Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
(Neproskelerosis
benigna)
dan
nefropati
hipertensi
maligna
(nefrosklerosis maligna).
Untuk memperlambat progresifitas kerusakan ginjal akibat hipertensi,
penatalaksanaan perlu dilakukan dengan cermat. Pemakaian obat antihipertensi,
disamping untuk memperkecil risiko kardiovaskuler juga sangat penting
memperlambat pemburukan kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi
intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. Beberapa studi membuktikan bahwa,
pengendalian tekanan darah mempunyai peranan yang sama pentingnya dengan
pembatasan asupan protein dalam memperkecil hipertensi intraglomerulus dan
hipertrofi glomerulus.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan nantinya mahasiswa mampu
memahami dan mengerti tentang konsep dasar dari penyakit Nefrosklerosis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Secara sederhana, nefrosklerosis diartikan sebagai pengerasan ginjal. Kata
ini diperkenalkan oleh Theodor Fahr lebih dari satu abad yang lalu. Secara
terminologi, nefrosklerosis hipertensif diartikan sebagai nefrosklerosis benigna,
dengan ditemukannya kerusakan pada arteriola arkuata, interlobular, serta
arteriola aferen dan eferen. Gambaran histopatologi ditandai adanya hialinoisis
arteriolar dan hipertrofi otot vaskular.
Nefrosklerosis adalah pengerasan atau sklerosis arteri ginjal akibat
hipertensi yang lama. Penyakit ini menyebabkan penurunan aliran darah ke
ginjal dan bercak nekrosis parenkim renal. Kadang-kadang terjadi fibrosis dan
kerusakan glomerulus.
Istilah nefrosklerosis hipertensif sebenarnya telah lama digunakan untuk
menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya riwayat
hipertensi esensial lama, retinopati hipertensi, hipertrofi ventrikel kiri,
proteinuria minimal, dan insufi siensi renal yang progresif.
Nefrosklerosis hipertensi adalah penyakit ginjal yang disebabkan karena
terjadinya kerusakan vaskularisasi di ginjal oleh adanya peningkatan tekanan
darah. Nefrosklerosis yang terjadi akibat hipertensi (nefrosklerosis hipertensive)
terbagi menjadi dua yakni Neproskelerosis benigna dan nefrosklerosis maligna.
2.2 Etiologi
Nefrosklerosis maligna merupakan suatu keadaan yang lebih berat, yang
terjadi bersamaan dengan hipertensi maligna. Hipertensi maligna paling sering
terjadi akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkendali, tetapi juga bisa terjadi
akibat :
-
Glomerulonefritis
benigna
biasanya
ditemukan
pada
dewasa
lanjut.
mikrovaskular
glumerulus
dan
terjadilah
sklerosis
glomerulus
atau
nefrosklerosis.
2.4 Klasifikasi dan manifestasi klinis
Terdapat dua bentuk nefrosklerosis :
a.
Nefrosklerosis maligna
Nefrosklerosis ganas terjadi pada hipertensi maligna. Komplikasi ini
terjadi pada sekitar 5% pasien hipertensi. Sering dihubungkan dengan
hipertensi maligna (tekanan darah diastolik > 130 mm Hg). Hal ini biasanya
terjadi pada dewasa muda,dan pria terkena dua kali lipat lebih sering dari
pada wanita. Proses penyakit berkembang cepat dan lebih dari 50% pasien
meninggal akibat uremia dalam beberapa tahun.
Ginjal berukuran normal atau sedikit membesar dan mempunyai
permukaan yang licin dengan banyak perdarahan petekia kecil. Secara
mikroskopis, terdapat nekrosis fibrinoid (nekrosis fibrinoid tampak sebagai
bahan granular merah muda yang tampak dengan imunofluoresen) arteriol
dan glomerulus. Arteri interlobus memperlihatkan proliferasi selular intimal
dan fibrosis yang berlapis-lapis (kulit bawang). Penyempitan lumen
menyebabkan iskemia.
Secara klinis, nefrosklerosis ganas bermanifestasi sebagai proteinuria
dan hematuria,yang kemudian dengan cepat diikuti oleh gagal ginjal akut.
Tanpa pengobatan, 90% pasien meninggal dalam satu tahun. Dengan
pengobatan anti hipertensi modern, lebih dari 60% pasien dapat bertahan
hidup selama 5 tahun setelah diagnosis.
b.
Nefrosklerosis benigna
Nefroskelerosis benigna adalah kerusakan vaskularisasi pada ginjal
yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah yang menetap
(hipertensi stage 2) baik primer maupun sekunder dalam kurun waktu lebih
dari 3 bulan dengan LFG < 60 mL/menit/1,73m2 .
Nefrosklerosis jinak terjadi pada sebagian besar pasien hipertensi
esensial. Perubahan serupa tampak pada autopsi pasien usia lanjut tanpa
hipertensi, akibat proses penuaan. Terdapat pengurangan ukuran ginjal yang
simetris bilateral. Permukaan ginjal bergranular merata halus dan terjadi
penipisan yang seragam pada korteks ginjal. Secara mikroskopis, terdapat
penebalan hialin dinding arteri kecil dan arteriol (penyempitan lumen
pembuluh darah ini menyebabkan iskemia glomerulus kronis), sklerosis
global pada glomerulus, dan atrofi nefron dengan fibrosis intertisial.
Dengan imunofloresensi dan mikroskop elektron tidak tampak adanya bukti
deposit imun. Perubahan nefrosklerosis jinak biasanya ringan. Gagal ginjal
kronis terjadi kurang dari 5% kasus.
Manifestasi klinis pasien dengan nefrosklerosis benigna jarang
mengeluh gejala renal, gejala yang muncul:
-
Proteinuria ringan
Nokturia
tekanan darah adalah 125/75 mmHg atau 140/90 mmHg. Sasaran primer pada
akhir penelitian ini adalah perubahan LFG yakni saat pertama terjadi penurunan
LFG 50% atau LFG 25 ml/menit/1,73 m2, saat terjadi gagal ginjal atau saat
kematian. Penelitian ini selama 4tahun, didapatkan rerata penuruan tekanan
darah tertinggi adalah 141/85 mmHg dan rerata penurunan tekanan darah
terendah adalah 128/78 mmHg. Sasaran primer ternyata tidak berbeda bermakna
pada kelompok dengan target 140/90 mmHg atau 125/75 mmHg. Hal ini
menunjukkan bahwa target tekanan darah kurang 140/90 mmHg tidak
memberikan hasil lebih baik. Dari segi kelompok jenis obat, ramipril
menunjukkan hasil sasaran primer yang lebih baik dibandingkan dengan
metoprolol atau berbeda bermaknadengan amlodipin. Namun setelah 10 tahun
penelitian,
tidak
didapatkan
perbedaan
bermakna
antara
ketiga
jenis
Walaupun insufisiensi ginjal yang terjadi ringan, pasien ini memiliki risiko
tinggi untuk mengalami gagal ginjal akut.
Pada nefrosklerosis maligna, perubahan besarnya adalah nekrosis dan
penebalan arteriola, kapiler glomerular, serta artrofi tubula yang tersebar. Selain
itu terjadi hematuria makroskopik proteinuria berat dan peningkatan kreatinin
plasma. Nefrosklerosis maligna adalah kondisi kedaruratanmedis. Tekanan darah
yang tinggi harus diturunkan untuk menghindari kerusakan ginjal yang
permanen dan kerusakan organ tubuh yang vital, misalnya otak dan jantung.
Tanda dan gejalanya sama dengan gagal ginjal kronik.
2.8 Pencegahan
Pencegahan yang baik adalah penapisan rutin untuk mendeteksi hipertensi,
pengobatan hipertensi, dan perawatan lanjut. Strategi pencegahan yang efektif
dalam mengidentifikasi individu yang beresiko tinggi (usia, obesitas, diabetes
mellitus, riwayat keluarga positif, perokok, dan tidak melakukan gerak badan)
dan menerapkan modifikasi hidup yang sesuai. Pasien dengan nefrosklerosis
perlu juga mengetahui jenis obat, modifikasi diet, dan perawatan lanjut. Ia perlu
diberi pengetahuan dan keterampilan memantau tekanan darahnya serta
mengukur asupan dan haluaran cairan.
BAB 3
PEMBAHASAN
Darah tinggi merupakan penyakit tekanan darah yang meningkat dari tahun
ke tahun. Tekanan darah tinggi terpengaruh oleh perilaku faktor pola makanan
seperti konsumsi lebih sumber natrium, kurang konsumsi makanan berserat
seperti buah dan sayuran, faktor risiko meningkatnya tekanan darah selain faktor
lemak dan Body Mass Index (BMI). Meningkatnya tekanan darah juga
dipengaruhi oleh faktor genetik, konsumsi lemak dan obesitas.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeteksi korelasi konsumsi serat,
asupan natrium, lemak dan BMI dengan tekanan darah pada pasien hipertensi
dalam perawatan di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Ukuran populasi
sebanyak 63 orang dan sampel 55 orang, diambil secara purposive sampling.
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara langsung di
penderita.
Tidak ada korelasi antara serat, lemak, sodium dan BMI dengan tekanan
darah. Diperlukan dilakukan kelanjutan penelitian untuk mendeteksi faktorfaktor yang menyebabkan hipertensi selain asupan sodium, lemak, serat dan
BMI dengan menggunakan berbagai teknik dan metode dan dengan sample
banyak.
10
Hypertensive
nephrosclerosis
atau
nefrosklerosis
hipertensif
(NH)
merupakan salah satu bentuk komplikasi organ target pada hipertensi. Angka
kejadian bervariasi di tiap negara berkisar 17 24%. Patogenesis NH belum
sepenuhnya dipahami meski ada dugaan faktor genetik dan kegagalan
mekanisme autoregulasi glomerulus memegang peranan. Terdapat beberapa
panduan kriteria klinis dalam penegakan diagnosis NH dan biopsi ginjal
merupakan kunci utama diagnosis NH.
Peningkatan tekanan darah sudah terbukti mengakibatkan gangguan fungsi
ginjal. Penurunan tekanan darah merupakan kunci utama dalam mencegah
progresi penurunan fungsi ginjal pada Nefrosklerosis Hipertensif.
Tata laksana utama NH adalah pengendalian tekanan darah dengan target
penurunan
tekanan
darah
adalah
<140/90
mmHg.
Hingga
saat
ini,
11
Penelitian observasional ini mengkaji dampak dari dua tingkat yang dicapai
dari MAP pada sistem arteri dan renovasi kardiovaskular, yang ditandai dengan
laju perubahan tekanan nadi dan pengembangan LVH baru serta menguji efek
dari dua gol MAP dicapai pada perkembangan tekanan nadi.
Dalam penelitian, peningkatan tekanan nadi dikaitkan dengan peningkatan
risiko kejadian kardiovaskuler dan pengembangan LVH. Penelitian ini
menunjukkan pada pasien dengan ringan sampai sedang insufisiensi ginjal yang
meningkatkan kekakuan arteri dari arteri sentral dikaitkan dengan penurunan
kreatinin yang independen dari tekanan darah. Savage dan koleganya
menunjukkan bahwa pada pasien nondiabetes pada pemeliharaan hemodialisa,
tekanan nadi adalah mediator signifikan LVH.
Sebagai kesimpulan, penelitian ini menunjukkan hubungan independen dari
tekanan
nadi
dengan
hasil
kardiovaskular
dan
menunjukkan
bahwa
perkembangan tekanan nadi dari waktu ke waktu kurang ketika gol tekanan
darah rendah ditargetkan dibandingkan dengan tujuan tekanan darah biasa.
12
Oxidative
Rats
Mengenai pengobatan Clonidine, data dari studi di sini mengungkapkan
bahwa pengobatan Clonidine ditinggikan status antioksidan total dalam SHR.
Untuk mengevaluasi efek Clonidine terhadap stres oksidatif hipertensi terkait,
produk peroksidasi lipid (TBARS) dan produk oksidasi protein (PCO) dalam
hati diperiksa. Pengobatan clonidine menurunkan tingkat produk peroksidasi
lipid dan protein produk oksidasi di jantung, dibandingkan dengan kelompok
yang tidak diobati. Efek perlindungan dari komponen mempunyai banyak
clonidine di aksinya. Clonidine, agonis reseptor 2-adrenergik, diperkirakan
akan menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan berkurangnya laju
pembakaran saraf simpatis dengan lokus aksinya dalam SSP. Laporan yang sama
juga menunjukkan bahwa hasil perawatan Clonidine di hipotensi di SHR melalui
aksi dari serat vasokonstriktor simpatik, 2-adrenoseptor agonis, seperti
clonidine, menipiskan kerusakan otak yang disebabkan hipoksia dan neuron
retina oleh mekanisme aksi yang kemungkinan melibatkan stimulasi
adrenoceptors.
13
14
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Hipertensi yang lama dapat menyebabkan nefrosklerosis. Nefrosklerosis
sendiri dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang serius seperti gagal
ginjal akut. Nefrosklerosis adalah pengerasan atau sklerosis arteri ginjal akibat
hipertensi yang lama. Nefrosklerosis menyebabkan penurunan aliran darah ke
ginjal dan bercak nekrosis parenkim renal.
4.2 Saran
Pada dewasa akhir hendaknya melakukan pengontrolan tekanan darah
dengan cara mengatur pola makan dan gaya hidup supaya tidak sampai
menderita nefrosklerosis, karena usia dewasa akhir rentan akan terjadinya
hipertensi yang dapat menimbulkan terjadinya nefrosklerosis.
15