Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup, dikatakan sebagai makhluk hidup
karena dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan
makanan dan mengeluarkan metabolisme (eliminasi). Setiap kegiatan yang
dilakukan tubuh dikarenakan peran masing masing organ.
Salah satu kegiatan tubuh dalam membuang sisa sisa metabolism adalah
mengeluarkan urine. Membuang urine dengan melalui eliminasi merupakan salah
satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Apabila eliminasi
tidak dilakukan oleh tubuh, maka akan terjadi gangguan gangguan diantaranya :
retensi urine (perubahan pola eliminasi urine), enuresis, inkontinensia urine, dll.
Selain dapat menimbulkan gangguan gangguan yang disebutkan diatas, dapat
juga menimbulkan dampak pada sistem organ lain seperti sistem pencernaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau
feses. Kebutuhan eliminasi dibagi menjadi dua yaitu; eliminasi urine dan eliminasi
alvi (kebutuhan buang air besar).
yang tinggi tanpa suatu tekanan asupan cairan dapat disebabkan oleh sistisis.
Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada keadaan stres atau hamil.
2.7.4.2 Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak
berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam
mengontrol sphincter eksternal. Biasanya, perasaan segera ingin berkemih terjadi
pada anak karena kurangnya pengontrolan pada sphincter.
2.7.4.3 Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan
pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
2.7.4.4 Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa
adanya peningkatan asupan cairan. Biasanya, hal ini dapat ditemukan pada
penyakit diabetes mellitus dan penyakit ginjal kronis.
2.7.4.5 Urinaria Supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara
normal, urine diproduksi oleh ginjal pada kecepatan 60 120 ml/jam secara terus
menerus.
2.8 Penanggulangan Gangguan Eliminasi Urine
2.8.1 Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine tersebut berbeda beda maka
dalam pengambilan atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan
tujuannya. Cara pengambilan urinetersebut antara lain ; pengambilan urine biasa,
pengambilan urine steril, dan pengumpulan selama 24 jam.
2.8.1.1 Pengambilan Urine Biasa
Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan mengeluarkan
urine secara biasa, yaitu buang air kecil. Pengambilan urine biasa ini biasanya
digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dalam urine, pemeriksaan kehamilan, dll.
2. 8.1.2 Pengambilan Urine Steril
Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan menggunakan alat
steril, dilakukan dengan kateterisasi atau fungsi suprapubisyang bertujuan untuk
mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.
2.8.1.3 Pengambilan Urine Selama 24 Jam
Usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia ini memiliki panjang sekitar 2 4 meter dan terletak setelah duodenum
dan jejunum dan dilanjutkan oleh usus buntu.
2.10.2 Usus Besar
Usus besar adlah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ
ini adalah menyerap air dan feses. Bagian bagian dari usus besar yaitu; kolon,
rektum, dan anus.
2.10.2.1 Kolon
Kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
2.10.2.2 Rektum
Rektum adalah organ terakhir dari usus besar. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan feses sementara.
2.10.2.3 Anus
Anus atau dubur adlah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh.
2.11 Proses Pelaksanaan Eliminasi Alvi
2.11.1 Proses Defekasi
Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.
Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yang terletak di medulla
dan sussum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter
anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi
dirangsang untuk buang air besar, kemudian sphincter anus bagian luar yang
diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur.
Selam defekasi berbagai otot lain membantu prose situ, seperti otot dinding perut,
diafragma, dan otot otot dasar pelvis.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi, yaitu
refleks defekasi intrinsik dan refleks defekasi parasimpatis. Refleks defekasi intrinsik
dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) di dalam rektum sehingga terjadi
distensi kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan
akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat sphincter internal relaksasi, maka
terjadilah proses defekasi. Sedangkan, refleks defekasi parasintetis dimulai dari
adanya proses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan
merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan
gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sphincter internal, maka terjadilah
proses defekasi saat sphincter internal berelaksasi. Feses terdiri atas sisa makanan
seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lainyang seluruhnya
tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus,
pigmen empedu dan usus kecil.
2.12 Gangguan Eliminasi Alvi
2.12.1 Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi
mengalami statis usus besar sehingga mengalami eliminasi yang jarang atau keras,
serta tinja yang keluar terlalu kering dan keras.
2.12.2 Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering
mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus,
mungkin ada rasa mual dan muntah.
2.12.3 Inkontinesia Usus
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan
kebiasaan dari proses defekasi normal, sehingga mengalami proses pengeluaran
feses tidak disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinesia alvi yang merupakan
hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui
sphincter akibat kerusakan sphincter.
2.12.4 Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara di dalam perut karena pengumpulan
gas berlebih di dalam lambung atau usus.
2.12.5 Hemorroid
Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai
akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena
konstipasi, peregangan saat defekasi dan lain lain.
2.12.6 Fecal Impaction
Fecal impaction merupakan massa feses karena dilipatkan rektum yang diakibatkan
oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal
impaction adalah asupan kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat, dan
kelemahan tonus otot.
2.13 Faktor yang Mempengarhi Eliminasi Alvi
2.13.1 Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses
defekasi yang berbeda.
2.13.2 Diet
Diet pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses
defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses
percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi dapat mempengaruhinya.
2.13.3 Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras.
Oleh karena itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses
defekasi.
2.13.4 Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tinus otot
abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.
2.13.5 Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan
laksantif, atau antasida yang terlalu sering.
2.13.6 Kebiasaan atau Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat
terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau terbiasa melakukan
buang air besar di tempat bersih atau toilet, jika seseorang terbiasa buang air besar
di tempat yang kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
2.13.7 Penyakit beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya
penyakit penyakittersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan
seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
2.13.8 Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk defekasi
seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.
2.13.9 Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi
karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan
defekasi.
2.14 Penanggulangan Gangguan Eliminasi Alvi
2.14.1 Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka adapun simpulan yang dapat penulis ambil
yaitu sebagai berikut:
3.1.1 Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa
urine maupun alvi demi menjaga homeostasis tubuh.
3.1.2 Eliminasi urine merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan
berperan dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan
manusia untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Adapun organ organ yang
berperan dalam proses eliminasi urine diantaranya; ginjal, ureter, kandung kemih,
uretra.
3.1.3 Eliminasi alvi merupakan proses pembuangan atau pengeluaran metabolism
berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan. Adapun sistem tubuh yang
berperan dalam proses eliminasi alvi ini adalah sistem gastrointestinal yang
meliputi usus halus dan usus besar.
3.2 Saran
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat atau pembaca,
agar dapat menjaga kesehatan organ eliminasi sehingga proses eliminasi di dalam
tubuh manusia dapat berjalan dengan baik dan seimbang.