Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI ENDOKARDITIS
B. PATOFISIOLOGI
Endokarditis infeksi sering timbul pada penyakit jantung rematik dengan fibrilasi dan
gagal jantung. Infeksi sering pada katub mitral dan katub aorta. Penyakit jantung bawaan yang
terkena endokarditis adalah penyakit jantung bawaan tanpa ciyanosis, dengan deformitas katub
dan tetralogi fallop. Bila ada kelainan organik pada jantung, maka sebagai faktor predisposisi
endokarditis infeksi adalah akibat pemakaian obat imunosupresif atau sitostatik, hemodialisis
atau peritonial dialisis, serosis hepatis, diabetis militus, penyakit paru obstruktif menahun,
penyakit ginjal, lupus eritematosus, penyakit gout, dan penyalahan narkotik intravena.
Faktor pencetus endokarditis infeksi adalah ekstrasi gigi atau tindakan lain pada gigi dan mulut,
kateterisasi saluran kemih, tindakan obstretrik ginekologik dan radang saluran pernapasan.
Kuman paling sering masuk melalui saluran napas bagian atas selain itu juga melalui alat
genital dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit. Endokard yang rusak dengan
permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi dan menimbulakan vegetasi yang terdiri atas
trombosis dan fibrin. Vaskularisasi jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga memudahkan
mikroorganisme berkembang biak dan akibatnya akan menambah kerusakan katub dan endokard,
kuman yang sangat patogen dapat menyebabkan robeknya katub hingga terjadi kebocoran.
Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan abses miokard atau
aneurisme nekrotik. Bila infeksi mengenai korda tendinae maka dapat terjadi ruptur yang
mengakibatkan terjadinya kebocoran katub.
C. WOC
hilang, ada juga yang berlanjut sampai pada masa penyembuhan. Emboli yang timbul di bawah
kuku jari tangan (splinter hemorrhagic).
Gejala Jantung
Tanda-tanda kelainan jantung penting sekali untuk menentukan adanya kelainan katub
atau kelainan bawaan seperti stenosis mitral, insufficiency aorta, patent ductus arteriosus (PDA),
ventricular septal defect (VCD), sub-aortic stenosis, prolap katub mitral. Sebagian besar
endocarditis didahului oleh penyakit jantung, tanda-tanda yang ditemukan ialah sesak napas,
takikardi, palpasi, sianosis, atau jari tabuh (clubbing of the finger). Perubahan murmur menolong
sekali untuk menegakkan diagnosis, penyakit yang sudah berjalan menahun, perubahan murmur
dapat disebabkan karena anemia . Gagal jantung terjadi pada stadium akhir endokarditis infeksi,
dan lebih sering terjadi pada insufisiensi aorta dan insufisiensi mitral, jarang pada kelainan katub
pulmonal dan trikuspid serta penyakit jantung bawaan non valvular .
Endokarditis infeksi akut
Infeksi akut lebih sering timbul pada jantung yang normal, berbeda dengan infeksi sub
akut, penyakitnya timbul mendadak, tanda-tanda infeksi lebih menonjol, panas tinggi dan
menggigil, jarang ditemukan pembesaran limfa, jari tabuh, anemia dan ptekia . Emboli biasanya
sering terjadi pada arteri yang besar sehingga menimbulkan infark atau abses pada organ
bersangkutan. Timbulnya murmur menunjukkan kerusakan katub yang sering terkena adalah
katub trikuspid berupa kebocoran, tampak jelas pada saat inspirasi yang menunjukkan gagal
jantung kanan, vena jugularis meningkat, hati membesar, nyeri tekan, dan berpulsasi serta
udema. Bila infeksi mengenai aorta akan terdengar murmur diastolik yang panjang dan lemah.
Infeksi pada aorta dapat menjalar ke septum inter ventricular dan menimbulkan abses. Abses
pada septum dapat pecah dan menimbulkan blok AV . Oleh karena itu bila terjadi blok AV
penderita panas tinggi, kemungkinan ruptur katub aorta merupakan komplikasi yang serius yang
menyebabkan gagal jantung progresif. Infeksi katub mitral dapat menjalar ke otot papilaris dan
menyebabkan ruptur hingga terjadi flail katub mitral.
A.
KASUS
Bapak Amir usia 32 tahun, datang kerumah sakit dengan keluhan sesak napas dan nyeri
tenggorokan. Suhu tubuhnya tinggi dan menggigil disertai batuk. Pasien mengatakan saat
aktivitas merasakan kelemahan, ketidak mampuan pada bahu dan tangan disertai nyeri pada
sendi dan punggung. Pak Amir terlihat gelisah, dengan wajah menyeringai karena menahan rasa
nyeri pada daerah dadanya. Sehingga pak Amir mengeluh tidak bisa tidur dan nafsu makannya
menurun karena sering merasa mual dan ingin muntah.
B.
ASUHAN KEPERAWATAN
D.1 PENGKAJIAN
I.
Identitas Klien
Nama
: Bapak Amir
Umur
: 32 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku/Bangsa
: WNI
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Jombang
No. Register
: 894
Tanggal MRS
: 7 Desember 2009
II.
Pasien mengeluhkan terasa sesak napas dan sakit tenggorokan yang disertai kelemahan,
nyeri sendi dan punggung.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien kerumah sakit dengan keluhan sesak napas dan nyeri tenggorokan. Suhu tubuhnya
tinggi dan menggigil disertai batuk. Pasien mengatakan saat aktivitas merasakan kelemahan,
ketidak mampuan pada bahu dan tangan disertai nyeri pada sendi dan punggung. Pasien terlihat
gelisah, dengan wajah menyeringai karena menahan rasa nyeri pada daerah dadanya. Sehingga
pasien mengeluh tidak bisa tidur dan nafsu makannya menurun karena sering merasa mual dan
ingin muntah.
c. Riwayat penyakit Dahulu
Pasien mengatakan dulu pernah menderita infeksi tenggorokan sehingga pasien pernah
mendapatkan pengobatan antibiotik jangka panjang.
d. Riwayat Penyakit keluarga
Pasien mengatakan ada keluarganya (kakeknya) meninggal karena serangan jantung
mendadak.
RR
: 73x/menit (70-100x/menit)
: 37 0 C ( N: 36,6-37,2 0 C)
B2 (Bleeding)
Inspeksi
Adanya parut. Keluhan lokasi nyeri di daerah substernal dan nyeri
diatas perikardium. Penyebaran meluas didada, terjadi nyeri, serta
ketidak mampuan bahu dan tangan.
Palpasi
Denyut nadi perifer melemah.
Auskultasi
Tekanan darah menurun (110/70 mmHg). Ada murmur. Adanya
pembesaran jantung.
Perkusi
Pada batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran
jantung.
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
Aktivitas gejala: kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan
jadwal olahraga tidak teratur. Tanda: takikardia, dispnea pada
istirahat/aktivitas. Higiene: kesulitan melakukan tugas perwatan diri.
KETERANGAN
-
LED meningkat
Ekokardiografi
Bilirubin meningkat
ETIOLOGI
Endokarditis
MASALAH
Gangguan
rasa nyaman
nyeri
Fenomena Emboli
KU: lemah
TD: 110/70 mmHg
Faktor predisposisi
S: 390 C
TD: 110/70 mmHg
suplai darah
RR: 35x/menit
N: 73x/menit
kemiokardium
PPJP
Nyeri
DS: px mengatakan nyeri dan
sesak pada dadanya
DO: - Dispnea (+)
Endokarditis
Pe perfusi
jaringan
N: 73x/menit
Fenomena reaksi
sensivitas
Penimbunan leukosit
S: 390 C
Peningkatan modul & jar
parut
Kerusakan bilah katup
Penutupan/kekakuan
katup
Regurgitasi&stenosis
katup mitral
Curah jantung
Pe perfusi jaringan
DS: px mengatakan lemah
sendi dan bahu, dan saat
aktivitas
terasa
lemah
DO: - KU: lemah
Endokarditis
Fenomena reaksi
Dispnea (+)
CRT > 2 detik
N: 73x/menit
sensivitas
Itoleransi
aktivitas
Penimbunan leukosit
RR: 35x/menit
Regurgitasi& stenosis
KU: lemah
S: 390 C
katup mitral
Curah jantung
Itoleransi aktivitas
DS: px mengatakan tidak nafsu
makan dan selalu ingin muntah
Endokarditis
Dispnea (+)
BB: menurun
trhdp infeksi
Inflamasi sistemik
RR: 35x/menit
(anoreksia, BB menurun)
S: 390 C
Nyeri
pada
tenggorokan
daerah
Pemenuhan
nutrisi kurang
dari adekuat
a) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan suplai darah ke miokardium sekunder karena
penurunan perfusi
b) Gangguan perfusi perifer b.d tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-katup pada
endokarditis
c) Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan
kebutuhan
d) Pemenuhan nutrisi kurang dari adekuat b.d anoreksia
e) Cemas b.d rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis, dan
ancaman atau perubahan kesehatan
f) Koping individu tidak efektif b.d prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, dan
perubahan peran
g) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan b.d kurangnya informasi tentang
proses penyakit, cara pencegahan, dan terjadinya komplikasi.
Aktual/resiko nyeri yang berhungan dengan penurunan suplai darah ke miokardium sebagai
akibat sekunder penurunan perfusi
Tujuan: dalam waktu 3X24 jam terdapat penurunan respon nyeri dada.
Kriteria: secara subyektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara obyektif
didapatkan TTV dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer,
urine output lebih dari 600 ml/hr.
INTERVENSI
RASIONAL
a. Catat
karakteristik
nyeri,
lokasi,
a.
Variasi penampilan dan perilaku klien
intensitas, lama, dan penyebarannya.
karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian.
b.
b.
Istirahatkan klien
Gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan tromboemboli atau kerusakan sekunder
RASIONAL
Mandiri:
a. Evaluasi status mental. Catat adanyaa. Indikasi adanya emboli sistemik ke otak.
hemiparialisis
tersembunyi,
muntah,
peningkatan tekanan darah.
b. Kaji nyeri dada, dispnea yang tiba-tibab. Emboli aterial pada jantung atau organ
ditandai dengan takipnea, nyeri pleuritis, dan penting lain dapat terjadi sebagai akibat
sianosis.
penyakit jantung atau distrimia kronis.
Kongesti vena dapat menunjukkan tempat
trombus pada vena-vena yang dalam dan
emboli paru.
c. Inaktivitas/bedrest yang
lama
dapat
c. Observasi edema pada ekstremitas. Catat menimbulkan terjadinya kongesti vena dan
kecenderunagan atau lokasi nyeri, tanda-tanda trombus vena.
Homan (Homan Sign) positif.
d. Indikasi adanya emboli ginjal.
d. Observasi adanya hematuria yang ditandai
oleh nyeri pinggang dan oliguria.
e. Catat keluhan nyeri parut kiri atas menjalare. Indikasi emboli kandung empedu.
ke
bahu,
kelemahan
lokal,
dan
abdominalngiditas.
f. Meningkatkan/mempertahankanbedrest sesu f. Untuk membantu mencegah penyebaran
ai dengan anjuran.
atau perpindahan emboli pada px dengan
endokarditis.
Pada bedrestyang
lama
berasiko tinggi mengalami tromboemboli.
Kolaborasi:
g. Gunakan stoking antiomboli sesuai indikasi.
g.
dalam.
h. Berikan antikogulan seperti heparin atauh. Heparin
dapat
digunakan
secara
warfarin (coumadin).
propilaksis pada pasien dengan bedrest yang
lama seperti sepsis atau CHF dan
sebelum/sesudah operasi penggantian katup.
Coumadin adalah pengobatan jangka
panjang yang digunakan setelah operasi
penggantian katup atau pada emboli perifer.
Itoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan perfusi sekunder akibat ketidak
seimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam aktivitas klien mengalami peningkatan.
Kriteria: klien tidak mengeluh pusing, alat dan sarana untuk memenuhi aktivitas tersedia dan
mudah klien jangkau. TTV dalam batas normal, CRT <3 detik, urine > 60ml/hari.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri:
a. Kaji respons aktivitas klien. Catata.
adanya/timbulnya perubahan keluhan seperti,
kelemahan, kelelahan, dan sesak napas saat
beraktivitas.
b.
b. Pantau denyut atau irama jantung, tekanan
darah, dan jumlah pernapasan sebelum/
sesudah serta selama aktivitas sesuai
kebutuhan.
f. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari bradikardi, menurunkan curah jantung, dan
tingkat aktivitas, contoh: bangun dari kursi, takikardi, serta peningkatan TD.
bila tak ada nyeri ambulasi, dan istirahat
selama 1 jam setelah makan.
f. Aktivitas yang maju memberikan kontrol
jantung, meningkatkan regangan, dan
g. Evaluasi respons emosional terhadap mencegah aktivitas berlebihan.
situasi/pemberian dukungan
g.
h.
BAB III
SIMPULAN
Kesimpulan
Bahwa didapatkan dari pembahasan dan data yang diperoleh. Endokarditis paling banyak
disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas
bagian atas.
Endokarditis infeksi yang sering terjadi pada manula mungkin terjadi akibat menurunnya
respons imunologi terhadap infeksi, perubahan metabilisme akibat penuaan, dan meningkatnya
prosedur diagnostik invasif, khususnya pada penyakit genitourinaria.
Endokarditis tidak hanya terjadi pada endokard dan katub yang telah mengalami
kerusakan, tetapi juga pada endokar dan katub yang sehat, misalnya penyalahgunaan narkotik
perintravena atau penyakit kronik.
Faktor pencetus endokarditis infeksi adalah ekstrasi gigi atau tindakan lain pada gigi dan
mulut, kateterisasi saluran kemih, tindakan obstretrik ginekologik dan radang saluran
pernapasan.