Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH TERAPI PIJAT (MASSAGE) TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA

LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG

M. Tanzil Aziz
010110a064
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK
Upaya yang dilakukan lansia untuk meningkatkan kesejahteraannya adalah dengan
memenuhi kebutuhan dasarnya. Salah satu kebutuhan dasar tersebut adalah tidur dan istirahat.
Tetapi, sekitar 60% lansia mengalami insomnia. Salah satu upaya untuk mengatasi insomnia
adalah dengan terapi pijat (massage). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
pijat (massage) terhadap tingkat insomnia pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading
Semarang.
Teknik pengambilan data menggunakan rancangan eksperimen semu (Quasi Eksperiment),
yaitu dengan menggunakan Non Equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini
adalah sejumlah 115 lansia. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah
sampel yaitu 34 responden, 17 responden kelompok perlakuan dan 17 responden kelompok
kontrol. Pengumpulan data data menggunakan kuesioner Kelompok Study Psikiatri Biologi
Jakarta-Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS). Analisis data dengan menggunakan t tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean pada post perlakuan 4,29, sedangkan pada post
kelompok kontrol 6,00. Dengan menggunakan t tes independen post perlakuan didapatkan hasil
p-Value = 0,030 bila dibandingkan dengan (0,05) berarti ada pengaruh terapi terapi pijat
(massage) terhadap tingkat insomnia pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading
Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan lansia dapat melaksanakan terapi pijat (massage)
secara rutin dan menjaga pola hidup sehat.

Kata kunci

: lansia, insomnia, terapi pijat (massage).

ABSTRACT
One of the efforts to improve elderly peoples welfare is by fulfilling their basic needs.
The basic requirements are sleeping and taking rest. However, approximately 60% of elderly
people experience insomnia or sleeping problems. This study aimed to determine the influence of
massage therapy toward insomnia level on elderly people at Pucang Gading Social Rehabilitation
Unit in Semarang in 2014.
Data collecting technique used quasi experiment, which used Non Equivalent Control
Group Design. The population in this study was all elderly people living in the Social
Rehabilitation Unit or as many as 115 people Sampling technique used purposive sampling with
the samples of 34 respondents. 17 respondents were in the intervention group and 17 respondents
in the control group. Data collecting used questionnaires of the study group of Psychiatrybiologi-Insomnia-Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS). Data Analysis used t test.
The results show that the mean in the post treatment group is 4,29, and the mean in the
post control group is 6,00. By using independent t test in post treatment grap gets p-value =
0.030 compared with (0.05) meaning that there is an influence of massage therapy toward the
level of insomnia on elderly people in pucang gading social rehabilitation unit in Semarang.
Based on these results, the elderly people are advised to implement progressive
relaxation exercise routine and regularly and to implement a healthy lifestyle.

Key words

: Elderly people, insomnia, massage therapy.

perubahan-perubahan pada diri manusia

PENDAHULUAN

tersebut, tidak hanya perubahan fisik,

Lanjut usia adalah kelanjutan dari

tetapi juga kognitif, perasaan, sosial, dan

usia dewasa yang merupakan suatu proses

sexual (Azizah, 2011).

alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan


Yang

Maha

Esa

(Nugroho,

2008).

Perubahan-perubahan yang terjadi

Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia

pada lansia tersebut dapat menimbulkan

semakin

bahkan

berbagai macam gangguan, salah satunya

cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho,

adalah gangguan pola tidur (insomnia).

2006).

Insomnia merupakan suatu keadaan ketika

bertambah

banyak,

seseorang mengalami kesulitan untuk tidur

Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

atau tidak dapat tidur dengan nyenyak

menunjukkan bahwa jumlah penduduk

(Widya,

lansia Indonesia adalah 18,57 juta jiwa,

sebanyak

14,44

juta

Seiring

dengan

bertambahnya usia, kualitas tidur pada

meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000


yang

2010).

kebanyakan lansia cenderung berubah,

jiwa.

episode tidur dengan pergerakan mata yang

Diperkirakan jumlah penduduk lansia di

cepat atau disebut REM (Rapid eye

Indonesia akan terus bertambah sekitar

Movement)

450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian,

cenderung

memendek.

Terdapat penurunan progresif pada tahap

pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia

tidur dengan pergerakan mata yang tidak

di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22

cepat

juta jiwa (BPS, 2010).

atau

NREM

(Non

Rapid

eye

Movement) 3 dan 4, atau tidur yang dalam.


Semakin

bertambahnya

umur

Seorang lansia yang terbangun lebih sering

manusia, terjadi proses penuaan secara

pada

degeneratif yang akan berdampak pada

malam

hari

dan

membutuhkan

banyak waktu untuk tertidur (Potter &

banyak

Perry, 2005).

(Nugroho,

Menurut

Francesco

Cappuccio,

Direktur Program Tidur Kesehatan dan


Masyarakat di University of Warwick
Inggris mengatakan bahwa masyarakat

terbangun

pada

2006).

malam

hari

Implikasi

ini

menunjukkan perlu dilakukan intervensi


yang bersifat holistik dalam menangani
masalah insomnia pada lansia.
Menurut

national

institute

of

modern makin kurang tidurnya. Penelitian

Health (NIH), terapi komplementer untuk

di Amerika Serikat menunjukkan sekitar

menangani

15% dari populasi mengalami gangguan

dikatagorikan

insomnia yang cukup serius. Sebesar 10%

1.)Biological

penduduk

perkirakan

vitamin dan suplemen lain. 2.)Mind body

menderita insomnia, dan sering tidak

techniques :meditasi. 3.)Manipulative and

terdiagnosis dan tidak diobati (Widya

body based practice : Pijat (Massage).

2010).

4.)Energy therapies :terapi medan magnet.

Indonesia

di

Pada kelompok lanjut usia (enam


puluh tahun), ditemukan (7%) kasus yang
mengeluh mengenai masalah tidur (hanya
dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari).
Hal yang sama ditemukan pada (22%)
kasus pada kelompok usia 70 tahun.

5.)Ancient

insomnia

pada

lansia

yaitu

Practice

:herbal,

menjadi
Based

medical

systems

:obat

tradisional chinese, ayurvedic, akupuntur


(Suardi, 2011). Sehingga terapi pijat
(massage) merupakan salah satu terapi
yang bisa digunakan dalam menangani
masalah insomnia pada lansia.

Demikian pula, kelompok lanjut usia lebih

Terapi Pijat (massage) merupakan

banyak mengeluh terbangun lebih awal

upaya penyembuhan yang aman, efektif,

dari pukul 05.00. selain itu,

terdapat

dan tanpa efek samping, serta bisa

(30%) kelompok usia 70 tahun yang

dilakukan sendiri maupun dengan bantuan

yang sudah ahli (Firdaus, 2011). Pijat

fisik, tetapi juga dapat membantu membuat

adalah manipulasi terhadap jaringan lunak,

rileks pikiran sehingga dapat mengurangi

umumnya dengan menggunakan tangan,

stres dan membuat nyaman, dan dapat

untuk menstimulasi dan merelaksasi serta

memicu terlepasnya endorfin, zat kimia

mengurangi stress dan kecemasan (Craven

otak (neurotransmitter) yang menghasilkan

& Hirnle, 2002).

perasaan nyaman.

Menurut penelitian yang dilakukan

Pijat

(massage)

juga

dapat

oleh Richards (1998) dalam Berman

memperbaiki masalah di persendian otot,

(2009),

melenturkan

pijat

punggung

meningkatkan

tubuh,

memulihkan

kualitas tidur pada klien yang menderita

ketegangan dan meredakan nyeri. Selain

sakit.

itu bisa memperbaiki sirkulasi darah, dan

Sedangkan

menurut

Duke

University, para peneliti Touch Research

mengurangi

Institute of the University of Miami School

(Handoyo, 2000). Bisa juga mempengaruhi

of Medicine mengukur tingkat biokimia

aliran getah bening, otot, saraf, dan saluran

tubuh setelah terapi pijat dan menemukan

pencernaan dan stress (B.Mahendra, Yoan

penurunan dramatis dalam kadar kortisol,

Destarina, 2009). Salah satu manfaat

norepinefrin dan dopamin.

langsung dari pijat (massage) adalah

Terapi
membantu

pijat

(massage)

penyembuhan

dapat

berbagai

penyakit fisik. Berbagai masalah kesehatan


bisa diatasi dengan pijatan yang tepat.

kegelisahaan

dan

depresi

relaksasi menyeluruh dan ketenangan,


yang dapat memberikan kenyamanan saat
tidur (Ayu, 2009).
Berdasarkan

hasil

studi

Badan yang lelah juga dapat segar kembali

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

setelah dipijat. Akan tetapi pijat tidak

tanggal 7 November 2013, yang diperoleh

hanya berguna untuk kesembuhan penyakit

dari informasi Kepala Unit Rehabilitasi

Sosial

Pucang

mengatakan

bahwa

Rehabilitasi

Sosial

Gading

Semarang

Lansia

Di

Pucang

Unit

Gading

Berdasarkan

fenomena

permasalahan tersebut
untuk

melakukan

dan

penulis tertarik

penelitian

tentang

Semarang berjumlah 115 orang lansia.

pengaruh terapi pijat (massage) terhadap

Dengan rentang usia 60-90 tahun dengan

tingkat insomnia pada lansia di Unit

jumlah lansia laki-laki 43 orang, sisanya

Rehabilitasi

adalah lansia perempuan sebanyak 72

Semarang.

orang yang ditempatkan pada 4 kamar.


Hasil wawancara dari 8 orang lansia, 5
diantaranya mengeluh tidak bisa tidur.
Berdasarkan

hasil

Sosial

Pucang

Gading

Berdasarkan uraian latar belakang


masalah di atas, maka rumusan masalah
peneliti adalah : apakah ada pengaruh

wawancara

terapi pijat (massage) terhadap tingkat

dengan pihak Unit Rehabilitasi Sosial

insomnia pada lansia di Unit Rehabilitasi

Pucang Gading Semarang mengatakan

Sosial Pucang Gading Semarang

bahwadalam mengatasi insomnia, pihak


panti

memberikan

obat-obatan

untuk

mengatasi insomnia dan terapi air putih


dan terapi relaksasi sebagai terapi stimulus
lansia untuk mencapai kondisi tidur.
Selama

ini

Rehabilitasi
Semarang

pihak
Sosial

mengatakan

pengelola
Pucang
belum

pengaruh pemberian terapi pijat terhadap


tingkat insomnia pada lansia di Unit
Rehabilitasi

Sosial

Pucang

Gading

Semarang.

Unit
Manfaat peneliti dalam teoritis

Gading
pernah

mengadakan terapi pijat untuk mengurangi


kejadian insomnia pada lansia.

Tujuan peneliti untuk Menganalisis

untuk menambah pengtahuan, wawasan,


dan

pengalaman

dalam

mengatasi

insomnia, bagi peneliti selanjutnya dapat


digunakan sebagai acuan untuk penelitian

selanjutnya. Bagi pihak URESOS Pucang

independen adalah terapi pijat sedangkan

Gading Semarang dijadikan sebagai salah

variabel dependen adalah insomnia pada

satu terapi insomnia pada lansia.

lansia. Instrumen yang digunakan untuk


pengumpulan data pada penelitian ini

METODE PENELITIAN
Penelitian
metode

ini

quasy

menggunakan,

experiment

design.

Penelitian quasy experiment design yaitu


dengan menggunakan Non Equivalent
Control Group Design. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua lansia yang
tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang
Gading Semarang sejumlah 115 lansia.
Besar sampel didapatkan sebesar 17 untuk
kelompok

intervensi

dan

17

untuk

kelompok kontrol dengan menggunakan


metode

purposive

sampling.

Kriteria

inklusi yaitu lansia yang berusia 60-80


tahun yang mengalami insomnia, bersedia
menjadi

responden,

belum

pernah

mendapat terapi pijat selama 7 hari.


Penelitian
Rehabilitasi
Semarang.

ini

dilakukan

Sosial
Waktu

di

Pucang
penelitian

Unit
Gading
pada

tanggal 15-21 Februari 2014. Variablel

menggunakan kuesioner Kelompok Studi


Psikiatri Biologi Jakarta-Insomnia Rating
Scale

(KSPBJ-IRS)

dimodifikasi

sesuai

yang

telah

kondisi

lansia.

Kuesioner ini terdiri dari 11 pertanyaan


yang berisis mengenai tanda dan gejala
insomnia pada lansia dengan nilai jawaban
Ya yaitu 1 dan Tidak yaitu 0, dengan
kategori skor tidak insomnia (0), insomnia
ringan (1-3), insomnia sedang (4-7),
insomnia berat (8-11). Data yang diperoleh
selanjutnya
menggunakan

dianalisis
uji

mengetahui data

dengan

Shapiro-Wilk
berdistribusi

untuk
normal.

Selanjutnya melakukan uji homogenitas


dan uji hipotesis dengan menggunakan uji
t-test

digunakan

untuk

mengetahui

perbedaan posttest lansia setelah diberikan


terapi pijat pada kelompok intervensi dan
kontrol.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian mengenai pengaruh
pemberian terapi pijat (massage) terhadap
tingkat

insomnia pada lansia di Unit

Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang.


A. Analisa univariat
1. Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi

Berdasarkan

Tingkat

Insomnia

Lansia Sebelum Diberikan Terapi


Pijat

B. Analisa Bivariat
3. Tabel 5.3
Uji
Kesetaraan
Tingkat Insomnia Lansia Sebelum
Perlakuan
antara
Kelompok
Intervensi dan Kontrol di Unit
Rehabilitasi Sosial Pucang Gading
Semarang, 2014

(Massage)

pada

Variabel

Kelompo
k

Mean

Sd

pvalue

Insomnia

Intervensi

17

5,76

1,821

-0,193

0,848

Kontrol

17

5,88

1,728

Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol di


Unit

Rehabilitasi

Sosial

Pucang

Gading Semarang, 201

Insomnia
Tidak insomnia
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah

Intervensi
Kontrol
Frekuen Persenta Frekuen Persentas
si
se (%)
si
e (%)
0
0,0
0
0,0
1
5,9
1
5,9
13
76,5
14
82,4
3
17,6
2
11,7
17

100

17

100

2. Tabel 5.2 Distribusi


Frekuensi
Berdasarkan Tingkat Insomnia Lansia
Sesudah
Diberikan
Terapi
Pijat
(Massage) pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol di Unit
Rehabilitasi Sosial Pucang Gading
Semarang, 2014
Insomnia
Tidak insomnia
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah

Intervensi
Kontrol
Frekuens Persentase
Persentase
Frekuensi
i
(%)
(%)
0
0,0
0
0,0
8
47,1
3
17,6
8
47,1
12
70,6
1
5,9
2
11,8
17

100

17

100

4. Tabel 5.4
Perbedaan Insomnia
Lansia
Sebelum
dan
Sesudah
Diberikan Terapi Pijat (Massage)
pada Kelompok Intervensi di Unit
Rehabilitasi Sosial Pucang Gading
Semarang, 2014

Variabel

Perlakuan

Mean

Sd

p-value

Insomnia

Sebelum

17

5,76

1,821

6,428

0,000

Sesudah

17

4,29

2,144

5. Tabel 5.5
Perbedaan Insomnia
Lansia
Sebelum
dan
Sesudah
Perlakuan pada Kelompok Kontrol di
Unit Rehabilitasi Sosial Pucang
Gading Semarang, 2014

7
Variabel

Perlakuan

Mean

Sd

pvalue

Insomnia

Sebelum

17

5,88

1,728

-0,316

0,756

Sesudah

17

6,00

2,236

diberikan

terapi

pijat

(massage).

Berdasarkan uji t dependen, didapatkan


nilai t hitung sebesar 6,428 dengan p-

6. Tabel 5.6 Perbedaan Insomnia Lansia


Sesudah Pemberian Terapi Pijat
(Massage) antara Kelompok Intervensi
dan Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial
Pucang Gading Semarang,2014

value sebesar 0,000. Terlihat bahwa pvalue

0,000

<

(0,05),

ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan


yang signifikan tingkat insomnia lansia

Variabel

Kelompo
k

Mea
n

Insomnia

Intervensi

17

4,29 2,144 -2,271

Sd

di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang

pvalue

Gading

Semarang

perlakuan
Kontrol

17

pada

kelompok

0,030

sebelum

dan

sesudah

6,00 2,236

diberikan terapi pijat (massage).


Dari

hasil

memperlihatkan

PEMBAHASAN
a. Perbedaan Terapi Pijat (Massage)

terhadap Tingkat Insomnia Lansia


Pretest dan Posttest pada Kelompok
Perlakuan di Unit Rehabilitasi Sosial

penelitian

adanya

pengaruh

terapi pijat (massage) terhadap tingkat


insomnia

pada

lansia

di

Unit

Rehabilitasi Sosial Pucang Gading


Semarang. Hal ini dikarenakan terapi
pijat (massage) yang diberikan kepada

Pucang Gading Semarang.

kelompok perlakuan merupakan terapi


Berdasarkan

tabel

5.4,

menunjukkan bahwa pada kelompok


perlakuan

rata-rata

skor

tingkat

insomnia lansia sebesar 5,76 sebelum


diberikan

terapi

pijat

(massage),

kemudian turun menjadi 4,29 sesudah

yang

menyenangkan

yang

dapat

menstimulasi rasa kantuk yang lebih


cepat.

b. Perbedaan

Terapi

Pijat

(Massage)

terhadap

Tingkat

Insomnia

Lansia

Pretest

para lansia tidak diberikan terapi


pijat (massage).
Berdasarkan

dan

fakta

diatas

Posttest pada Kelompok Kontrol

peneliti menyimpulkan bahwa pada

di

lansia

Unit

Rehabilitasi

Sosial

Rehabilitasi

Pucang Gading Semarang.


Berdasarkan
menunjukkan

tabel
bahwa

yang

tinggal
Sosial

di

Unit

dan

tidak

5.5,

diberikan terapi pijat (massage)

pada

tidak mengalami perubahan tingkat

kelompok kontrol rata-rata skor

insomnia, tidak ada

perbedaan

tingkat insomnia lansia sebesar

signifikan pada tingkat insomnia

5,88 sebelum perlakuan, kemudian

lansia. Hal ini disebabkan karena

sedikit meningkat menjadi 6,00

seiring dengan bertambahnya usia,

sesudah perlakuan. Berdasarkan uji

kualitas tidur pada kebanyakan

t dependen, didapatkan nilai t

lansia cenderung berubah, episode

hitung sebesar -0,316 dengan p-

tidur dengan pergerakan mata yang

value sebesar 0,756. Terlihat bahwa

cepat atau disebut REM (Rapid eye

p-value 0,756 > (0,05), ini

Movement) cenderung memendek.

menunjukkan bahwa tidak ada

Terdapat penurunan progresif pada

perbedaan yang signifikan tingkat

tahap tidur dengan pergerakan mata

insomnia lansia di Unit Rehabilitasi

yang tidak cepat atau NREM (Non

Sosial Pucang Gading Semarang

Rapid eye Movement)

pada kelompok kontrol sebelum

atau tidur yang dalam. Seorang

dan sesudah perlakuan. Hal ini

lansia yang terbangun lebih sering

dikarenakan pada kelompok kontrol

pada malam hari dan membutuhkan

3 dan 4,

banyak waktu untuk tertidur (Potter

karena kedua p-value 0,030 <

& Perry, 2005).

(0,05).

Apalagi lansia

Ini

berarti

bahwa

ada

yang tinggal di Unit Rehabilitasi

pengaruh terapi pijat (massage)

Sosial memiliki stresor tambahan

terhadap tingkat insomnia lansia di

yaitu

dapat

Unit Rehabilitasi Sosial Pucang

beradaptasi dengan teman sekamar,

Gading Semarang. Disini dapat

penghuni lain, staf atau pengelola

dilihat adanya perbedaan antara

panti, kegiatan di panti, aturan yang

kelompok intervensi dan kelompok

berlaku di panti, jauh dari keluarga

kontrol pada post-test yaitu adanya

dan lingkungan fisik panti maka

penurunan tingkat insomnia yang

insomnia akan meningkat.

diberikan terapi pijat (massage)

mereka

harus

c. Pengaruh Terapi Pijat (Massage)


terhadap

Tingkat

Insomnia

pada kelompok intervensi dan pada


kelompok

kontrol

tidak

ada

Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial

perbedaan yang signifikan karena

Pucang Gading Semarang.

lansia tidak diberikan terapi pijat

Berdasarkan tabel 5.6, rata-

(massage).

rata skor tingkat insomnia lansia


sesudah
(massage)

diberikan
pada

terapi

pijat

Pijat merupakan suatu teknik


yang

dapat

memperlancar

kelompok

peredaran darah, memberikan rasa

intervensi sebesar 4,29, sedangkan

rileks pada tubuh, menghilangkan

pada kelompok kontrol sebesar

stress, menghilangkan rasa lelah

6,00. Berdasarkan uji t indepeden,

dan

didapatkan nilai t hitung sebesar -

tekanan

2,271 dengan p-value 0,030. Oleh

(Anonim, 2001).

letih,

dengan

pada

titik

melakukan
tertentu

10

Ketika jaringan otot kontraksi

simpatis dan meningkatkan aktivitas

saat masase akan membuat sistem saraf

saraf parasimpatis serta sebagai proses

disekitar area dimasase juga ikut

memberi impuls aferen mencapai pusat

tertekan dan jaringan otot rileks maka

jantung. Akibat sirkulasi darah lancar

saraf juga akan teregang, sehingga

pada organ seperti musculoskeletal dan

meningkatkan aktivitas parasimpatis

kardiovaskuler, aliran dalam darah

untuk mengeluarkan neurotransmitter

meningkat,

seperti hormone endorphin, serotonin,

metabolik semakin lancar sehingga

asetilkolin.

memicu

Melalui

respon

yang

pembuangan

hormone

sisa-sisa

endorphin

yang

dihasilkan oleh otak : penigkatan level

berfungsi memberikan rasa nyaman.

serotonin dapat mengurangi efek psikis

Kondisi rileks yang dirasakn tersebut

dari stress dan mengurangi efek psiko

dikarenakan

seperti

hipertensi,

dikeluarkan

medula

relaksasi

dapat

hormon

yang

memberikan pemijatan halus pada

adrenal

pada

berbagai

kelenjar

pada

tubuh,

massa stress yaitu norepineprin dan

menurunkan produksi kortisol dalam

epineprin

darah,

yang

dilepaskan

oleh

mengembalikan

pengeluaran

kelenjar adrenal dalam darah dapat

hormon yang secukupnya sehingga

meningkatkan respon fight and fight

memberikan keseimbangan emosi dan

(Olney, 2005).

ketegangan pikiran (Olney, 2005).

Massase

dapat

membuat

Dari

fakta

diatas

dapat

vasodilatasi pembuluh darah dan getah

disimpulkan bahwa lansia yang diberi

benig serta meningkatkan respon reflek

terapi

baroreseptor

mempengaruhi

menurunkan tingkat insomnia yang

sistem

dialami. Sedangkan lansia yang tidak

penurunan

yang
aktivitas

saraf

pijat

(massage)

dapat

11

diberikan terapi pijat (massage) hanya

kelompok tidak ada perbedaan yang

mengalami sedikit perubahan, tetapi

signifikan.

tidak ada perbedaan yang signifikan

3. Ada perbedaan yang signifikan antara

pada tingkat insomnia.

tingkat insomnia lansia sebelum dan

d. Keterbatasan

sesudah diberikan terapi pijat (massage)

Keterbatasan dalam penelitian


ini

adalah

peneliti

tidak

dapat

pada kelompok intervensi dengan pvalue sebesar 0,000 ( : 0,05).

mengontrol antara kelompok intervensi

4. Tidak ada perbedaan yang signifikan

dan kontrol, karna jarak antara tempat

antara tingkat insomnia lansia sebelum

tidur lansia berdekatan dan bahkan satu

dan sesudah diberikan tindakan pada

ruangan.

kelompok

kontrol

dengan

p-value

sebesar 0,756 ( : 0,05).

KESIMPULAN

5. Ada Pengaruh terapi pijat (massage)


Dari

hasil

penelitian

dapat

disimpulkan sebagai berikut:

terhadap

tingkat

insomnia

lansia.

Berdasarkan uji t indepeden, didapatkan

1. Sebagian besar lansia pada kelompok


intervensi sebelum diberikan terapi pijat

nilai t hitung sebesar -2,271 dengan pvalue 0,030.

(massage) mengalami insomnia sedang


yaitu 13 orang (76,5%), sedangkan pada
kelompok

kontrol

yaitu

14

SARAN

orang

(82,4%).
2. Sebagian besar lansia pada kelompok
intervensi sesudah diberikan terapi pijat
(massage) mengalami insomnia ringan
yaitu 8 orang (47,1%), sedangkan pada

1. Bagi perawat
Hendaknya

Terapi

pijat

(massage) ini dapat diterapkan oleh


perawat untuk menangani lansia dengan
insomnia.

12

2. Bagi lansia

Gangguan Tidur Lanjut Usia.html.


(diakses 21 November 2012).

Hendaknya

Lansia

dapat

melaksanakan terapi pijat (massage)


secara rutin dan teratur serta tetap

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian :


Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta
: PT. Rineka Cipta
Asmadi.

melaksanakan pola hidup sehat.


3. Bagi peneliti lain
Bagi calon peneliti selanjutnya
disarankan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang pengaruh terapi
pijat

(massage)

terhadap

Pegawai

Rehabilitasi

Sosial

Sosial

di

Pucang

Ayu, 2009, Aneka Manfaat Terapi Pijat,


Avalable
from
URL
:
http://www.indofamilyhealth.com
Azizah, Marifatul, L. 2011. Keperawatan
Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha
Ilmu

tingkat

Bambang
Trisnowiyanto.
(2012).
Keterampilan Dasar Massage.
Yogjakarta: Muha Medika.

Unit

Berman, Audrey. (2009). Buku Ajar


Praktik
Keperawatan
Klinis
Koizer & Erb. Jakarta:EGC

insomnia pada lansia.


4. Bagi

2008.
Teknik
Prosedural
Keperawatan
Konsep
dan
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.

Gading

(massage) sebagai salah satu intervensi

BPS,2010. Jumlah lansia meningkat, 19


Maret
2008,
From
:
HYPERLINK
"http://www.bps.go.id.(diakses"
http://www.bps.go.id.(diakses 23
April 2012)

untuk mengatasi tingkat insomnia pada

Cassar,

Semarang
Dapat menerapkan terapi pijat

lansia.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H., Aziz. 2003. Riset keperawatan
dan teknik penulisan ilmiah.
Jakarta : Salemba Medika.
Amir, N.2007. Gangguan Tidur pada
Lanjut Usia. 22 desember 2009,
From
:
www.google.net/

MP. 1999. Massage for


Detoxification.
(http://www.positive health.com/
permit/
Articles/
massage/cassar39.htm. diakses 29
juli 2006).

Craven, R F. & Hirnle, C.J (2002).


Fundamental Of Nursing; human
health and function. (3rded).
Philadelphia: Lippincott
Darmojo, R. B., dan Martono, H.H. 2004.
Geriatri (ilmu kesehatan usia
lanjut). Edisi revisi V. Jakarta :
ECG.

13

Dempsey, Patricia Ann & Arthur D.


Dempsey.2002.
Riset
Keperawatan Buku Ajar &
Latihan. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Darmojo. R. B. 2004. Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut) Edisi
Rsvisi V. Jakarta: Rineka Cipta
Dr. Suparyanto Dalam Iwan, 2009. Skala
Insomnia
(KSPBJ
Insomnia
Rating
Scale).
http://www.sleepnet.com. Diakses
24 Juni 2010; 10.00 WIB
Supriayadi, Eko. 2013. Pengaruh Latihan
Relaksasi Progresif Menggunakan
Audio Visual terhadap Tingkat
Insomnia pada Lansia di Unit
Rehabilitasi
Sosial
Mukti
Rembang. Skripsi PSIK. NWU

Erna, E., Haroen, H., Raini, D.S (2008).


Perbedaan tingkat insomnia lansia
sebelum dan sesudah latihan otot
progresif Di BPSTW Ciparay
Bandung.
Firdaus.

(2011). Terapi pijat untuk


kesehatan kecerdasan otak dan
kekuatan daya ingat. Buku Biru :
Jogyakarta

practices/massage-therapy/howdoes-massage-work. Tanggal 2
November 2011. Jam 14.20 WIB.
Japardi,

I (2002). Gangguan Tidur.


Fakultas
Kedokteran Bagian
Bedah Sumatra Utara.

Kanisius. (2009).
Yogjakarta

Bebas

Insomnia.

Lanywati, E. (2001). Insomnia gangguan


sulit tidur. Yogyakarta : Kanisius
Mubarak, W. I & Cahyatin, N. 2007.
Kebutuhan
Dasar
Manusia.
Jakarta: EGC
Mahendra, B., Destarina, Y. (2009. Pijat
sendiri. Cet.1 Jakarta :Penebar
Plus*
Muhammad, N. 2010. Tanya Jawab
Kesehatan Harian untuk Lansia.
Jogjakarta: Tunas Publishi.
Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2002).
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.

Gunawan, L. (2001). Insomnia : gangguan


sulit tidur. Jogjakarta : Kanisius.

Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2005).
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.

Hadibroto, I., Alam, S., 2006, Seluk Beluk


Pengobatan
Alternatif
dan
Komplementer, PT Bhuana Ilmu
Populer, Jakarta

Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2010).
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.

Handoyo, 2000, Manfaat Pijat Relaksasi,


Available
from
URL
:
http://id.shvoong.com/

Nugroho, Wahjudi. 2006. Keperawatan


Gerontik dan Geriatrik Ed3.
Jakarta: EGC

Healey, Dale DC. (2011). How Daes


Massage
Work?.
http://takingcharge.csh.umn.edu/e
xplore-healing-

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan


Gerontik dan Geriatrik . Jakarta:
EGC

14

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan


metodologi
penelitian
ilmu
keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan
metodologi
penelitian
ilmu
keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Olney, C.M. (2005). The effect of
therapeutic back massage in hypertensive
persons: a preliminary study. Biological
Research for Nursing.

Widya, G. 2010. Mengatasi Insomnia.


Yogyakarta: KataHati

Telah disetujui oleh,


Pembimbing I
Zumrotul Choiriyyah, S.Kep., Ns.
M.Kes

Perry

& Potter. 2005. Fundamental


Keperawatan. Jakarta: EGC

Pembimbing II

Perry

& Potter. 2006. Fundamental


Keperawatan. Jakarta: EGC

Faridah Aini, S.Kep., Ns. M.kep., Sp.K.M.B

Purwanto, S. (2007). Terapi Insomnia.


(diakses 20 November 2012).
Sugiyono. 2007. Metode statistika untuk
penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode statistika untuk
penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suardi, D (2011). Peran dan dampat terapi
komplementer/ alternatife bagi
pasien
kangker.
Pusat
Perhimpunan Onkologi Indonesia
Susilo & Wulandari. (2011). Cara jitu
mengatasi insomnia. Jogjakarta :
Penerbit Andi
Triyadini dkk (2012). Efektifitas terapi
massage dengan terapi mandi air
hangat
terhadap
penurunan
insomnia. Jurnal Keperawatan
Soedirma

Anda mungkin juga menyukai