Anda di halaman 1dari 32

Cyber Crime

Eddy O.S Hiariej

Perkembangan Zaman VS
Hukum

Het recht hinkt achter de feiten aan


van Bemmelem & van Hattum Elke
geschreven wetgeving behoeft interpretatie
Putusan Hoge Raad tertanggal 21
November 1892, W. Nr. 6282
Telefoonpalen Arrest
Putusan Hoge Raad 23 Mei 1921
Electriche energie is een goed, vatbaar
voor
wegneming
inschakelen
=
perbuatan wegnemen sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 362 sebagai salah
satu unsur pencurian

Hijder Kritike zone in


de
Strafrechtswetenschapen
Metodologi Ilmu Hukum Pidana harus

berdasar pada hal-hal yang nyata.


Ada 3 fase dalam pemikiran hukum
pidana, yaitu :
a. Normatif sistematis
b. Naif empiris
c. Refleksi filsafati

Cyber Crime
Kejahatan

dunia maya pada dasarnya sama


dengan kejahatan dunia nyata
Cyber
Crime
adalah
KEJAHATAN
KOVENSIONAL yang MODERN adalah
MODUS OPERANDI

Kegiatan Perbankan Berpotensi


Cyber Crimes
Layanan

Online Shopping (toko online),


yang memberi fasilitas pembayaran
melalui kartu kredit
Layanan Online Banking (perbankan
online)

Kejahatan Kartu Kredit


(Credit Card Fraud)

Sebelum ada kejahatan kartu kredit melalui


internet, sudah ada model kejahatan kartu
kredit konvensional (tanpa internet)
Jenis kejahatan ini muncul akibat adanya
kemudahan
sistem
pembayaran
menggunakan kartu kredit yang diberikan
online shop
Pelaku menggunakan nomer kartu kredit
korban untuk berbelanja di online shop

Sumber Lubang Keamanan


sistem e-banking
ISP

Keamanan

Network
disadap

1.
2.
3.

Internet

Sistem (OS)
Network
Aplikasi (db)

Network
disadap

Network
disadap

Pengguna

Bank
-Aplikasi
(database)
di bobol
-OS hacked

Trojan horse

Userid, Nomor PIN

www.bank.co.id

Fenomena Carding
Transaksi
dengan cc di:
Hotel, Restoran
Mall, dll
-

mengintip
mencuri
merampok
dll

MANUAL

Konsumen/
Korban

Internet

CARDER
TEKNIS

Sniffing
Teman si Carder di Singapura

e-shop
www.tokoku.com

Barang dikirim via POS

Indonesia = NO !
Barang dikirim via POS

Modus kejahatan : Typo Site


OK

Nasabah/
Korban

www.banku.com
User ID A
Password x

Internet

User ID A
Password x

e-bank
www.bankku.com

www.banku.com

Modus Kejahatan : KeyLogger


Warnet

Nasabah/
Korban

Key
Logger

www.bankku.com

User ID A
Password x

www.bankku.com

User ID A
Password x

e-bank

Internet

www.bankku.com

OK

Tindak Pencegahan
Kejahatan

Credit Card Fraud dapat diantisipasi


dengan menerapkan sistem otorisasi
bertingkat
Sistem
online
banking
dapat
meningkatkan
keamanan
dengan
menggunakan
sistem
penyandian
transmisi data (secure http), digital
certificate
dan
OTP
(one
time
password)

Defenisi Cyber Crime

Dalam dua dokumen Kongres PBB mengenai The Prevention of


Crime and the Treatment of Offenders di Havana, Cuba pada tahun
1990 dan di Wina, Austria pada tahun 2000, ada dua istilah yang
dikenal. Pertama adalah istilah cyber crime. Kedua adalah istilah
computer related crime. Dalam back ground paper untuk lokakarya
Kongres PBB X/2000 di Wina, Austria istilah cyber crime dibagi
dalam dua kategori. Pertama, cyber crime dalam arti sempit (in a
narrow sense) disebut computer crime. Kedua, cyber crime dalam
arti luas (in a broader sense) disebut computer related crime.
Cyber crime in a narrow sense (computer crime) : any illegal
behaviour directed by means of electronic operations that targets
the security of computer system and the data processed by them.
Cyber crime in a broader sense (computer related crime) : any
illegal behaviour committed by means on in relation to, a computer
system or network, including such crime as illegal possession,
offering or distributing information by means of a computer system
or network.

Masih menurut dokumen tersebut, cyber


crime meliputi kejahatan yang dilakukan:
Dengan menggunakan sarana-sarana
dari sistem atau jaringan komputer ( by
means of a computer system or network )
Di dalam sistem atau jaringan komputer
(in a computer system or network ) ; dan
Terhadap sistem atau jaringan komputer
(against a computer system or network ).

Peran komputer dalam cyber crimes


1. sebagai sarana

2. sebagai tempat menyimpan

3. sebagai sasaran

Beberapa kata kunci yang dihasilkan oleh Council Of


Europe dalam Convention On Cyber Crime di
Budapest, Hongaria pada tahun 2001.

Illegal access: sengaja memasuki atau mengakses sistem


komputer tanpa hak.
Illegal interception: sengaja dan tanpa hak mendengar atau
menangkap secara diam-diam pengiriman dan pemancaran data
komputer yang tidak bersifat publik ke, dari atau di dalam
sistem komputer dengan menggunakan alat bantu teknis.
Data interference: sengaja dan tanpa hak melakukan perusakan,
penghapusan atau perubahan data komputer.
System interference: sengaja melakukan gangguan atau
rintangan serius tanpa hak terhadap berfungsinya sistem
komputer.
Misuse of devices: penyalahgunaan perlengkapan komputer
termasuk program komputer, password komputer, kode masuk.

Undang-Undang Informasi dan


Transaksi Elektronik (11/08)
1.
2.
3.
4.

Asas Dan Tujuan Undang-Undang


Yurisdiksi Undang-Undang
Perbuatan Pidana
Hukum Acara

Asas UU ITE
1.
2.
3.
4.
5.

Kepastian hukum
Kemanfaatan
Kehati-hatian
Itikat baik
Kebebasan memilih teknologi

Tujuan UU ITE
1.
2.

3.

4.

Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai


bagian dari masyarakat informasi dunia
Mengembangkan
perdagangan
dan
perekonomian
nasional
dalam
rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada
setiap orang untuk memajukan pemikiran dan
kemampuan di bidang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi informasi seoptimal
mungkin dan bertanggung jawab
Memberikan rasa aman, keadilan dan
kepastian hukum bagi pengguna dan
penyelenggaran teknologi infomrasi

Yurisdiksi UU ITE
Berlaku untuk setiap orang yang melakukan
perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini, baik yang berada di wilayah
Indonesia, maupun di luar wilayah Indonesia,
yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum
Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum
Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia
tidak terbatas pada kepentingan ekonomi,
namun juga berkaitan dengan perlindungan data
strategis,
harkat
dan
martabat
bangsa,
pertahanan dan keamanan negara, kedaulatan
negara, warga negara serta badan hukum
Indonesia.

Perbuatan Pidana
1.

Dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan


dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik yang memiliki muatanyang
melanggar : Kesusilaan, muatan perjudian,
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik,
pemerasan dan/atau pengancaman, menyebarkan
berita bohon dan menyesatkan yang merugikan
konsumen, menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan
individu
dan/atau
kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras
dan antargolongan.

2.

3.

4.

Dengan sengaja dan tanpa hak mengakses sistem elektronik,


mengakses
dengan
tujuan
memperoleh
informasi,
melanggar, menerobos, melampaui atau menjebol sistem
pengamanan.
Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan
penyadapan,
mengubah,
menambah,
mengurangi, merusak, menghilangkan, memindahkan atau
menymbunyikan suatu informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik,
mengakibatkan infomrasi dan atau data elektronik yang
bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik,
mengakibatkan sistem elektronik tidak dapat bekerja
sebagaimana mestinya.
Dengan sengajadan tanpa hak atau melawan hukum
memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan,
mengimpor, mendistribusikan atau memiliki perangkat keras
atau perangkat lunak komputer yang dirancang atau secara
khsus dikembangkan untuk memfasilitas perbuatan yang
dilarang dalam undang-undang ini.

Hukum Acara UU ITE


1. Hukum acara = KUHAP
2. Dimungkinkan PPNS
3. Alat bukti diperluas tidak
hanya yang terdapat dalam
KUHAP tetapi juga termasuk
informasi, data dan/atau
dokumen elektronik.

Penentuan locus delicti


teori materiil locus delicti ditentukan oleh

tempat dan akibat yang ditimbulkan pada


daerah hukum yang sama
teori instrumen locus delicti ditentukan
oleh alat yang dipergunakan dan dengan alat
itu perbuatan pidana diselesaikan
teori akibat locus delicti ditentukan di
tempat mana akibat perbuatan itu terjadi

Perspektif Hukum Internasional


Subjektif cyber crime yang sifatnya

transnational crime dapat dikualifikasikan


sebagai international crime bila dilihat dari
pengertian international criminal law itu
sendiri
Objektif cyber crime belum dapat
dikualifikasikan sebagai delicta jure
gentium/deli droit de gens. Sebab, belum ada
satu pun konvensi internasional yang
menyatakannya sebagai international crime.

Bewijstheorie

positief weetelijk bewijstheorie Hakim terikat


secara positif kepada alat bukti menurut
undang-undang
conviction intime Keyakinan hakim semata
conviction raisonee Keyakinan hakim dalam
batas-batas tertentu atas alasan yang logis
negatief wettelijk bewijstheorie keyakinan
hakim yang timbul dari alat-alat bukti dalam
undang-undang secara negatif.

Bewijsvoering

penguraian
cara
bagaimana
menyampaikan alat-alat bukti kepada
hakim di pengadilan. Bagi negaranegara yang cenderung menggunakan
due process model dalam sistem
peradilan
pidananya,
perihal
bewijsvoering ini cukup mendapatkan
perhatian.

Pertanggungjawaban Pidana

Seseorang yang dipidana sudah pasti ia melakukan


perbuatan pidana. Namun tidak sebaliknya, bahwa
seseorang yang melakukan perbuatan pidana belum
tentu akan dipidana. Hal ini tergatung apakah orang
tersebut punya kesalahan ataukah tidak.
Asas kesalahan (asas culpabilitas) merupakan
pasangan dari asas legalitas yang harus dirumuskan
secara eksplisit dalam undang-undang. Sementara
tanggung jawab adalah elemen terpenting dari ada
tidaknya kesalahan.
..... als men de dader het feit kan toerekenen, hem
van zijn handeling een verwijt kan maken...

Asas Pertanggungjawaban Dalam


Hukum Pidana
liability base on fault Pertanggungjawaban
berdasarkan kesalahan
Strict liability Pelaku dianggap bertanggung jawab dan
dapat dipidana semata-mata karena telah dipenuhinya
unsur-unsur delik yang dinyatakan oleh undang-undang
tanpa memperhatikan lebih jauh kesalahan pembuat
atau pelaku dalam melakukan tindak pidana tersebut. Di
sini state of mind dari terdakwa terhadap kejahatan yang
dilakukan dikesampingkan
vicarious liability Orang bertanggung jawab atas
tindak pidana yang dilakukan oleh orang lain

PEMBAHARUAN HUKUM
PIDANA

1.
2.
3.

4.
5.
6.

Pertama, perlu diperhatikan upaya internasional dalam


menanggulangi cyber crime. Dalam Resolusi Kongres PBB
VIII/1990 mengenai Computer-related crimes, mengajukan
beberapa kebijakan yang lebih efektif dengan mempertimbangkan
langkah-langkah sebagai berikut :
Modernisasi hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.
Mengembangkan tindakan-tindakan pencegahan dan pengamanan
komputer.
Melakukan langkah-langkah yang membuat peka masyarakat,
aparat pengadilan dan penegak hukum, terhadap pentingnya
pencegahan kejahatan yang berhubungan dengan komputer.
Melakukan pelatihan para hakim, pejabat dan aparat penegak
hukum mengenai kejahatan ekonomi dan cyber crime.
Memperluas rule of ethics dalam penggunaan komputer dan
mengajarkannya melalui kurikulum infomratika
Mengadopsi kebijakan perlindungan korban cyber crime termasuk
untuk mendorong korban melaporkan adanya cyber crime

Kedua, dalam rangka mengejawantahkan seruan internasional dalam


menaggulangi cyber crime tersebut, hal-hal menyangkut pidana
substantif yang perlu diubah adalah konsep pertanggung jawaban
pidana. Seperti yang diutarakan di atas bahwa pada prinsipnya
pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah pertanggungjawaban
berdasarkan kesalahan (liability base on fault). Akan tetapi dalam
kaitannya dengan penaggulangan cyber cirme, khusus perlindungan
terhadap sistem keamanan komputer oleh lembaga penyedia jasa
internet atau pejabat/petugas yang diembani tugas tersebut, selain
liability base on fault terhadap para pelaku, perlu dipikirkan
kemungkinan pertanggungjawaban ketat (strict liability).
Pertanggungjawaban ini artinya seorang pelaku dapat dipidana sematamata karena telah dipenuhinya unsur-unsur tindak pidana tanpa
memperhatikan lebih jauh kesalahan pembuat dalam melakukan tindak
pidana tersebut. Dalam konteks cyber crime ini, artinya pemilik lembaga
penyedia jasa internet atau pejabat/petugas atau orang yang
bertanggung jawab dalam bidang information technology bertanggung
jawab atas keamanan dari sistem komputernya. Konsekuensi lebih
lanjut apabila kejahatan internet dilakukan melalui komputer yang
berada di bawah tanggung jawabnya, maka pemilik atau orang yang
bertanggung jawab dalam bidang information technology dapat dipidana

Ketiga, berkaitan negatief wettelijk bewijs theorie atau hakim terikat


pada alat bukti menurut undang-undang secara negatif . Hakekat
dari teori pembuktian yang didasarkan pada pembuktian berganda
yaitu antara alat bukti dan keyakinan, bukanlah sesuatu yang
mudah, maka untuk membuktikan kejahatan yang sulit
pembuktiannya, jangan menggunakan dasar pembuktian yang sulit.
Dalam rangka mempermudah pembukian terhadap cyber crime,
maka dasar pembuktian yang sebaiknya digunakan adalah
conviction intime atau setidaknya conviction raisonee. Conviction
intime artinya untuk menjatuhkan putusan, hakim hanya berdasar
pada keyakinan semata tanpa dipengaruhi alat bukti. Sementara
conviction raisonne berarti dasar pembuktian adalah keyakinan
hakim dalam batas-batas tertentu atas alasan yang logis.
Pembuktian ini memberi keleluasaan kepada hakim untuk
menggunakan alat-alat bukti secara bebas disertai dengan alasan.
Dengan demikian bewijs minimum yang ditentukan dalam KUHAP,
bahwa hakim dalam memidana terdakwa minimal harus di dukung
dua alat bukti, menjadi tidak relevan.

Keempat, masih berkaitan dengan pembuktian, khusus perihal


bewijslast atau beban pembuktian, kiranya perlu dipikirkan
kemungkinan diterapkan omkering van bewijslast atau pembuktian
terbalik untuk kasus-kasus cyber crime yang sulit pembuktiannya.
Hakekat dari pembuktian terbalik ini adalah si terdakwa harus bisa
membuktikan bahwa dia tidak bersalah atas dakwaan yang
dituduhkan kepadanya. Paling tidak omkering van bewijslast ini
digunakan untuk mengadili para carder yang berbelanja dengan
menggunakan kartu kredit orang lain secara melawan hukum.

Anda mungkin juga menyukai