah baik, karena tidak berhubungan dengan hukuman.
Usia sekitar 4-7 tahun anak anak berada pada tahap orientasi
instrumental naif, yang segala tindakan ditujukan ke arah pemuasan
6

kebutuhan yang mereka dan lebih jarang ditujukan pada kebutuhan


orang lain. Mereka memiliki rasa keadilan yang sangat konkrit. Timbal
balik atau keadilan melibatkan filsafat Kamu mencakar punggungku,
dan aku akan mencakar punggungmu tanpa berfikir mengenai
loyalitas atau rasa berterima kasih (Thomas, 1996)

Periode

Orang
Penting
Orang tua

Proses

Pencapaian

Perkembangan

Interpersonal
Utama
Melindungi rasa Belajar melalui

Negatif
Perfomansi as

Childhood

aman melalui

identifikasi dengan if, rasionalisasi

1,5-4

imaji teman

orang tua; belajar

preokupansi

Berbicara-

sebaya

sublimasi

transformasi

hubungan

mengganti suatu

jahat

sebaya

kepuasan dengan
kepuasan yang lain
e. Teori Perkembangan Menurut Sullivan
Dalam hal ini Sullivan menggolongkan anak pra sekolah dalam
tahap ke dua yaitu dimana Anak (Childhood); Bisa Mengucap Kata-Butuh
Kawan Bermain (1,5-4 Tahun)
Tahap anak dimulai dengan perkembangan bicara dan belajar
berpikir sintaksis, serta perluasan kebutuhan untuk bergaul dengan
kelompok sebaya. Anak mulai belajar menyembunyikan tingkahlaku yang
diyakininya bisa menimbulkan kecemasan atau hukuman seperti dengan
rasionalisasi (memberi alasan palsu) mengenai segala hal yang telah
mereka kerjakan atau sedang mereka rencanakan. Mereka memiliki
tampilan seolah-olah (as if performance), yakni:
1) Dramatisasi (dramatization): permainan peran seolah-olah dewasa,

belajar meng-identifikasikan diri dengan orang tuanya.


7

2) Bergaya sibuk (preoccupation): anak belajar konsentrasi pada satu

kegiatan yang membuat mereka bisa menghindari sesuatu yang


menekan dirinya.
3) Transformasi jahat (malevolent transformation): perasaan bahwa

dirinya hidup di tengah-tengah musuh, sehingga hidupnya penuh rasa


kecurigaan dan ketidak percayaan bahkan sampai tingkahlaku yang
paranoid.
4) Sublimasi taksadar (unwitting sublimation): mengganti sesuatu atau

aktifitas (taksadar atau unwitting) yang dapat menimbulkan kecemasan


dengan aktifitas yang lebih dapat diterima secara sosial. Masa anak
ditandai dengan emosi yang mulai timbal balik, anak disamping
menerima juga bisa memberi kasih sayang. Masa anak juga ditandai
dengan akulturasi yang cepat. Disamping menguasai bahasa, anak
belajar pola kultural dalam kebersihan, latihan toilet, kebiasaan makan,
dan harapan peran seksual.

f. Bahasa
Dengan aspek bahasa, anak umur 3 tahun mampu untuk berbicara
dengan normal bahkan bisa dikatakan terlalu banyak bicara, tetapi
kadang-kadang terdapat substitusi fonetik yang infantil. Kosakata yang
telah dikuasai kira-kira 900 kata. Anak dapat menggunakan bentuk
jamak dan kata ganti serta bahasa berlanjut dari fase holoprastik
menjadi fase pembentukan kalimat yang kompleks, secara spesifik
kalimat tersebut terdiri dari 6 kata. Anak dapat pula melakukan
percakapan dengan berbagai derajat yang kompleks dan menanyakan
banyakmpertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini anak senang sekali
mendengarkan cerita-cerita dan seringkali mampu mengadakan
improvisasi.
Ketika usia beranjak 4 tahun, anak menguasai 1500 kosakata,
karena pencapaian bahasa telah mencapai suatu tingkat yang tinggi.
Anak dapat menghubungkan cerita dari peristiwa-peristiwa dan
8

pengalaman-pengalaman yang baru terjadi. Anak juga mampu untuk


bermain dengan kata-kata, mengetahui artinya dan secara kontinu
mengajukan

pertanyaan-pertanyaan.

Lagu-lagu

sederhana

dapat

dikuasai dan memahami analogi sederhana.


Berbeda ketika anak berusia 5 tahun, pembicaraannya sudah
mulai lancar dan perbendaharaan katanya sangat luas. Anak seringkali
menanyakan arti dari suatu kata yang didengarnya. Anak senang
mendengarkan cerita dan menceritakannya kembali.
Anak dengan usia 6 tahun, perkembangan bahasanya ditunjukkan
dengan menguraikan objek-objek lewat gambar.

C. KEBUTUHAN BERMAIN
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional
dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan
dan mengenal waktu, cara, serta suara. (Wong, 2000)
1. Karakteristik Dan Jenis Permainan
Menurut Hurlock ( 1998 ) dan soetjiningsih ( 1995 ),Bermain dalam hal ini
terbagi menjadi 2 yaitu bermain aktif dan Pasif.
a. Bermain Aktif
1). Bermain mengamati / menyelidiki ( Exploratory Play )
Perhatian pertama anak pada alat bermain

adalah

memeriksa alat permainan tersebut. Anak akan memperhatikan alat


permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium,
meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang
diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut.
Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama
permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan
berhenti

apabila

permainan
9

tersebut

sudah

tidak

menyenangkannya.

Dalam

permainan

ini

anak

melakukan

eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.


2). Bermain Konstruksi ( Construction Play )
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun
balok-balok menjadi rumah-rumahan, dll.
3). Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak
mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di
samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk
bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.
4). Bermain Drama ( Dramatic Play )
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan,
menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata,
atau dalam massa media.
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan
dengan saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
5). Bermain Bola, Tali Dan sebagainya.
Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan
energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan
fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak
dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin,
serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.
b. Bermain Pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan
melihat dan mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila
anak sudah lama bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk
mengatasi kebosanan dan keletihannya.seperti :
1). Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan
memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anak pun
akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.
2). Mendengarkan radio
Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara
positif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan
10

bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu


apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti
kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.
Menonton televisi. Pengaruh televisi sama

seperti

mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya.


2. Alat Permainan Edukatif
Yang di maksud dengan APE adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya serta berguna untuk :
a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak
b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar.
c. Pengambangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara,
ukuran, bentuk, warna dan lain-lain.
d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi antara orang tua dan anak. APE tidak harus bagus dan di beli
di toko, akan tetapi buatan sendiri / alat permainan tradisional pun
dapat digolongkan APE asalkan memenuhi syarat:
1).Aman
2).Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak.
Bila ukuran terlalu besar akan sukar dijangkau anak, sebaliknya
kalau terlalu kecil akan berbahaya karena akan mudah tertelan
oleh anak. Sedangkan akalau Alat Permainan terlalu berat, maka
anak

akan

sulit

memindah-mindahkannya

serta

akan

membahayakan bila Alat permainan tersebut jatuh dan mengenai


anak.
3).Desainnya harus jelas
APE harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan dan warna
tertentu, serta jelas maksud dan tujuannya.
4).APE harus mempunyai fungsi untuk mengembangkan berbagai
aspek perkembangan anak, seperti motorik, bahsa, kecerdasan
dan sosialisasi.

11

5).Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tetapi jangan


terlalu sulit, sehingga membuat anak frustasi, atau terlalu mudah
sehingga membuat anak cepat bosan.
6).Walaupun sederhana harus tetap menarik baik warna maupun
bentuknya. Bila bersuara, suaranya harus jelas.
7).APE harus dapat diterima oleh semua kebudayaan, karena
bentuknya sangat umum.
8).APE harus tidak mudah rusak, kalau ada bagian-bagian yang
rusak harus mudah diganti. Pemeliharaannya mudah, terbuat
dari bahan yang mudah di dapat, harganya terjangkau oleh
masyarakat luas.
3. Alat permainan dan perkembangan yang di stimuli
a. Pertumbuhan Fisik / Motorik Kasar
Sepeda roda tiga / dua, bola, mainan yang di tarik dan didorong, tali.
b. Motorik Halus
Gunting, Pensil, Bola, Balok, Lilin
c. Kecerdasan / Kognitif
Buku bergambar, buku cerita, Puzzle, boneka, pensil warna dan radio
d. Bahasa
Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, Tape, TV
e. Menolong diri sendiri
Gelas/ piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki.
f. Tingkah laku sosial
Alat permainan yang dapat di pakai bersama misalnya congklak, kotak
pasir, bola dan tali.
4. Fungsi Permainan
Menurut Wong ( 2003 ), dalam buku Pedoman Klinis keperawatan
Pediatrik, bahwa bermain mempunyai banyak fungsi terhadap beberapa
aspek perkembangan diantaranya
a. Perkembangan

Sensorimotorik.

Memperbaiki

keterampilan

morotik kasar dan halus serta koordinasi, meningkatkan

12

perkembangan semua indera. Mendorong eksplorasi pada sifat


fisik dunia. Memberikan pelambiasan kelebihan energi.
b. Perkembangan intelektual. Memberikan sumber-sumber yang
beraneka ragam untuk pembelajaran diantaranya : Eksplorasi dan
manipulasi bentuk, ukuran tekstur, warna. Pengalaman dengan
angka. Kesempatan untuk mempraktekan dan memperluas
ketrampilan berbahasa. Memberikan kesempatan untuk berlatih
pengalaman masa lalu dalam upaya untuk mengasimilasinya ke
dalam persepsi dan hubungan baru. Membantu anak memahami
dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan
realita.
c. Perkembangan sosialisasi dan moral. Mengajarkan peran orang
dewasa, termasuk perilaku peran seks. Memberikan kesempatan
untuk menguji hubungan. Mengembangkan keterampilan sosial.
Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif
terhadap orang lain. Menguatkan pola perilaku yang telah
disetujui dan standard moral.
d. Kreativitas. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat
yang kreatif. Memungkinkan imajinasi dan fantasi. Meningkatkan
perkembangan bakat dan minat khusus.
e. Kesadaran diri. Memudahkan perkembangan identitas diri.
Mendorong
pengujian

pengaturan
pada

perilaku

sendiri.

kemampuan

Memungkinkan

sendiri

(keahlian

sendiri).memberikan perbandingan antara kemampuan sendiri dan


orang lain.
f. Nilai terapeutik. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan.
Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal
tentang kebutuhan, rasa takut, dan keinginan.

D. TEKNIK KOMUNIKASI
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah
1. Memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya
13

2. memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat


pemeriksaan yang akan digunakan
3. menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus
diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana
4. hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata jawab
dong.
5. mengalihkan aktivitas saat komunikasi
6. memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah
diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak
sebaiknya mengatur jarak
7. adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi
langsung,
8. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan
persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari
anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk
menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau
bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat
melakukan komunikasi.
9. Posisi yang baik pada saat berbicara pada anak adalah: jongkok, duduk
di kursi kecil, atau berlutut pandangan mata sejajar dgn anak
10. Berikan pujian atas apa yang telah dicapainya
11. Orang tua atau perawat harus konsisten dalam berkomunikasi
(verbal/nonverbal) sesuai situasi saat itu (misal tidak tertawa saat anak
mengalami kesakitan karena tindakan tertentu)

E. TUJUAN KOMUNIKASI PADA MASA PRASEKOLAH


1.

Melatih keterampilan penggunaan pancaindra


14

2.

Meningkatkan keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotor

3.

Sebagai bentuk pembelajaran dan permainan dalam melakukan


hubungan dengan orang lain.

4.

Mengembangkan konsep diri

BAB III
PENUTUP
15

A.

KESIMPULAN
Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun.
Rata-rata tinggi badan pada usia 3 tahun adalah 95 cm, pada usia 4 tahun
adalah 103 cm, dan pada usia 5 tahun adalah 110 cm. (Wong, dkk. 2008)
Perkembangan anak pra sekolah menurut para ahli itu berbedabeda. Menurut Freud, anak pra sekolah masuk dalam Fase Falik yaitu
antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopal antara 3-6
tahun dan fase laten antara 6-12 tahun. Fase oediopal dengan pengenalan
akan bagian tubuhnya umur 3 tahun. Disini anak mulai belajar
menyesuaiakan diri dengan hukum masyarakat dan proses identifikasi
seksual. Anak pada fase praoediopal biasanya senang bermain dengan
anak yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih
suka berkelompok dengan anak sejenis. Untuk usia pra sekolah menurut
Erik Erikson masuk dalam Masa Bermain. Masa Bermain merupakan
masa Inisiatif vs bersalah. Masa ini berkisar antara umur 4-6 tahun. Anak
pada umur ini sangat aktif dan banyak bergerak. Menurut Sullivan, tahap
anak dimulai dengan perkembangan bicara dan belajar berpikir sintaksis,
serta perluasan kebutuhan untuk bergaul dengan kelompok sebaya.
Menurut Kohlberg, anak pra sekolah berperilaku sesuai dengan kebebasan
atau batasan yang berlaku pada suatu tindakan, anak mulai menilai tingkah
lakunya dengan apresiasi orang tuanya seperti hukuman atau pujian.
Sedangkan menurut Piaget, anak pra sekolah mulai mengembangkan
kemampuan bahasa yang memungkinkan untuk berkomunikasi dan
bermasyarakat dengan dunia kecilnya.
Jadi pada masa pra sekolah, anak mempunyai perkembangan baik
segi motorik, sensorik, kognitif, seksual, spiritual yang sangat pesat. Oleh
karena itu, orang itu harus bisa mengarahkan anaknya ke hal yang positif
untuk membantu anak menyelesaikan tahap ini dengan baik.

B.

SARAN
16

Anak memiliki tahap perkembangan yang berbeda-beda termasuk


anak pada masa pra sekolah. Anak pada masa pra sekolah ini harus
dikembangkan

oleh

para

orang

tuanya

sesuai

pada

tahap

perkembangannya supada kelak pada masa dewasanya tidak ada perilaku


yang menyimpang atau perilaku yang aneh karena ada tahap-tahap
perkembangan pada masa anak-anaknya terfiksasi akibat ketidaktahuan
orang tua tentang tumbuh kembang anaknya. Maka sebagai orang tua, kita
harus mengetahui tahap tumbuh kembang putra putrinya supaya tumbuh
kembang anak dapat berjalan dengan baik dan benar.

17

Anda mungkin juga menyukai