katup jantung yang sudah dapat dipastikan pada gambaran noninvasif dan pada yang tidak
bergejala atau tidak memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner.
Beberapa indikasi keteterisasi jantung antara lain:
1. Penyakit arteri koroner
a) Asimptomatik atau simptomatik
Berisiko tingga untuk outcome yang buruk pada hasil pemeriksaan
noninvasif
Kematian jantung tiba-tiba
Didukung (> 30 detik) ventrikular takikardi tipe monomorfik
Tidak didukung (< 30 detik) ventrikular takikardi tipe polimorfik
b) Simptomatik
Anginga dalam pengobatan dengan Canadian Cardiology Society class
III atau IV
Unstable angina risiko tinggi atau sedang
Sindrom nyeri dada dengan penyebab yang tidak jelas dan penemuan
terobati
Anemia berat
Pasien yang tidak kooperatif
2. Teknik
Sebelum sampai di laboratorium kateterisasi, pasien seharusnya dijelaskan
menegnai prosedur secara lengkap termasuk risiko dan keuntungan. Evaluasi sebelum
kateterisasi antara lain anamnesis, pemeriksaan fisik dan EKG, pemeriksaan laboratorium
rutin seperti pemeriksaan darah lengkap, elektrolit serum, konsentrasi kreatinin dan glukosa,
PT (Prothrombin time) dengan INR (international normalize ratio) dan PTT (partial
prothombine time) pada pasien yang mendapatkan heparin.
Pasien harus puasa terlebih dahulu paling tidak 6 jam, dan seharusnya dilakukan
pemasangan IV line. Biasanya diberikan obat penenang secara oral atau intravena (misalnya
benzodiazepine). Pulse oximetry harus digunakan untuk memonitor status respirasi.
Pemberian antikoagulan oral harus dihentikan dan INR harus kurang dari 1.8 untuk mencegaj
peningkatan risiko perdarahan. Aspirin atau antiplatelet oral lain dilanjutkan sebelum
prosedur. Pasien diabetes, pemberian metformin harus dihentikan pada hari dimana prosedur
akan dilakukan dan metformin tidak diberikan sampai fungsi ginjal stabil kulang lebih 48 jam
setelah prosedur. Semua pasien harus dihinrasi sebelum dan sesudah prosedur.
inspirasi yang dalam atau batuk dapat menfasilitasi manuver ini dan membantu dalam
melewati katup pulmonal.
Ketika lubang terujung kateter yang tidak mempunyai ujung ballon digunakan,
teknik kanulassi arteri pulmoner berbeda secara nyata. Kateter harus diarahkan ke bawah
melewati katup trikuspid dan kemudia ke atas ke dalam saluran keluar ventrikel kanan. .
4. Kateterisasi ventrikel kiri dan arteriografi koroner
Setelah dilakukan anestesi lokal dengan 1 % lidocaine, jalur masuk perkutan dari
arteri femoralis didapatkan dengan menusuk pembuluh dari 1 3 cm (atau 1 atau 2 jari)
dibawah ligamentum inguinalis. Ligamentum inguinalis dapat teraba sejalan dari SIAS (spina
iliaca anterior superior) sampai ke ramus superior pubis. Ligamen ini (bukan lipatan
inguinal), digunakan sebagai landmark.
Insisi kulit secara melintang dibuat diatas arteri femoralis dengan menggunakan
skalpel. Dengan teknik Seldinger yang dimodifikasi, sebuah thin-walled needle 18-gauge di
insersikan pada sudut 30 45 derajat kedalam arteri femoralis, dan sebuah kawat J-tipe
berlapis teflon (polytetrafluoroethylene) masuk melalui jarum ke dalam arteri. Kawat harus
masuk aorta secara bebas tanpa perlawanan dan terasa seperti pisau panas yang melewati
mentega.
Stelah diperoleh akses arterial, selubung yang ukuranya hampir sama sperti
kateter koroner biasanya dimasukkan ke dalam arteri femoralis. Pemberian heparin untuk
kateterisasi jantung masih belum ditetapkan. Pada pasien yang memperoleh heparin sebelum
dilakukannya kateterisasi, hasil pemeriksaan clotting time harus sudah ditetapkan sebelum
dilakukan tindakan.
LV systolic dan end-diastolic pressure dapat ditetapkan dengan memasukkan
kateter kedalam ventrikel kiri. Pada memeriksa stenosis katup aorta, LV dan tekanan aorta
atau tekanan fateri femoralis, harus direkam secara stimultan dengan 2 transduser. Kateter
aorta harus diletakkan tetidaknya kedalam aorta abdominal daripada ke dalam arteri
femoralis. Pada kecurigaan mitral stenosis, LV dan tekanan atrium kiri harus ditetapkan
secara stimultan dengan 2 transduser.
Left ventriculography dilakukan pada right anterior oblique 30 derajat dan left
anterior oblique 45-50 derajat. Injeksi bertenaga medium kontras 30-40 mL diamsukkan ke
dalam ventrikel pada 12-15 mL/detik digunakan untuk menilai fungsi ventrikel kiri dan
beratnya regurgitasi mitral.
Setelah prosedur selesai dilakukan, kateter dilepaskan dan tekanan yang kuat
diaplikasikan pada area femoral selama 10 menit dengan tangan. Pasien harus dijelaskan
untuk tirah baring selama beberapa hari dengan kaki lurus untuk mencegah pembentukan
hematoma. Dengan kateter 4F-6F, tirah baring selama 2 jam biasanya cukup, sedangkan
penggunaan kateter yang lebih dari 6F biasanya membutuhkan waktu setidaknya 3-4 jam.
5. Angiografi Koroner
Angiografi koroner selektif hampir selalu dilakukan selama kateterisasi jantung
dan digunakan untuk menggambarkan anatomi koroner. Kateter koroner bentuk khusus
digunakan untuk ostium koroner kanan dan kiri. Injeksi agen kontras radiopak membentuk
luminogram koroner yang terekam pada gambaran radiografi. Karena arteri koroner
merupakan objek 3 dimensi yang bergerak dengan siklus jantiung, angiogram pembuluh
darah dilakukan dengan menggunakan beberapa proyeksi ortogonal yang berbeda untuk
memvisualisasikan pembuluh darah dengan baik tanpa overlap atau terlihat pemendekan.
Anatomi koroner normal sangat bervariasi diantara masing-masing individu, akan
tetapi secara umum terdapat 2 ostium koroner dan 3 pembuluh darah koroner yang utama,
yaitu arteri koronaria sinistra desending anterior (left anterior descending/LAD),arteri
koronaria sinistra sirkumflek (left circumflex), dan arteri koronaria dextra, dimana LAD dan
left circumflex merupakan percabangan dari left main coronary artery.
Angiografi
koroner
memvisualisasikan
stenosis
arteri
koroner
sebagai
penyempitan lumen pada cine angiogram. Derajat penyempitan menunjuk pada persentase
stenosis dan ditetapkan secara visual dengan membandingkan segmen penyakit yang terberat
dengan proksimal atau distal dari segmen yang normal, stenosis > 50% secara signifikan
dipertimbangkan. Adanya jembatan miokardial, yang umunya terlibat dengan LAD bisa
salah sangka dengan stenosis yang signifikan. Kuncu untuk embedakan jembatan mikardial
dari stenosis adalah bagian stenosis dari pembuluh darah kembali menjadi normalselama
diastol. Kalsifikasi koroner juga dapat terlihat selama angiografi pada injeksi agen kontras.
Daftar Pustaka
Charles J.D., & Robert O.B. Cardiac Catheterization. In: John F. Kennedy. Editor.
Braunwalds Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine. 9th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012. p. 383-404
David P.F., & Jane A.L. Diagnostic Cardiac Catheterization and Coronary Angiography:
Introduction. In: Faucis, et al. Editor. Harrisons: Principles of Internal Medicine.
8th ed.USA: McGraw-Hill; 2012.