Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak tahun 1993, WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa TB
(Tuberculosis) merupakan kedaruratan global bagi manusia. Walaupun strategi
DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) telah terbukti sangat efektif
untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB dimasyarakat masih sangat
tinggi. Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan
masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang
meninggal akibat TB diseluruh dunia (WHO, 2009).
Pengendalian TB di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan
Belanda, namun masih terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang
kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
(BP-4). Sejak tahun 1969, pengendalian TB dilakukan secara nasional melalui
Puskesmas. Pada tahun 1995, program nasional pengendalian TB mulai
menerapkan strategi pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung
(DOTS) yang dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000,
strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional diseluruh fasilitas pelayanan
kesehatan, terutama Puskesmas yang diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan
dasar.
Salah satu indikator yang diperlukan dalam pengendalian TB paru adalah
Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA (Basil Tahan
Asam) positif yang ditemukan dan di obati terhadap jumlah pasien baru BTA
positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Kementrian Kesehatan
menetapkan target CDR minimal pada tahun 2009 sebesar 70%, sementara CDR
Sumatra Barat pada tahun 2009 baru 47,3%, hal ini belum mencapai target yang
diharapkan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat pada tahun
2008 kasus TB paru sebanyak 3.678 dan pada tahun 2009 sebanyak 3.732 orang.
Kota Solok merupakan daerah tingkat dua yang berada di Provinsi Sumatra
Barat, dilihat dari posisi geografis dari Kota Solok sangat potensial menjadi
tempat berkembangnya penyakit menular termasuk juga penyakit TB paru. Hal ini
dikarenakan Kota Solok berada dijalur Lintas Sumatra yang sangat padat dan

tinggi mobilitas penduduknya, sehingga masuk dan keluarnya penyakit tidak


terdeteksi dengan baik. Jumlah penduduk Kota Solok pada tahun 2010 adalah
sekitar 59.396 orang. Angka CDR atau penemuan kasus BTA positif di Kota
Solok tahun 2011 adalah sebesar 18,2%, pada tahun 2012 sebesar 46,2%, dan
pada tahun 2013 adalah sebesar 23,1%. Dalam dua tahun terakhir terjadi
peningkatan kasus, hal ini membuktikan bahwa perkembangan TB paru di Kota
Solok terus meningkat dan harus diwaspadai.
1.2.

Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui gambaran umum Puskesmas
b. Mengetahui dan memahami tentang manajemen Puskesmas
c. Mengetahui dan memahami tentang program/upaya kesehatan
masyarakat yang dilaksanakan oleh Puskesmas
d. Mengetahui tentang pelayanan umum dan penatalaksaan kasus
masalah kesehatan masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Menemukan penyebab utama rendahnya capaian target penemuan
kasus BTA Positif di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo.
b. Menemukan upaya pemecahan masalah agar cakupan penemuan
suspek TB di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo dapat mencapai
target yang ditetapkan.
c. Meningkatkan program inovatif yang efektif dan efisien di wilayah
kerja Puskesmas Nan Balimo.
d. Meningkatkan peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Nan Balimo.
e. Meningkatkan koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor
penyelenggaraan program penanggulangan TB Paru di wilayah kerja
Puskesmas Nan Balimo.

1.3.

Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Puskesmas

a. Makalah ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan dalam rangka


penyusunan kebijakan pemberantasan tuberkulosis paru di Puskesmas
Nan Balimo.
b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan dan
motivasi bagi perilaku petugas kesehatan di Puskesmas Nan Balimo.
2. Masyarakat
a. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
menambah wawasan dalam pencegahan kejadian tuberkulosis paru.
b. Dapat memotivasi masyarakat untuk mengubah perilaku kearah
perilaku hidup sehat.
1.4.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pembahasan masalah ini adalah mengenai

gambaran manajemen program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


(P2P) tentang rendahnya capaian target penemuan BTA positif di wilayah
kerja Puskesmas Nan Balimo.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Puskesmas

merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya


kesahatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya
kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan
gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perorangan.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang :
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat.
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.
3. Hidup dalam lingkungan sehat.
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas
menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya dalam


menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksankan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerja sama dengan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi

sumber

daya

manusia

puskesmas
g. Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayan kesehatan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
2. Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya dalam
menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

mengutamakan

keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.


e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi,
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan vasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya

j. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.
2.2.

Manajemen
1. Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini
manejemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama
penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya, efektif
dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi,
dan rasional dalam pengambilan keputusan manejerial.

2.2.1. Perencanaan
1. Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan
strategi, kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi
untuk menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik
terhadap pengenalan siklus perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan
fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan menentukan fungsifungsi manajemen lainnya. Perencanaan manajerial akan memberikan pola
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang dijalankan, siapa
yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan
tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
2. Langkah-langkah Perencanaan
Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu
sebagai berikut :
1) Analisa situasi
2) Mangidentifikasi masalah prioritas
3) Menentukan tujuan program
4) Mengkaji hambatan dan kelemahan program
5) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
2.2.2. Pengorganisasian
1. Pengertian
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga
mempunyai peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber

daya yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur
penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang
ditetapkan.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan
dan mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok dan
wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai
tujuan organisasi
2. Manfaat Pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan
mengetahui:
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b. Hubungan organisatoris antar manusia yang akan terjadi anggota atau staf
organisasi
c. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan akan melimpahkan
wewenang kepada staf sesuai dengan tugas pokok yang diberikan
kepadanya
d. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi
2.2.3. Penggerakan dan Pelaksanaan
1. Pengertian
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan
program (ditetapkan pada fungsi pengorganisasian) untuk mencapai tujuan
program (yang dirumuskan dalam fungsi perencanaan). Fungsi manajemen ini
lebih menekankan bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua
sumber daya (manusia dan yang bukan manusia) untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati.
2. Tujuan dan Fungsi Pelaksanaan
Tujuan pelaksanaan yaitu
a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
b. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi
dan prestasi kerja staf
e. Memuat organisasi berkembang secara dinamis.
2.2.4. Pengawasan dan Pengendalian
1. Prinsip Pengawasan

Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi yang terakhir dari


proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi
perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan
program yang dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya
harus selalu dibandingkan dengan hasil yang dicapai atau yang mampu dikerjakan
oleh staf. Jika ada kesenjangan dan penyimpangan yang terjadi harus segera
diatasi. Penyimpangan harus dapat dideteksi secara dini dicegah, dikendalikan
atau dikurangi oleh pimpinan. Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan
agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefesienkan, dan tugas-tugas staf untuk
mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan.
2. Standar Pengawasan
Standar pengawasan mencakup :
a. Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf
melaksanakan kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan
dalam situasi yang sama di masa lalu.
b. Standar kriteria. Standar ini diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh
petugas yang sudah mendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan
tingkat profesionalisme staf.
3. Manfaat Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat,
organisasi yang akan memperoleh manfaatnya yaitu :
a. Dapat

mempengaruhi

sejauh

mana

kegiatan

program

sudah

dilaksanakan oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana


kerja, apakah sumber dayanya sudah digunakan sesuai dengan yang
sudah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan dan pengendalian
bermanfaat untuk meningkatkan efesiensi kegiatan program
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
melaksanakan tugas-tugasnya
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi
kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien
d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan,
dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan.
4. Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering
dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaaannya
8

terletak pada sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya dan
waktu pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan fungsi pengawasan juga
mempunyai kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan efektifitas
pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi perencanaan.
2.3. Penyakit Tuberkulosis
2.3.1. Definisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TBC (Mycobacterium Tuberculosis).
2.3.2. Etiologi
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil tahan Asam
(BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh
kuman ini dapat dormant (tertidur lama selama beberapa hari).
2.3.3. Faktor-faktor Resiko
Faktor resiko adalah suatu determinan yang diperlukan sehingga dapat
mengurangi

kemungkinan

timbulnya

masalah

kesehatan

atau

penyakit.

Karakteristik tertentu dari golongan penduduk yang mempunyai resiko untuk


terjangkitnya penyakit TB lebih besar bila dibandingkan dengan golongan lain,
faktor resiko tersebut adalah :
1. Umur
Sampai pada usia pubertas antara anak laki-laki dan perempuan tidak ada
perbedaan kejadian TB Paru. Namun setelah melewati usia pubertas hingga
dewasa terdapat perbedaan yang beragam di berbagai negara. Penyakit TB
sebagian besar ( 75%) menyerang kelompok usia produktif, kelompok ekonomi
dan tingkat pendidikan yang rendah. Hal tersebut juga di temukan pada penelitian
kasus kontak TB yang dilakukan oleh Chandra Wibowo dkk di RSUP Manado di
mana dari 15 orang penderita, 14 orang (93,33%) berusia produktif (19-55 tahun)
dan hanya 1 orang (6,67%) berusia 56 tahun. Rentang usia TB pada kasus kontak
adalah 28-46 tahun pada laki-laki dan 20-56 tahun pada perempuan.
2. Jenis Kelamin

Di Eropa dan Amerika Utara insiden tertinggi TB Paru biasanya mengenai


usia dewasa muda. Angka pada pria selalu cukup tinggi pada semua usia tetapi
angka pada wanita cenderung menurun tajam sesudah melampaui usia subur.
Wanita sering mendapat TB Paru sesudah bersalin. Sementara di Afrika dan India
tampaknya menunjukkan pola yang sedikit berbeda. Prevalensi TB Paru
tampaknya meningkat seiring dengan peningkatan usia pada jenis kelamin. Pada
wanita prevalensi menyeluruh lebih rendah dan peningkatan seiring dengan usia
adalah kurang tajam di bandingkan dengan pria. Pada wanita prevalensi
maksimum pada usia 40-50 tahun dan kemudian berkurang. Pada pria prevalensi
terus meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai 60 tahun.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chandra Wibowo di RSUP Manado
menemukan bahwa pada laki-laki mendapatkan TB Paru Pada kasus kontak 0, 36
kali pada perempuan. Menurut Ismen MD 2000 dalam Chandra Wibowo dkk 2004
bahwa penelitian di negara maju didapatkan laki-laki memiliki resiko tertular
akibat kontak lebih besar dari pada perempuan. Sebaliknya di negara berkembang
diperkirakan sama, bahkan perempuan sedikit lebih banyak karena berbagai
alasan sosial budaya. Peran perempuan di sini cukup penting, karena selain
merawat penderita TB Paru di rumah, suka melakukan aktivitas rumah tangga
untuk anak, suami dan anggota keluarga lain sehingga penularan dapat dengan
mudah dan cepat menular ke anggota keluarga lain.
2.3.4. Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA Positif. Pada waktu batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut
terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke
bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif
hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut, bila hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut

10

dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh


konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

2.3.5. Resiko Penularan


Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberkulosis Infection =
ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3%. Pada
daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun di antara 1000 penduduk
terdapat 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar orang yang terinfeksi
tidak akan menjadi penderita TBC, hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi yang
akan menjadi penderita TBC.
Dari keterangan di atas dapat diperkirakan pada daerah dengan ARTI 1%
maka di antara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita
tuberkulosis setiap tahun, di mana 50 penderita adalah BTA Positif.
2.3.6. Patogenesa Tuberkulosis paru
Penyakit ini diawali oleh infeksi primer pada seseorang terpapar pertama
kali

dengan kuman TB Paru. Infeksi dimulai saat kuman TB Paru berhasil

berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru sehingga mengakibatkan


peradangan di dalam paru. Saluran limfe di sekitar hilus paru, hal ini berlangsung
sekitar 4-6 minggu. Setelah infeksi primer terjadi, perkembangan penyakit
tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respons daya tahan
tubuh. Ada kuman persisten atau dormant (tidur) dan akan aktif ketika daya tahan
tubuh tidak mampu melawan kuman tersebut, sehingga terjadilah penderita TB
Paru, waktu yang diperlukan untuk proses ini diperkirakan sekitar 6 bulan.
2.3.7. Gejala
Adapun gejala-gejala yang ditemukan pada TB antara lain:
a. Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
Dahak bercampur darah
b. Batuk darah
c. Sesak nafas dan rasa nyeri dada

11

d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang
enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan,
demam meriang lebih dari sebulan
2.3.8. Diagnosis Penyakit Tuberkulosis Paru
Diagnosis tuberkulosis pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan
ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil
pemeriksaan dinyatakan positif apabila dua dari tiga spesimen sewaktu pagi
sewaktu (SPS) BTA hasilnya Positif. Bila hanya satu spesimen yang positif perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan
dahak SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TBC maka penderita
didiagnosis sebagai penderita TBC BTA positif, kalau hasil rontgen tidak
mendukung TBC, maka pemeriksaan dahak SPS diulangi.
2.3.9. Penemuan penderita Tuberkulosis Paru
Penemuan penderita dilakukan secara pasif artinya penjaringan tersangka
penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan
kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara
aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan
cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini biasa dikenal dengan sebutan
passive promotive case binding (penemuan penderita secara pasif dengan promosi
yang aktif). Selain itu, semua kontak penderita TBC Paru BTA positif dengan
gejala sama harus diperiksa dahaknya.
2.4. Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru
Program pemberantasan penyakit menular mempunyai peranan dalam
menurunkan angka kesakitan dan kematian adapun tujuan penanggulangan
Tuberkulosis paru adalah :
2.4.1. Jangka Panjang
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TB dengan
cara memutuskan mata rantai penularan, sehingga penyakit TB tidak lagi
merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia.

12

2.4.2. Jangka Pendek


Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru
BTA positif yang ditemukan dengan menggunakan strategi DOTS dan tercapainya
cakupan penemuan penderita sesuai dengan target CDR yang ditetapkan oleh
pemerintah yaitu sebesar 70% secara bertahap.
2.5. Strategi DOTS
Istilah DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dapat diartikan
sebagai pengawasan langsung menelan obat jangka pendek setiap hari oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO). Tujuannya mencapai angka kesembuhan yang
tinggi, mencegah putus berobat, mengatasi efek samping obat jika timbul dan
mencegah resistensi.
Sebelum pengobatan pertama kali dimulai DOTS, harus dijelaskan kepada
pasien tentang caradan manfaatnya. Seorang PMO harus ditentukan dan
dihadirkan di poliklinik untuk diberi penjelasan tentang DOTS dan tugastugasnya. PMO haruslah seorang yang mampu membantu pasien sampai sembuh
selama 6 bulan dan sebaiknya merupakan anggota keluarga pasien yang
diseganinya. Ada 5 kunci utama dalam strategi DOTS, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Komitmen politis
Diagnosa dengan mikroskop
Pengobatan dengan pengawasan langsung
Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu
Monitoring dan evaluasi

13

BAB III
HASIL PRAKTIK KLINIK
3.1.Gambaran Umum Puskesmas Nan Balimo
3.1.1. Kondisi Geografi
Peta Wilayah :

Puskesmas Nan Balimo Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok mulai


beroperasional pada bulan april 2008. Puskesmas Nan Balimo mempunyai luas
wilayah kerja 1474 Ha yang terbagi atas 2 (dua) kelurahan, yaitu; Kelurahan Nan
Balimo dengan luas wilayah 759 Ha dan Kelurahan Laing dengan luas wilayah
815 Ha.
Puskesmas Nan Balimo merupakan puskesmas non perawatan atau puskesmas
rawat jalan.

14

Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan dengan


batas-batas wilayah sebagai berikut :
-

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok


Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel PPA dan Kampung Jawa
Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan tanjung paku
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawa

3.1.2. Kondisi Demografi


Berdasarkan data statistik tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Nan Balimo sebanyak 8682 jiwa, dimana menurut kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Nan Balimo, jumlah penduduk sebanyak 7080 jiwa
2. Kelurahan Laing, jumlah penduduk sebanyak 1111 jiwa
Mata pencarian penduduk di Kelurahan Nan Balimo dan Kelurahan Laing
pada umumnya bekerja di sektor perdagangan dan sektor pertanian.
3.1.3. Visi Dan Misi
1. Visi
- Terwujudnya masyarakat Nan Balimo dan laing mandiri untuk hidup
sehat
2. Misi
- Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS
- Meningkatkan kemitraan dengan stake holder bidang kesehatan
- Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan
- Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan
- Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistim informasi
- Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja.
- Memelihara dan meningkatkan UKP dan UKM serta kesehatan
lingkungan.
3.1.4. Sarana Dan Prasarana Kesehatan
1. Gedung Puskesmas
1 buah gedung puskesmas induk yang terletak di Kelurahan Nan
Balimo Kota Solok
2. Puskesmas Pembantu
- Pustu Gelanggang Betung
- Pustu Tembok
- Pustu Laing Taluk
- Pustu Laing Pasir
3. Pos Kesehatan Kelurahan
- Poskeskel Nan Balimo
- Poskeskel Laing
4. Sarana Transportasi
- Kendaraan Dinas Roda 4
15

: 1 Unit

- Kendaraan Dinas Roda 2


: 13 Unit
Tabel 3.1. Data Sarana Dan Prasarana Kesehatan Di
Puskesmas Nan BalimoTahun 2015
No

Jenis Sarana

Wilayah Kerja
Jumlah

1.

Puskesmas Induk

1 Unit

2.

Puskesmas Pembantu

4 Unit

3.

Poskeskel

2 Unit

4.

Posyandu Balita

10 Unit

5.

Posyandu Lansia

4 Unit

6.

Kendaraan Dinas Roda 4

1 Unit

7.

Kendaraan Dinas Roda 2

13 Unit

Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2015

3.1.5. Ketenagaan Puskesmas


Ketenagaan puskesmas di Puskesmas Nan Balimo terlampir pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Ketenagaan Puskesmas
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jenis Tenaga
Dokter Umum
Dokter Gigi
Kesehatan Masyarakat
Tenaga Perawat
Tenaga Bidan
Tenaga Sanitarian
Tenaga Gizi
Perawat Gigi
Tenaga Apotik/gudang obat
Tenaga Analis
Tenaga Refraksi Optisi
Tenaga RM
Tenaga Elektromedik
Tenaga Umum
Tenaga Supir
Penjaga Malam
Tenaga Kebersihan
Total
Sumber :Profil Puskesmas Nan Balimo 2015

Jumlah
2
2
3
10
13
1
3
1
3
1
0
1
0
0
1
1
1
41

Keterangan
1 Kepala Puskesmas
1 Sukarela
1 sukarela

3.2.Gambaran Umum Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di


Puskesmas Nan Balimo
3.2.1. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
1. Promosi kesehatan

16

Kegiatan yang dilakukan :


-

Penyuluhan ke Sekolah
Penyuluhan di Posyandu
Penyuluhan Keliling
Pembinaan kelurahan model Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Kawasan Tanpa Rokok (PHBSKTR)
- Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga
2. Kesehatan Lingkungan
a. Kegiatan yang dilakukan :
- Inspeksi sanitasi dasar
- Rumah sehat
- Pemeriksaan tempat tempat umum dan tempat pengolahan
makanan dan minuman (TTU-TPM)
- Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
- Pengelolaan sampah rumah tangga
- Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air
- Penyuluhan higiene sanitasi ke sekolah
- Penyuluhan kawasan sehat
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.3 Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan
No

Kegiatan

Target %

Pencapaian %

Akses air bersih *

92

90,8

Jamban keluarga *

90

70,5

Pembuangan limbah

75

85,13

Pengelolaan sampah

95

84,9

Rumah sehat

80

87,12

TTU

75

89,4

TPM

65

82,5

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

3. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB


a. Kegiatan yang dilakukan :
1) Program Kesehatan Ibu
- Kelas Ibu Hamil
- PelayananAnte Natal Care (ANC)
- Kunjungan ibu hamil risiko tinggi
- Kunjungan nifas
- Pemantauan stiker program perencanaan dan pencegahan
-

komplikasi (P4K/ANC) berkualitas


otopsi verbal,dll

17

2) Program Kesehatan Anak


- Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK)
- Kelas Ibu Balita
3) Program Keluarga Berencana
- pelayanan dan konseling
- penanganan komplikasi ringan
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.4 Hasil kegiatan Program Kesehatan Ibu
No.

Kegiatan SPM seksi KIA

Target

Pencapaian (%)

Cakupan kunjungan ibu hamil K1

100%

107,5%

Cakupan kunjungan ibu hamil K4

95%

96%

Cakupan ibu hamil dengan komplikasi

80%

20,3%

yang ditangani
4

Cakupan pertolongan persalinan nakes

90%

93.4%

Kunjungan nifas

85%

82,7%

Peserta KB aktif

71%

71,6%

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.5 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Anak


No

Program

(Anak)

Kegiatan
Jumlah KN1
Jumlah KN Lengkap

sasaran 170

DDTK 2x/tahun
Jumlah

sasaran

Target(%)

Pencapaian (%)

170

90

88,23

170

90

82,7

659

90

82,9

80

26,6

neonatus

komplikasi

yg

ditangani
5

(Bayi)

Pelayanan Bayi

DDTK 4x/th

170

90

90,5

Yankes anak balita

170

85

84,6

18

Jumlah

kematian

neonatus

Jumlah kematian bayi


Jumlah

10

Kematian

Balita

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.6 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana

No

Kelurahan

Jml
PUS

Peserta KB Baru

Peserta KB Aktif

DROP OUT

Kumulatif

Kumulatif

Kumulatif

Jml

Jml

Jml

Nan Balimo

1250

108

8,64

908

72,6

83

6,64

Laing

174

41

23,6

133

76,4

23

13,2

1424

149

16,12

1041

74,5

106

16,5

Total

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

4. Perbaikan Gizi Masyarakat


a. Kegiatan yang dilakukan :
Penimbangan Masal & Pembr Vit A (bln Feb&Agst)
Pengukuran Status Gizi murid TK/PAUD
Pengukuran Status Gizi Siswa SD, SLTP & SLTA
Pemberian PMT Pemulihan
Kelas gizi
Survey GAKY tingkat rumah tangga.
Kegiatan rutin seperti :
Pemberian vit A
Pemberian tablet Fe
GERNASDARZI
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.7 Hasil kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat
N

Kegiatan

Target (%)

Pencapaian(%)

D/S Balita

69

65,7

N/D Balita

87

89.4

BGM/D Balita

0,9

Pendistribusian Vit A

85

98

19

Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe


Bayi usia 0-6 bulan mendapat asi
ekslusif
Balita gizi buruk mendapat perawatan
Cakupan rumah tangga yg konsumsi
beryodium

95

96

80

90.9

90

100

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


a. Kegiatan yang dilakukan :
1) Prog. P2P
-

Sosialisasi P2P dan Surveilans

Pemeriksaan kontak TB

Penyegaran Kader TB

Penyuluhan HIV AIDS,IMS & TB untuk pemuda dan Lapas

Survey Epidemiologi

PTM

Posbindu

2) Kusta
Penemuan dan penanganan kasus
3) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC

Pelacakan Kasus Kontak

PMO TB

TB mangkir

Penyaringan suspect

4) Pencegahan dan Pemberantasan DBD


Sosialisasi DBD

Pemantauan Jentik

Penyelidikan Epidemiologi

5) Penemuan dan Penanggulangan Pneumonia


Penemuan dan penanganan kasus
6) Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies
Pelacakan Kasus
7) Program Imunisasi
20

Pelayanan Imunisasi

BIAS

TT WUS

Sweeping

Pelacakan KIPI

b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.8 Hasil kegiatan Program P2P
No

Kegiatan

Target %

Pencapaian %

Penemuan kasus BTA (+) *

70

38

Angka Bebas Jentik(ABJ)

92

77,43

Penemuan kasus Pneumoni *

18 org

Pengobatan Diare

100

100

Penanganan kasus DBD

100

100

Penemuan kasus Kusta

Rabies : Kasus Gigitan

19 org

Pemberian VAR/SAR

IVA : diperiksa

237 org

63org

10

Hasil (+)

2 org

11

Pemakaian Zink pada diare pada anak balita

100

100

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo

Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Program Imunisasi


No

Kegiatan

Target %

Pencapaian %

Imunisasi lengkap

90

91.2

HB 0

85

92.4

BCG

95

95.3

Polio 1

95

96.5

DPT HB 1

95

101.2

DPT HB 3

90

95.9

Polio 4

90

98.2

Campak

90

91.2

21

BIAS Campak

95

96.3

10

BIAS DT/TT

95

93.9

11

TT WUS SMU

85

91.1

12

TT WUS POSYANDU

85

82.9

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

3.2.2. Program Pengembangan (Inovasi)


a. Kegiatan
1. UKS
- Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA
- Pembinaan Sekolah Sehat
- Pelatihan Dokter Kecil/Kader Kesehatan
2. Perkesmas
- Asuhan keperawatan pada keluarga
- Kunjungan rumah KK Resti
3. Kesehatan Jiwa
- Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa
- Rujukan kasus jiwa
4. Kesehatan Mata
- Penemuan dan penangan kasus
- Rujukan
5. Kesehatan Lansia
- Pelayanan di dalam dan luar gedung
- Pembinaan kelompok lansia
- Senam lansia
- Penyuluhan kesehatan lansia
- Deteksi Dini Kesehatan Lansia
6. PKPR (Pelayanan Kes Peduli Remaja)
- pelatihan kader PKPR
- Penyuluhan & konsultasi ke sekolah
- konsultasi bagi remaja
7. Kesehatan Gigi & Mulut
a. Dalam Gedung :
- Pelayanan kedaruratan Gigi
- Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut dasar
- Pelayanan medik gigi dasar
b. Luar Gedung
- UKGS
- UKGM
3.3. Hasil Kegiatan Puskesmas
Kegiatan kepaniteraan klinik senior kedokteran Baiturrahmah dilakukan
selama 5 minggu di beberapa puskesmas, salah satunya puskesmas nan balimo
kota solok. Kegiatan dari puskesmas ini di mulai dengan adanya pengarahan dari
dinas kesehatan berupa materi terkait program-program yang menjelaskan tentang
22

kegiatan puskesmas. Kepaniteraan klinik senior melakukan kegiatan di dalam


gedung berupa pembelajaran mengenai program-program, program ini dilakukan
di masing- masing pemegang program, mahasiswa yang berjumlah 5 orang dibagi
dalam 4 kelompok, yakni kelompok KIA, Imunisasi, kesehatan lingkungan dan
gizi , serta poli umum. Setiap kelompok berisikan 1 orang dan akan diganti setiap
minggu nya sehingga mendapat kesempatan yang sama untuk mempelajari setiap
program dari masing-masing poli. Kemudian juga dilakukan kegiatan diluar
gedung diantaranya adalah :
1. Skrining Siswa Baru Masuk
a. Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah:
Tanggal : 04 & 07 September 2015
Tempat : SMA N 4 Solok
SMK N 2 Solok
b. Tujuan
- Melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan
- Melakukan pemeriksaan mata dan telinga
c. Manfaat
Mengetahui tingkat kesehatan siswa baru
2. Posyandu
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 09 & 10 September 2015
Tempat : Posyandu Anggrek 1 & 2 Gelanggang Betung
Posyandu Setia Kawan Laing
Posyandu Bugenvil
Posyandu Merah Sari
Posyandu Teratai
b. Tujuan
- Memberikan Vitamin A, imunisasi, penimbangan BB, TB
- Memberikan penyuluhan tentang Diare, Tumbuh Kembang
Anak, dan ISPA
c. Manfaat
- Memantau tumbuh kembang anak
- Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyuluhan
- Meningkatkan imunitas anak dengan pemberian imunisasi
- Mencukupi asupan Vit. A anak
3. Kunjungan ke Lapas Klas IIB
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 16 September 2015
Tempat : Jl. Kapten Bahar Hamid km 41 Solok
b. Tujuan
23

Memberikan pengobatan pada penghuni Lapas


Memberikan penyuluhan pada penghuni Lapas tentang
Hipertensi
c. Manfaat
- Meningkatkan derajat kesehatan penghuni Lapas
- Meningkatkan pengetahuan tentang penyuluhan penyakit
4. Penyelidikan Epidemiologi (PE)
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal
: 17 September 2015
Tempat : Gelanggang Betung Kecamatan Tanjung Harapan
b. Tujuan Kegiatan
- Untuk melihat adanya jentik-jentik di rumah suspek DBD dan
minimal 10 rumah di lingkungannya
- Memberikan bubuk abate di bak penampungan air yang
beresiko menimbulkan jentik nyamuk Aides agepti
- Melakukan fogging karena di temukannya positif jentik
nyamuk pada 3 rumah
- Mengajarkan pada masyarakat tentang 3M plus
c. Manfaat
- Mencegah penyebaran penyakit DBD
- Meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ)
5. Pemeriksaan IVA (Inspeksi, Visual, dan Asam Asetat) di Lapas Klas
IIB
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 22 September 2015
Tempat : Jl. Kapten Bahar Hamid km 41 Solok
b. Tujuan
- Melakukan penyuluhan tentang kanker serviks pada Wanita Usia
Subur (WUS) di Lapas.
- Melakukan pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur (WUS) di
Lapas
c. Manfaat
- Meningkatkan pengetahuan tentang kanker serviks
- Meningkatkan derajat kesehatan Wanita Usia Subur (WUS) di
Lapas
- Deteksi dini kanker serviks
3.4.Fokus Kajian Program
3.4.1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi
dan wawancara dengan penanggung jawab program di Puskesmas Nan Balimo.
Terdapat 5 upaya kesehatan masyarakat esensial yang dijalankan, yaitu promosi

24

kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga


berencana, perbaikan gizi masyarakat, serta pencegahan dan pengendalian
penyakit. Identifikasi masalah dilakukan pada masing-masing program wajib di
Puskesmas Nan Balimo. Pada program esensial tersebut masih terdapat
kesenjangan antara target dan pencapaian.
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua
masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas Urgensi,
Seriousness, Growth (USG). Penilaian dua masalah prioritas tersebut ditentukan
berdasarkan data laporan tahunan puskesmas, wawancara dengan pemegang
program dan pimpinan Puskesms. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari
kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgensi,
Seriousness, dan Growth.
Uraian dua permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu:
1. Rendahnya pencapaian penemuan kasus BTA positif.
Jumlah pencapaian penemuan kasus BTA positif di Puskesmas Nan Balimo
hanya ditemukan sebanyak 38% yang seharusnya mencapai target 70%.
2. Rendahnya pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ)
Jumlah pencapaian angka bebas jentik di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo
ditemukan sebanyak 77,43% yang seharusnya mencapai target 90%.

3.4.2. Penetapan Prioritas Masalah


Beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Nan Balimo harus
ditentukan prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
Puskesmas.
Upaya yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah
menggunakan teknik skoring sebagai berikut :
1

Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)


Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting

25

Seriousness (tingkat keseriusan masalah)


Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting

Growth (tingkat perkembangan masalah)


Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting

3.4.3. Penilaian Prioritas Masalah Program di Puskesmas Nan Balimo


Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua
masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas USG. Penilaian
dua masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan
puskesmas dan wawancara dengan pemegang program. Permasalahan ini tidak
hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat
dari Urgensi, Seriousness, dan Growth. Adapun masalah yang menjadi prioritas
utama berdasarkan skala USG adalah rendahnya pencapaian penemuan kasus BTA
positif.
Tabel 3.10 Penilaian Prioritas Masalah
Masalah
Rendahnya penemuan kasus

Prioritas

125

P1

100

P2

BTA positif
Rendahnya pencapaian angka
bebas jentik (ABJ)

26

27

Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa


( Fishbone) Rendahnya Capaian Target Penemuan Kasus BTA Positif
Man
Kurangnya pengetahuan

Metode
Kurangnya sosialisasi/penyuluhan

dan pemahaman suspek


Penjaringan suspek yang masih

Kurangnya kerjasama dengan

rendah

dokter praktek swasta

Rendahnya
capaian target

Kurangnya kesadaran suspek

penemuan BTA

akan kesehatan

Positif

Dana APBD tidak memadai

Sulitnya akses menuju ke puskesmas

Untuk pemberian PMT


Kurang dukungan keluarga & dari masyarakat

Money

Lingkungan

28

3.4.4. Analisis Sebab Akibat Masalah


Berdasarkan diagram diatas, penulis memiliki pemecahan masalah dari
berbagai faktor penyebab yang ditemukan, antara lain :
N
o
1

Variabel masalah
Faktor
penyebab
Man

Penyebab masalah

Methode

Masih rendahnya pengetahuan


masyarakat tentang penyakit
TB Paru
Kurangnya motivasi suspek
untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan
Rendahnya
penjaringan
suspek TB

Kurang
maksimalnya
sosialisasi / penyuluhan pada
masyarakat
mengenai
penyakit TB Paru
Kurangnya pelaporan dari
praktek dokter swasta dan
bidan swasta yang menangani
penderita TB Paru

Money

Dana APBD kurang memadai


untuk pemberian PMT

Lingkungan

Kurangnya
dukungan
keluarga dan masyarakat
sehingga pasien suspek TB
tidak terdeteksi secara dini

3.4.5. Plan Of Action

29

Alternatif Pemecahan masalah


Memberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai penyakit
TB Paru maupun komplikasi
yang dapat terjadi
Menjelaskan kepada masyarakat
mengenai
pentingnya
pemahaman tentang kesehatan
Memotivasi
masyarakat
melakukan pemeriksaan BTA
SPS
Mengadakan penyuluhan secara
terjadwal TB Paru baik di
Posyandu Balita, Posyandu
Lansia, dan masing-masing RW
Meningkatkan
kerja
sama
petugas puskesmas dengan
dokter swasta dan bidan swasta
Meningkatkan sumber dana
untuk mencukupi PMT bagi
penderita BTA positif
Meningkatkan peranan dan
dukungan
keluarga
dan
masyarakat kepada penderita TB
Paru
dengan
memberikan
pembinaan

Dari Beberapa rencana untuk meningkatkan akan kepedulian kasus TB,


maka penulis merancang rencana kegiatan, antara lain :
N
o

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Lokasi

Volume
Kegiatan

1.

Memberikan
penyuluhan
kepada
masyarakat
mengenai
penyakit
TB
Paru
maupun
komplikasi yang
dapat terjadi
Melakukan
penyuluhan TB
Paru, baik di
Posyandu
Balita,
Posyandu
Lansia
dan
masing-masing
RW
Melakukan
pembinaan
kader TB

Meningkatkan
pengetahuan
Masyarakat
tentang
TB
paru

Semua
masyara
kat

Balai
pertemuan

Dua kali
setahun

Dokter,
dan
koordinator
program TB

Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
tentang
TB
paru

Ibu dan
Anak,
serta
lansia

Posyandu

Dua kali
setahun

Dokter,
dan
koordinator
program TB

Meningkatkan
pengetahuan
kader tentang
TB paru
Meningkatkan
pengetahuan
tentang
TB
dan
meningkatkan
kesehatan
suspek TB
Mengetahui
penularan TB

Kader
TB

Masingmasing RW

Dua kali
setahun

Koordinator program TB

Suspek
TB

Rumah
pasien
suspek TB

1X
per
kasus

Koordinator program TB da

Keluarg
a suspek
TB

Rumah
suspek TB

1x
per
kasus

Dokter, poli umum, pustu, p

2.

3.

4.

Melakukan
kunjungan
rumah
pada
suspek TB

6.

Melakukan
pemeriksaan
kontak
pada
pasien
BTA
Positif dan tes
Mantoex Positif

BAB IV

30

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data, didapatkan persentase pencapaian penemuan
BTA Positif di Puskesmas Nan Balimo, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok
periode Januari Desember 2014 lebih rendah dari target Dinas Kesehatan Kota
Solok 2014 yaitu hanya sebesar 38,5%
Penyebab rendahnya pencapaian penemuan BTA Positif di Puskesmas Nan
Balimo periode Januari Desember 2014 dari hasil wawancara kepada pemegang
program TB Paru di Puskesmas Nan Balimo adalah pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tentang penyakit TB Paru masih kurang, kurangnya motivasi suspek
tentang pentingnya untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya, pendanaan untuk
PMT masih kurang,kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, dan
sulitnya akses menuju puskesmas serta kurangnya pelaporan dari praktek dokter
swasta yang menangani kasus TB Paru. Alternatif pemecahan masalah yang
diusulkan adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai tanda
bahaya maupun komplikasi yang dapat terjadi pada TB Paru, membuat format
pelaporan yang jelas kepada dokter praktek swasta yang menangani kasus TB
Paru, melakukan pemeriksaan pada suspek, melakukan pembinaan kader dan
kunjungan rumah, Meningkatkan peranan serta dukungan keluarga dan
masyarakat kepada penderita TB dengan memberikan pembinaan.
4.2 Saran
Dalam rangka peningkatan penemuan BTA Positif maka disarankan agar
mengadakan dan melakukan monitoring kegiatan program TB setiap bulan,
memaksimalkan kinerja petugas dan membangun koordinasi dengan baik lintas
sektor, memaksimalkan peran dokter swasta maupun petugas kesehatan lainnya
pada pelaksananaan program TB Paru, dan memperluas relasi antara dokter
praktek swasta/fasilitas kesehatan di luar puskesmas agar deteksi dini penyakit TB
Paru yang berada di wilayah kerjanya tetap terpantau dengan baik.

31

Anda mungkin juga menyukai