Anda di halaman 1dari 3

Dalam era persaingan yang semakin ketat, setiap kali sebuah perusahaan harus

mengevaluasi kinerjanya, serta melakukan serangkaian perbaikan, agar tetap


tumbuh dan dapat bersaing. Perbaikan ini akan dilaksanakan secara terus menerus,
sehingga kinerja perusahaan makin baik dan dapat terus unggul dalam persaingan,
atau minimal tetap dapat bertahan. Salah satu strategi untuk memperbaiki dan
memaksimalkan kinerja perusahaan adalah dengan cara restrukturisasi.Jika kita
mendengar istilah atau kata restrukturisasi, yang ada dipikiran kita, seolah-olah
membicarakan perusahaan yang sedang menurun. Hal ini disebabkan oleh definisi
restrukturisasi itu sendiri, yang antara lain sebagai berikut:
Restrukturisasi, sering disebut sebagai downsizing atau delayering, melibatkan
pengurangan perusahaan di bidang tenaga kerja, unit kerja atau divisi, ataupun
pengurangan tingkat jabatan dalam struktur oganisasi perusahaan. Pengurangan
skala perusahaan ini diperlukan untuk memperbaiki efisiensi dan efektifitas
(David,F, 1997:226) Strategi restrukturisasi digunakan untuk mencari jalan keluar
bagi perusahaan yang tidak berkembang, sakit atau adanya ancaman bagi
organisasi, atau industri diambang pintu perubahan yang signifikan. Pemilik
umumnya melakukan perubahan dalam tim unit manajemen, perubahan strategi,
atau masuknya teknologi baru dalam perusahaan. Selanjutnya sering diikuti oleh
akuisisi untuk membangun bagian yang kritis, menjual bagian yang tidak perlu,
guna mengurangi biaya akuisisi secara efektif. Hasilnya adalah perusahaan yang
kuat, atau merupakan transformasi industri. Strategi restrukturisasi memerlukan tim
manajemen yang mempunyai wawasan untuk melihat ke depan, kapan perusahaan
berada pada titik undervalued atau industri pada posisi yang matang untuk
transformasi. Wawasan yang sama diperlukan untuk melakukan turn around pada
unit usaha, bahkan pada bisnis yang tidak familiar (Mintzberg & Quinn, 1996:732).
Restrukturisasi perusahaan bertujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi
kinerja perusahaan (Djohanputro, Bramantyo, 2004:2).
Padahal setiap kali perusahaan melakukan perbaikan, entah dalam skala kecil, atau
skala besar, tujuannya adalah untuk memperbaiki kinerja. Tentu saja perusahaan
tak perlu menunggu terjadi penurunan baru dilakukan perbaikan, karena bisa
terlambat, sehingga perbaikan perlu dilakukan secara terus menerus. Pada
umumnya istilah restrukturisasi digunakan jika perusahaan ingin melakukan
perbaikan secara menyeluruh, dan tujuannya adalah untuk memperbaiki dan
memaksimalkan kinerja perusahaan. Pada saat ini, jika anda membaca di surat
kabar, banyak perusahaan yang melakukan aksi korporasi, yang tujuannya adalah
untuk memperkuat, memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan.
Untuk memahami apa dan bagaimana yang dimaksud dengan restrukturisasi yang
dapat memaksimalkan nilai perusahaan, di bawah ini secara garis besar saya
mencoba membuat cuplikan permasalahan tersebut, yang saya ambil antara lain
dari buku karangan pak Bram (mantan dosen saya) sebagai berikut:
a. Tujuan Restrukturisasi Perusahaan.
Restrukturisasi perusahaan bertujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi
kinerja perusahaan. Bagi perusahaan yang telah go public, maksimalisasi nilai
perusahaan dicirikan oleh tingginya harga saham perusahaan, dan harga

b.

c.

d.

e.

f.

tersebut dapat bertengger pada tingkat atas. Bertahannya harga saham


tersebut bukan permainan pelaku pasar atau hasil goreng menggoreng saham,
tetapi benar-benar merupakan cermin ekspektasi investor akan masa depan
perusahaan. Sejalan dengan perusahaan yang sudah go public, harga jual juga
mencerminkan ekspektasi investor atas kinerja masa depan perusahaan.
Sedangkan bagi yang belum go public, maksimalisasi nilai perusahaan
dicerminkan pada harga jual perusahaan tersebut.
Pemetaan portfolio dan Stategic Business Unit (SBU)
Perusahaan Pertama-tama yang dilakukan adalah pemetaan portfolio, untuk
mengetahui bagaimana kemampuan masing-masing aset dalam memberikan
nilai tambah bagi perusahaan. Apakah ada idle asset, atau aset yang kurang
produktif, dan tak perlu dipertahankan karena tak sejalan dengan strategi
perusahaan? Aset yang tak produktif serta tak sejalan dengan strategi
perusahaan sebaiknya disisihkan untuk dijual. Kemudian dilakukan pemetaan
SBU, masing-masing SBU dinilai berdasarkan beberapa karakter, seperti: a) daur
hidup, b) bagian pasar, c) pertumbuhan dan arus kas. Selanjutnya masingmasing SBU dievaluasi, apakah masih sejalan dengan strategi perusahaan. SBU
yang sesuai, dapat dikaitkan dengan peningkatan nilai, atau memberikan
Economic Value Added (EVA) kepada perusahaan secara keseluruhan.
Penilaian SBU Ada beberapa cara penilaian SBU.
Salah satu cara yang umum digunakan adalah menghitung nilai sekarang dari
arus kas yang diharapkan bisa dihasilkan oleh SBU yang bersangkutan. Nilai Net
Present Value (NPV) dari arus kas tersebut merupakan nilai dari SBU. (Catt: cara
penilaian SBU ada 10 tahap, akan disampaikan pada artikel tersendiri).
Pembenahan portfolio dan SBU.
Setelah penilaian tersebut, aset dan SBU yang tersisa hanya yang benar-benar
sesuai dengan strategi perusahaan. Namun kualitas aset dan SBU perlu
dievaluasi, agar beroperasi secara optimal. Setelah mengetahui berbagai
kemungkinan masalah aset, manajemen perlu mengembangkan berbagai
alternatif tindakan terhadap aset tersebut, dengan tujuan meningkatkan
produktivitas aset yang bersangkutan.
Maksimalisasi nilai SBU.
Nilai sebuah SBU didasarkan atas kesehatan arus kas nya, terutama pola
prediksi arus kas. Maksimalisasi nilai SBU berarti upaya manajemen supaya
proyeksi arus kas SBU sejak restrukturisasi akan selalu sehat dan membaik dari
waktu ke waktu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam maksimalisasi nilai SBU:
Pastikan tak ada aset potensial yang tersimpan. Aset yang sering tak disadari
adalah intangible asset, seperti : a) Nama baik perusahaan, yang bisa hilang bila
tak dimanfaatkan.b)Kemampuan penelitian dan pengembangan, yang
merupakan potensi bagi perusahaan. c) Dampak dari pemasaran, misalkan
promosi yang gencar, yang dapat memposisikan produk SBU di benak
konsumen. Pastikan bahwa pendanaan perusahaan sehat. Struktur keuangan
yang baik ikut memberi andil yang baik dalam maksimalisasi nilai SBU. Pastikan
organisasi mendukung segala strategi dalam maksimalisasi SBU.
Faktor Kepemimpinan
Faktor kepemimpinan merupakan salah satu kunci keberhasilan proses
restrukturisasi perusahaan. Tanpa pemimpin yang baik, restrukturisasi akan
berhenti di tengah jalan. Persyaratan pertama dan utama seorang pemimpin

dalam proses restrukturisasi adalah visioner. Seorang pemimpin restrukturisasi


juga perlu menjadi agen perubahan. Proses restrukturisasi, betapapun baiknya
akan selalu mendapat perlawanan dari sebagian karyawan.
Pemimpin juga perlu memiliki kemampuan untuk mendayagunakan
(empowerment) karyawan. Identifikasi aset dan SBU dengan baik merupakan
titik awal restrukturisasi yang baik. Kesalahan identifikasi berakibat fatal, oleh
karena itu menjadikan bawahan mampu mengerjakan tugas-tugas yang berat
tak dapat diabaikan begitu saja.

Anda mungkin juga menyukai