Anda di halaman 1dari 33

RANGKUMAN SOSIOLOGI KELAS 10

BAB I

Sosiologi sebagai Ilmu dalam Hubungan Masyarakat


Ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang disusun secara
sistematis, yang diperoleh dari aktivitas berpikir manusia melalui metode tertentu yang
kebenarannya dapat diuji secara kritis oleh orang lain. Oleh karena itu ilmu pengetahuan
harus mempunyai unsur-unsur,yaitu:
a.

Objek dan tujuan b.

Sistematis

c.

Metode ilmiah

Universal

e.

Kebenarannya dapat diuji

d.

Metode tertentu dalam menemukan pengetahuan ilmiah disebut metode ilmiah. Dimana
metode ilmiah mensyaratkan asas dan prosedur tertentu di sebut kegiatan ilmiah. Selain itu
juga terdapat sifat sifat ilmu pengetahuan,antara lain:
a.

Rasional

Ialah ilmu pengetahuan yang didasarkan atas kegiatan berpikir secara logis dengan
menggunakan nalar dan hasilnya dapat diterima oleh nalar manusia.
b.

Objektif

IAlah suatu kebenaran yang dihasilkan suatu ilmu merupakan pengetahuan yang jujur,apa
adanya sesuai dengan kenyataan.
c.

Akumulatif

Ialah suatu ilmu yang dibentuk berdasar pada teori lama yang disempurnakan,ditamba dan
diperbaiki ingga smakin sempurna.
d.

Empiris

Pada kesimpulan yang diambil harus dapat dibuktikan melalui pemeriksaan dan pembuktian
panca indra, serta dapat diuji kebenarannya dengan fakta.
e.

Andal dan Dirancang

Ialah suatu ilmu pengetahuan yang dapat diuji kemabali secara terbuka menurut persyaratan
dengan asil yang dapat diandalkan. Selain itu juga dikembangkan menurut rancangan yang
menerapkan metode ilmiah.

Sosiologi berasal dari bahasa Latin socius yang artinya kawan dan logos yang
artinya ilmu pengetahuan. Jadi, sosiologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari
hubungan antara teman dan teman, yaitu hubungan antara
seorang dengan seorang, seorang dengan golongan maupun golongan dengan golongan.
Dalam perumusan ini terdapat perkataan hubungan antara teman dengan teman. Pengertian
teman di sini berbeda dengan pengertian sehari-hari yang biasa kita pakai. Pengertian teman
di sini ialah bahwa di dalamnya termasuk pengertian kawan dan lawan.
Definisi-definisi sosiologi itu, antara lain sebagai berikut.
a. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompokkelompok.
b. William F. Orgburn dan Meyer F. Nimkoff
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu
organisasi sosial.
c. J.A.A. Van Doorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses
kemasyarakatan yang bersifat stabil.
d. Pitirim A. Sorokin
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hal-hal sebagai berikut:
-Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial.
Misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan
ekonomi, dan gerak masyarakat dengan politik.
-Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala
nonsosial. Misalnya gejala geografis dan gejala biologis.
-Ciri-ciri umum daripada semua jenis gejala-gejala sosial.

e. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi


Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Pada abad ke-19, seorang filsuf Prancis bernama Auguste Comte (17981857)
mengemukakan kekhawatirannya atas keadaan masyarakat Prancis setelah pecahnya Revolusi
Prancis. Dampak revolusi tersebut, selain menimbulkan perubahan positif dengan munculnya
iklim demokrasi, revolusi juga telah mendatangkan perubahan negatif berupa konik
antarkelas yang mengarah pada anarkisme di dalam masyarakat Prancis. Konik ini dilatar
belakangi oleh ketidaktahuan masyarakat nya dalam mengatasi perubahan atau hukumhukum seperti yang dapat digunakan untuk mengaturstabilitas masyarakat.
Atas dasar ini, Comte menyarankan agar penelitian tentang masyarakat perlu ditingkatkan
menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri dengan penelitiannya yang didasarkan pada metode
ilmiah. Dari sinilah lahir sosiologi sebagai ilmu yang paling muda dalam ilmu-ilmu sosial.
Istilah sosiologi dipopulerkan Comte dalam bukunya
yang berjudul Cours de Philosophie Positive (1830), yang dalam buku tersebut dijelaskan
bahwa objek sosiologi adalah manusia atau masyarakat secara keseluruhan. Dengan
demikian, Auguste Comte bisa dikategorikan sebagai salah satu pendiri sosiologi. Sosiologi
sebagai ilmu, tentunya memiliki kriteria-kriteria keilmuan, yaitu sebagai berikut:
a. Empiris, yang penelitiannya tentang masyarakat didasarkan pada hasil observasi
(pengalaman)
b. Teoretis, dibangun dari konsep-konsep hasil observasi dan logis serta memiliki tujuan
untuk menjelaskan hubungan sebabakibat.
c. Kumulatif, yang teorinya dibangun berdasarkan teori-teori sebelumnya dengan tujuan
memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori lama.
d. Nonetis atau bukan etika, dilakukan bukan untuk mencari baik buruknya suatu
fakta, melainkan menjelaskannya secara analitis.

Ada tiga hal yang dapat membuktikan bahwa sosiologi sudah berdiri sendiri:
-

Sosiologi adalah kumpulan illmu pngetahuan yang diakui secara luas.

Sosiologi memiliki suatu metode

Sosiologi memiliki organisasi daripada pengetahuan

Pada dasarnya, ada begitu banyak mamfaat ketika kita mempelajari sosiologi,yaitu:
a. Sosiologi dapat memberikan pengetahuan mengenai pola-pola interaksi sosial yang
terjadi dalam masyarakat.
b. Sosiologi dapat membantu kita untuk mengontrol atau mengendalikan setiap tindakan
dan perilaku kita dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Sosiologi mampu mengkaji status dan peran kita sebagai anggota masyarakat.
d. Dengan mempelajari sosiologi, kita dapat lebih peka,kritis dan rasional dalam
menghadapi gejala-gejala sosial.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang ditandai dengan semakin
kompleksnya unsur-unsur kemasyarakatan, sosiologi dipersempit menjadi bidang-bidang:
a. Sosiologi Politik,
b. Sosiologi Hukum,
c. Sosiologi Pendidikan,
d. Sosiologi Agama,
e. Sosiologi Keluarga,
f. Sosiologi Kesenian,
g. Sosiologi Ekonomi,
h. Sosiologi Budaya,
i. Sosiologi Industri,
j. Sosiologi Pariwisata
k. Sosiologi Masyarakat Pedesaan.
l. Sosiologi Pembangunan.

Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah society yang pengertiannya

mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Istilah masyarakat
disebut pula sistem sosial. Untuk pemahaman lebih luas tentang pengertian masyarakat
sebaiknya kita kemukakan beberapa definisi masyarakat sebagai berikut:
- J.L. Gilin dan J.P. Gilin
Masyarakat adalah kelompok yang tersebar dengan perasaan persatuan yang
sama.
- Max Weber
Masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan
dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.
- Emile Durkheim
Menurut sosiolog ini masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individu-individu yang
merupakan anggota-anggotanya.
- Karl Marx
Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun
perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang
terpecah-pecah secara ekonomis.
- M.J. Herskovits
Masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara
hidup tertentu.
- Selo Soemardjan
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

Ciri-ciri suatu masyarakat pada umumnya sebagai berikut.

a. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.


b. Bergaul dalam waktu cukup lama. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem
komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia.
c. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
d. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan
kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
Terbentuknya suatu masyarakat paling tidak syarat-syaratnya terpenuhi sebagai
berikut:
a. Terdapat sekumpulan orang.
b. Berdiam atau bermukim di suatu wilayah dalam jangka waktu yang relatif lama.
c. Akibat dari hidup bersama dalam jangka waktu yang lama itu
menghasilkan kebudayaan.

Untuk dapat lebih mudah dalam mempelajari ilmu pengetahuan, maka harus
menggunakan konsep dasar dalam metode ilmu pengetahuan,yaitu:
a. Peristiwa
Berbagai peristiwa dapat kita lihat pada saat terjadinya kerusuhan sosial, seperti orang
berteriak-teriak,menunjukkan kekecewaan, berlari sarnbil merusak
benda-benda yang ada disekitarnya . Kesemua itu yang dinamakan peristiwa
b. Informasi
Informasi di dapat dari media massa. Dengan adanya informasi, manusia dapat mengetahui
dan menyadari sebuah kenyataan .
c. Fakta
Fakta berbeda dengan ide. Dalam suatu peristiwa yang sama mampu memunculkan fakta
yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kerangka pemikiran para
pengamat.
Fakta merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu gejala tertentu yang tertangkap
oleh indra manusia dalam kerangka pemikiran-pemikiran tertentu, dan dapat duji
kebenarannya secara empiris.

d. Data

Data-data dalam ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua


macam, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah
data yang tidak dapat dinyatakan dengan angka. Sedangkan,
data kuantitatif adalah data yang dapat dinyatakan dengan angka.
e. Masalah
Ialah suatu hal yang dapat mendorong kita untuk melakukan suatu tindakan
f. Asumsi
Ialah suatu praduga atau jawaban sementara dalam suatu ilmu pengetahuan. Sebuah asumsi
penilitian harus dibuktikan kebenarannya berdasarkan fakta yang ditemui peneliti.
g. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang belum pasti. Untuk
membuktikan benar salahnya suatu hipotesis maka akan dilakukan suatu penelitian rnelalui
analisis secara cermat terhadap data-data yang terkurnpul.
h. Bukti
Merupakan kenyataan atau geiala sosial yang cukup untuk memperlihatkan sesuatu hal.
i. Generalisasi
Generalisasi merupakan proses memperoleh suatu kesirnpulan umum. Yang diperoleh
seseorang berdasar pengalaman atau hasil pengamatan yang berulang kali.
j. Teori
Teori ialah prinsip-prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk rumusan atau aturan yang
berlaku umum.
k. Proporsisi
Merupakan ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan,disangkal atau dibuktikan benar
tidaknya. Dan proporsisi juga ialah hubungan yang logis antar dua konsep.

l. Hukum

Hukum atau postulat sering tcrdapat pada ilmu pengetahuan alam atau matematika. Dapat
disimpulkan bahwa hukum bersifat dinamis sehingga tak perlu diuji dalam penelitian.

Untuk mempelajari objek yang menjadi kajiannya, sosiologi memiliki cara kerja atau metode
yang terbagi atas dua jenis, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif:
a. Metode Kualitatif
Metode kualitatif mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sukar diukur dengan
angka atau ukuran yang matematis meskipun kejadian itu nyata dalam masyarakat. Beberapa
metode yang termasuk dalam metode kualitatif adalah sebagai berikut.
1) Metode historis, yaitu metode pengamatan yang menganalisis peristiwa-peristiwa masa
silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
2) Metode komparatif, yaitu metode pengamatan dengan membandingkan bermacammacam masyarakat serta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan
sebagai petunjuk tentang perilaku suatu masyarakat pada masa lalu dan masa mendatang.
3) Metode studi kasus, yaitu suatu metode pengamatan tentang suatu keadaan, kelompok,
masyarakat setempat, lembaga-lembaga, ataupun individu-individu. Alat-alat yang digunakan
dalam studi kasus adalah wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan atau kuesioner
(questionaire), daftar pertanyaan, dan teknik keterlibatan si peneliti dalam kehidupan seharihari dari kelompok sosial yang sedang diamati (participant observer technique).
b. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode statistik yang bertujuan untuk menggambarkan dan
meneliti hubungan antarmanusia dalam masyarakat secara kuantitatif. Pengolahan data secara
statistik banyak dilakukan para ahli ilmu sosial untuk data yang bersifat angka (data
kuantitatif). Pengolahan data dengan menggunakan statistik tidak berarti menuntut seseorang
menjadi ahli statistik. Penggunaan statistik dalam sosiologi tidak harus menggunakan teknik
statistik tinggi. Pengolahan data statistik dapat dilakukan secara sederhana. Kemampuan
untuk mencari nilai rata-rata (mean, mode, median) atau dengan meng gunakan tabel
Distribusi Frekuensi, telah dapat dan biasa Anda lakukan. Di sekolah, Anda juga telah belajar
keterampilan matematis yang berguna untuk membantunya dalam mengolah data secara
statistik.

BAB II

Nilai dan Norma dalam Masyarakat


Nilai merupakan sesuatu yang baik, yang diinginkan, dicita-citakan, dan dianggap penting
oleh warga masyarakat.Berbagai rumusan yang telah dikemukakan oleh para sosiolog tentang
nilai sosial sebagai berikut:
a.
Young merumuskan nilai sosial, yaitu sebagai asumsi-asumsi yang abstrak dan sering
tidak disadari tentang apa yang benar dan apa yang penting.
b.
Green, melihat nilai sosial itu sebagai kesadaran yang secara relative berlangsung
disertai emosi terhadap objek, ide, dan orang perorangan.
c.
Woods, menyatakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk-petunjuk umum dan telah
berlangsung lama yang mengarah pada tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan seharihari.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dirumuskan bahwa nilai sosial adalah petunjuk secara
sosial terhadap objek-objek, baik bersifat material maupun non material. Apabila sikap dan
perasaan tentang nilai sosial diikat bersama dalam suatu sistem, disebut
sebagai sistem nilai sosial.
Nilai merupakan tujuan yang ingin dicapai. Nilai sosial ditentukan berdasarkan ukuran,
patokan, anggapan, dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat dalam suatu lingkungan
kebudayaan tertentu tentang apa yang pantas, luhur, dan baik, yang berdaya guna fungsional
demi kebaikan hidup bersama.
Sosiologi merumuskan nilai berdasarkan data yang ditemukan didalam masyarakat. Data itu
diangkat dari pengalaman orang banyak, baik dari masa lampau maupun masa sekarang.
Anggota masyarakat tentu mengalami sendiri atau bersama-sama, daya guna, gotongroyong,musyawarah, jembatan layang, lalu lintas, taman hiburan, dan sebagainya.
Mereka menghargainya, baik secara terang-terangan, maupun diam-diam.
Penghargaan yang mereka berikan itulah yang disebut nilai sosial. Dan pada intinya,adanya
nilai sosial bersumber dari Tuhan, masyarakat dan individu.

Beberapa ciri-ciri nilai sosial sebagai berikut.

1) Nilai sosial merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi di


antara para anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial bukan secara biologis atau
bawaan sejak lahir.
2) Nilai sosial dipelajari dan bukan bawaan lahir. Proses belajar dan pencapaian nilainilai itu sejak kanak-kanak melalui proses sosialisasi keluarga.
3) Nilai sosial ditularkan dari suatu kelompok ke kelompok yang lain,melalui berbagai
macam proses sosial. Bila nilai itu berwujud kebudayaan, dapat ditularkan melalui akulturasi,
difusi, dansebagainya.
4) Nilai memuaskan manusia dan mengambil bagian dalam usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan sosial. Nilai yang telah disetujui dan diterima secara sosial menjadi
dasar tindakan dan tingkah laku,baik secara pribadi maupun secara kelompok, dan secara
keseluruhan.Nilai juga membantu masyarakat agar dapat berfungsi baik. Sistem nilai sosial
sangat penting untuk pemeliharaan kemakmuran dan kepuasan sosial bersama.
5) Masing-masing nilai mempunyai efek yang berbeda terhadap orang perorangan dan
masyarakat sebagai keseluruhan.
6) Nilai dapat mempengaruhi pengembangan pribadi dalam masyarakat baik positif
dan negative.

Berdasarkan fungsinya, nilai dapat dikelompokan menjadi dua bentuk,yaitu:

a.

Nilai integrative

Ialah nilai-nilai yang dimana akan memberikan tuntunan atau arahan keseseorang atau
kelompok dalam usaha untuk mencapai cita-cita bersama.
b.

Nilai disintegrative

Ialah nilai-nilai sosial yang belaku hanya untuk sekelompok orang diwilayah tertentu.
Kehidupan bersama di masyarakat memerlukan pengertian yang harus diperhatikan, yaitu
pem bentukan pribadi manusia sebagai warga masyarakat. Dengan demikian kemajuan

Masyarakat dan perkembangan sosial budaya dapat tercapai. Dari ketiga hal tersebut,
ditetapkan fungsi nilai sosial sebagai berikut:
a. Sebagai Faktor Pendorong
Tinggi rendahnya individu dan satuan manusia dalam masyarakat bergantung pada tinggi
rendahnya nilai sosial yang menjiwai mereka. Apabila nilai sosial dijunjung tinggi oleh
sebagian besar masyarakat, maka harapan ke arah kemajuan bangsa bisa terencana. Hal ini
merupakan cita-cita untuk menjadi manusia yang berbudi luhur dan beradab sehingga nilai
sosial ini memiliki daya perangsang sebagai pendorong untuk menjadi masyarakat yang ideal.
b. Sebagai Petunjuk Arah
Nilai sosial menunjukkan cita-cita masyarakat atau bangsa. Nilai sosial suatu masyarakat
berfungsi pula sebagai petunjuk bagi setiap warganya untuk menentukan pilihan terhadap
jabatan dan peranan yang akan diambil. Misalnya dalam memilih seorang pemimpin yang
cocok bukan saja berdasarkan
kedudukan seseorang, melainkan juga berdasarkan kualitas yang dimiliki, atau menentukan
posisi seseorang sesuai dengan kemampuannya.
c. Sebagai Benteng Perlindungan
Pengertian benteng di sini berarti tempat yang kokoh karena nilai sosial merupakan tempat
perlindungan yang kuat dan aman terhadap rongrongan dari luar sehingga masyarakat akan
senantiasa menjaga dan mempertahankan nilai sosialnya. Misalnya, nilai-nilai keagamaan,
dan nilai-nilai Pancasila.
Norma adalah aturan-aturan yang dilengkapi dengan sanksi-sanksi

kepada orang yang melanggarnya. Atau dikatakan seperangkat tatanan baik yang tertulis
maupun tidak tertulis, yang berlaku, dan merupakan pedoman sehari-hari dalam masyarakat.
Dalam pelaksanaan, norma berlaku di segala bidang kehidupan misalnya kesenian,
keagamaan, adat-istiadat, dan pendidikan.

Berkenaan dengan hal tersebut dikenal ada empat pengertian norma, yaitu sebagai
berikut.
a. Cara (usage), yaitu penyimpangan kecil terhadap suatu tindakan, namun tidak akan
mendapat hukuman yang berat, ganjarannya bersifat hanya celaan. Contohnya, orang yang
makan dengan bersuara, atau cara makan tanpa sendok dan garpu.
b. Kebiasaan (folkways), yaitu perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
Kebiasaan memiliki kekuatan mengikat yang lebih besar dibandingkan dengan cara. Jika
tidak dilakukan dapat dianggap menyimpang dari kebiasaan umum dalam masyarakat.
Contohnya, memberi hormat kepada orang lain yang lebih tua, mendahulukan orang lansia
ketika sedang antre, dan sebagainya.
c. Tata kelakuan (mores), yaitu kebiasaan yang dianggap tidak hanya sebagai perilaku,
tetapi diterima sebagai norma-norma pengatur.
d. Adat istiadat (custom), yaitu tata kelakuan yang menyatu dengan pola-pola perilaku
masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat yang lebih. Jika dilanggar, sanksi keras akan
didapatkan dari masyarakat.

Dilihat dari resmi tidaknya norma tersebut dan ditilik dari kekuatan sanksinya,
dibedakan dua macam, yaitu sebagai berikut.
1)

Norma Tidak Resmi (Nonformal)

Norma tidak resmi ialah patokan yang dirumuskan secara tidakjelas di masyarakat dan
pelaksanaannya tidak diwajibkan bagi warga yang bersangkutan.Ada beberapa norma yang
umumnya berlaku dalam kehidupan suatu masyarakat, yaitu sebagai berikut.
2)

Norma Resmi (Formal)

Norma resmi ialah patokan yang dirumuskan dan diwajibkan dengan jelas dan tegas oleh
yang berwenang kepada semua warga masyarakat.

Berdasarkan daya mengikat dan sanksi yang tersedia bagi para pelanggarnya, norma utama
dibagi atas:
a. Norma kesopanan merupakan norma yang berpangkal pada aturan tingkah laku yang
diakui di masyarakat, seperti cara berpakaian, cara bersikap, dan berbicara dalam bergaul.

Norma ini bersifat relatif, berarti terdapat perbedaan yang disesuaikan dengan tempat,
lingkungan, dan waktu. Contohnya, memakai pakaian yang minim bagi perempuan di tempat
umum adalah tidak sopan, tetapi di kolam renang diharuskan memakai pakaian renang yang
tentu saja minim.
b. Norma kesusilaan didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia. Norma ini bersifat
universal, yang setiap orang di seluruh dunia mengakui dan menganut norma ini. Akan tetapi,
bentuk dan perwujudannya mungkin berbeda. Contohnya, tindakan pembunuhan atau
perkosaan tentu banyak ditolak oleh masyarakat di manapun.
c. Norma agama didasarkan pada ajaran atau akidah suatu agama. Norma ini menuntut
ketaatan mutlak setiap penganutnya. Contohnya, rukun Islam dan rukun iman dalam agama
Islam; menjalankan sepuluh perintah Tuhan dalam agama Katholik dan Protestan;
menjalankan Dharma dalam agama Hindu.
d. Norma hukum didasarkan pada perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam
suatu masyarakat dengan ketentuan yang sah dan terdapat penegak hukum sebagai pihak
yang berwenang menjatuhkan sanksi. Contohnya, seorang terdakwa yang melakukan
pembunuhan terencana divonis oleh hakim dengan dikenakan hukuman minimal 15 tahun
penjara.
e. Norma kebiasaan didasarkan pada hasil perbuatan yang dilakukan berulang
ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan. Contohnya, mudik di hari
raya.
Norma yang ada dalam masyarakat pada dasarnya adalah untuk mengatur,
mengendalikan, memberi arah, memberi sanksi dan ganjaran terhadap tingkah laku
masyarakat. Setiap masyarakat selalu memiliki aturan yang mengatur kehidupan agar tertib
sosial. Untuk itu, diperlukan adanya nilai dan norma sosial. Pada dasarnya, masyarakat
mengharapkan dan memaksa anggotanya untuk mengikuti norma sosial yang ada.

Menurut Robert M.Z. Lawang (i.9g5J, perilaku pelanggaran norm


dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

a. Pelanggaran nilai dan norma yang dilihat dan dianggap sebagai kejahatan, misalnya
: pemukulan, pemerkosaan, penodongan,dan lain-lain
b. Pelanggaran nilai dan norrna yang berupa penyimpangan seksual yaitu perzinahan,
homoseksualilas, dan sebagainya
c. Bentuk-bentuk konsumsi yang sangat berlebihan, misalnya alkohol, candu, morfin,
dan lain-lain.
d. Gaya hidup yang lain dari pada yang lain, misarnya penjudi professional, geng-geng,
dan lain-lain.
Pada dasamya, pengendalian sosial sebagai solusipelanggaran norma dapat dilakukan
melalui empat cara, yaitu: sosialisasi, secara persuasif atau memengaruhi, koersif atau
memaksa, dan kekuatan.

BAB III
Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial

Pengertian interaksi sosial, yaitu hubungan timbal balik yang dinamis antara individu dan
individu, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok baik dalam
kerja sama, persaingan,ataupun pertikaian. Interaksi sosial melibatkan proses-proses sosial
yang bermacam-macam, yang menyusun unsur-unsur dinamis dari masyarakat, yaitu prosesproses tingkah laku yang dikaitkan dengan struktur sosial. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa interaksi sosial merupakan
suatu proses fundamental dalam masyarakat. Tipe-tipe interaksi itu sangat mempengaruhi
ciri-ciri masyarakat, tetapi interaksi itu juga dipengaruhi oleh norma-norma sosial yang ada di
masyarakat.
Ciri-ciri interaksi sosial sebagai berikut.
a. Dilakukan dua orang dan ada reaksi dari pihak lain.
b. Adanya kontak sosial dan komunikasi.
c. Bersifat timbal balik, positif, dan berkesinambungan.
d. Ada penyesuaian norma dan bentuk-bentuk interaksi sosial.
e. Pola interaksi sosial terjalin dengan baik harus berdasarkan kebutuhan
yang nyata, efektivitas, efisiensi, penyesuaian diri pada kebenaran,penyesuaian pada norma,
tidak memaksa mental, dan fisik.

Proses interaksi dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.


Secara langsung misalnya melalui tatap muka langsung. Secara tidak langsung
dapat melalui sarana-sarana komunikasi misalnya surat, radiogram, telepon,
dan interlokal.

Tujuan dari interaksi sosial sebagai berikut.


a. Untuk menjalin hubungan persahabatan.

b. Untuk menjalin hubungan dalam bidang perdagangan.


c. Untuk melaksanakan kerja sama yang saling menguntungkan.
d. Untuk membicarakan dan merundingkan sesuatu masalah yang timbul.
e. Untuk meniru kebudayaan orang lain yang lebih maju dan lain-lain.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasari oleh faktor-faktor imitasi,
sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak
sendiri-sendiri secara terpisah atau dalam keadaan yang bergabung:
a. Faktor Imitasi
Faktor imitasi dapat mendorong seseorang untuk memusuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai
yang berlaku, tetapi juga bisamengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif, sebab yang
ditiru mungkin tindakan-tindakan yang menyimpang.
b. Faktor Sugesti
Faktor ini berlangsung kalau seseorang memberi sesuatu pandangan yang berasal dari
dirinya, yang kemudian diterima oleh pihak lain.Berlangsungnya sugesti, dapat juga terjadi
karena pihak yang menerimadilanda oleh emosi.
c. Faktor Identifikasi
Identifikasi, yaitu kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk
menyamakan dirinya dengan pihak lain.Identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi
dan sugesti.Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya ataupun dengan
disengaja.
d. Faktor Simpati
Simpati, yaitu suatu proses di mana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. Di dalam
proses ini perasaan seseorang memegang peranan yang sangat penting. Proses simpati akan
dapat berkembang jika terdapat saling pengertian pada kedua belah pihak.

Syarat syarat terjadinya interaksi sosial, yaitu:


a. Kontak Sosial

Kontak merupakan tahap permulaan dari terjadinya interaksi sosial. Kontak sosial tersebut
dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.
1) Antara orang-perorangan, misalnya kalau anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan
dalam keluarga.
2) Antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya
antara partai politik dengan anggotanya.
3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya,misalnya dua buah
kontraktor saling kerja sama memborong bangunan.
b. Komunikasi
Adanya komunikasi sosial, baik langsung (tanpa perantara) maupun tidak langsung, yaitu
melalui media komunikasi. Tidak selamanya kontak diikuti oleh komunikasi. Contohnya
ketika akan bicara maka seseorang akan bertemu dengan
lawan bicaranya. Berarti untuk berkomunikasi, seseorang harus melakukan kontak terlebih
dulu.

Dalam sosiologi, dinamika sosial dapat diartikan sebagai keseluruhan perubahan


dari seluruh komponen masyarakat dari waktu ke waktu. Keterkaitannya dengan interaksi
adalah interaksi mendorong terbentuknya suatu gerakan keseluruhan antar komponen
masyarakat yang akhirnya menimbulkan perubahan baik secara progresif maupun retrogresif.

Beberapa proses sosial dasar yang merupakan bentuk interaksi sosial

menurut Soerjono Soekanto, yaitu adanya kerja sama, persaingan, konflik,akomodasi, dan
asimilasi.
a. Kerja Sama/Kooperasi
Kerja sama dirumuskan sebagai bekerja bersama, menuju tujuan bersama. Apabila dua orang
atau lebih atau grup bekerja atau bertindak bersama dalam mengejar tujuan bersama maka
telah terbentuk kooperasi.Dengan demikian jumlah sumbangan interaksi para partisipan
kurang penting dalam memahami kooperasi sebagai proses sosial.
b.

Akomodasi

Akomodasi ini juga disebut sebagai kooperasi antagonistik. Dengan demikian, akomodasi
dapat dipandang sebagai proses interaksi sosialyang menghasilkan interaksi sosial, atau
sebagai suatu jalan keluar untuk mengatasi persaingan dan konflik yang ada. Akomodasi
merupakan suatu proses mengembangkan persetujuan kerja sementara di antara individu atau
grup-grup yang sedang berada dalam keadaan konflik.
c.

Asimilasi

Asimilasi sebagai suatu proses difusi budaya melalui individu-individu dan grup-grup secara
budaya menjadi sama. Proses ini terjadi bila dua kebudayaan yang berbeda bertemu dan
kebudayaan yang dominan berasimilasi dengan kebudayaan yang lain.
Proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama, walaupun kadangkadang bersifat emosional, bertujuan mencapai kesatuan atau paling sedikit suatu integrasi
dalam organisasi, pikiran,dan tindakan.
Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut:

Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.


Terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dalam waktu yang
relatif lama.
Kebudayaan setiap kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri.

d. Akulturasi
Akulturasi (acculturation) adalah berpadunya unsur-unsur kebudayaan yang berbeda dan
membentuk suatu kebudayaan baru tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaannya yang
asli.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan sosial dalam dua golongan besar
yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Internal
1)

Bertambahnya atau Berkurangnya Penduduk


Pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat dapat menyebabkan perubahan
dalam struktur masyarakat seperti munculnya kelas sosial yang baru dan
profesi yang baru.

2)

Adanya Penemuan Baru

Pada setiap masyarakat selalu ada sejumlah individu yang sadar akan kekurangan
kebudayaan masyarakatnya. Mereka terdorong untuk memperbaiki dan menyempurnakannya
melalui penemuan baru.
3)

Pertentangan (Konflik) Masyarakat

Pada masyarakat yang heterogen dan dinamis, pertentangan-pertentangan mungkin saja


terjadi antara individu dan kelompok-kelompok tertentu.
4)

Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi

Perubahan yang terjadi secara cepat dan mendasar yang dilakukan


oleh individu atau kelompok akan berpengaruh besar pada struktur masyarakat.
5)

Ideologi

Ideologi bisa diartikan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai, dan norma yang saling
berhubungan yang dapat mengarahkan pada tujuan tertentu.
b.
1)

Faktor Eksternal
Lingkungan Alam Fisik yang Ada di Sekitar Manusia

Penyebab perubahan yang bersumber dari lingkungan alam sik kadang kala disebabkan oleh
masyarakat itu sendiri. Misalnya,terjadinya bencana alam, seperti banjir, longsor, atau gempa
bumi.
2)

Peperangan

Peperangan antara satu negara dan negara lain bisa menyebabkan terjadinya perubahanperubahan, baik pada lembaga kemasyarakatan maupun struktur masyarakatnya.

3)

Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain

Di zaman yang semakin terbuka, tidak ada negara atau masyarakat yang menutup dirinya dari
interaksi dengan bangsa atau masyarakat lain. Interaksi yang dilakukan antara dua
masyarakat atau bangsa mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal
balik.

Kehidupan masyarakat perlu keteraturan sosial agar terjadi hubungan selaras antarinteraksi sosial. Adanya keteraturan sosial itulah yang membawa kenikmatan dalam
berhubungan dengan lingkungannya. Keteraturan sosial bagi manusia tidak terjadi secara
tiba-tiba, tetapi memerlukan pertumbuhan dan perkembangan yang cukup lama. Hanya
dengan hidup teratur maka proses sosial akan berjalan wajar. Contoh keteraturan sosial
tersebut, misalnya sejak kecil kehidupan manusia sehari-hari memerlukan keteraturan seperti
tidur teratur, mandi teratur, makan teratur, duduk
teratur, bicara teratur, dan sebagainya.

BAB IV

Proses Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian


Sosialisasi merupakan suatu proses bagaimana seorang individu belajar menghayati berbagai
macam nilai, norma, sikap, dan pola-pola perilaku dalam masyarakatnya sehingga ia dapat
menjadi anggota masyarakat yang berpartisipasi.
Untuk lebih memahaminya, berikut ini dikemukakan beberapa denisi sosialisasi dari
beberapa ahli:
a.
Edward Shils (1968) Sosialisasi merupakan proses sosial yang dijalankan seseorang
atau proses sepanjang umur yang perlu dilalui seseorang individu untuk menjadi seorang
anggota kelompok dan masyarakatnya melalui pembelajaran kebudayaan dari kelompok dan
masyarakat tersebut.
b.
Berger (1978) Sosialisasi adalah proses seorang anak belajar menjadi seorang anggota
yang berpartisipasi dalam masyarakat.
c.
Horton dan Hunt (1987) Sosialisasi adalah suatu proses seseorang menghayati
(internalize) norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga timbullah diri yang unik.
d.
Nursal Luth Sosialisasi adalah suatu proses ketika individu menerima dan
menyesuaikan diri dengan masyarakatnya.
Proses perkembangan manusia, sebagai manusia yang berkepribadian atau makhluk sosial itu
dipengaruhi oleh berbagai faktor. MenurutF.G. Robbins ada lima faktor yang menjadi dasar
kepribadian itu, antara lain:
a.

Sifat Dasar

Sifat dasar, merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah
dan ibunya. Sifat dasar tersebut terbentuk pada saat konsepsi, yaitu saat terjadi hubungan
suami/istri. Sifat dasar yang masih merupakan potensi-potensi juga dipengaruhi faktor-faktor
lainnya.
b.

Lingkungan Prenatal

Lingkungan prenatal, merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Sel telur yang telah
dibuahi pada saat terjadi hubungan suami/istri itu berkembang sebagai embrio dalam
lingkungan prenatal. Pada periode prenatal ini individu mendapatkan pengaruh-pengaruh
tidak langsung dari ibu.

c.

Perbedaan Individual Atau Perbedaan Perorangan

Perbedaan individual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


proses sosialisasi. Sejak saat anak dilahirkan oleh ibunya, anak tumbuh
dan berkembang sebagai individu yang unik dan berbeda dengan individu
lainnya. Dia bersikap selektif terhadap pengaruh dari lingkungan.
Perbedaan perorangan ini meliputi perbedaan-perbedaan ciri-ciri fisik
seperti warna kulit, warna mata, rambut, dan bentuk badan, serta ciriciri personal dan sosial.
d.

Lingkungan

Lingkungan di sekitarnya, yaitu kondisi-kondisi di sekeliling individu


yang mempengaruhi proses sosialisasinya.
e.

Motivasi

Motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam individu yang menggerakkan individu untuk
berbuat.

Proses sosialisasi itu terjadi dalam institusi sosial atau kelompok dalam masyarakat. Di antara
kelompok masyarakat tersebut yang berperanan penting dalam sosialisasi anak, yaitu
keluarga, teman sepermainan, sekolah,lingkungan kerja, media massa, dan lain-lain.

a.

Keluarga

Keluarga mempunyai fungsi dan pengawasan sosial. Keluarga memberi pengertian kepada
anak tentang peranannya, baik dalam keluarga maupun di luar keluarga atau dalam
masyarakat.
b.

Teman Sepermainan

Teman sepermainan sangat penting juga dalam rangka sosialisasi atau pembentukan
kepribadian anak. Mempersamakan diri sendiri dengan teman sepermainan merupakan salah
satu mekanisme penting di dalam perkembangan tingkah laku. Mereka saling meniru dan
selalu belajar dari segala apa yang dilihatnya dari teman sepermainannya yang umumnya
berusia sebaya.
c.

Media Massa, Media Cetak, dan Media Komunikasi

Pada masa seperti sekarang ini, sebagian besar proses sosialisasi dilaksanakan atau
menggunakan media massa yang terdiri atas media cetak dan media komunikasi. Lewat
media cetak seperti majalah- majalah, surat kabar, terjadi proses sosialisasi antar-individu.
Begitu
pula lewat media komunikasi seperti lewat radio dan televisi, proses
sosialisasi dapat berlangsung.
d.

Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak. Di


lingkungan sekolah para siswa dapat lebih berkembang ilmu pengetahuan dan
keterampilannya melalui mata pelajaran berbagai bidang studi yang diajarkan oleh bapak/ibu
guru.
e.

Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja seseorang dapat membentuk kepribadian seseorang. Proses sosialisasi


tersebut dapat pula berlangsung pada lingkungan kerja dari masing-masing individu
misalnya: di lingkungan ABRI,pedagang, pengusaha, nelayan, buruh, dan lain-lain.

Adapun menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan
melalui beberapa tahapan berikut.

a.
Tahap persiapan atau Preparatory stage. Sejak manusia dilahirkan kemudian
tumbuh menjadi seorang anak, ia mulai mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya,
termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini, anak-anak sudah mulai
menirukan hal yang diketahui dari sekelilingnya meskipun belum sempurna. Contohnya,
menirukan kata minum dengan diucapkan mimi. Selain pengucapan yang belum
sempurna, anak juga belum memahami makna kata tersebut.
b.
Tahap meniru atau Play stage. Pada tahap ini, seorang anak mulai menirukan dan
mulai terbentuk pemahaman tentang sesuatu yang didapatkan dari sekelilingnya dengan
semakin sempurna. Misalnya, ia mulai memahami nama diri dan siapa nama orangtuanya,
kakak, dan sebagainya. Pada tahap ini, seorang anak sudah mulai dapat menempatkan diri
pada posisi orang lain dan munculnya kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan orangorang yang jumlahnya banyak. Contohnya, seorang anak, baik laki-laki atau perempuan,
ditugaskan membantu ibu dan ayah mem bersihkan rumah dan sebagainya. Pada tahap ini
akan dikenalkan dengan nilai dan norma yang ada di rumah.
c.
Tahap siap bertindak atau Game stage. Proses meniru sudah mulai berkurang dan
digantikan oleh peran yang langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran.
Kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain semakin meningkat sehingga
memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama dan bekerja sama dengan
teman-temannya. Dengan demikian, lawan berinteraksi semakin bertambah dan kompleks.
Pada tahap ini, mulai dipahami dan disadari peraturan-peraturan yang berlaku di luar
keluarga.
d.
Tahap penerimaan norma kolektif atau Generalized stage. Pada tahap ini seseorang
telah dianggap dewasa. Penempatan dirinya pada posisi masyarakat sudah semakin luas.
Sikap toleransi, kerja sama, dan kesadaran akan peraturan dengan masyarakat yang lebih luas
sudah semakin mantap.

Tahapan proses sosialisasi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis sebagai berikut.
a.

Sosialisasi Primer (Primary Sosialization)

Sosialisasi primer merupakan sosialisasi pertama yang dijalani

individu semasa kecil sampai ia menjadi anggota masyarakat. Sosialisasi primer berlangsung
mulai balita, anak-anak, dalam teman sepermainan, dan memasuki masa sekolah.

b.

Sosialisasi Sekunder (Secondary Sosialization)

Sosialisasi sekunder merupakan proses sosialisasi kelanjutan dari sosialisasi primer. Proses
ini terjadi ketika individu dimasukkan ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat.
Sosialisasi ini diawali engan istilah desosialisasi, dan resosialisasi. Dalam proses
desosialisasi, seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama. Adapun dalam
resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Misalnya, seorang murid yang
sudah lulus sekolah,
kemudian memasuki jenjang Perguruan Tinggi.

Keberadaan nilai sosial memiliki fungsi yang sangat berperan dalam proses sosialisasi.
Fungsi-fungsi tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Alat motivasi untuk memberi semangat pada manusia agar mewujudkan dirinya dalam
perilaku sosial.
2. Sarana untuk menetapkan harga sosial. Nilai-nilai sosial digunakan untuk mengukur
penghargaan sosial yang patut diberikan kepada seseorang atau golongan.
3. Petunjuk arah atau cara berpikir dan bertindak warga masyarakat secara umum
diarahkan oleh nilai-nilai sosial yang berlaku.
4. Alat solidaritas yang berfungsi mendorong masyarakat untuk saling bekerja sama untuk
mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai sendiri.
5. Kontrol sosial terhadap nilai-nilai yang dapat menjadi acuan bagi setiap tindakan individu,
serta interaksi antaranggota masyarakat.
6. Sebagai benteng perlindungan, karena nilai sosial merupakan tempat perlindungan yang
kuat dan aman terhadap ancaman dari luar sehingga masyarakat akan senantiasa menjaga dan
mempertahan kan nilai sosialnya.

Konsep kepribadian merupakan konsep yang luas, tetapi secara sederhana istilah
kepribadian mencakup karakteristik perilaku individu. Setiap individu memiliki kepribadian
unik yang dapat dibedakan dari individu lain. Hal yang tidak mungkin apabila
seseorang dapat memiliki banyak kepribadian. Roucek dan Warren, menjelaskan bahwa
kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang
mendasari perilaku individu. Kepribadian bukanlah perilaku, namun kepribadianlah yang

membentuk perilaku manusia, sehingga dapat dilihat dari cara


berpikir, berbicara, atau berperilaku. Kepribadian lebih berada dalam
alam psikis (jiwa) seseorang yang diperlihatkan melalui perilaku.

Ada dua pola sosialisasi,yaitu:


- Sosialisai represif, dimana kebijakan orang tua berupa hukuman terhadap kesalahan
anak serta lebih menekankan kepada kepatuhan anak
- Sosialisasi partisipatif, dimana akan menjadi pusat sosialisasi, keutuhan anak menjadi
penting.

BAB V
Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial

Adapun denisi perilaku menyimpang (deviant behavior) adalah setiap perilaku yang
dinyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.

Untuk lebih memahami tentang perilaku menyimpang, berikut beberapa denisi dari para
sosiolog:
a.
Paul B. Horton. Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai
pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
b.
James Vander Zander. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah
besar orang dianggap sebagai suatu hal tercela dan di luar batas-batas toleransi.
c.
Robert M.Z. Lawang. Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan
menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki
perilaku tersebut.

Menurut Lemert (1951) terdapat dua konsep perilaku menyimpang, yaitu:


a.

Penyimpangan Primer

Penyimpangan primer atau deviation primary adalah penyimpangan yang bersifat sementara
(temporer) atau perbuatan menyimpang yang pertama kali dilakukan seseorang yang pada
aspek kehidupan lainnya selalu berlaku konformis (mematuhi norma yang berlaku). Orang
yang melakukan penyimpangan primer masih tetap dapat diterima oleh kelompok sosialnya
karena tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma umum dan penyimpangan nya
kecil sehingga mudah dimaafkan. Lemert mengatakan bahwa perilaku menyimpang akan
tetap bersifat primer sejauh perbuatan itu dianggap sebagai fungsi sosial yang dapat diterima.
Contohnya, pelanggaran rambu-rambu lalu lintas, anak perempuan yang tomboy
(berperilaku kelaki-lakian).
b.

Penyimpangan Sekunder

Penyimpangan sekunder atau deviation secondary adalah penyimpangan sosial yang


dilakukan secara terus-menerus, meskipun sanksi telah diberikan kepadanya Oleh karena itu,
para pelakunya secara umum dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya,
pembunuhan, pemerkosaan, pecandu narkotika, ter masuk juga perilaku siswa yang selalu
menyontek pekerjaan teman sekelasnya. Seseorang yang dikategorikan berperilaku
menyimpang sekunder tidak diinginkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat (dibenci).

Dilihat dari sifatnya penyimpangan dibedakan atas sebagai berikut.


a.

Penyimpangan Positif

Penyimpangan ini adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku atau
perilaku seseorang di luar kebiasaan masyarakat, namun pada akhirnya membawa dampak
positif terhadap kehidupan masyarakat. Dalam artian, perilaku menyimpangnya dapat

diterima dan tidak merugikan masyarakat. Contoh lainnya, anak yang gemar membaca
menghabiskan hari-harinya untuk membaca atau belajar. Hal ini adalah perilaku tidak umum,
namun bersifat positif.
b.

Penyimpangan Negatif

Penyimpangan ini adalah perbuatan yang memang tidak sesuai dengan norma yang berlaku
dan berakibat buruk, serta mengganggu sistem sosial. Perilaku ini berkaitan erat dengan
tindakan kejahatan. Dalam pengertian sehari-hari, apabila ada istilah perilaku menyimpang,
yang dimaksud adalah penyimpangan negatif ini. Seseorang yang berperilaku menyimpang
negatif akan dikucilkan masyarakat dan mendapatkan sanksi sesuai perbuatannya. Contohnya
pembunuhan, pemerkosaan, dan pencurian.

Bentuk-bentuk penyimpangan yang umumnya terjadi dalam kehidupan masyarakat,


khususnya di kalangan remaja antara lain sebagai berikut.
a.

Penyalahgunaan Narkotika

Narkotika bukan merupakan bahan yang tidak boleh diperjualbelikan, tetapi harus dengan
pengawasan ketat. Narkotika adalah bahan atau zat pembius yang umumnya digunakan dalam
bidang kedokteran, terutama digunakan untuk pasien yang akan dioperasi. Hal ini agar rasa
sakit saat menjalani operasi tidak dirasakan oleh pasien. Dengan demikian, narkotika hanya
boleh digunakan dalam bidang kedokteran saja. Narkotik adalah semua obat yang
mempunyai efek kerja bersifat membiuskan, menurunkan kesadaran (depresant), merangsang
meningkatkan prestasi (stimulans), menagihkan ketergantungan (dependence), dan
mengkhayalkan (halusinasi).
b.

Perkelahian Pelajar

Perkelahian antarpelajar dapat bermula dari hal-hal yang sepele, seperti pertandingan
olahraga antarsekolah, pelajar putra mengganggu pelajar putri dari sekolah lain, dan merasa
tersinggung oleh perilaku pelajar dari sekolah lain.Perkelahian antarpelajar ini umumnya
terjadi pada sekolah yang berbeda, kemudian ditunjang oleh solidaritas sosial yang salah.
Pengelompokan antarteman sepermainan dan antarsahabat yang lebih luas, akan
menimbulkan rasa kuat dan rasa setia kawan yang tinggi.

c.

Perilaku Seksual di Luar Nikah

Perilaku seksual di luar nikah terjadi sebagai akibat keinginan yang muncul dari setiap remaja
yang belum masanya, akibat rangsangan dari buku bacaan porno, lm yang tidak layak
ditonton, atau kebebasan bergaul antara dua pemuda yang berlainan jenis.
d.

Penggunaan Alkohol

Minuman yang mengandung alkohol dengan kadar tertentu dapat menyebabkan orang yang
meminumnya mabuk. Akan tetapi, bukan berarti minuman tersebut dilarang dijual di pasaran,
melainkan akibat yang ditimbulkan setelah seseorang meminumnya. Jika perbuatan
meminum minuman keras dapat mengganggu keteraturan masyarakat, dapat dikatakan
sebagai masalah sosial, hal demikian dianggap sebagai penyimpangan.

Terdapat lima cara pencapaian tujuan mulai cara yang wajar sampai menyimpang, yaitu
sebagai berikut.
a)
Konformitas, yaitu sikap menerima suatu tujuan budaya yang konvensional dengan
cara yang selama ini biasa dilakukan (tradisional).
b)
Inovasi, yaitu sikap seseorang untuk menerima secara kritis cara- cara pencapaian
tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya sambil menempuh cara baru yang belum biasa
dilakukan. Dalam inovasi upaya pencapaian tujuan tidak dilakukan dengan cara yang
konvensional dan dilarang. Contohnya, seorang guru mengajar dengan cara yang membuat
kelas ribut. Meskipun tadinya dianggap mengganggu, cara itu berhasil meningkatkan
semangat siswa belajar.
c)
Ritualisme, yaitu sikap seseorang yang masih menjalankan cara-cara konvensional,
namun melupakan tujuan sebenarnya dari suatu kebudayaan tersebut. Cara-cara kebiasaan
tetap dilakukan, tetapi fungsi dan maknanya sudah hilang dan orang yang melakukannya
sekadar memenuhi kewajiban. Contohnya, banyak siswa yang tertib mengikuti upacara
bendera hanya sekadar untuk ikut peraturan sekolah dan bukan untuk semangat nasionalisme.
d) Pengasingan, yaitu sikap seseorang menolak, baik tujuan-tujuan maupun cara-cara
mencapai tujuan, yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat ataupun lingkungan
sosialnya. Contohnya, seorang karyawan mengundurkan diri dari perusahaan karena konik
kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan.
e)
Pemberontakan, yaitu sikap seseorang menolak sarana dan tujuan-tujuan yang
disahkan oleh budaya masyarakatnya dan menggantinya dengan cara baru. Contohnya, kaum
revolusioner yang memperjuangkan suatu ideologi dengan gigih melalui perlawanan
bersenjata.

Upaya penanggulangan perilaku menyimpang:


1.

Penanaman nilai dan norma yang kuat

2.

Pelaksanaan peraturan yang konsisten

3.

Penyuluhan-penyuluhan

BAB VI
Ilmu Pengetahuan Sosiologi dalam Kehidupan Masyarakat

Secara umum, Sosiologi berasal dari bahasa Latin socius yang artinya kawan dan
logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, sosiologi ialah ilmu pengetahuan yang
mempelajari hubungan antara teman dan teman, yaitu hubungan antara seorang dengan
seorang, seorang dengan golongan maupun golongan dengan golongan.
Objek dari studi sosiologi adalah masyarakat, yaitu menyoroti hubungan-hubungan antar
manusia tersebut. Masyarakat sebagai kajian sosiologi menunjukan pada sejumlah manusia
yang telah sekian lama hidup bersama dan menciptakan peraturan pergaulan hidup. Oleh
karena itu masyarakat memiliki kebudayaan.
Sebagai ilmu yang mandiri, sosiologi masih relative muda. Sosiologi dipopulerkan
oleh Aguste Comte sekitar tahun 1830.
Selain sebagai alat untuk memecahkan masalah, sosiologi juga digunakan pula dalam
perencanaan sosial dan pembangunan.
a.

Perencanaan sosial

Ialah suatu kegiatan untuk mempersiapkan masa depan kehidupan manusia dalam masyarakat
secara ilmiah yang bertujuan untuk mengatasi kemungkinan timbulnya suatu masalah .
Secara sosiologi,perencanaan sosial didasarkan pada perincian pekerjaan yang harus
dilakukan dalam rangka mempersiapkan masa depan yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Menurut Ogburn dan Nimkoft(sebagaimana dikutip Soerjono Soekanto: 1987)
Terdapat beberapa persyaratan suatu perencanaan, yaitu:
- Adanya unsur modern dalam masyarakat yang mencakup suatu sistem ekonomi.
- Adanya sistem pengumpulan keterangan dan analisis yang baik.
- Terdapatnya sikap public yang baik baik terhadap usaha-usaha perencanaan sosial
- Adany a pimpinana ekonomis dan politik yang progresif.

Ada beberapa kegunaan dari perencanaan sosial,yaitu:


a. Sosiologi mempunyai dasar kemampuan mendalam tentang perkembangan kebudayaan
masyarakat dari taraf yang tradisional sampai taraf kebudayaan modern.

b. Sosiologi mampu memahami hubungan manusia dengan alam sekitarnya


c. Sosiologi mempunyai disiplin ilmu yang objektif.
d. Menurut pandangan sosiologi, perencanaan sosial merupakan alat untuk mengetahui
perkembangan kehidupan masyarakat
e. Dengan berpikir secara sosiologis, maka perencanaan sosial dapat dimamfaatkan.

b.

Penelitian

Sosiologi dalam penelitian tentang tindakan sosial dalam masyarakat selalu bersandar pada
interprestasi yang logis, objek diutamakan pada situasi yang dialami, sehingga asumsinya
dapat dibuktikan.
Dalam penelitian sosiologi banyak menyangkut cara-cara berpikir ilmiah yang meliputi:
a. Pemahaman terhadap symbol-simbol, kode-kode/kata dan berbagai istilah yang
digunakan oleh masyarakat.
b. Pemahaman terhadap teori teori sosiologi yang memendang pola tingkah laku
masyarakat
c.

Kemampuan mempertimbangkan berbagai fenomena sosial.

d.

Kemampuan berpikir dalam melihat pola-pola perubahan masyarakat.

e.

Kehati-hatian dalam menjaga argument logis.

c.

Pembangunan

Pembanguan berkaitan erat denga upaya-upaya mengejar pertumbuhan dan kemajuan


ilmu pengetahuan dan teknologi guna kesejahteraan rakyat.

Selain itu, prosedur penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam sosiologi merupakan pemikiran
gabungan yang paling maju. Sehingga metode ini sring digunakan untuk menuntun proses
pembanguan dapat lebih objektif dan efesien.
Terdapat dua cara mencapai taraf hidup dalam pembangunan,yaitu:
a.

Struktur, meliputi perencanaan, pembentukan dan eveluasi lembaga kemasyarakatan.

b.
Spiritual, meliputi pembentukan watak dan pendidikan dalam berpikir di dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi.

d.

Pemecahan Masalah Sosial

Menurut Roucek dan Warren, masalah sosial merupakan masalah yang ditimbulkan oleh
masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, masalah sosial adalah masalah yang melibatkan
sejumlah besar manusia dalam pemenuhan kehendak biologis dan sosial.
Untuk memecahkan masalah ini, sosiologi menyuguhkan beberapa metode,yaitu:
a.

Metode coba-coba (trial and error methods)

b.

Metode analisis

c.

Perencanaan sosial

Anda mungkin juga menyukai