Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini sorotan masyarakat cukup tajam atas jasa pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan, khususnya dengan terjadinya berbagai
kasus yang menyebabkan ketidakpuasan masyarakat memunculkan isu
adanya dugaan malpraktek medis. Secara tidak langsung dugaan
malpraktek

dapat

berpengaruh

terhadap

kinerja

perawat,

institusi

kesehatan dan tentunya akan berpengaruh pada klien sendiri. Oleh karena
itu perlu ditingkatkan kwalitas dari tenaga kesehatan, standart praktik yang
tinggi, serta pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
melalui

lembaga-lembaga

yang

dibentuk

oleh

pemerintah

yang

membidangi perlindungan konsumen agar kejadian malpraktek tidak


terulang lagi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini diantaranya :
1. Bagaimana profesionalisme perawat dalam menjunjung tinggi
standart

prakteknya

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan?

2. Bagaimana profesionalisme perawat berkenaan dengan terjadinya


kasus

malpraktek

dalam

pelaksanaan

praktek

keperawatan?

3. Bagaimana solusi yang sesuai untuk menyelesaikan masalah


malpraktek dalam pelaksanaan praktek keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini dibagi menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus.
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui pengertian, unsur dan jenis-jenis kesalahan
yang mungkin terjadi dan dialami oleh tenaga kesehatan dalam
praktek professional pelayanan kesehatan.

b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah
untuk mengidentifikasi kasus yang berkaitan dengan malpraktek
yang terjadi dalam praktek keperawatan ditinjau dari konsep
malpraktek, etik, dan peraturan atau hukum yang berlaku.

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Hukum dalam keperawatan
Hukum adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah
hukum, sedangkan etika adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidahkaidah non hukum, yaitu kaidah-kaidah tingkah laku (etika) (Supriadi,
2001).
Hukum adalah Suatu keterikatan adat atau praktek dari suatu
kelompok: aturan dari tindakan atau aksi,secara umum bersifat mengikat
atau dikuatkan oleh suatu otoritas pengontrol (Websters, 2003).
Banyak sekali definisi-definisi yang berkaitan dengan hukum, tetapi
yang penting adalah hukum itu sifatnya rasionalogic, sedangkan tentang
hukum dalam keperawatan adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidahkaidah hukum keperawatan yang rasionalogic dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Fungsi hukum dalam keperawatan, sebagai berikut:
a. Memberi

kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek

perawatan apa yang legal dalam merawat pasien.


b. Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain
c. Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan
keperawatan
d. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan
membuat perawat akontabilitas dibawah hukum yang berlaku.
Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan yang
melindungi bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan yang ada di
Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang tentang
Perlindungan Konsumen.
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun Konstitusi 2009 tentang
Rumah Sakit.
3

4. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib


menyimpan Rahasia Medis.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 269/Men.Kes/Per/III/2008
Tentang Medical Records.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
HK.02.02/menkes/148/I/2010

tentang

izin

dan

penyelenggaraan Praktek Keperawatan.


7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
028/MENKES/PER/I/2011 Tentang klinik.
Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek
keperawatan memiliki akontabilitas terhadap keputusan dan tindakannya.
Dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak menutup kemungkinan perawat
berbuat kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu
dalam

menjalankan

prakteknya

secara

hukum

perawat

harus

memperhatikan baik aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek
hukum yang berlaku di Indonesia. Fry (1990) menyatakan bahwa
akuntabilitas mengandung dua komponen utama, yakni tanggung jawab
dan tanggung gugat. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan perawat dilihat
dari praktik keperawatan, kode etik dan undang-undang dapat dibenarkan
atau absah (Priharjo, 1995).
2.2 Definisi Malpraktik
Malpraktik adalah kelalaian seorang tenaga kesehatan untuk
mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim
digunakan dalam merawat klien atau orang yang terluka menurut ukuran di
lingkungan yang sama (Hanafiah dan Amir,1999).
Balcks law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai
professional misconduct or unreasonable lack of skill atau failure of one
rendering professional services to exercise that degree of skill and learning
commonly applied under all the circumstances in the community by the
average prudent reputable member of the profession with the result of
injury, loss or damage to the recipient of those services or those entitled to
rely upon them.
4

Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena
tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu,
tindakan

kelalaian

(negligence),

ataupun

suatu

kekurang-

mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005).


Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter dan
perawat saja.
Sedangkan

menurut

World

Medical

Association

(WMA)

(1992),Malpraktik medis merupakan kegagalan seorang tenaga medis


dalam menjalankan tugas sesuai standar profesi yang dimilikinya atau
kurangnya keterampilan dan kelalaian yang dapat menyebabkan kerugian
dan cedera pada pasien.
2.2.1 Unsur dari Malpraktik.
1. Unsur kesengajaan (Intentional)

Professional misconducts

(Melakukan tindakan yang tidak benar)


2. Unsur Pelanggaran

2.2.2

Negligence (kelalaian)

Malfeasance (pelanggaran jabatan)

Misfeasance (Ketidak hati-hatian)

Lack of skill (Kurang keahlian)

Jenis-jenis kelalaian dalam malpraktik


Menurut Sampurno (2005), sebagai berikut:
1. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar
hukum atau tidak tepat/layak, misal: melakukan tindakan
keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat
2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan
yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat
Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi
prosedur

3. Nonfeasance

Adalah

tidak

melakukan

tindakan

keperawatan yang merupakan kewajibannya.


Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur
tapi tidak dilakukan.
Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan
atau sikap tenaga kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat
(4) unsur, yaitu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan
tindakan atau untuk tidak melakukan tindakan tertentu
terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan
oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan
yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang
nyata, dalam hal ini harus terdapat hubungan sebab akibat
antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang
setidaknya menurunkan Proximate cause.
Apabila seorang perawat melanggar atau tidak melaksanakan
salah satu dari keempat elemen liability diatas maka tindakan yang
dilakukan oleh perawat tersebut dapat dikatagorikan sebagai
tindakan kelalaian atau malpraktik.
2.2.3

Beberapa bentuk Kelalaian dalam Keperawatan.


Pelayanan kesehatan saat ini menunjukkan kemajuan yang
cepat, baik dari segi pengetahuan maupun teknologi, termasuk
bagaimana penatalaksanaan medis dan tindakan keperawatan yang
bervariasi. Sejalan dengan kemajuan tersebut kejadian malpraktik
dan juga adanya kelalaian juga terus meningkat sebagai akibat
kompleksitas

dari

bentuk

pelayanan

kesehatan

khususnya

keperawatan yang diberikan dengan standar keperawatan. (Craven


& Hirnle, 2000).

Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan


kelalaian dalam keperawatan diantaranya yaitu :
1. Kesalahan pemberian obat: Bentuk kelalaian yang sering
terjadi. Hal ini dikarenakan begitu banyaknya jumlah obat yang
beredar metode pemberian yang bervariasi. Kelalaian yang
sering terjadi, diantaranya kegagalan membaca label obat,
kesalahan menghitung dosis obat, obat diberikan kepada
pasien yang tiak teoat, kesalahan mempersiapkan konsentrasi,
atau kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan tersebut
akan menimbulkan akibat yang fatal, bahkan menimbulkan
kematian.
2. Mengabaikan Keluhan Pasien: termasuk perawat

dalam

melalaikan dalan melakukan observasi dan memberi tindakan


secara tepat. Padahal dapat saja keluhan pasien menjadi data
yang dapat dipergunakan dalam menentukan masalah pasien
dengan tepat (Kozier, 1991)
3. Kesalahan Mengidentifikasi Masalah Klien: Kemunungkinan
terjadi pada situasi RS yang cukup sibuk, sehingga kondisi
pasien tidak dapat secara rinci diperhatikan. (Kozier, 1991).
4. Kelalaian di ruang operasi: Sering ditemukan kasus adanya
benda atau alat kesehatan yang tertinggal di tubuh pasien saat
operasi. Kelalaian ini juga kelalaian perawat, dimana peran
perawat di kamar operasi harusnya mampu mengoservasi
jalannya operasi, kerjasama yang baik dan terkontrol dapat
menghindarkan kelalaian ini.
5. Timbulnya Kasus Decubitus selama dalam perawatan: Kondisi
ini muncul karena kelalaian perawat, kondisi ini sering muncul
karena asuhan keperawatan yang dijalankan oleh perawat tidak
dijalankan dengan baik dan juga pengetahuan perawat
terdahap asuhan keperawatan tidak optimal.
6. Kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan Pasien: Contoh
yang sering ditemukan adalah

kejadian pasien jatuh yang

sesungguhnya dapat dicegah jika perawat memperhatikan


keamanan tempat tidur pasien. Beberapa rumah sakit memiliki

aturan

tertentu

mengenai

penggunaan

alat-alat

untuk

mencegah hal ini.


2.2.4

Dampak Kelalaian dalam praktek (malpraktek)


Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan
dampak yang luas, tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga
kepada pihak Rumah Sakit, Individu perawat pelaku kelalaian dan
terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan
perdata dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).
Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa
kelalaian merupakan bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek
keperawatan

baik

bersifat

pelanggaran

autonomy,

justice,

nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya


dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum
pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara individu
dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek
keperawatan,

dan bila ini terjadi kelalaian dapat digolongan

perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan 361 KUHP).

BAB III
KASUS
8

3.1 Kasus Kelompok IV:


Perawat Anu diadukan ke kepolisian oleh keluarga bayi Ani. Delik aduan
menyebutkan, Perawat Anu telah melukai tangan bayi Ani. Kejadian tersebut
terjadi sewaktu Perawat Anu menggunting perban untuk memperbaiki balutan
infus Bayi Ani, tanpa sengaja kulit di sekitar lokasi pemasangan infus ikut
tergunting.

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
9

4.1 Analisa Kasus


Dari kasus diatas sangat terlihat bahwa perawat Anu lalai dalam
menjalankan tuganya sesuai dengan standar praktek keperawatan yang
seharusnya dilakukannya dan dapat disimpulkan bahwa kasus perawat
Anu tersebut merupakan tindakan malpraktek. Kasus diatas mengandung
unsur kelalaian karena tindakan yang dilakukan oleh perawat Anu
memenuhi syarat-syarat kelalaian, diantaranya :
1. Duty (Duty of Care) : dalam hal ini, memperbaiki balutan infus bayi
Ani memang merupakan kewajiban dari perawat Anu. Namun, karena
kelalaiannya sehingga tanpa sengaja melukai kulit bayi Ani diskitar
pemasangan infuse.
2. Dereliction/Breach of Duty (Pelanggaran kewajiban) : pada dasarnya
kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum karena memang terjadi
secara tidak sengaja. Tetapi karena kelalaian tersebut mengakibatkan
korban cidera atau terluka maka dapat digolongkan sebagai
pelanggaran hukum atau kejahatan.
3. Damage: perawat Anu dalam mengganti perban untuk memperbaiki
balutan infus bayi Ani tanpa sengaja menggunting kulit sekitar balutan
dan menyebabkan terjadinya luka atau injury.
4. Direct causalship: karena terjadi hubungan sebab akibat antara
tindakan ketidak hati-hatian yang dilakukan oleh perawat Anu dalam
menggunting perban pada saat memperbaiki balutan infus pada
tangan bayi Ani mengakibatkan kulit di sekitar lokasi pemasangan
infus pada bayi Ani ikut tergunting sehingga dapat menyebabkan
injury pada tangan bayi Ani dan dapat mengakibatkan kerugian.
Sedangkan tindakan yang dilakukan perawat Anu tersebut tidak ada
unsur kesengajaan.

4.2 Aspek Hukum Malpraktik


Dalam

Kitab

Undang-undang

Hukum

Pidana

sebagaimana

tercantum dalam pasal berikut,


10

1. Pasal

360

ayat

Barangsiapa

karena

kelalaiannya

menyebabkan orang menjadi sakit atau tidak dapat menjalankan


jabatannya atau pekerjaannya sementara, dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya 9 bl atau hukuman kurungan
selama-lamanya 6 bl atau hukuman denda.
Pada kasus ini, sudah jelas bahwa dari kelalaian yang
dilakukan perawat Anu mengakibatkan bayi Ani terluka atau sakit.
2. Pasal 58 ayat 1 Setiap orang berhak menuntut ganti rugi
terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yg menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
Keluarga bayi Ani telah melaporkan tindakan yang dilakukan
perawat Anu ke kepolisian dengan delik aduan bahwa Perawat Anu
telah melukai tangan bayi Ani. Karena, sudah jelas bahwa akibat dari
perbuatan perawat Anu menimbulkan kerugian secara fisik terhadap
bayi Ani.
Pengaduan tersebut pada dasarnya merupakan hak dari korban
untuk diadakan penuntutan atau tidak dilakukan penuntutan karena
menyangkut kepentingan korban. Untuk itu dalam perkara delik aduan
diberikan jangka waktu pencabutan perkara yang diatur dalam Pasal 75
KUHP.

Hal

tersebut

biasanya

dilakukan

agar

korban

dapat

mempertimbangkan dengan melihat dampak yang akan ditimbulkan bagi


korban apabila perkara tersebut tetap dilanjutkan.
Diadakannya delik aduan tersebut untuk melindungi pihak yang
dirugikan dan memberikan kesempatan kepada pihak yang berkepentingan
untuk

menyelesaikan

perkara

yang

berlaku

dalam

masyarakat.

Dikarenakan delik aduan hanya terjadi apabila ada pengaduan atau


pemberitahuan

dari

pihak

yang

berkepentingan

untuk

menindak

berdasarkan hukum atas seseorang yang merugikannya sebagaimana


yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat (25) KUHAP, jadi unsur kerugian inilah
yang akan menjadi tolak ukur.

11

Oleh

karena

delik

aduan

pendekatannya

lebih

kepada

hubungan keperdataan, maka terdapat beberapa pasal dalam Kitab


Undang-undang Hukum Perdata yang sesuai sebagai acuan dalam
penyelesaian kasus ini, diantaranya :
1. Pasal 1365 KUH Perdata Tiap perbuatan melanggar hukum, yang
membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut
2. Pasal 1366 KUH Perdata Setiap orang bertanggung jawab tidak saja
atas kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga atas
kerugian yang disebabkan karena kelalaiannya atau kurang hati-hatinya.
Karena dalam hal ini terjadi pelanggaran dan berdampak negatif
bagi kliennya, maka perawat Anu juga diperhadapkan pada tuntutan atau
gugatan konsumen sebagaimana antara lain pada UU No.8/1999 pada :
(1) Pasal 8 :pada point (a) tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan
standar yang dipersyaratkan dan ketentuan perundang-undangan
dan terhadap pelanggaran pada pasal ini maka sanksi hukumnya
sebagaimana dinyatakan pada
(2) pasal 62 ayat (1) yaitu dipidana dengan penjara paling lama 5
tahun atau pidana denda paling banyak dua miliar rupiah.
Hal sarupa Juga ditegaskan pada UU No.23/1992 pada pasal 53 ayat
2 dan 3, pasal 54 ayat 1 dan 2, pasal 55 ayat 1 dan 2, sebagaimana berikut
ini.
Pasal 53 :
(2). Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
(3). Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat
melakukan

tindakan

medis

terhadap

seseorang

dengan

memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.

12

Pasal 54 :
(1). Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau
kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan
tindakan disiplin.
(2).

Penentuan

ada

tidaknya

kesalahan

atau

kelalaian

sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh


Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
Pasal 55 :
(1). Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau
kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
(2).

Ganti

rugi

sebagaimana

dimaksud

dalam

ayat

(1)

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang


berlaku.
Pasal 29
dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam
menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan
terlebih dahulu melalui mediasi.

4.3 Sanksi administratif


Tindakan hukum yang dijatuhkan untuk pelanggaran legal keperawatan:
4.3.1 Sanksi Administratif dan Disiplin:
Perawat yang dinyatakan melanggar disiplin Profesi
dikenakan sanksi administrasi sebagai berikut:
a. Pemberian Peringatan Tertulis
b. Kewajiban mengikuti Pendidikan atau Pelatihan pada
Institusi Pendidikan Keperawatan.
c. Rekomendasi Pencabutan Surat Tanda Registrasi dan Surat
Ijin Perawat
4.3.2 Pencabutan Surat Izin Perawat dapat berupa:
a. Pelanggaran ringan dikenakan sanksi pencabutan sementara
SIPV atau SIPP paling lama 6 (enam) bulan

13

b. Pelanggaran sedang dikenakan sanksi pencabutan sementara


SIPV atau SIPP paling lama 1 (satu) tahun
c. Pelanggaran berat dikenakan sanksi pencabutan sementara
SIPV atau SIPP paling lama 3 (tiga) tahun
Berdasarkan Keppres No.56 tahun 1995 dibentuk Majelis Disiplin
Tenaga Kesehatan(MDTK) dalam rangka pemberian perlindungan yang
seimbang dan objetif kepada tenaga kesehatan dan masyarakat
penerima pelayanan kesehatan.

MDTK bertugas meneliti dan

menentukan ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam


menerapkan standar profesi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dalam

memberikan

pelayanan

kesehatan.

Berdasarkan

hasil

pemeriksaan MDTK akan dilaporkan kepada pejabat kesehatan


berwenang

untuk

mengambil

tindakan

disiplin

terhadap

tenaga

kesehatan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan


yang berlaku.
4.4 Dampak dampak
Dampak dari kelalaian secara umum dapat dilihat baik sebagai
pelanggaran etik dan pelanggaran hukum, yang jelas mempunyai dampak
bagi pelaku, penerima, dan organisasi profesi dan administrasi.
4.4.1

Terhadap Pasien
1)

Terjadinya

kecelakaan

atau

injury

dan

dapat

menimbulkan masalah keperawatan baru


2)

Biaya Rumah Sakit bertambah akibat bertambahnya hari


rawat

3)

Kemungkinan

terjadi

komplikasi/munculnya

masalah

kesehatan/keperawatan lainnya.
4)

Terdapat

pelanggaran

hak

dari

pasien,

yaitu

mendapatkan perawatan sesuai dengan standar yang benar.


5)

Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut


pihak Rumah Sakit atau perawat secara peroangan sesuai
dengan ketententuan yang berlaku, yaitu KUHP.

4.4.2

Terhadap Perawat sebagai individu/pribadi

14

1. Perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga dan juga


pihak profesi sendiri, karena telah melanggar prinsipprinsip moral/etik keperawatan, antara lain:
3. Beneficience, yaitu tidak melakukan hal yang sebaiknya
dan merugikan pasien.
4. Avoiding killing, yaitu perawat tidak menghargai kehidupan
manusia, injury yang dialami bayi Ani akan menambah
penderitaan pasien dan keluarga.
5. Perawat akan menghadapai tuntutan hukum dari keluarga
pasien dan ganti rugi atas kelalaiannya. Sesuai KUHP.
6. Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan
mendapat peringatan baik dari atasannya (Kepala ruang
Direktur RS) dan juga organisasi profesinya.
4.4.3

Bagi Rumah Sakit


1. Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan RS.
2. Menurunnya kualitas keperawatan, dan kemungkinan
melanggar visi misi Rumah Sakit.
3. Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum pidana
dan perdata karena melakukan kelalaian terhadap pasien.
4. Standarisasi pelayanan Rumah Sakit akan dipertanyakan
baik secara administrasi dan prosedural.

4.4.4

Bagi profesi
1. Kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan
berkurang, karena menganggap organisasi profesi tidak
dapat menjamin kepada masyarakat bahwa perawat yang
melakukan asuhan keperawatan adalah perawat yang sudah
kompeten dan memenuhi standar keperawatan.
2. Masyarakat atau keluarga pasien akan mempertanyakan
mutu dan standarisasi perawat yang telah dihasilkan oleh
pendidikan keperawatan.

15

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Malpraktik merupakan kelalaian seorang tenaga kesehatan dalam
mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim
16

digunakan sesuai dengan standar profesi yang dimilikinya sehingga bisa


menimbulkan kerugian pada pasien. Malpraktik bisa mengandung unsur
sengaja atau tidak disengaja. Malpraktik dapat berupa kelalaian, pelanggaran
jabatan, ketidak hati-hatian, ataupun pelanggaran jabatan. Setiap tindakan
malpraktik bisa menimbulkan terjadinya sengketa medik dan menimbulkan
akibat buruk bagi pasien. Ada hukum tertulis berupa Undang-undang yang
mengatur tentang Malpraktik sehingga setiap pelaku tindakan malpraktik
dapat dijatuhi hukuman baik hukuman pidana, perdata, ataupun administratif
Berdasarkan uraian di atas menjadi jelas bahwa masalah malpraktik
bersifat sangat kompleks karena berbagai faktor yang terkait didalamnya.
Sebagai

perawat

profesional

dituntut

untuk

selalu

meningkatkan

kemampuannya dengan mengikuti perkembangan yang terjadi baik oleh


karena perkembangan IPTEK khususnya IPTEK keperawatan, tuntutan dan
kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.
Saat ini perawat diperhadapkan pada berbagai tuntutan pelayanan
profesional melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
apabila melakukan kesalahan dan kelalaian akan diperhadapkan pada suatu
tuntutan baik dari organisasi profesi, organisasi pelayanan kesehatan, dan
tututan hukum.
Perawat di Indonesia sangat berisiko melakukan malpraktik karena tidak
didukung oleh kemampuan yang memadai (profesional dalam bidangnya),
banyak mengerjakan tindakan kolaboratif/tindakan invasif yang mungkin
bukan bidang pekerjaannya sebagai layaknya seorang perawat profesional.
Sehingga untuk masalah ini diperlukan pembinaan dari semua pihak yang
terkait.

5.2 Saran
Malpraktik merupakan sebuah tindakan yang menyalahi hukum.Setiap
tindakan malpraktik dapat dikenai tuntutan dan hukuman berdasarkan
undang-undang malpraktik yang berlaku.Oleh karena itu kita sebagai perawat
seharusnya hati-hati dalam melakukan tindakan keperawatan.Selain itu, kita
17

sebagai perawat harus menjalankan tindakan yang sesuai dengan SOP agar
terhindar dari tindakan Malpraktik.
Dari kasus perawat Anu dan bayi Ani diatas, maka diharapkan semua
tenaga kesehatan dapat lebih berhati-hati dalam menjalankan setiap
tindakan professional untuk menghindari kejadian malpraktek yang dapat
merugikan pasien, keluarga, bahkan tenaga kesehatan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi
ketiga: Jakarta: EGC.
Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. Lippincott
Guwandi,1984.Malpraktik Dalam Ilmu Keperawatan.Jakarta: Pustaka
Utama.

18

Huston, C.J, (2000). Leadership Roles and Management Functions in


Nursing; Theory and Aplication; third edition: Philadelphia: Lippincott.
Keeton.(1994).Ethics of Nursing Practice,The Law In Nursing;second
edition:Philadelphia:Lippincott.
Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices.
Philadelphia. Addison Wesley.
Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi
Praktik Perawat.
Leah curtin & M. Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and
Pragmatics: Maryland: Robert J.Brady CO.
Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.
Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi
seminar tidak diterbitkan.
Supriadi, (2001). Hukum Kedokteran : Bandung: CV Mandar Maju.
Staunton, P and Whyburn, B. (1997). Nursing and the law. 4th ed.Sydney:
Harcourt.
Sampurno, B. (2005). Malpraktek dalam pelayanan kedokteran. Materi
seminar tidak diterbitkan.
Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi
Mahkamah Agung dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.
Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical & Political Issues in Nursing. 2ndEd.
Philadelphia. FA Davis.

19

Anda mungkin juga menyukai