Anda di halaman 1dari 2

Doa Seorang Ayah

Douglas Mac Arthur adalah seorang jenderal yang sangat ternama dimasa
perang dunia kedua. Disamping seorang pemimpin yang sangat disegani
baik oleh kawan maupun lawan, beliau adalah seorang bapak yang sangat
baik dalam mendidik anaknya. Sampai sampai ditengah kesibukannya beliau
masih sempat menulis puisi yang merupakan doa dan harapannya pada si
anak.
Puisi tersebut dipersembahakn bagi putra tercintanya yang pada saat itu
baru berusia 14 tahun. Tercermin sebuah harapan besar seorang ayah
kepada anaknya. Puisi tersebut diberinya judul Doa untuk Putraku. Bagi
yang belum pernah membacanya, berikut isi puisi tersebut:
Doa untuk Putraku
Tuhanku
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui
kelemahannya.
Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan citacitanya
dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang Putera yang sadar bahwa
mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu
pengetahuan.
Tuhanku
Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak.
Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan
dan tantangan.
Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa
belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi,
sanggup memimpin dirinya sendiri,
sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berikanlah hamba seorang putra
yang mengerti makna tawa ceria
tanpa melupakan makna tangis duka.

Putera yang berhasrat


Untuk menggapai masa depan yang cerah
namun tak pernah melupakan masa lampau.
Dan, setelah semua menjadi miliknya
Berikan dia cukup Kejenakaan
sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.
Tuhanku
Berilah ia kerendahan hati
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud,
hamba, ayahnya, dengan berani berkata hidupku tidaklah sia-sia
Puisi itu merupakan cerminan seorang ayah, sebagai seorang pemimpin
keluarga, yang mengharapkan anaknya kelak mampu menjadi manusia yang
ber-Tuhan sekaligus mampu menjadi manusia yang tegar, tidak cengeng,
tidak manja, dan bertanggung jawab atas Kehidupannya sendiri.
Penggalan puisi yg berbunyi: Janganlah pimpin puteraku di jalan yang
mudah dan lunak, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan,
kesulitan dan tantangan. Puisi ini menunjukkan bahwa sang jenderal sadar
tidak ada jalan yang rata untuk kehidupan sukses yang berkualitas, samakah
dengan cara kita saat ini dalam mendidik anak?
Seperti besi yang tertempa, semakin keras tempaan akan semakin jadi besi
mustika. Bilamana anda lunak dalam mendidik anak, maka kehidupan diluar
akan keras menerpa si anak. Tetapi bila anda keras berdisiplin mendidik si
anak, maka kerasnya kehidupan diluar adalah tak begitu berarti bagi si anak
karena dia sudah terbiasa menjalaninya.
Untuk itu, janganlah berkompromi atau lunak pada sikap kita yang destruktif,
merusak, dan cenderung melemahkan. Senantiasa tanamkan bagaimana
belajar bersikap tegas dan keras dalam membangun karakter yang
konstruktif, membangun, demi menciptakan kehidupan sukses yang
gemilang, hidup penuh kebahagiaan bagi generasi kita!!

Anda mungkin juga menyukai