LECTURE NOTES
SELF AWARENESS
412CBCB:SelfDevelopment
LEARNING OUTCOMES
Mahasiswa akan dapat meningkatkan kesadaran diri dan mengembangkan potensi positif
yang dimilikinya.
OUTLINE MATERI:
What does Self Mean?
Misteri Sang Aku
Mengenal Diri
Cara Mengenal Diri
Menjadi Diri Sendiri
412CBCB:SelfDevelopment
ISI
Pengantar
CB:Self Development adalah bagian dari pendidikan awal dari rangkaian mata
kuliah New Character Building di Universitas Bina Nusantara. Mata kuliah Character
Building (CB) ini sudah dilakukan di Universitas Bina Nusantara sejak tahun 2002.
Awalnya mata kuliah Character Building terdiri dari :
1. CB 1 : Relasi dengan diri sendiri
2. CB 2 : Relasi dengan sesama
3. CB 3 : Relasi dengan Tuhan
4. CB 4 : Relasi dengan dunia
Character Building
CB : Self Development
CB : Interpersonal Development
CB : Spiritual Development
CB : Professional Development
Topik-topik bahasan yang ada dalam CB:Self Development ini dirancang untuk
meningkatkan rasa percaya diri. Topik yang bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya
diri dimulai dengan bahasan untuk mengenal potensi diri dan hal-hal yang mendukung
412CBCB:SelfDevelopment
rasa percaya diri kita. Setelah mengenalnya, kemudian akan dibahas cara-cara untuk
mengolah potensi tersebut hingga dapat mengembangkannya.
Singkatnya untuk meningkatkan rasa percaya diri adalah sebagai berikut :
Mengenal diri Mengolah potensi dan faktor pendukung Lebih bisa menerima
diri Menjadi lebih percaya diri Tahu cara mengembangkan diri
Selain itu, pembelajaran CB:Self Development juga bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan dasar untuk membina hubungan baik dengan orang lain. Singkatnya adalah
sebagai berikut:
Mengenal dasar-dasar keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain
Melatih keterampilan dasar tersebut Meningkatnya hubungan baik dengan
orang lain.
Agar bahasan dalam CB: Self Development ini lebih bersifat aplikatif atau dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dalam proses pembelajarannya mahasiswa akan
mendapatkan latihan keterampilan langsung di kelas dan latihan pemecahan masalah
lewat forum diskusi pada LMS.
412CBCB:SelfDevelopment
sang bangsawan menjawab, sang guru bertanya untuk ketiga kalinya. Waktu kau
menghitung anak tangga, apakah kau tahu berapa batu-batu yang sudah rusak?
Bangsawan itu malu sekali karena tiga pertanyaan sang guru tak dapat ia jawab
langsung.
Saat ia hendak kembali keluar untuk menghitung batu-batu yang rusak, Sang guru
mencegahnya dan berkata: Bagaimana engkau hendak mengalami pencerahan
hidup, jika apa yang terjadi dalam hidupmu saja tak kau ketahui? (Smart
Emotion, 2006: 182)
Pertanyaan:
1. Mengapa sang guru menganggap penting letak payung, sandal, jumlah anak
tangga, dan batu-batu yang rusak?
2. Apa hubungannya hal-hal yang ditanya sang guru dengan pencerahan hidup?
Pengembangan diri selalu diawali dengan kesadaran akan apa yang terjadi pada diri
sendiri, yaitu Sang Aku. Namun, hari-hari yang bergulir dalam roda aktivitas, kerap
kali berlalu begitu saja tanpa makna. Semakin laju roda aktivitas semakin
menyeret bahkan memerangkap kita dalam aktivitas semata, hampa, tanpa arti,
kehilangan arah maupun tujuan. Persis seperti ilustrasi sang bangsawan di awal tadi.
Padahal, boleh jadi hal kecil yang tak disadari adalah sesuatu yang penting bahkan tak
mustahil dapat menghantar kita pada suatu perubahan, pencerahan hidup, bahkan
dapat menjadi bagian bagi pengembangan diri.
Tanpa kesadaran diri, setiap pergerakan hanya menjadi pergerakan semata, salam
hanya basa basi, perjumpaan berlalu tanpa makna, semangat hanya pemuas ambisi
belaka, perjalanan tak menghantar pada jalan keluar, dan akhirnya hidup hanya demi
hidup itu sendiri. Hingga suatu saat, saat dimana kesadaran yang hilang pada masanya
itu muncul, tak jarang sudah terlambat. Karena sang waktu tak mengenal mundur, ia
berlalu dan tak pernah menanti.
412CBCB:SelfDevelopment
Kesadaran diri diawali dari pengetahuan tentang diri, Sang Aku secara umum
sebagai manusia dan berlanjut pada Sang Aku secara personal dan berlajut terus
dan terus, semakin personal. Topik ini akan menggali dan menemukan Sang Aku
secara umum, sebagai manusia.
Sejak jaman bangkitnya ilmu pengetahuan, diawali oleh
para filsuf, hingga kini, Sang Aku masih menjadi misteri.
Meski demikian, misteri Sang Aku yang dicipta begitu
kompleks membentuk keunikan ini tak pernah kehilangan
daya tariknya untuk dibedah dan dicari tahu. Ilmu filsafat
sendiri mengupasnya tersendiri dalam cabang ilmu filsafat
manusia. Meskipun pada kenyataannya, harus diakui
bahwa selalu ada bagian Sang Aku yang menjadi misteri. Karena kemanusian si
pencari tahu itu sendiri tak mampu menjangkau keunikan Sang Aku.
Misteri Sang Aku terbingkai dalam dimensi: body, mind, heart, and soul yang
sangat dipercaya mempengaruhi angan, harap, dan lakunya sebagai manusia.
Dimensi Sang Aku ini menjadikan Sang Aku dapat disentuh, dirasakan
kehadirannya bahkan karyanya dan yang membedakan Sang Aku dengan materi
lainnya bahkan makhluk ciptaan lainnya. Dimensi: body, mind, heart, and soul ini
pada kenyataannya berbeda tetapi satu walaupun tak menjadi satu. Keempat dimensi
yang masing-masing memiliki misteri dalam daya kerjanya ini memiliki keterkaitan
satu dengan yang lain, saling berpengaruh dan mempengaruhi walau tak melebur.
Pemahaman yang disebut monoism ini melawan pemahaman Plato dan Descartes
yang dualism,
jiwa terpisah.
Aristoteles
yang
sepakat
dengan
412CBCB:SelfDevelopment
monoism dimensi Sang Aku ini dengan perumpamaan pisau. Andai pisau ini
memiliki jiwa, maka kegiatan memotong adalah bagian dari jiwanya. Pisau dan
(sumber: http://www.google.com)
Tanpa dapat memotong, pisau tidak disebut pisau sebaliknya kegiatan memotong
perlu materi yang disebut pisau.
Pemahaman monoism ini berpengaruh
pada pengembangan diri. Pemahaman
yang
monoism
menuntut
Aku
secara
holistik
tanpa
Sang Aku ini mendorong empat kebutuhan asasi. Dengan kata lain empat dimensi
ini mencerminkan empat kebutuhan dasar Sang Aku, yaitu untuk hidup, kasih
sayang, belajar, dan bernilai. (The 8th Habit, 2005:35). Hal ini menjelaskan bahwa
pengembangan yang holistik dimensi Sang Aku adalah pemenuhan dari kebutuhankebutuhan tersebut. Lingkungan yang kondusif bagi pengembangan Sang Aku
adalah lingkungan yang memberi kesempatan bagi Sang Aku meraih empat
kebutuhan tersebut secara menyeluruh tanpa kehilangan salah satunya.
412CBCB:SelfDevelopment
secara umum. Bagian sistem yang rusak dapat menjadi potensi bagi kerusakan sistem
yang lain. Sistem bekerja efektif sebagaimana mestinya saat tubuh dalam kondisi
sehat. Kondisi sehat sendiri bergantung pada bagaimana pikiran, hati, dan jiwa kita
memperlakuan tubuh itu sendiri, seperti pola dan porsi makan, pola dan waktu
istirahat, jenis dan waktu beraktivitas, rutinitas olah raga. Pada gilirannya, tubuh
yang sehat dapat menjadi alat yang baik bagi ekspresi pikiran, hati, dan jiwa
Sebuah ungkapan menarik, yang mengatakan bahwa tubuh adalah pelayan yang
baik tetapi merupakan tuan yang buruk. Ketidakmampuan Sang Aku untuk
mengatur dirinya secara efisien akan menimbulkan penuaan diri, penurunan
kecerdasan, dan bahkan menutup segala potensi yang seharusnya dapat
dikembangkan Sang Aku. Sebaliknya, jika tubuh tak menjadi tuan bagi tubuh itu
sendiri, tetapi dikendalikan dengan baik dan terorganisir oleh pikiran, hati, dan jiwa
maka sistem fisiologis seseorang akan semakin efisien dan memberi dampak luar
biasa bagi keberadaan tubuh itu sendiri, yaitu keluwesan tubuh, meningkatkan daya
kreativitas dan kemampuan berpikir analitik, serta membuat hati dapat merasakan
kegembiraan.
Tiga hal yang dapat dilakukan dalam mengolah tubuh menjadi pelayan yang
baik,sekaligus dapat memberi kesempatan bagi tubuh mendapatkan kebutuhannya
untuk tetap hidup(The 8th Habit, 2005:496), yaitu:
1. Nutrisi yang baik dan seimbang
2. Olahraga yang seimbang dan teratur
3. Istirahat yang cukup, relaksasi, manajemen stress, dan pola pikir pencegahan.
Apabila tiga hal di atas dijadikan kebiasaan (ritual), maka dapat meningkatkan
kualitas tubuh sebagai pelayan bagi pengembangan pikiran, hati, dan jiwa. Tubuh
yang sehat dapat menjadi ekspresi hati, pikiran, dan jiwa.
412CBCB:SelfDevelopment
412CBCB:SelfDevelopment
412CBCB:SelfDevelopment
belakangan ditemukan dan dipulikasikan oleh Wayne Paynes pada tahun 1985.
Kemudian pada tahun 1989 Greenspan membuat model EI yang diperbaharui
Salovey and Meyer ((1990) dan Goleman (1995).
Mengelola perasaan berarti juga meningkatkan kecerdasan emosi. Ada lima cara
mengembangkan EI, yaitu sebagai berikut:
1. Kesadaran Diri
2. Motivasi Pribadi
3. Pengaturan Diri Sendiri
4. Empati
5. Kemampuan bersosialisasi
412CBCB:SelfDevelopment
Jiwalah
yang
menggerakkan
pikiran,
mengembangkan
perasaan,
menggerakkan tubuh. Tanpa Jiwa, Sang Aku mati, membusuk, dan lenyap.
Sebaliknya, Jiwa membuat sel-sel tubuh membelah diri, sistem tiap organ bekerja,
mesin berpikir bergerak dan perasaan berkembang. Meskipun demikian, timbal balik
antara tiga dimensi dengan jiwa masih berlaku. Tanpa tubuh yang sehat, mesin
berpikir yang selalu belajar, perasaan yang terkendali, jiwa tak mungkin dapat
berekspresi
menjadi
Sang
Aku.
Dalam
mengembangkan
jiwa,
Covey
memperkenalkan minimal ada tiga hal yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Integritas,
Melatih integritas berarti sinkronisasi perbuatan dengan nilai, keyakinan, dan hati
nurani. Seseorang disebut berintegritas jika sikapnya mencerminkan nilai, keyakinan,
dan hati nuraninya.
2. Makna,
Apa yang membuat Sang Aku ada adalah saat Sang Aku bermakna dalam
setiap keberadaannya. Begitulah jiwa Sang Aku dapat dirasakan.
3. Suara hati,
Melalui suara hati, jiwa dapat berekspresi melebihi rasionalitas. Seorang pemikir
Hinda mengungkapkan ide yang sangat menarik:
Jiwa yang ada dalam hatiku adalah lebih kecil dari pada sebutir beras, sebutir
jelai, sebutir sekoi; jiwa yang sama itu yang ada di dalam hatiku, adalah lebih besar
daripada bumi, lebih besar daripada langit, lebih besar daripada ruang angkasa,
lebih besar daripada alam semesta. (Leahy, 1984:155)
Kebesaran jiwa dapat terekspresikan dalam suara hati yang memang tak terbatas
penggunaannya asalkan dimanfaatkan dengan optimal.
412CBCB:SelfDevelopment
Jiwa adalah tuan dari Sang Aku, berbeda dengan tiga dimensi lainnya yang
hanya menjadi pelayan yang baik namun tuan yang buruk. Ada dua alasan jiwa dapat
menjadi tuan Sang Aku adalah:
Kedua, Jiwa tak dapat musnah, baik karena pembusukan maupun peniadaan.
Penjelasan mengenai Tubuh, Perasaan, pikiran, dan jiwa Sang Aku memberi
wawasan bagi kita bahwa dimensi Sang Aku ini adalah satu walaupun tak menyatu.
Pengetahuan ini menuntut untuk memahami dan memperlakukan Sang Aku secara
holistik.
D. Mengenal Diri
Sudah sejak awal abad masehi, seorang filsuf besar bernama Socrates dari Yunani
menasehatkan, Kenalilah dirimu! Pengenalan diri merupakan suatu daya upaya
seseorang untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri sendiri
untuk dapat merespon dengan tepat tuntutan yang muncul dari dalam maupun
luar diri. Kekuatan diri merupakan aset dalam kehidupan sehari-hari yang jika tidak
disadari akan menjadi sia-sia. Di lain pihak, kelemahan dapat menjadi penghambat
yang menghalangi perkembangan diri.
Pengenalan diri yang baik akan melahirkan konsep diri yang baik dan positif.
Pada gilirannya ini akan menghasilkan harga diri yang kuat dan kepercayaan diri
yang tinggi. Dengan kepercayaan diri yang tinggi seseorang dengan mudah
menjalani hidupnya dan meraih apa yang dicita-citakannya. Bahkan ketika
menghadapi kendala pun ia akan tetap optimis karena keyakinan diri tersebut.
Secara konkrit hal-hal yang didapatkan jika seseorang dapat mengenal dirinya
dengan baik adalah:
Secara tepat dapat menentukan tujuan hidup atau cita-cita yang ingin dicapai
412CBCB:SelfDevelopment
Mengenal diri berarti memahami aspek-aspek yang ada di dirinya, berupa fisik dan
psikis, sosial dan moral
Mengenal diri tidak lepas dari usaha dengan penuh kesadaran berusaha
memahami diri secara lebih mendalam dalam proses yang terus berkelanjutan. Sesuai
dengan perkembangan hidupnya seorang manusia terus-menerus menemukan dirinya
yang makin bertumbuh dan berkembang. Untuk membantu menggali dan mengenal
diri secara mendalam dapat dilakukan cara-cara berikut ini:
D.1. Analisa Diri
Yang dimaksud dengan analisa diri adalah usaha untuk menilai dirinya sendiri
dengan menggunakan pengalaman hidupnya sendiri sebagai obyek. Ini berarti
menuntut seseorang untuk melakukan refleksi ke belakang dan dengan sejujurjujurnya menilai positif dan negatif dari perilaku, sikap, pikiran dan relasinya.
Kelihatannya mudah, tapi ini membutuhkan suatu keterampilan yang harus dilatih
sesering mungkin.
Dengan usaha reflektif ini seseorang akan mendapatkan perspektif baru dari
dirinya sendiri. Dia dapat lebih menata diri untuk memperbaiki perilaku dan masa
depan yang lebih baik.
Merefleksikan pengalaman nyata sehari-hari dapat menjadi cerminan tentang diri
apa adanya dengan segala keberadaannya, sikap dan tingkah lakunya. Analisa diri
mengungkapkan penilaian diri sebagai pribadi yang sabar atau emosional, termasuk
orang yang tekun atau cepat bosan, orang yang setia atau mudah ingkar, orang yang
teliti atau ceroboh, yang jujur atau bertopeng, penuh harapan atau pesimis,
termotivasi atau mudah menyerah dan sebagainya.
D.2. Melalui Pengamatan Orang Lain
Kalau cara pertama untuk menggali diri sendiri seseorang mengamati dirinya
sendiri, cara kedua ini seseorang menyadari diri sendiri justru dari pengamatan orang
lain. Dalam hal ini dia harus memahami sudut pandang orang lain terhadap dirinya,
yaitu dari pendapat-pendapat mereka, dan bagaimana mereka bereaksi menanggapi
perilaku dirinya. Dengan kata lain meresapi apa yang dipikirkan orang lain tentang
412CBCB:SelfDevelopment
diri sendiri. Ini sangat membantu terutama dalam menggali potensi-potensi yang
kurang disadari tetapi sangat jelas dalam pengamatan orang lain.
Orang lain, teman, sahabat, keluarga, orang-orang di sekeliling, kadang-kadang
lebih obyektif mengenal diri kita daripada penilaian diri kita sendiri. Dalam hal ini
kita dituntut untuk dapat terbuka dan membuka diri terhadap orang lain.
Untuk semakin menggali diri lebih dalam tidak ada jalan lain selain membuka
diri. Membuka diri dapat berarti membagikan apa yang dipikirkan, apa yang
dirasakan, juga ide-ide kreatif tanpa ada tendensi untuk melakukan manipulasi
apapun. Dalam kontak dengan orang lain dalam keterbukaan ini, terjadi proses saling
memahami,saling mengkoreksi dan saling membangun. Terjadi umpan balik. Umpan
balik ini menjadi sangat berarti untuk diri sendiri.
Dalam sikap terbuka dan membuka diri seluas-luas ini juga perlu diperhatikan
untuk tetap bersikap otonom. Artinya tetap menjaga agar tidak kehilangan identitas
diri. Tingkatkan intensitas komunikasi dengan orang lain apapun bentuknya,sambil
tetap menghargai dan menghormati diri sendiri.
D.3. Ada Bersama Orang Lain
Selain dari pengamatan orang lain, berada bersama orang lain dapat juga menjadi
jalan untuk mengenal diri sendiri. Dengan ada bersama orang lain seseorang dapat
mengadakan suatu pembandingan. Di sana dia dapat mempertegas keunikan dirinya
dibandingkan dengan orang lain sambil memupuk kesamaan menjadi tali ikatan yang
mempererat relasi. Dia dapat meneladani kebaikan dari orang di sekitar. Dia dapat
pula belajar sisi-sisi lain dari dirinya. Jadi dalam kebersamaannya dengan orang lain,
dia sungguh menemukan kekayaan diri yang mungkin tidak disadari dan tersembunyi.
D.4. Variasi Pengalaman Hidup
Untuk dapat menemukan harta karun di dalam diri sendiri, cara jitunya adalah
dengan mengalami sendiri berbagai pengalaman hidup dalam berbagai situasinya.
Dapat dengan mengadakan perjalan liburan, live-in, mendaki gunung, belajar bahasa
asing, atau bahkan membaca buku tentang berbagai topik. Yang penting disini adalah
mencoba untuk keluar dari batas-batas pengalaman biasa sehari-hari. Dengan
demikian memaksa diri untuk beradaptasi dan menggunakan seluruh kemampuan dan
potensi yang dimiliki untuk mengatasi hal tersebut. Pengalaman ini tentu membuka
412CBCB:SelfDevelopment
perspektif baru terhadap diri sendiri terutama dari kemampuan untuk berelasi dengan
dunia yang lebih luas. Pada akhirnya memberi peningkatan kepercayaan diri untuk
mencari pengalaman lebih jauh, lebih menarik dan lebih menantang. Situasi yang
menantang makin memberi gairah untuk memperkembangkan diri.
Setelah melalui tahap mengenal diri sendiri lalu apa tindakan berikutnya? Apakah
cukup hanya sampai pengenalan diri saja. Mengenal diri sendiri memang belum
cukup untuk mengembangkan diri sendiri secara optimal. Untuk melengkapinya
diperlukan suatu kesadaran untuk menjadi diri sendiri. Menjadi diri sendiri berarti
bersikap penuh rasa senang dan bangga terhadap diri sendiri apa adanya dengan
segala kekurangan dan kelebihannya dan menggunakannya dalam menjalankan hidup
sehari-hari. Sikap ini dilandasi rasa syukur atas apapun kekayaan diri yang dimiliki.
Dan, menjadi diri sendiri tentu tidak berarti tinggal diam menerima apa yang sudah
ada, melainkan berusaha mengembangkan apa yang masih menjadi potensi dan juga
mengatasi kelemahan yang dianggap menghambat perkembangan diri. Dalam pilihan
pengembangan diri inilah tampak bagaimana usaha seseorang menjadi dirinya sendiri
secara optimal.
E. 1. Proses menjadi diri sendiri
Menjadi diri sendiri merupakan suatu proses yang berjalan dalam setiap langkah
hidup manusia. Mulai dari masa perkembangan hidupnya seorang manusia secara
terus menerus melakukan proses menjadi diri sendiri. Ini menunjukkan bukan sesuatu
yang seketika tapi memerlukan waktu yang berkesinambungan untuk menjadi diri
sendiri. Selain prosesnya berjalan cukup panjang, disini juga diperlukan usaha yang
tidak ringan. Banyak rintangan yang membuat proses ini menjadi tidak mudah mulai
dari diri sendiri maupun dari luar diri. Namun sikap untuk memilih menjadi diri
sendiri menjadi pegangan yang kuat untuk bersikap mandiri dan tidak mudah
menyerah menghadapi perubahan dan tantangan kehidupan.
412CBCB:SelfDevelopment
412CBCB:SelfDevelopment
SIMPULAN
Kesadaran akan diri sendiri yang diawali dengan mengenal diri sendiri dan
kemudian memilih menjadi diri sendiri merupakan suatu hal yang sangat penting
untuk mengoptimalkan pengembangan diri. Semakin baik kesadaran individu
terhadap dirinya, semakin ia terdorong untuk mengembangkan kemampuan
sambil membenahi keterbatasannya. Upaya ini akan sangat terbantu dengan sikap
keterbukaan diri. Meski mengandung resiko, sikap keterbukaan diri memberikan
banyak manfaat terhadap pengembangan diri sendiri dan membangun komunikasi
dan relasi yang baik dengan orang lain.
412CBCB:SelfDevelopment
DAFTAR PUSTAKA
Covey, Stephen R. (2005). The 8th Habit. Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan.
Diterjemahkan oleh: Wandi S Brata dan Zein Isa. PT Gramedia, Jakarta
Gea Antonius A., et al. (2003). Relasi dengan Diri Sendiri. PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Goleman, Daniel (1996). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ.
Bantam Dell, New York.
Rose, Colin & Nicholl, Malcolm J. (2003). Accelerated Learning For the 21st Century.
Yayasan Nuansa Cendekia, Bandung.