sekuens RNA yang ditemukan pada ujung 5 pada kelas U1 partikel ribonukleoprotein
nuklear kecil (small nuclear ribonucleoprotein particles) yang dikenal sebagai
snRNPs. Selain partikel U1, dijumpai U2, U4, U6, dan lain-lain, setiap partikel
memiliki 90-150 nukleotida dan sekitar 10 protein berbeda. Komplementeritas antara
RNA U1 dan lokasi penyambungan RNA pre-mRNA menunjukkan bahwa pasangan
basa diproduksi antara dua siklus penyambungan (splicing) RNA. Bukti yang lebih
kuat untuk pengajuan adalah penemuan oleh
penyambungan (splicing) RNA dapat diblok oleh antibodi terhadap partikel U1.
Penelitian menunjukkan inaktivasi penyambungan (splicing) RNA oleh
antibodi anti-U1 tidak definitif karena spesifisitas antibodi anti-U1 tidak tinggi dan
antibodi lain juga dapat muncul. Salah satu metode rasional untuk menginaktivasi
partikel U1 secara spesifik adalah menghilangkan nukleotida dari ujung 5mRNA
dengan RNAse H. Enzim ini mendigesti RNA dari dupleks RNA-DNA.
Gambar 5.16 Cara mutasi kompensasi pada dua struktur interaktif dapat merestorasi
aktivitas
Gambar 5.17 Konsensus sekuens pada ujung 5 sambungan ekson-intron. Sekuens ini
komplementer terhadap ujung 5 U1 RNA. Perubahan pada sekuens penyambungan
RNA menurunkan tingkat penyambungan (splicing) RNA. Oligonukleotida DNA
yang komplementer terhadap ujung 5 U1 RNA dihibridisasi di bawah kondisi lunak
terhadap partikel U dalam ekstrak sel, lalu RNAse H ditambahkan. Perlakuan ini
menyebabkan ekstrak tidak dapat mengkatalisasi penghilangan intron, sedangkan
ekstrak yang mendapatkan oligonukleotia dengan sekuens berbeda tidak dihambat.
lokasi
penyambungan
RNA
mengalihkan
penyambungan
lokasi
penyambungan RNA lain, sedangkan hanya terdapat satu lokasi penyambungan RNA
5 mempelambat kinetik proses penyambungan tanpa mengubah jumlah aktual RNA
yang disambung.
Uji proteksi RNAse digunakan untuk memantau proses penyambungan. RNA
diisolasi dari sel dan dihibridisasi dengan RNA radioaktif komplementer terhadap
mRNA adenovirus. Regio RNA yang tidak berpasangan basa sensitive terhadap
RNAse pankreatik dan T1 dicerna (Gambar 5.18). Proses ini meninggalkan molekul
RNA radioaktif dengan ukuran yang menunjukkan lokasi penyambungan RNA yang
digunakan. Varians sekuens pada lokasi penyambungan RNA E1a bagian tengah
mengeliminasi penyambung dari lokasi ini, tetapi pengenalan varian gen U1 terhadap
sel yang memiliki mutasi kompensasi mengembalikan penggunaan lokasi
penyambungan RNA ini.
pada setiap lokasi ini. Hal ini nampaknya memberikan cukup informasi untuk
menspesifikasi proses penyambungan RNA yang tepat.
Ketika reaksi penyambungan RNA in vitro dapat dilakukan dengan substrat khusus,
dilakukan pengujian produk reaksi. Ukuran produk yang ditentukan melalui
pemisahan elektroforesis tidak menambah ukuran substrat pre-mRNA. Struktur lalu
ditentukan melalui metode kimiawi dan mikroskop elektron molekul RNA resultan.
RNA yang dipotong ditemukan dalam bentuk lariat (tali).
Gambar 5.19 Pasangan basa pada U1, U2, U4, U6 dan pre-mRNA menunjukkan titik
cabang dan lokasi pemotongan 5
Hasil ini berasal dari reaksi nukleotida pada titik cabang dalam intron yang
memecahkan fosfodiester pada lokasi penyambungan RNA 5. Selanjutnya, terjadi
pemecahan 3-OH pada lokasi penyambungan RNA 5 ikatan fosfodiester pada
lokasi penyambungan RNA 5 melepaskan intron dalam bentuk lariat dan
menyempurnakan proses penyambungan RNA. Intron bebas dalam bentuk lariat
terdegradasi cepat dalam nukleus.
Penemuan Self-splicing RNA
6
RNA
yang
kekurangan
ekstrak
yang
ditambahkan,
juga
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.20, guanosin berperan penting dalam proses
self-splicing, tertapi tidak memberikan energi kimiawi pada produk penyambungan
RNA. Penelitian lebih lanjut terkait reaksi self-splicing Tetrahymena menunjukkan
bahwa tidak hanya 480 potongan nukleotida dari RNA dihilangkan dari bagian tengah
RNA ribosom, tetapi bagian yang dihilangkan menuju ke dekat RNA membentuk
lingkaran dan melepaskan fragmen pendek linier. Tidak ada ATP atau sumber energi
lainnya yang diperlukan dalam reaksi pemotongan dan penyambungan RNA karena
energi eksternal tidak diperlukan dalam proses ini. Secara kimiawi, seluruh reaksi
merupakan transesterifikasi dan jumlah ikatan fosfodiester dikonservasi. Lalu, timbul
pertanyaan mengapa rekasi berlangsung demikian. Jawabannya adalah dalam
beberapa kasus, produk reaksi berupa tiga polinukleotida di mana awalnya hanya ada
satu nukleotida dan guanosin. Bersamaan, dengan reaksi ini memiliki aliran entropi
yang lebih tinggi daripada molekul awal, lalu terbentuknya polinukleotida
mengarahkan reaksi selanjutnya.
Reaksi transesterifikasi melibatkan proses self-splicing dalam berbagai tingkatan
yang lebih cepat daripada transesterifikasi biasa. Hanya dua alasan dapat menjelaskan
tingkat stimulasi reaksi ini. Pertama, struktur sekuner molekul dapat berikatan dengan
gugus reaktif secara langsung menempel satu sama lain. Ikatan ini meningkatkan
frekuensi tabrakan efektif jauh di atas nilai solusio normal. Alasan kedua adalah
probabilitas reaksi terjadi seiring dengan peningkatan tabrakan efeksi jika ikatan yang
terlibat tegang. Penelitian dengan self-cutting RNA yang berukuran sangat kecil dan
juga perhitungan dinamika molekuler menunjukkan bahwa ketegangan penting dalam
reaksi ini, Tidak diragukan bahwa self-splicing menerapkan kedua prinsip ini, Selfsplicing ditemukan dalam dua RNA messenger bakteriofage T4, dan penyambungan
mRNA dalam mitokondria ragi. Intron self-splicing mitokondria terdiri atas gugus
kedua intron self-splicing. Struktur sekunder intron ini berbeda dengan gugus I intron
slef-splicing, seperti hal yang dijumpai pada intron rRNA Tetrahymena. Intron gugus
II tidak menggunakan guanosis bebas untuk mengawali proses splicing. Intron ini
menggunakan nukleotida internal dan mekanisme reaksi serupa dengan yang
Gambar 5.21 Penggunaan promoter fage SP6 atau T7 pada molekul kecil DNA
untuk menghasilkan jumlah RNA invitro dengan ukuran yang sesuai untuk penelitian
reaksi penyambungan RNA
Gambar 5.22 Dua kelas RNA self-splicing dan jalur penyambungan mRNA nuklear,
gambar di atas menekankan kemiripan kedua proses tersebut.
Pada kasus penyambungan pre-mRNA, reaksi yang sama terjadi, tetapi harus dibantu
oleh partikel snRNP. Pada beberapa sekuens intervensi ragi, regio internal terlibat
dalam eksisi dan menghasilkan beberapa sekuens yang mirip dengan bagian sekuens
U1.
10
Gambar 5.23 Alur pemotongan dan penyambungan tRN pada ragi Saccharomyces.
11
Virus tanaman sering memiliki genom RNA. Virus ini dapat memiliki virus yang
dikenal sebagai virusoid. Virusoid hanya dapat tumbuh pada sel yang memiliki virus
parental. Virusoid tidak mengkode protein, tetapi dapat bereplikasi. Bagian siklus
replikasi memerlukan pemecahan spesifik molekul RNA melalui reaksi self-cutting.
Symons dan Uhlenbeck menginvestigasi kebutuhan minimal nukleotida untuk
pemecahan molekul ini. Sekitar 25 nukleotida yang dapat membentuk stuktur
fungsional menyerupai palu pada bagian kepala. Struktur umum lain molekul selfcutting RNA adalah pita rambut sederhana.
Reaksi pengeditan telah disebutkan pada bagian awal bab ini. Pengeditan sederhana
satu atau dua nukleotida diamati pada RNA mamalia, tetapi pada mitokondria
beberapa protozoa, dijumpai proses pengeditan yang lebih kompleks. Hal ini
menimbulkan pertanyaan di mana informasi pengeditan disimpang. Perubahan basa
tunggal merupakan hasil serangkaian reaksi yang dikatalisasi dengan enzim yang
dirancang hanya untuk sekuens di mana perubahan terjadi, tetapi pada contoh
pengeditan yang lebih dramatis, lebih dari 50 U dimasukkan untuk menghasilkan
sekuens akhir yang diedit sehingga diperlukan lebih banyak enzim yang berbeda.
Pengujian awal DNA organisme, baik dengan pencarian komputer sekuens tertentu
dan penelitian hibridisasi gagal memperoleh sekuens yang dapat mengkode sekuens
yang diedit. Informasi pada sekuens yang diedit dibawa oleh RNA pendek yang
komplementer terhadap segmen akhir sekuens yang diedit yang dikenal sebagai
sekuens pemandu. Walaupun pemotongan dan religasi merupakan alur pengeditan,
perantara pengeditan menemukan sekuens pemandu memindahkan U dari ujung 3
ke posisi yang diperlukan pada mRNA melalui reaksi transesterifikasi yang analog
dengan reaksi transesterifikasi penyambungan RNA (Gambar 5.24).
12
melalui
reaksi
transesterifikasi
Masalah
5.1. RNA diekstraksi dari sel, dihibridisasi dengan sekuens genomik DNA yang
berlebihan dari gen tertentu, didigesti dengan DNAse S1, dan melalui gel
denaturasi. Apa yang terjadi bila transfer Soutern dan probing dengan fragmen
radioaktif dari bagian gen menghasilkan dua ikatan radioaktif?
5.2. Apa yang mungkin dilakukan struktur sekunder pada mRNA (pita rambut dan
pseudoknot) dengan fakta bahwa eukariot menggunakan mekanisme ikatan dan
slide untuk menemukan AUG pertama mRNA dan digunakan untuk memulai
translasi, sedangkan translasi mRNA pada prokariot mulai pada kodon AUG
yang sering tidak muncul pertama kali kodon mRNA?
5.3 Andaikan uridin dan rifamisin radioaktif secara simultan ditambahkan pada sel
yang berkembang. Anggap saja bahwa uridin dan rifamisin segera masuk ke sel
dan radioaktif uridin segera masuk ke rantai RNA dalam proses elongasi. mRNA
akan dilengkapi, kemudian dihancurkan, sedangkan rRNA disintesis dan akan
tetap stabil. Sketsa kinetika penggabungan radioaktivitas ke dalam RNA dalam
13
14
STRUKTUR PROTEIN
Protein menjalankan hampir seluruh proses seluler yang menarik. Enzim, komponen
struktural sel, dan bahkan adhesif seluler yang disekresikan hampir selalu berupa
protein. Salah satu karakteristik penting kebanyakan protein adalah kemampuan
untuk mengikat molekul secara selektif. Bagaimana protein memperoleh sruktur dan
bagaimana struktur ini memberikan tingkat selektivitas yang tinggi pada protein?
Banyak prinsip telah diketahui dan didiskusikan dalam bab ini.
Kita perlu mengetahui protein dengan baik sehingga kita dapat merancang protein
dengan baik pula. Oleh karena itu, tujuan kita adalah dapat menspesifikasi sekuens
asam amino, ketika disintesis, dapat diperkirakan struktur tiga dimensi yang
diinginkan, mengikat substrat yang diindinkan, dan menjalankan reaksi enzimatik
yang rasional. Selain itu, jika protein yang kita rancang disintesis di sel, kita harus
tahu apakah perlu sekuens DNA tambahan disediakan sehingga protein disintesis
dalam jumlah yang layak dan waktu yang tepat.
Kemajuan biologi molekuler yang paling pesat tercatat pada tahun 1980-an
melibatkan asam nukleat, bukanlah protein. Meskipun demikian, karena DNA
menspesifikasi sekuens asam amino protein, kemampuan kita untuk mensintesis
sekuens DNA yang berbeda-beda dan mengembalikannya ke dalam sel menunjukkan
bahwa sekuens asam amino protein dapat juga diubah secara spesifik. Oleh karena
itu, langkah penelitian yang menginvestigasi struktur protein meningkat secara
dramatis pada sekitar tahun 1990. Penelitian sistematik tentang struktur dan aktivitas
protein dari substitusi asam amino spesifik meningkat seiring dengan pemahaman
struktur dan fungsi protein.
Pada bab ini, kami menilai kerangka dasar struktur protein. Kebanyakan informasi ini
didiskusikan secara lengkap dalam buku biokimiawi atau biokimiawi fisika. Kami
meninjau materi di sini untuk mengembangkan intuisi tentang struktur dan
15
Gambar 6.1 Asam amino -L memiliki muatan listrik negatif pada gugus karboksil
dan muatan listrik positif pada gugus amino dan tiga asam amino terhubung melalui
ikatan peptida
16
Dua puluh tipe berbeda asam amino--L umumnya dijumpai pada protein (Gambar
6.2). Kecuali proline, yang secara teknis merupakan asam imino, yang berbeda
dengan asam amino hanya pada struktur gugus samping yang melekat pada karbon
alfa. Sedikit tipe asam amino lainnya kadang-kadang dijumpai pada protein, dengan
kebanyakan merupakan hasil modifikasi satu dari 20 asam amino setelah protein
disintesis. Asam amino termodifikasi ini secara langsung terlibat pada reaksi
kimiawai yang dikatalisasi oleh protein. Setiap dua puluh asam amino dasar memiliki
karakteristik unik dan penting karena kebanyakan protein mengandung seluruh dua
puluh asam amino yang berbeda (Tabel 6.1)
17
Gambar 6.2 Gugus samping asam amino dan singkatan huruf tunggal. Strukrur
lengkap proline ditunjukkan pada gambar. Asam amino yang paling hidrofobik berada
di atas dan asam amino yang paling hidrofilik berada di bawah.
Tabel 6.1 Karakteristik Asam Amino
Karakteristik
Asam amino
Hidrofonik
Ala, Ile, Leu, Val, Phe, Met, Pro
Muatan listrik positif
Arg, Lys
Muatan listrik negatif
Asp, Glu
Polar
Ser, Thr, Tyr, Cys, Asn, Gln, His
Berukuran kecil
Gyl, Ala
pK hampir netral
His
Aromatik
Phe Tyr, Trp
Rantai samping hidroksil
Ser, Thr, Tyr
Lengkung atau patahan heliks
Pro
Meskipun kita harus memahami karakteristik individual setiap asam amino, lebih
mudah untuk mengklasifikasikan 20 asam amino ke dalam sejumlah kelompok kecil
dan memahami karakteristik umum kelompok ini. Salah satu kelompok asam amino
yang paling penting adalah hidrofobik. Gugus samping asam amino alifatik bersifat
hidrofobik dan lebih sering dijumpai pada lingkungan nonpolar, non-aqueous seperti
yang ditemukan pada regio kontak antardua subunit, pada bagian protein yang
berikatan dengan membrane atau pada interior protein globuler. Area yang
berdampingan dengan asam amino ini pada bagian permukaan dapat membentuk
ikatan protein yang sama dengan patch hidrofobik pada permukaan protein lain,
seperti halnya pada oligomerasi subunit protein, atau dapat membentuk protein yang
lebih suka berikatan atau bahkan masuk ke membran. Asam amino hidrofobik pada
interior protein lebih suka berdamping satu sama lain daripada berikatan dengan air.
Gaya ini merupakan gaya utama yang mempertahankan struktur lipatan protein.
Gugus samping asam amino dasar dari asam amino, seperti lisin dan arginin memiliki
muatan listrik positif pada pH netral. Bila terletak pada permukaan protein, muatan
18
listrik positif ini dapat membantu ikatan dengan ligan yang bermuatan negatif, seperti
DNA. Gugus samping asam amino asam glutamate dan asam aspartat yang bersifat
asam memiliki muatan negatif pada pH netral. Gugus samping asam amino netral
tidak memiliki mauatan, dan gugus samping asam amino polar memiliki muatan
listrik yang terpisah, seperti yang dijumpai pada glutamin. Muatan listrik yang
terpisah menyebabkan interaksi dua kutub (dipole) dengan asam amino lain atau
ligand yang berikatan dengan protein. Sistein merupakan asam amino unik karena
pada lingkungan ekstraseluler teroksidasi bukan linglungan intraseluler, dua residu
sistein pada protein dapat teroksidasi secara spontan untuk membnrtuk ikatan
disulfida yang lebih stabil (Gambar 6.3). Pada protein terisolasi, ikatan ini dapat
direduksi dengan adanya reagen reduksi yang berlebihan untuk memproduksi kembali
sistein.
Gambar 6.3 Dua residu sistein yang direduksi dan keadaan sistein teroksidasi
membentuk ikatan disulfida.
Ikatan Peptida
Ikatan peptide terhubung dengan asam amino berturut-turut pada rantai polipeptida.
Walaupun hanya kaitan asam amino untuk membentuk rantai polipeptida, tidak cukup
untuk menjamin bahwa gabungan asam amino akan membentuk struktur tiga dimensi.
Ikatan peptide memiliki dua karakteristik yang luar biasa penting yang memfasilitasi
lipatan polipeptida dalam struktur tertentu.
Pertama, sebagai efek parsial karakter ikatan ganda dari ikatan peptide antara karbon
karbonil dan nitrogen, unit berikatan dengan atom karbon alfa dari dua asam amino
berurutan terletak sejajar. Oleh karena itu, energi yang diperlukan tidak dikonsumsi
19
dari interaksi lain untuk menghasilkan orientasi yang layak terkait ikatan C-N pada
setiap asam amino. Rotasi dimungkinkan pada setiap dua kerangka ikatan peptide
dari atom C pada setiap asam amino (Gambar 6.4). Sudut rotasi dari dua ikatan
dikenal sebagai dan , dan spesifikasi setiap asam amino pada polipeptida secara
lengkap mendeskripsikan alur ikatan polipeptida. Tentunya, gugus samping asam
amino bebas untuk berotasi dan mengadopsi beberapa konformasi sehingga sudut
dan tidak menspesifikasi struktur protein secara lengkap.
Gambar 6.4 Dua unit asam amino pada rantai polipeptida mengilustrasikan struktur
bidang ikatan peptide, dua derajat kebebasan rotasi pada setiap unit asam amino pada
polipeptida, dan sudut dan .
Efek kedua ikatan peptide adalah hidrogen amid dari satu asam amino dapat berbagi
dengan oksigen karbonil dari asam amino lain dalam ikatan hydrogen. Karena setiap
asam amino pada rantai polipeptida memiliki donor dan akseptor ikatan hydrogen,
banyak ikatan hidrogen yang terbentuk dalam polipeptida. Karena posisi asam amino,
ikatan ini terletak antara asam amino berbeda dalam protein. Oleh karena itu, mereka
memyediakan ikatan pembentukan struktur dan stabilisasi. Walaupun ikatan hidrogen
20
individual lemah, banyak ikatan hidrogen yang dapat membentuk protein berperan
secara substansial untuk mempertahankan struktur tiga dimensi struktur protein.
21
berkaitan dengan potensial. Kecuraman potensi objek pada titik tertentu proporsional
terhadap gaya pada objek pada poin tersebut.
Gambar 6.5 Potensial sebagai fungsi jarak x dan gaya yang ditimbulkan
proporsional terhadap derivate potensial fungsi
22
Gambar 6.6 Gaya elektrostatik antara dua nilai muatan listrik Q1 dan Q2 dipisahkan
oleh jarak r dan potensial yang diproduksi oleh muatan listrik tunggal Q1.
Medan elektrik pada titik ini didefinisikan sebagai gaya unit muatan listrik yang ada
pada titik tersebut. Oleh karena itu, rentang medan elektrik pada titik ini r diperolah
dari muatan listrik Q yang berasal dari
Karena asam amino yang memiliki muatan listrik positif dan negatif, gaya tarik
elektrostatik langsung mungkin terjadi pada protein. Hal ini menghasilkan apa yang
dikenal sebagai jembatan garam (salt bridges). Sejumlah protein memiliki jembatan
garam tersebut. Ketika dua muatan listrik yang sama dan berbeda atau parsial terletak
berdekatan satu sama lain, seperti yang ditemukan pada asam amino polar dan setiap
ikatan peptide, lebih mudah untuk menggambarkan efek kombinasi pada atom dan
molekul lainnya secara keseluruhan daripada mempertimbangkan setiap muatan
secara individual. Dipole dengan muatan listrik +Q dan Q dipisahkan oleh jarak l
(Gambar 6.7) menghasilkan potensial dan medan elektrik berbanding lurus dengan
23
Interaksi antara sepasang dipole juga umum dijumpai pada protein. Dengan alasan
yang sama dengan yang di atas, potensial antara dua dipoles ql dan Ql ditunjukkan
berbanding lurus dengan
Gambar 6.7 Dua kutub elektrik dan potensial diperolah dari jarak r dari dipole.
Dependensi anguler diabaikan
Bahkan lebih penting struktur dan fungsi protein daripada interkasi antara dua kutub
permanen dalam protein merupakan interaksi sementara antara dua kutub temporer
yang diciptakan oleh fluktuasi singkat posisi muatan lsitrik. Gaya yang diperoleh dari
interaksi antardua kutub ini dikenal sebagai gaya disperse London. Gaya ini lemah,
berjarak pendek, memiliki nilai satu atau dua Angstrom, gaya tarik menarik antara
seluruh molekul. Gaya ini membentuk dasar selektivitas tertinggi dalam ikatan
molekul lain dengan protein. Jika bentuk protein dan molekul lain komplementer, lalu
banyak gaya tarik menarik yang beraksi dan mengikat dua molekul secara ketat
bersamaan. Jika bentuk tidak komplementer, lalu karena gaya berjarak pendek, hanya
24
area kecil kontak merupakan subjek gaya tarik menarik dispersi dan dua molekul
tidak berikatan erat satu sama lain.
Gaya dispersi umumnya berjarak pendek karena potensial gaya tarik menarik dispersi
hilang dengan kekuatan keenam jarak yang memisahkan molekul. Walaupun gaya ini
dipahami dengan baik dalam kerangka mekanika kuantom, kita dapat memahami asal
dependensi kekuatan keenam. Anggap saja molekuler nonpolar netral elektrik.
Fluktuasi termal dapat menghasilkan pemisahan sementara muatan positif dan
negatif. Kekuatan D1 dua kutub disingkat ql.
Medan elektrik yang diproduksi oleh dipole ini dapat menginduksi dipole pada
molekul rentan yang berdekatan. Kekuatan dipole induksi secara langsung
berbanding lurus dengan kekuatan medan elektrik lokal. Dipola induksi memiliki
kekuatan D2 yang berbanding lurus dengan
Seperti yang telah didiskusikan sebelumnya, potensial antar dua dipole ini berbanding
lurus dengan produk kekuatan dan berbanding terbalik dengan jarak pangkat tiga.
Penggantian nilai D2 potensial menghasilkan hasil bahwa potensial antara dua dipole
berbanding terbalik dengan kekuatan pangkat enam pemisahan.
25
Karena dependensi terbalik pangkat enam, gaya disperse lebih kuat dan jarak yang
memisahkan dua molekul menjadi lebih kecil. Gaya tidak dapat menjadi kuat, bila
saat awan elektronik satu molekul mulai berpenetrai awan molekul, interaksi repulsif
yang sangat kuat terjadi. Nampak lebih musah untuk memperkirakan potensi
repulsive sebagai kebalikan pemisahan pusat atom pangkat dua belas. Kombinasi
potensial ini dikenal sebagai potensial Van der Waals. Radius dengan repulsi kuat
mulai signfikan merupakan radius Van der Waals (Gambar. 6.8).
26