Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Buku Ajar
Metode Statistika 1
Lisnur Wachidah
Teti Sofia Yanti
Program Studi Statistika, Universitas Islam Bandung
D IBIAYAI
OLEH
DAFTAR ISI
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan belajar
5.1 Penyajian Data
5.2 Penyajian Data dalam Bentuk Daftar
5.3 Diagram Batang
5.4 Diagram garis
5.5 Diagram Lingkaran dan Diagram Pastel
5.6 Diagram Lambang
5.7Diagram Peta
5.8 Diagram Pencar
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
Halaman
1
2
2
2
2
3
3
4
4
5
8
9
11
11
11
11
11
12
12
14
16
18
20
22
22
22
22
22
23
23
23
32
37
44
45
47
48
49
52
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan Belajar
5.1 Daftar Distribusi Frekuensi
5.2 Membuat Daftar Distribusi Frekuensi
5.3 Daftar Distribusi Frekuensi Relatif dan Kumulatif
5.4 Histogram dan Poligon Frekuensi
5.5 Model Populasi
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan belajar
5.1 Rentang, Rentang antar Kuartil, Simpangan Kuartil
5.2 Rata-rata Simpangan
5.3 Simpangan Baku
5.4 bilangan Baku dan Koefisien Variasi
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
54
54
55
55
55
55
55
56
60
63
66
69
73
75
75
75
76
76
76
76
82
85
87
88
91
97
99
101
101
101
101
101
102
102
103
104
111
114
115
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan belajar
5.1 Pengertian
5.2 Istilah-istilah
5.3 Definisi Peluang
5.3.1
Definisi Peluang Klasik
5.3.2
Definisi Peluang Empirik
5.4 Hukum-Hukum (Aturan Peluang)
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
BAB VIII DISTRIBUSI PELUANG
1. Pengantar
2. Kompetensi Dasar
3. Tujuan Pembelajaran
4. Indikator
5. Kegiatan belajar
5.1 Pengertian
5.2 Distribusi Peluang Teoritik
5.2.1 Distribusi Peluang untuk Variabel Diskrit
5.2.2 Distribusi Peluang untuk Variabel Kontinu
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
BAB IX DISTRIBUSI SAMPLING
1. Pengantar
2. Kompetensi Dasar
3. Tujuan Pembelajaran
4. Indikator
5. Kegiatan belajar
5.1Distribusi Sampling Rata-rata
5.2 Distribusi Proporsi
5.3 Distribusi Simpangan Baku
5.4 Distribusi Selisih Rata-rata dan
Distribusi Jumlah Rata-rata
5.5 Distribusi Selisih Proporsi
5.6 Menentukan Ukuran Sampel
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
117
117
117
117
117
117
117
118
119
119
120
120
125
126
128
128
128
128
129
129
132
132
144
157
158
160
160
160
160
161
161
165
167
169
171
174
176
176
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan belajar
5.1 Beberapa Definisi
5.2 Penaksiran Titik/Titik Taksiran
5.3 Penaksiran Interval
5.3.1 Menaksir Rata-Rata
5.3.2 Menaksir Proporsi
5.3.3 Menaksir Simpangan Baku
5.3.4 Menaksir Selisih Rata-Rata
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
178
178
178
178
178
179
179
179
181
181
183
184
185
191
192
Kata Pengantar
Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Alloh SWT,
yang telah melimpahkan rakhmat dan karunia-Nya akhirnya kami dapat
menyelesaikan buku ajar yang berjudul Metode Statistika I, walaupun
buku ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Beberapa tahun terakhir ini makin banyak penelitian dilakukan oleh
perorangan ataupun kelompok. Salah satu hal yang sangat penting
sehubungan dengan penelitian yang dilakukan ialah bagaimana data
harus didapat, disajikan, dianalisis, dan disimpulkan. Maka diperlukan
pengetahuan tentang statistika, dan untuk maksud maksud itulah buku
ini dibuat.
Di dalam buku ajar ini, diberikan metode statistika yang penyajiannya
dibuat sedemikian rupa sehingga para pemakai yang berkecimpung
dalam berbagai disiplin ilmu dapat memperoleh manfaatnya.
Isi buku ini terdiri dari 10 Bab yang tiap bab diakhiri dengan soal-soal
untuk latihan dan memahamkan penggunaan metode yang diberikan.
Pengertian-pengertian dasar statistika diberikan pada Bab I dan II, Bab
III membahas masalah penyajian data, sedangkan persoalan daftar
distribusi frekuensi dan grafiknya dibahas pada Bab IV. Persoalan ukuran
gejala pusat dan ukuran letak di sajikan pada Bab V, sedangkan ukuran
simpangan, dispersi dan variasi disajikan pada Bab VI. Pada Bab VII
materi yang dibahas adalah mengenai Peluang, dan materi masalah
distribusi peluang tertuang pada Bab VIII, dan dua bab terakhir
membahas persoalan distribusi sampling serta penaksiran parameter.
Buku ajar ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak, dan penulis ucapkan terima kasih kepada Hendra Gunawan dan
Erti Dinihayati yang telah membantu dalam pengetikan buku ajar ini.
Juga kepada Program Studi Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Islam Bandung, atas segala kerjasama dan
bantuannya, kami ucapkan terima kasih. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada Tim Pelaksana Program Hibah Kompetisi Institusi
Universitas Islam Bandung yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyusun buku ajar ini.
Penulis menyadari bahwa buku ajar ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran akan sangat kami terima demi
perbaikan dan kesempurnaan buku ini. Akhirnya, kami berharap agar
segala amal perbuatan yang telah dilakukan mendapat balasan yang
setimpal dari Alloh SWT, Amin.
MATERI POKOK I
ARTI STATISTIKA
MAS 201
Oleh :
Lisnur Wachidah , dkk
DAFTAR ISI
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan belajar
5.1 Statistik dan Statistika
5.2 Jenis dan Sumber Data
5.3 Populasi dan Sampel
5.4 Skala Pengukuran
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
2
2
2
2
3
3
4
4
5
8
9
Bab
ARTI STATISTIKA
1.
Pengantar
Kata statistika, bukanlah kata asing, tentu sebelumnya pernah mendengar atau
membaca perkataan statistika. Namun kerapkali masyarakat mengartikan
dalam arti sempit mengenai perkataan statistika. Padahal pengertian statistika
yang benar akan meliputi seluruh kegiatan tidak hanya para peneliti
profesional yang menggunakan, tetapi digunakan pula dalam kehidupan
sehari-hari.
2.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat mendeskripsikan statistik, statistika, dam skala pengukuran.
3.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa memahami arti statistik dan statistika dalam penggunaannya, juga
berbagai jenis skala pengukuran sebagai dasar untuk menentukan metode apa
yang dapat digunakan.
4.
Indikator
o Mahasiswa dapat membedakan statistik dan statistika dalam
kehidupan sehari-hari
o Mahasiswa dapat membedakan jenis dan sumber data
o Mahasiswa dapat menentukan populasi dan sampel juga sensus dan
sampling dalam suatu penelitian
Buku Ajar
5.
Kegiatan Belajar
5.1 Statsitik dan Statistika
Pernyataan hasil pertanian tahun 2003 mengalami penurunan sebesar
20%, rata-rata 80% penghasilan rakyat Indonesia digunakan untuk
mencukupi kebutuhan pokok, dan setiap hari terjadi 14 kali kecelakaan di
Jawa Barat, sudah sering kita dengar dan baca baik di media elektronik
ataupun di media cetak. Pemerintah menggunakan statistika untuk
menilai pembangunan masa lalu dan juga membuat rencana yang akan
datang. Pimpinan perusahaan mengambil manfaat dari statistika untuk
melakukan tindakan-tindakan yang perlu dalam menjalankan tugasnya,
seperti, kapan mengganti alat-alat produksi, bermanfaatkah jika
mengambil pegawai baru setiap harinya, dan masih banyak lagi manfaat
yang dapat diambil dari statistika.
Data yang dikumpulkan melalui penelitian, riset maupun pengamatan,
dicatat dalam bentuk bilangan atau angka, agar lebih menarik biasanya
disajikan dalam grafik atau diagram. Hal seperti inilah yang biasa disebut
dengan statistik. Jadi statistik yang menjelaskan suatu masalah biasanya
diberi nama statistik mengenai hal yang bersangkutan, misalnya : statistik
pertanian, statistik pendidikan, statistik kesehatan dan masih banyak
nama lain lagi.
Selain menunjukkan mengenai suatu hal, statistik juga bisa mengandung
arti wakil dari sekumpulan data. Ukuran ini didapat berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan kumpulan sebagian data dari
keselurauhan tentang persoalan tersebut, umpanya diteliti 30 mahasiswa
dan dicatat IPK (Indeks Prestasi Kumulatif), lalu dihitung rata-rata dari
30 mahasiswa tersebut, didapat 2,87; dari ke-30 mahasiswa tersebut ada
20% yang IPK-nya di atas 3,0; maka nilai rata-rata IPK 2,87 dan 20%
tersebut dinamakan statistik. Selain rata-rata dan presentasi masih banyak
lagi ukuran lain yang merupakan statistik.
Sebagai suatu disiplin ilmu, statistika meliputi berbagai metode dan
konsep yang sangat penting dalam semua penelitian yang melibatkan
pengumpulan data dengan dara riset maupun pengamatan. Jadi, statistika
adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan
data, pengolahan atau penganalisaannya dan penarikan kesimpulan
berdasarkan kumpulan data dan penganalisaan yang dilakukan.
Buku Ajar
5.4
Skala Pengukuran
Dalam suatu penelitia, data yang dikumpulkan ada yang dapat
diukursecara langsung dan ada yang tidak dapat diukur secara langsung.
Untuk pengertian yang tidak dapat diukur secara langsung, harus dibuat
secara operasional dapat diukur. Operasionalisasi ini berarti harus
diusahakan untuk menguraikan pengertian itu dalam sejumlah indikator
yang dapat diukur. Misalnya, "operasionalisasi "status sosial ekonomi"
diukur melalui indikator; pendapatan perbulan dan status pekerjaan.
Jawaban terhadap pertanyaan : "Apakah puas tehadap pelayanan rumah
makan A?" dapat diukur dengan skala : sangat puas, puas, cukup, tidak
puas, sangat tidak puas. Jika hendak mengukur berat suatu benda, maka
dapat dilakukan dengan timbangan yang mempunyai skala gram. Dua
skala dalam contoh di atas, yaitu skala untuk mengukur tingkat kepuasan
dan skala untuk mengukur berat, jelas merupakan skala yang berbeda.
Ada 4 skala pengukuran yang biasa digunakan yaitu :
Buku Ajar
l. Skala Nominal
Pengukuran yang paling lemah tingkatannya dimana bilangan hanya
digunakan untuk mengklasifikasikan obyek, orang, atau benda-benda
lain.
Sebagai contoh, misalkan jenis pekerjaan, PNS diberi simbol
1,Pegawai Swasta 2, Wiraswasta 3, Petani 4, Nelayan 5, dan Lainnya 6.
Bilangan 1, 2, , 6 hanya menunjukkan kategori atau
pengelompokkan. Tidak dapat dikatakan bahwa PNS karena
simbolnya 1, lebih tinggi dari pegawai swasta yang mempunyaisimbol
2. Dalam contoh yang lain misalnya agama yang dianut oleh
masyarakat Indonesia; Islam Kristen, Protestan Hindu, Budha, dan
lainnya. Variabel agama yang dianut mempunyai skala pengukuran
nominal, karena nanti kita akan mendapatkan himpunan orang yang
memeluk agama tertentu.
2. Skala Ordinal
Dapat terjadi bahwa pada saat memberikan bilangan pada obyekdalam
suatu kategori di samping menunjukkan kategori yang berbeda, juga
mempunyai arti yang lain yaitu, bilangan itu menunjukkan lebih tinggi,
lebih besar, lebih sulit, lebih rendah lebih baik dan lain sebagainya.
Jadi arti dari bilangan-bilangan tersebut tergantung kepada yang
mendefinisikannya. Jika bilangan itu berfungsi untuk membedakan
kategori yang satu dengan yang lainnya dan menunjukkan tingkatan
atau ranking, maka disebut skala pengukuran ordinal.
Sebagai contoh seorang anggota ABRI dapat diklasifikasikanmenurut
pangkatnya: Jenderal, Kolonel, Mayor, Kapten dan Letnan. Pangkat
Jenderal lebih tinggi dari Kolonel, pangkat Kolonel lebih tinggi dari
Mayor, pangkat Mayor lebih tinggi dari Kapten pangkat Kapten lebih
tinggi dari Letnan atau jika ditulis dalam simbol ">".
Jendral > Kolonel > Mayor > Kapten > Letnan.
Jika kita coba untuk mencantumkan bilangan pada pangkat ABRI
tersebut, misalnya Jendral 1, Kolonel 2,Mayor 3, Kapten 4, Letnan 5,
maka bilangan semakin kecil pangkat semakin tinggi" tetapi
jikabilangan yang.dicantumkan untuk Jendral 5, Kolonel 4, Mayor
3,Kapten 2, Letnan 1, artinya bilangan semakin besar
menunjukkanpangkat yang semakin tinggi pula. Jadi dapat diambil
kesimpulanbahwa bilangan itu dapat menunjukkan semakin rendah
atau semakin tinggi tergantung pada definisi yarg dibuat.
Contoh lain dari skala pengukuran ordinal adalah status social
ekonomi keluarga, ada keluarga yang mempunyai status sosial
ekonomi tinggi, menengah atau rendah.
Buku Ajar
9
F = C +32
5
Buku Ajar
Celcius
10
30
50
100
Fahrenheit
32
50
86
12
212
adalah ,
(86 50)
= 2 . Dengan perkataan lain dalam skala interval,
( 50 32 )
4. Skala Rasio
Pada skala pengukuran rasio bilangan fungsinya ada 3 yaitu : sebagai
lambang untuk membedakan, isyarat untuk peringkat, menunjukkan
interval (jarak) dan mempunyait itik nol tertentu.Contoh skala rasio
adalah skala untuk mengukur berat, panjang, isi dan sebagainya. Skalaskala ini mempunyai titik-titik nol yangmutlak. Dalam skala rasio
dapat dikatakan, misalnya . berat benda A dua kali berat benda B ;
banyak mahasiswa yang hadir dalam kuliah kemarin adalah tiga kali
banyak mahasiswa yang hadir hari ini. Titik nol yang dipilih tidak
sebarang atau disebut mutlak, absolut atau murni. skala rasio dengan
titik nol yang murni dapat menentukan rasio antara dua titik skala
dengan jelas.
6. Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan statistik dan statistika, dan berikan
contoh jika perlu.
2. Coba terangkan dengan kata-kata sendiri yang dimaksud dengan :
a. Data Kuantitatif
b. Data Kualitatif
c. Data Intern
d. Data Extern
Buku Ajar
e. Data Primer
f. Data Sekunder
g. Data Mentah
3. Berikan beberapa contoh populasi, sampel, sampling dan sensus suatu
masalah disertai alasan yang mendasarinya.
4. Jelaskan 2 macam analisis data
5. Sebutkan 4 macam
menyertainya.
7.
skala
pengukuran
beserta
sifat-sifat
yang
Daftar Pustaka
1. Bartz, Albert. E, 1988. Basic Statistical Concepts, Third Edition. Mc. Millan
Publishing Company, New York.
2. Bhattaraya, G.K., and Johnsons, R.A., 1996. Statistical Principles and
Methods, John Wiley and Sons, New York.
Buku Ajar
MATERI POKOK II
NOTASI DAN OPERASINYA
MAS 201
Oleh
Lisnur Wachidah, dkk
DAFTAR ISI
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan Belajar
5.1 Notasi
5.2 Operasi Penjumlahan
5.3 Sifat-sifat Pokok Penjumlahan
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
11
11
11
11
12
12
14
16
18
20
Bab
1.
Pengantar
Sebelum melangkah lebih jauh untuk mempelajari statistika baik deskriptif maupun
induktif, perlu mempelajari hal-hal berikut. Untuk menunjukkan urutan angkaangka yang diperoleh dari suatu eksperimen (survei) tanpa menuliskan angka itu
sendiri, kerapkali dituliskan angka pertama sebagai x1, angka kedua x2 dan
seterusnya.
2.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu
pengoperasiannya.
3.
mendeskripsikan
masalah
ke
dalam
notasi
dan
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa memahami notasi serta pengoperasiannya untuk setiap larnbang dan
notasi.
4.
Indikator
4.1 Mahasiswa dapat membuat lambang himpunan data untuk setiap masalah yang
dihadapi.
Buku Ajar
11
5.
Kegiatan Belajar
5.1 Notasi
Notasi adalah upaya mencantumkan simbol/lambang pada suatu sistem materi
dengan maksud untuk mempermudah operasi matematika.
Contoh
1) Jumlah kehadiran siswa di suatu sekolah pada hari minggu pertama Agustus
adalah sebagai berikut :
Hari
Kehadiran
37
32
40
34
36
Buku Ajar
12
3) Sepuluh orang mahasiswa mempunyai tinggi (dalam cm) dan berat (dalam kg)
sebagai berikut :
Mahasiswa
10
Tinggi
170 162 169 165 171 170 168 163 166 172
Berat
70
65
59
62
67
65
60
61
63
64
Dalam contoh ini tinggi dan berat badan mahasiswa ke-i ditulis sebagai (xi, yi).
Untuk mahasiwa ke-6 (x6, y6) = (170 ; 65).
Kerapkali kita ingin menjumlah sekumpulan angka. Jika angka-angka ini ditulis
sebagai x1, x2, , xn, maka jumlahnya ditulis dengan symbol
n
= x1 + x2 + ... + x n
i =1
Huruf yakni huruf yunani sigma (huruf besar), berarti Jumlah, dan
subskrip i : 1 sampai dengan n menunjukkan harga-harga yang dijumlahkan.
Jadi i = 1 (di bawah sigma) menunjukkan angka pertama dalam urutan angka
yang dijumlah, dan n (di atas sigma) menunjukkan angka terakhir.
Untuk data dalam contoh 1, jumlah semua siswa yang hadir dalam satu minggu
adalah :
6
x = 35 + 37 + 32 + 40 + 34 + 36 = 214 siswa
i =1
6 i =1
6
Buku Ajar
13
5.2
Operasi Penjumlahan
n
Notasi
i =1
x
i =1
= x1 + x2 + ... + x n
i =1
i =1
xi = k = k + k + ... + k = n .k
Aturan 2
Jika k suatu konstanta, maka :
n
k x =k x
i =1
+ k x2 + ... + k xn
n
= k ( x1 + x2 + ... + x n ) = k . xi
i =1
Aturan 3
n
( x + y ) = ( x + y ) + (x
i =1
+ y 2 ) + ... + ( xn + y n )
= ( x1 + x2 + ... + xn ) + ( y1 + y2 + ... + yn )
n
i =1
i =1
= xi + yi
Dalam menggunakan aturan-aturan itu, kerapkali kita harus mengkombinasikan
dalam berbagai cara.
Buku Ajar
14
i =1
i =1
2
2
2
1) ( x i + k ) = ( xi + 2 kx i + k )
i =1
i =1
i =1
xi2 + (2kxi ) + k 2
+ 2k xi + nk 2
2
i
i =1
(x + y ) = (x
2)
i =1
+ 2 xi y i + yi )
2
i =1
i =1
i =1
xi2 + 2 xi yi + yi
i =1
i =1
i =1
i =1
i =1
x ( x 1) = ( x
i
i =1
2
i
i =1
x x
i =1
, aturan 2
xi )
, aturan 3 dan 2
i =1
5)
, aturan 3
= a xi + b y i
4)
, aturan 2 dan 1
i =1
i =1
3)
2
i
, aturan 3
2
i
i =1
, aturan 3
( xi 1) + ( xi + 1) = ( xi2 1)
i =1
i =1
i =1
xi2 1
n
2
i
, aturan 3
, aturan 1
i =1
Buku Ajar
15
5.3
k = nk
i =1
n
kx = k x
i
i =1
i =1
i =1
i =1
(kxi + h) = k xi + nh
Dalam perhitungan statistika selanjutnya, kita akan sering menggunakan notasi
penjumlahan seperti di atas, malahan penggunaannya kerapkali diperluas menjadi
penjumlahan rangkap. Hal ini dijelaskan sebagai berikut:
Misalnya kita punya m n kuantitas xij, dimana i =1,2,..., m dan j = 1, 2,..., n.
Marilah kita susun kuantitas-kuantitas ini dalam urutan persegi sebagai berikut :
x11
x12
..
x1n
x21
x22
.....
x2n
xm2
.....
xmn
.
.
.
xm1
Terlihat ada m baris dan n kolom. Apabila kita ingin menjumlahkan semua
kuantitas, kita dapat melaksanakannya dalam dua cara, yakni pertama, kita dapat
menjumlahkan masing-masing kolom, kemudian jumlah kolom-kolom ini kita
tambahkan untuk memperoleh hasil yang kita inginkan. Cara kedua adalah
masing-masing baris kita jumlahkan, selanjutnya jumlah-jumlah baris ini kita
Buku Ajar
16
tambahkan untuk memperoleh hasil yang kita harapkan. Salah satu cara dapat
ditulis sebagai
m
i =1
i =1
i =1
xi1 + xi 2 + ... + xi n
dengan cara yang paling singkat :
m
xij
j =1 i =1
Karena hasil penjumlahan dengan kedua cara itu harus sama, maka :
m n
m
x
xij
ij =
j =1 i =1
i =1 j =1
n
Karena dalam penjumlahan rangkap yang terhingga, urutan penjumlahan itu tak
penting maka penjumlahan rangkap dapat kita tulis tanpa tanda kurung sebagai
berikut:
n
xij = xij
j =1 i =1
i =1 j =1
Jadi, jika kita ingin menjumlahkan semua harga x ij, tidaklah berbeda, apakah
pertama kita jumlahkan semua xij dalam tiap baris, selanjutnya jumlah baris-baris
ini kita jumlahkan untuk memperoleh hasil yang kita inginkan, atau pertama kita
jumlahkan semua xij dalam tiap kolom, selanjutnya jumlah kolom-kolom ini kita
jumlahkan untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan.
Jumlah rangkap dapat juga diterapkan untuk bilinear ;
Aij = aij xiyj
, i = 1, 2, , m
j = 1, 2, , n
kita peroleh :
Buku Ajar
17
A = a
ij
i =1 j =1
ij
xi y j
i =1 j =1
ij
xi y j = a 21 x2 y1 + a 22 x2 y2 + ... + a 2 n x2 y n
i =1 j =1
a m1 xm y1 + a m 2 xm y2 + ... + a mn xm y n
yang merupakan suatu suku banyak (polynomial) dalam (n + m) variabel x1, x2 ,
. xm, y1, y2, , yn.
Kasus khusus yang sangat penting dari bentuk di atas adalah jika Aij = aij x j = bi,
dimana I = 1, 2, , m dan j = 1, 2, , n. Maka kita punya :
m
a
i =1 j =1
ij
xi = bi = a 21 x2 + a 22 x2 + ... + a 2 n x2 = b2
i =1
M
a m1 xm + a m 2 x + ... + a mn xn = bm
yang merupakan suatu suku banyak dalam n yang tidak diketahui, yaitu x1, x2 , .
xn
6. Latihan
1. Misalnya : x1 = 1 , x2 = 3 , x3 = 5 , x4 = 8, x5 = 6
4
Hitunglah : a.
xi
i =1
Buku Ajar
c.
(3x + 5)
i =1
18
b.
d.
i =1
( x 2)(2 x + 3)
i
i =1
4
5
6
7
+ ... +
2n
2n + 1
Mahasiswa
IP
10
2,74 3,08 2,50 3,37 2,02 2,94 3,12 2,66 2,87 2,96
b. Hitunglah
i =1
1 10
xi
10 i =1
10
d. Hitunglah
(x
+ 8) 2
i =1
4. Data dalam tabel di bawah ini menunjukkan umur beberapa pasangan mudamudi yang melakukan pernikahan pada bulan Juli 2000 di Kecamatan
Coblong.
Buku Ajar
19
Pasangan
Umur laki-laki(xi)
23 32 25 26 42 29 19 24
x
i =1
y
i =1
8
xi ,
i =1
8
x
i =1
8
yi ,
i =1
y
i =1
2
i
x y
i =1
( x x) ( x + y )
i =1
7.
i =1
Daftar Pustaka
1. Bartz, Albert, E, 1988. Basic Statistical Concept, Mc. Millan Publishing
Company, New York
2. Bhattaraya, G.K, and Johnson, R.A., 1996. Statistical Principles and Methodes,
John Wiley and Sons, New York.
3. Zanzawi Soejoeti, 1985. Buku Materi Pokok Metode Statistika I, Karunika,
Jakarta.
Buku Ajar
20
DAFTAR ISI
1.
2.
3.
4.
5.
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan belajar
5.1 Penyajian Data
5.2 Penyajian Data dalam Bentuk Daftar
5.3 Diagram Batang
5.4 Diagram garis
5.5 Diagram Lingkaran dan Diagram Pastel
5.6 Diagram Lambang
5.7Diagram Peta
5.8 Diagram Pencar
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
Halaman
22
22
22
22
23
23
23
32
37
44
45
47
48
49
52
Bab
PENYAJIAN DATA
1. Pengantar
Data yang telah dikumpulkan baik berupa hasil penelitian maupun percobaan baik itu
berasal dari sampel maupun populasi, untuk keperluan laporan atau analisis
selanjutnya perlu disusun atau disajikan dengan jelas dan baik
2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mendeskripsikan penyajian data.
3. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa memahami cara penyajian data, sesuai dengan karakteristik data yang
bersangkutan.
4. Indikator
4.1 Mahasiswa dapat membuat berbagai daftar untuk menyajikan data
4.2 Mahasiswa dapat menentukan daftar yang sesuai untuk berbagai jenis data
4.3 Mahasiswa dapat membuat berbagai jenis diagram
4.4 Mahasiswa dapat memilih diagram yang sesuai dengan permasalahan
yang
dihadapi
Buku Ajar
22
5. Kegiatan Belajar
5.1 Penyajian data
Pada dasarnya ada dua cara penyajian data yaitu : tabel atau daftar dan grafik atau
diagram. Penyajian dalam bentuk daftar antara lain :
a. Daftar Baris Kolom
b. Daftar Kontingensi
c. Daftar Distribusi Frekuensi
Sedangkan penyajian dalam bentuk diagram:
a. Diagram Batang
b. Diagram Garis
c. Diagram Lambang atau Di4ram Simbol
d. Diagram Pastel atau Diagram Lingkaran
e. Diagram Peta atau Kartogram
f. Diagram Pencar atau Diagram Titik
Buku Ajar
23
Judul kolom ditulis dengan singkat dan jelas, bisa dalam beberapa baris.
Usahakan jangan melakukan pemutusan kata. Demikian pula halnya dengan
judul baris. Sel daftar adalah tempat nilai-nilai data dituliskan. Di kiri bawah
daftar terdapat bagian untuk catatan-catatan yang perlu atau biasa diberikan.
Dalam bagian ini pula terdapat kalimat Sumber : ., yang menjelaskan dari mana
data itu dikutip. Jika kalimat ini tidak terdapat biasanya dianggap bahwa pelapor
sendiri telah mengumpulkan data itu.
Buku Ajar
24
DAFTAR 3.1
JUMLAH PENDUDUK MENURUT PROPINSI
TAHUN 1985
Daearah
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Yogyakarta
Jawa Timur
Jawa dan Madura
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Sumatera
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Timor Timur
Nusa Tenggara
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi
Maluku
Irian Jaya
Seluruh Indonesia
Jumlah Penduduk
4.001.526
15.366.485
13.321.048
1.433.911
15.283.247
49.406.217
1.491.128
4.734.537
1.805.625
1.292.897
885.149
2.697.144
478.107
3.027.990
16.412.577
1.308.286
1.488.672
1.519.058
322.667
4.638.623
1.439.023
560.683
1.131.431
788.640
3.919.777
1.173.464
772.848
3.233.213
561.557
5.741.082
813.586
712.190
81.644.052
Buku Ajar
25
Untuk sekumpulan data yang diberikan, kita dapat membuat lebih dari satu macam
daftar. Perhatikan daftar 3.2, daftar 3.3, dan daftar 3.4 berikut ini.
DAFTAR 3.2
PEMBELIAN BARANG OLEH JAWATAN A DALAM RIBUAN
DAN UNIT JUTAAN RUPIAH
1985 1987
Jumlah
Tahun
Barang
A
Barang
Harga
(2)
(3)
1985
19,1
315,8
8,3
234,4
10,8
81,4
1986
22,1
388,3
12,7
307,8
9,4
80,5
1987
24,0
382,4
11,0
290,4
13,0
92,0
65,2 1.086,5
32,0
832,6
33,2
253,9
(1)
Jumlah
(5)
(6)
(7)
Kolom (2) dan (3), untuk jumlah, bisa ditempatkan pada kolom terakhir sesudah
kolom harga untuk barang B.
Data dalam daftar di atas juga bias disajikan dalam daftar berikut :
Buku Ajar
26
DAFTAR 3.3
PEMBELIAN BARANG-BARANG OLEH JAWATAN A
DALAM RIBUAN UNIT DAN JUTAAN RUPIAH
1985 1987
Barang
1985
1986
1987
8,3
234,4
12,7
307,8
11,0
290,4
10,8
81,4
9,4
80,5
13,0
92,0
Jumlah
19,1
315,8
22,1
388,3
24,0
382,4
DAFTAR 3.4
PEMBELIAN BARANG-BARANG OLEH JAWATAN A
MENURUT BANYAK DAN HARGANYA
TAHUN 1985 1987
Barang
Banyak Barang
Harga
(Ribuan Unit)
(Jutaan Rupiah)
(2)
(3)
(4)
(5)
1985
1986
1987
Jumlah
(6)
(7)
(8)
(9)
8,3
12,7
11,0
832,6
10,8
9,4
33,2
33,2
253,9
Jumlah
19,1
22,1
65,2
81,4
80,5
92,0
Buku Ajar
27
Kolom jumlah, yakni kolom-kolom (5) dan (9) berturut-turut bisa ditempatkan
sebelum kolom-kolom (2) dan (6). Kalau daftar yang harus dibuat berisikan tiga
faktor atau lebih yang semuanya harus dijelaskan oleh data yang nantinya terdapat di
dalam sel daftar, maka pembuatan daftar tidaklah selalu mudah dapat dilaksanakan.
Sering terlebih dahulu kita harus membuat sketsa-sketsa awal dan apabila sudah
nampak benar baru dibuat yang sesungguhnya sekaligus nilai-nilai data diisikan ke
dalam sel masing-masing.
Untuk daftar yang menjelaskan keadaan pegawai di Jawatan A ditinjau dari faktorfaktor : jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), pendidikan (SD, SLTP, SLTA), dan
pengalaman kerja (kurang dari 5 tahurg 5 9, 10 - 19, 20 dan lebih), misalnya dapat
dibuat daftar sebagai nampak pada halaman berikut ini.
Buku Ajar
28
DAFTAR 3.5
KEADAAN PEGAWAI DI JAWATAN A
MENURUT JENIS KELAMIN, PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN
TAHUN 1980
Pendidikan dan Pengalaman
SD :
SLTP :
SLTA :
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Jumlah
Kurang dari 5 th
15
22
59
22
14
36
10 19
19
17
36
24
23
47
Jumlah
80
61
141
Kurang dari 5 th
18
19
37
59
23
12
35
10 19
19
30
49
32
24
56
Jumlah
92
85
177
Kurang dari 5 th
17
14
31
59
16
22
38
10 19
12
Jumlah
46
44
90
218
190
408
Jumlah keseluruhan
Dalam daftar di atas nampak bahwa, jika diambil data 15, maka data ini menyatakan
bahwa ada 15 laki-laki yang berpendidikan SD dan mempunyai pengalaman kerja
kurang dari 5 tahun. Jadi data 15 ini telah menjelaskan ketiga buah faktor yang ada
dalam daftar.
Dapat mudah dimengerti, bahwa makin banyak kategori atau klasifikasi data makin
sulit tabel harus dibuat. Dalam hal demikian, adalah bijaksana jika dibuat lebih dari
sebuah tabel.
Untuk data yang terdiri atas dua faktor atau dua variaber, faktor yang satu Terdiri
atas b kategori dan lainnya terdiri atas k kategori,dapat dibuat daftar kontingensi
Buku Ajar
29
DAFTAR 3.6
BANYAK MURID SEKOLAH DI DAERAH A
MENURUT TINGKAT SEKOLAH DAN JENIS KELAMIN
TAHUN 1970
Jenis Kelamin
Tingkat Sekolah
SD
Laki-laki
4.758 2.795
1.459
9.012
Perempuan
4.032 2.911
1.256
7.404
Jumlah
8.790 4.911
2.715
16.416
Buku Ajar
30
DAFTAR 3.7
HASIL UJIAN MATEMATIKA DAN STATISTIKA
UNTUK 107 MAHASISWA
Nilai Matematika
50 - 59
60 - 69
70 - 79
80 - 89
jumlah
60 69
12
10
31
70 79
10
30
80 89
10
24
90 99
12
22
Jumlah
35
28
30
14
107
Nilai Statistika
Jika data kuantitatif dibuat menjadi beberapa kelompok, maka akan diperoleh daftar
distribusi frekuensi. Sebuah contoh adalah seperti dalam Daftar 3.8
DAFTAR 3.8
UMUR MAHASISWA UNIV X
DALAM TAHUN
(AKHIR TAHUN 1970)
UMUR
BANYAK
MAHASISWA
17 21
1.172
21 24
2.758
25 28
2.976
29 32
997
33 36
205
Jumlah
8.108
Buku Ajar
31
Kolom kedua, yakni banyak mahasiswa, sering disingkat dengan f yang berarti
frekuensi dan menyatakan berapa mahasiswa yang umurnya tertulis pada kolom
pertama. Demikianlah misalnya, ada 1.172 mahasiswa yang umurnya paling muda 17
tahun dan paling tua 20 tahun. Bagaimana cara membuat daftar distribusi frekuensi
akan dijelaskan kemudian.
DAFTAR 3.9
BANYAK MURID DI DAERAH A
MENURUT TINGKAT SEKOLAH DAN JENIS KELAMIN
TAHUN 1970
TINGKAT
BANYAK MURID
JUMLAH
SD
875
687
1.562
SDP
512
507
1.019
ST
347
85
432
SMA
476
342
818
SMEA
316
427
743
2.526
2.084
4.574
JUMLAH
Buku Ajar
32
Kalau hanya diperhatikan jumlah murid, tanpa perincian jenis kelamin diagramnya
merupakan diagram batang tunggal, seperti dapat dilihat dalam Gambar 3.1.
Letak batang yang satu dengan yang lainnya harus terpisah dan lebarnya digambarkan
serasi dengan keadaan tempat diagram. Di atas batang boleh juga nilai kuantum data
dituliskan.
Mungkin juga diagram batang dibuat secara horisontal. Dalam hal ini, untuk Gambar
3.1 menjadi seperti dalam Gambar 3.2
Buku Ajar
33
Jika jenis kelamin juga diperhatikan dan digambarkan diagramnya, maka didapat
diagram batang dua komponen. Bentuk yang tegak adalah seperti berikut ini .
Diagram terakhir ini dapat pula digambarkan secara horisontal. Caranya sama seperti
Gambar 3.2 hanya sekarang tentu terdiri atas dua komponen. Supaya juga jumlah
murid ikut tergambarkan, maka dapat dibuat satu batang lagi yang melukiskan jumlah
murid. Akan didapat diagram batang tiga komponen. Tentu saja tiap batang
digambarkan berlainan dan dijelaskan maksudnya dalam legenda seperti di sudut
kanan atas dalam Gambar 3.3.
Buku Ajar
34
Model diagram batang lain untuk data di atas adalah seperti dalam Gambar 3.4.
Gambar 3.3 lebih baik daripada Gambar 3.4, karena dalam gambar pertama tingkatan
perbandingan tiap kategori lebih nyata kelihatan.
Untuk kategori data yang berlawanan, seperti data di atas, dapat pula dibuat diagran
batang dua arah. Sebuah diantaranya adalah sebagai nampak dalam Gambar 3.5.
Jika terdapat klasifikasi atribut dengan nilai data sangat besar dibandingkan dengan
klasifikasi lainnya, batang untuk yang bernilai besar ini lebih baik dipatahkan.
Contohnya dapat dilihat dalam Gambar 3.6.
Jumlah jiwa tiap daerah, kecuali daerah E, di bawah dua juta. Batang daerah E yang
mencatat 9,57 juta nampak dipatahkan di atas skala 2000.
Buku Ajar
35
Untuk satu kesatuan kumpulan data yang terdiri atas beberapa bagian, sering
diagram batangnya hanya digambar sebuah yang dibagi-bagi sesuai dengan banyak
bagian yang membentuk kesatuan itu. Misalnya untuk data dalam Daftar 3.10,
diagram batangnya telah dibuat seperti dalam Gambar 3.7.
Buku Ajar
36
Demikian pokok dasar cara-cara untuk membentuk diagram batang. Variasinya, tentu
saja dapat dibuat bergantung pada keadaan data dan keahlian si pembuat gambar.
DAFTAR 3.11
PENGGUNAAN BARANG DI JAWATAN B
(DALAM SATUAN)
1971 1980
Tahun
Barang
Yang Digunakan
Buku Ajar
1971
376
1972
524
1973
412
1974
310
1975
268
1976
476
1977
316
1978
556
1979
585
1980
434
37
Dengan memperlihatkan gerak garis, kita dapat mempelajari bagaimana fluktuasi atau
naik-turun pengunaan barang dari tahun ke tahun. Beberapa misal diagram garis
dengan tafsirannya diberikan dalam Gambar 3.9.
(A) Keadaan yang bertambah secara'konstan".
(B) Keadaan yang bertambah dengan pertambahan yang menaik.
(C) Keadaan yang bertambah dengan pertambahan yang menurut.
(D) Keadaan yang menurun dengan penurunan yang tidak tetap.
Buku Ajar
38
Jika nilai data terkumpul sekitar harga yang cukup besar sehingga diagramnya cukup
jauh dari sumbu horisontal, maka lebih baik dilakukan loncatan atau pemutusan sumbu
tegak.
Sebuah contoh adalah seperti terlihat dalam Gambar 3.10 dan Gambar 3.11
Gambar 3.10 kurang baik, karena garis diagram kelihatan cukup jauh dari sumbu
datar. Jika digambarkan dengan loncatan sumbu tegak akan didapat seperti dalam
Gambar 3.11.
Buku Ajar
39
Gambar 3.11 diperoleh dari Gambar 3.10 yang nampak bahwa seolah-olah kertas
pada skala 9000 disobek, dibuang sebagian antara 0 dan 9000, lalu didekatkan. Cara
lain untuk "memperbaiki" Gambar 3.10 adalah dengan jalan memutuskan sumbu
tegaknya saja. Hasilnya seperti dalam Gambar 3.12
Buku Ajar
40
Gambar 3.13 di samping ini dan Gambar 3 (14) di bawahnya melukiskan data yang
sama tetapi telah diambil pembagian skala yang lebar dan sempit. Memperlihatkan
kedua diagram tersebut kita mungkin akan mendapatkan kesimpulan yang berbeda.
Kemungkinan terjadinya kesimpulan yang berlainan untuk data yang sama melalui
diagram haruslah dihilangkan.
Semua diagram di atas dapat digambarkan pada kertas grafik milimeter. Kertas ini,
baik mendatar maupun tegak, mempunyai pembagian skala yang sama besar. Skala
demikian biasa dinamakan skala hitung. Kertas grafik dengan skala hitung dipakai
apabila dari diagram kita ingin mendapat gambaran persoalan dalam pengertian absolut.
Apabila yang dikehendaki gambaran persoalan dalam bentuk relatif, sering digunakan
kertas lain yang disebut kertas grafik semi-logaritma. Dinamakan demikian karena
Buku Ajar
41
salah satu sumbu, biasanya sumbu tegak, mempunyai skala berbentuk logaritma
sedangkan sumbu lainnya berskala hitung.
Garnbar 3.15 adalah sebagian dari kertas grafik semi-logaritma (kertas lengkap diberikan
dalam lampiran untuk keperluan pembaca) yang terdiri atas dua fase atau siklus
sebagaimana dapat dilihat pada sumbu tegaknya. Tiap siklus terdiri atas sembilan bagian,
makin ke atas makin sempit. Pemberian nilai pada skala sumbu tegak dimulai dari
pembagian paling bawah dengan bilangan positif, jadi tidak dimulai dengan nol. Tiap
skala di atasnya merupakan kelipatan bilangan asli berurutan dari nilai pada pembagian
skala pertama untuk tiap siklus. Untuk jelasnya" perhatikan baik-baik contoh dalam
bagian kanan Gambar 3.15.
Buku Ajar
42
Sebuah contoh: Berikut adalah data hasil usaha yang telah dilakukan oleh A dan B selama
1974 - 1980.
DAFTAR 3.12
HASIL USAHA A DAN B
DALAM JUTAAN RUPIAH
1974 1980
TAHUN
1974
2,5
0,2
1975
3,1
0,3
1976
3,5
0,5
1977
4,2
0,6
1978
4,6
0,9
1979
6,8
1,0
1980
8,0
1,2
Diagram garis untuk kedua usaha itu dapat dilihat dalam Gambar 3.16. Nampaknya
dari diagram, kedua usaha mencapai kemajuan dari tahun ke tahun dan usaha A
menunjukkan kemajuan absolut yang lebih besar daripada usaha B.
Buku Ajar
43
Contohnya:
Kita ambil dalam Daftar 3.10 tentang biaya tiap tahun. Terlebih dahulu tiap nilai
28
data diubah ke dalam derajat. Pos A, misalnya menjadi
x 360 0 =100,8 0 dan
100
Buku Ajar
44
18
x 3600 = 64,8 0 . Lainnya dihitung dengan cara yang sama dan
100
didapat untuk pos C = 50,4o, pos D = 79,2o, pos E = 36o dan pos F = 28,8o.
Dengan teliti,
pos B =
Variasi bentuk diagram lingkaran, dapat pula dibuat, misalnya seperti dalam Gambar
3.19. Diagram terakhir ini disebut diagram pastel.
Buku Ajar
45
Contoh:
Untuk melukiskan pegawai di pelbagai jawatan, diagram simbulnya dapat dilihat di
bawah ini :
Gambar 3.21 berikut ini merupakan diagram simbul untuk penggunaan listrik dalam
ribuan KwH untuk industri-industri di beberapa daerah Indonesia selama tahun
1958.
Di bawah ini merupakan gabungan antara diagram lambang dan diagram batang.
Data yang dilukiskan adalah mengenai jumlah kendaraan penumpang di Jawa Barat
untuk tahun 1967, 1969 dan 1971. (Sumbewr data : KOMDAK Langlangbuana, Jawa
Barat).
Buku Ajar
46
Buku Ajar
47
Buku Ajar
48
Uraian lebih lanjut tentang diagram ini akan diberikan kemudian sehubungan
dengan uraian teori statistika lainnya.
6.
Latihan
1. Data hasil sampling ataupun sensus perlu disajikan dalam daftar dan/atau
diagram. Mengapa?
2. Untuk pembuatan sebuah daftar, hal-hal apa saja lagi yang harus diperhatikan?
3. Lihat Daftar 2.6. Buatlah daftar demikian sekaligus, tetapi sekarang dilengkapi
dengan banyak murid dalam keadaan relatif (dalam %).
Lalu jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut :
a. ada berapa % murid perempuan terdapat di ketiga tingkat sekolah itu.
b. ada ... % murid SD, ... % murid SLTP dan ... % murid SLTA
c. ada ... % murid laki-laki tercatat di SLTA
4. Menurut Biro Pusat Statistik Jakarta, berdasarkan hasil sensus tahun 1961,
penduduk Indonesia terdapat 96.319.929 jiwa (tidak termasuk penduduk di
lrian Jaya). Jumlah penduduk ini telah digolongkan menurut umur (dalam
tahun) :
0 - 4, 5 - 9, 10 - 14, 15 - 16 , 20 - 24,25 - 34,35 - 44, 45 - 54, 55 - 64, 65 - 74,75
dan lebih dan golongan yang tidak diketahui umurnya. Untuk laki-laki,
jumlahnya menurut golongan umur tersebut adalah :
8.461.949, 7.683.534, 4.318.543, 3.834.117, 3.452.362, 7.333.617,
5.719.856, 3.559.007, 1.897.510, 795.730, 377.747,dan 59.882
Adapun untuk perempuan, jumlah-jumlah tersebut adalah
8.580.361, 7.639.422, 3.860.869, 3.874.058, 4.338.603, 8.542.102,
5.363.334, 3.483.325, 1.850.396, 829.027, 406.609, dan 56.869.
Buatlah daftar untuk data di atas! Sertakan juga jumlah dan persentasenya
untuk tiap gologan umur yang diberikan.
Buku Ajar
49
6. Apakah akibatnya terhadap kesimpulan yang dapat diambil dari diagram garis jika
pembagian skaranya terlalu lebar atau terlalu sempit ?
7. Buatlah grafik dari Daftar 3.13 di bawah ini dalam sebuah gambar
DAFTAR 3.13
HASIL PADI, KETELA DAN JAGUNG DI INDONESIA TAHUN 1955 1964
(RIBUAN KG)
8. Gambarlah data dalam daftar di bawah ini dalam sebuah grafik dengan sekala
semi logaritma. Beri uraian singkat tentang persediaan dan peredaran uang di
Indonesia untuk periode 1950 1962.
Buku Ajar
50
DAFTAR 3.14
PERSEDIAAN DAN PEREDARAN UANG DI INDONESIA TAHUN 19501962
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
9. Buatlah diagram yang cocok untuk data pada daftar di bawah ini dalam sebuah
gambar berdasarkan data absolut dan data relatifnya.
DAFTAR 3.15
HASIL SURVAI ANGKATAN KERJA NASIONAL TAHUN 1978
DI INDONESIA
Deskripsi
SAKERNAS 1978
Februari
Mei
Agustus
November
44.323.384
45.386.150
73.705.631
43.069.333
31.579.996
32.576.945
29.736.410
29.361.617
Buku Ajar
51
7. Daftar Pustaka
1. Bartz, Albert E, 1988, Basic Statitical Concept, Third Edition, Mac Millan
Publishing Company, New York.
2.
Bhattaraya, GK, and Johnsons, RA., 1996, statistical Principles and Methods,
John Wiley and Sons, New York.
Buku Ajar
52
MATERI POKOK IV
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI
DAN GRAFIKNYA
201MAS
Oleh :
Lisnur Wachidah, dkk
DAFTAR ISI
1.
2.
3.
4.
5.
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan Belajar
5.1 Daftar Distribusi Frekuensi
5.2 Membuat Daftar Distribusi Frekuensi
5.3 Daftar Distribusi Frekuensi Relatif dan Kumulatif
5.4 Histogram dan Poligon Frekuensi
5.5 Model Populasi
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
Halaman
54
55
55
55
55
55
56
60
63
66
69
73
Bab
1.
Pengantar
Daftar distribusi frekuensi ini telah disinggung sedikit dalam Bab III dan
contohnya dapat dilihat dalam Daftar III.8. Sebuah contoh lagi adalah sebagai
berikut :
DAFTAR 4.1
NILAI UJIAN STATISTIKA
UNTUK 80 MAHASIWA
Nilai Ujian
Buku Ajar
Banyaknya Mahasiswa
(f)
31 40
41 50
51 60
61 70
14
71 80
24
81 90
20
91 100
12
Jumlah
80
54
Sebelum dipelajari bagaimana cara membuat daftar ini, akan dijelaskan dulu
tentang istilah-istilah yang dipakai.
2.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mendeskripsikan daftar distribusi frekuensi dan grafiknya.
3.
Tujuan Pembelajaran
3.1 Mahasiswa mengetahui istilah-istilah dalam distribusi frekuensi
3.2 Mahasiswa memahami histogram dan poligon
4.
Indikator
4.1 Mahasiswa dapat menerangkan kembali istilah-istilah yang dipergunkan dalam
tabel distribusi frekuensi.
4.2 Mahasiswa dapat menghitung nilai-nilai yang dibutuhkan dalam distribusi
frekuensi
4.3 Mahasiswa dapat menginterpretasikan model populasi dari bentuk poligon.
5.
Kegiatan Belajar
5.1 Daftar Distribusi Frekuensi
Dalam daftar distribusi frekuensi, banyak obyek dikumpulkan dalam
kelompok-ketompok berbentuk a b, yang disebut kelas interval. Ke dalam
kelas interval a b dimasukkan semua data yang bernilai mulai dari a
sampai dengan b.
Urutan kelas interval disusun mulai data terkecil terus ke bawah sampai nilai
data terbesar. Berturut-turut, mulai dari atas, diberi nama kelas interval
pertama, kelas interval kedua, , kelas interval terakhir. Ini semua ada
dalam kolom kiri. Kolom kanan berisikan bilangan-bilangan yang
menyatakan berapa buah data terdapat dalam tiap kelas interval. Jadi kolom
ini berisikan frekuensi, disingkat f. Misalnya f = 2 untuk kelas interval
pertama, atau ada 2 orang mahasiswa yang mendapat nilai ujian paling
rendah 31 dan paling tinggi 40.
Buku Ajar
55
(5.1)
Buku Ajar
79
49
48
74
81
98
87
80
80
84
90
70
91
93
82
78
70
71
82
38
56
81
74
73
68
72
85
51
65
93
83
86
90
35
83
73
74
43
86
88
92
93
76
71
90
72
67
75
80
91
61
72
97
91
88
81
70
74
99
95
80
59
71
77
63
60
83
82
60
67
89
63
76
63
88
70
66
88
79
75
56
Untuk membuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama,
kita lakukan sebagai berikut .
a. Tentukan rentang, ialah data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini,
karena data terbesar = 99 dan data terkecil = 35, maka rentang = 99 35 =
64
b. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan. Banyak kelas sering biasa
diambil paling sedikit 5 kelas dan paling banyak 15 kelas, dipilih menurut
keperluan. Cara lain cukup bagus untuk n berukuran besar n 200
misalnya, dapat menggunakan aturan Sturges, yaitu :
Banyak kelas = 1 + (3,3) log n
dengan n menyatakan banyaknya data dan hasil akhir dijadikan bilangan
bulat. Untuk contoh kita dengan n = 80, sekedar memperhatikan
penggunaan aturan ini, maka :
Banyak kelas = 1 + (3,3) log 80
= 1 + (3,3) (1,9031) = 7,2802
Kita dapat membuat daftar distribusi frekuensi dengan banyak kelas 7 atau
8 buah.
c. Tentukan panjang kelas interval p. Ini, secara ancer-ancer ditentukan oleh
aturan :
p=
Rentang
Banyak kelas
Harga p diabil sesuai dengan ketelitian susunan data yang digunakan. Jika
data berbentuk satuan, diambil harga p telilti sampai satuan. Untuk data
hingga satu desimal, p ini juga diambil hingga satu desimal, dan begitu
seterusnya.
Untuk contoh kita, maka jika banayak kelas diambil 7, didapat :
P=
64
= 9,14 dan dari sini bias kita ambil p = 9 atau p = 10
7
d. Pilih ujung bawah kelas interval pertama. Untuk ini bias diambil sama
dengan data terkecil atau nilai data yang lebih kecil dari data terkecil tetapi
selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang telah ditentukan.
Selanjutnya daftar diselesaikan dengan menggunakan harga-harga yang telah
dihitung.
Buku Ajar
57
e. Dengan p = 10 dan memulai dengan data yang lebih kecil dari data
terkecil, diambil 31, maka kelas pertama berbentuk 31 40, kelas kedua 41
50, kelas ketiga 51 60 dan seterusnya.
Sebelum daftar sebenarnya dituliskan, ada baiknya dibuat daftar penolong yang
berisikan kolom tabulasi. Kolom ini merupakan kumpulan deretan garis-garis
miring pendek, yang banyaknya sesuai dengan banyak data terdapat dalam kelas
interval yang bersangkutan.
Dengan mengambil banyak kelas 7, panjang kelas 10 dan dimulai dengan ujung
bawah kelas pertama sama dengan 31, seperti dijelaskan dalam e, kita peroleh
daftar penolong seperti di bawah ini .
FREKUENSI
31 40
//
41 50
///
51 60
////
61 70
14
71 80
24
12
81 90
91 - 100
20
//// //// //
Setelah dituliskan dalam bentuk yang lazim dipakai, hasilnya seperti tertera
dalam Daftar 4.1.
Jika ujung bawah kelas pertama diambil sama dengan data terkecil, yakni 35,
maka daftarnya menjadi seperti dalam Daftar 4.2 di halaman berikut ini.
Buku Ajar
58
DAFTAR 4.2
NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA
NILAI UJIAN FREKUENSI
31 40
41 50
51 60
61 70
14
71 80
24
81 90
20
91 - 100
12
Daftar 4.1 dan Daftar 4.3 kedua-duanya dapat digunakan. Akan tetapi dalam
Daftar 4.2, kelas interval terakhir, yakni 95 104, melebihi nilai yang biasa
diberikan, ialah 100. Karenanya, Daftar 4.1 yang lebih baik digunakan.
Dari penyusunan kelas-kelas interval di muka dapat dilihat bahwa ujung bawah
kelas yang satu berbeda dari ujung atas kelas sebelumnya.
Jadi tidak benar, jika dibuat kelas-kelas seperti dalam dua contoh di bawah ini.
31 41
41 51
51 61
35 45
atau
45 55
55 65
Perbedaan antara ujung bawah sebuah kelas dengan ujung atas kelas
sebelumnya adalah satu jika data dicatat hingga satuan, sepersepuluh atau 0,1
jika data dicatat hingga satu desimal, seperseratus atau 0,01 untuk data dicatat
dua desimal dan begitu seterusnya.
Dalam kesua daftar di atas, Daftar 4.1 dan Daftar 4.2, kelas-kelas intervalnya
sama panjang dan tertutup. Mungkin saja membuat daftar dengan panjang kelas
interval yang berlainan dan terbuka.
Buku Ajar
59
DAFTAR 4.3
BANYAK SISWA DI DAERAH A MENURUT UMUR
DALAM TAHUN
UMUR TAHUN
Kurang dari 15
2,456
15 sampai 20
4,075
25 sampai 30
3,560
35 sampai 40
3,219
40 dan lebih
4,168
Jumlah
17,478
Kelas terbuka terjadi pada kelas pertama dan atau kels terakhir. Kelas terbuka
ini dibuat apabila tidak cukup banyak pengamatan yang akan terdapat jika
interval itu dibuat tertutup dan jika data ekstrim tidak diketahui atau tak perlu
diperhatikan.
DAFTAR 4.4
DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
UNTUK NILAI UJIAN STATISTIKA
Buku Ajar
Nilai
31 40
2,50
41 50
3,75
51 60
6,25
61 70
17,50
71 80
30,00
81 90
25,00
91 - 100
15,00
Jumlah
100,00
60
Frekuensi relatif, disingkat frel atau f(%), untuk kelas pertama didapat dari
2
x 100% = 2,50%
80
Untuk lain-lain dihitung dengan jalan yang sama.
Tentu saja kedua bentuk frekuensi, absolut dan relatifdapat disajikan dalam
sebuah daftar. Daftar berikut adalah contohnya.
DAFTAR 4.5
NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA
Nilai
fabs
frel
31 40
2,50
41 50
3,75
51 60
6,25
61 70
14
17,50
71 80
24
30,00
81 90
20
25,00
91 - 100
12
15,00
Jumlah
80
100,00
Ada lagi sebuah daftar yang biasa dinamakan daftar distribusi frekuensi
kumulatif.
Daftar distribusi frekuensi kumulatif dapat dibentuk dari daftar distribusi frekuensi
biasa, dengan jalan menjumlahkan frekuensi demi frekuensi. Dikenal dua
macam distribusi frekuensi kumulatif ialah kurang dari dan atau lebih. Tentu saja
untuk kedua hal ini terdapat pula frekuensi-frekuensi absolut dan relatif. Untuk
distribusi frekuensi kumulatif kurang dari dan atau lebih masing-masing dapat
dilihat dalam Daftar 4.6 dan Daftar 4.7.
Buku Ajar
61
DAFTAR 4.6
NILAI UJIAN STATISTIKA
UNTUK 80 MAHASISWA
(KUMULATIF KURANG DARI)
UMUR
TAHUN
Kurang dari 31
Kurang dari 41
Kurang dari 51
Kurang dari 61
Kurang dari 71
Kurang dari 81
Kurang dari 91
Kurang dari 101
DAFTAR 4.7
NILAI UJIAN STATISTIKA
UNTUK 80 MAHASISWA
(KUMULATIF ATAU LEBIH)
fkum
0
2
5
10
24
48
68
80
UMUR
TAHUN
31 atau lebih
41 atau lebih
51 atau lebih
61 atau lebih
71 atau lebih
81 atau lebih
91 atau lebih
101 atau lebih
fkum
80
78
75
70
56
32
12
0
Perhatikan bahwa dalam kedua daftar di atas (Daftar 4.6 dan Daftar 4.7) tidak
terdapat baris yang menyatakan jumlah frekuensi.
Kalau daftar distribusi frekuensi kumulatif dengan frekuensi relatif dikehendaki,
maka hasilnya seperti dalam daftar-daftar di bawah ini.
DAFTAR 4.8
NILAI UJIAN STATISTIKA
UNTUK 80 MAHASISWA
DAFTAR 4.9
NILAI UJIAN STATISTIKA
UNTUK 80 MAHASISWA
Buku Ajar
62
Gambar 4.1
Buku Ajar
63
Gambar 4.2
Jika daftar distribusi frekuensi mempunyai kelas-kelas interval yang panjangnya
berlainan, maka tinggi diagram tiap kelas harus disesuaikan. Untuk ini , ambil
panjang kelas yang sana yang terbanyak terjadi sebagai satuan pokok. Tinggi
untuk kelas-kelas lainnya digambarkan sebagai kebalikan dari panjang kelas
dikalikan dengan frekuensi yang diberikan.
Contoh : Daftar berikut menyatakan gaji bulanan untuk 135 pegawai yang
terdapat di suatu daerah.
DAFTAR 4.10
GAJI BULANAN 135 PEGAWAI
DI DAERAH A DALAM RUPIAH
UMUR TAHUN
5.000 5.999
30
6.000 6.999
32
7.000 7.999
25
8.000 8.999
18
9.000 12.999
28
13.000 13.499
Jumlah
135
Kelas-kelas interval pertama, kedua, ketiga dan keempat panjangnya sama, yakni
1000. Kelas interval kelima dan keenam masing-masing panjangnya 4000 dan
500. Dengan mengambil pokok panjang kelas 1000, maka tinggi diagram kelas
kelima digambarkan seperempat dari 28 atau 7, sedangkan tinffi diagram kelas
terakhir digambarkan dua kali dua atau 4. Diagramnya dapat dilihat dalam
Gambar 4.3.
Buku Ajar
64
Gambar 4.3
Diagram untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi
kumulatif, bentuknya akan berlainan dengan diagram-diagram di atas. Untuk
data dalam Daftar 4.6, yakni daftar kumulatif kurang dari, diagramnya dapat
dilihat seperti dalam Gambar 4.4.
Gambar 4.4
Untuk data dalam daftar kumulatif atau lebih seperti dalam Daftar 4.7, grafiknya
dapat dilihat di bawah ini :
Buku Ajar
65
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Buku Ajar
66
Jika semua data dalam populasi dapat dikumpulkan lalu dibuat daftar distribusi
frekuensinya dan akhirnya digambarkan kurva frekuensinya, maka kurva ini dapat
menjelaskan sifat atau karakteristik populasi.
Kurva ini merupakan model populasi yang akan ikut menjelaskan cirri-ciri populasi.
Dalam praktek, model populasi ini biasanya didekati oleh atau diturunkan dari
kurva frekuensi yang diperoleh dari sampel representatifyang diambil dari populasi
itu.
Untuk keperluan teori dan metode yang lebih lanjut, model populasi ini
dituangkan dalam bentuk persamaan matematik. Beberapa diantaranya adalah :
model normal, simetrik, positif atau miring ke kiri, negatif atau miring ke kanan,
bentuk-bentuk J dan U.
Gambar 4.7
Buku Ajar
67
Kurva untuk model miring, positif ataupun negatif, dapat dilihat dalam Gambar
4.8
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Buku Ajar
68
Gambar 4.10
Model bentuk U dapat dilihat seperti dalam Gamabr 4.10. Dalam hal ini mulamula terdapat banyak gejala bernilai kecil, kemudian menurun sementara gejala
bernilai besar dan akhirnya menaik lagi untuk nilai gejala yang makin besar.
Model dengan lebih dari sebuah puncak, jadi bukan unimodal, disebut multimodal.
Kalau hanya ada dua puncak dinamakan bimodal.
6.
Latihan
1. Bedakanlah antara daftar-daftar distribusi frekuensi, kontingensi dan baris
kolom
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
a. distribusi frekuensi relatif
b. distribusi frekuensi kumulatif frekuensi
c. kelas interval
d. panjang kelas interval
e. rentang
f. kelas interval tertutup
g. kelas interval terbuka
Buku Ajar
69
b. 2,5 7,5
5,0 7,5
5,0 10,5
7,5 10,0
7,5 12,5
dst
dst
c. 5 kurang dari 10
d. 10,00 19,99
10 kurang dari 15
20,00 39,99
15 kurang dari 20
40,00 59,99
dst
Buku Ajar
70
Buku Ajar
71
DAFTAR 4.11
UMUR, TINGGI DAN BERAT BADAN 100 ORANG LAKI-LAKI
X
4
35
41
31
49
34
37
63
28
40
51
33
37
33
41
38
52
31
44
31
40
36
42
28
40
40
35
32
31
52
45
39
40
48
Buku Ajar
Y
70
73
68
68
66
74
65
74
70
69
69
66
71
69
69
69
70
71
68
67
68
73
69
67
71
70
68
68
70
69
69
67
68
66
Z
180
188
178
159
155
156
157
168
185
187
182
155
170
161
167
180
162
156
189
160
166
178
189
158
180
172
157
176
156
165
159
181
169
160
X
61
61
44
58
29
56
53
47
30
64
31
35
65
43
53
58
67
53
42
43
52
68
64
46
41
58
50
45
59
56
59
47
43
37
Y
68
70
68
67
66
65
68
69
73
71
72
70
65
62
60
62
69*
70
58
69
62
66
70
58
698
73
69
59
58
65
61
67
76
63
Z
182
185
161
175
159
171
166
171
178
170
180
162
163
164
159
162
190
187
157
165
163
158
168
162
175
188
164
158
157
168
155
164
184
160
X
52
52
52
40
27
44
41
33
29
24
36
23
47
26
45
41
55
34
51
58
51
35
34
26
25
44
57
67
59
62
40
52
Y
66
67
69
68
68
59
64
70
68
67
67
59
68
70
60
65
66
69
72
67
70
70
69
70
61
71
68
60
69
70
65
71
Z
154
152
162
175
167
158
169
186
161
160
162
159
167
161
158
167
169
160
175
163
174
172
160
175
164
172
163
159
179
167
163
170
72
7.
Daftar Pustaka
Buku Ajar
73
MATERI POKOK V
UKURAN GEJALA PUSAT DAN UKURAN LETAK
MAS 201
Oleh :
Lisnur Wachidah, dkk
DAFTAR ISI
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan belajar
75
75
76
76
76
76
82
85
87
88
91
97
99
Bab
Pengantar
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang sekumpulan data
mengenai sesuatu hal, baik mengenai sampel ataupun populasi, selain daripada
data itu disajikan dalam tabel dan diagram, masih diperlukan ukuran-ukuran
yang merupakan wakil kumpulan data tersebut. Dalam bab ini akan diuraikan
tentang ukuran gejala pusat dan ukuran letak. Beberapa macam ukuran dari
golongan pertama adalah : rata-rata atau rata-rata hitung, rata-rata ukur, ratarata harmonik, dan modus. Golongan kedua meliputi : median, kuartil, desil
dan persentil.
Ukuran yang dihitung dari kumpulan data dalam sampel dinamakan statistik. Ini
telah juga disinggung dalam Bagian 1. Bab 1. apabila ukuran itu dihitung dari
kumpulan data dalam populasi atau dipakai untuk menyatakan populasi, maka
namanya parameter. Jadi ukuran yang sama dapat bernama statistik atau
parameter bergantung pada apakah ukuran dimaksud untuk sampel atau
populasi.
2.
Kompetesi Dasar
Mahasiswa dapat menggunakan ukuran gejala pusat dan ukuran letak dalam
menyelesaikan persoalan
Buku Ajar
75
3.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa memahami pengertian dan penggunaan ukuran, ukuran gejala pusat
dan ukuran gejala letak
4.
Indikator
a. Mahasiswa dapat mendefinisikan kembali ukuran, ukuran gejala pusat,
dan ukuran gejala letak
b. Mahasiswa dapat menghitung rata-rata, baik data yang disajikan dalam
tabel distribusi frekuensi maupun tidak
Mahasiswa dapat menentukan ukuran rata-rata yang sesuai untuk berbagai
permasalahan
5.
Kegiatan Belajar
5.1 Rata-rata atau Rata-rata Hitung
Untuk keperluan ini dan perhitungan selanjutnya, akan diguankan simbolsimbol. Nilai-nilai data kuantitatif akan dinyatakan dengan x1, x2, , xn, apabila
dalam kumpulan data itu terdapat n buah nilai. Simbol n juga akan dipakai
untuk menyatakan ukuran sampel, yakni banyak data atau obyek yang diteliti
sampel. Simbol N dipakai untuk menyatakan ukuran populasi, yakni banyak
anggota terdapat dalam populasi.
Jika ada lima nilai ujian dari lima ornag mahasiswa untuk mata kuliah statistika
berbentuk : 70, 69, 45, 80, dan 56, maka dalam simbol ditulis : x1 = 70, x2 = 69,
x3 = 45, x4 = 80 dan x5 = 56. dalam hal ini n = 5, yang menyatakan sebuah
sampel berukuran 5.
Rata-rata, atau lengkapnya rata-rata hitung, utnuk data kuantitatif yang terdapat
dalam sebuah sampel dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data oleh
banyak data.
w
Simbol rata-rata untuk sampel ialah x (baca : eks garis) sedangkan rata-rata
w
untuk populasi dipakai simbul (baca : mu). Jadi x adalah statistik sedangkan
w
adalah parameter untuk menyatakan rata-arta. Rumus untuk rata-rata x
adalah :
Buku Ajar
76
w x + x 2 + ... + x n
w
x= 1
atau x =
n
x
i =1
n
yang ada dalam kumpulan itu.
x
i =1
w 70 + 69 + 45 + 80 + 56
= 64
x=
5
Jika ada lima mahasiswa mendapatkan nilai 70, enam mendapat nilai 69, tiga
mendapat 45 dan masing-masing seorang mendapat nilai 80 dan 56, maka lebih
baik data itu ditulis sebagai berikut :
xi
fi
70
69
45
80
56
w
x=
fx
f
i
(5.2)
Ialah jumlah hasil kali anatra frekunsi dan nilai data dibagi oleh jumlah frekuensi
Buku Ajar
77
xi
fi
fixi
70
350
69
414
45
135
80
80
56
56
fx
= 1035
Sehingga
w f i xi
w 1035
= 64.6
x=
atau x =
f
16
i
i
Nilai rata-rata ujian statistika untuk ke-16 mahasiswa itu adalah 64.6.
Rumus (5.2) disebut pula rumus rata-rata diboboti yang sering dipakai untuk
memperbaiki rata-rata yang dihitung oleh Rumus (5.1)
Contoh : Data berikut merupakan daftar barang yang disimpan di gudang,
diantaranya terdapat yang rusak. (untuk menyingkat, judul daftar setiap tabel tidak
lagi dituliskan)
DAFTAR 5.1
BARANG
DISIMPAN
RUSAK
100
96
96
200
92
46
160
80
50
80
60
75
JUMLAH
540
328
Jika rata-rata mengenai persen abrang yang rusak dihitung dengan Rumus (5.1), maka
w 96 + 46 + 50 + 756
x=
% = 66.75%
4
Buku Ajar
78
328
x100% = 60.07%.
540
Hasil ini didapat dengan menggunakan rumus (5.2) seperti dalam daftar berikut :
xi (%)
fi
fixi
96
100
96
46
200
92
75
160
80
75
80
60
Jumlah
540
328
x=
n x
n
i
( 5.3 )
Contoh ; Tiga sub sampel masing-masing berukuran 10, 6, dan 8 sedangkan rataratanya masing-masing 145, 118, dan 162.
Adalah salah jika rata-rata gabungan dihitung dengan Rumus (5.1) ialah
Buku Ajar
79
x=
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, rata-ratanya dihitung
dengan Rumus (5.2), ialah :
v
x=
fx
f
i
(5.4)
Hanya disini xi = tanda kelas interval dan fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda
kelas xi.
Contoh :
Marilah kita hitung rata-rata untuk nilai ujian statistika yang terdapat dalam Daftar III
(i). untuk keperluan ini kita buat tabel berikut :
Catatan : Frekeunsi berbeda dari yang terdapat dalam Daftar III (1)
Dari tabel di atas didapat : fi = 80 dan fixi = 6130.0
Rumus (5.4) memberikan :
v 6130.0
x=
= 76.62
80
Rata-rata nilai ujian statistika 76.62.
Dalam perhitungan di atas, diambil tanda kelas yaitu setengah dari jumlah ujung
bawah dan ujung atas, sebagai wakil tiap kelas interval. Jadi telah dianggap ada
seorang mahasiswa yang mendapat nilai 35.5, ada dua orang yang mendapat nilai 45.5
dan begitu seterusnya. Nilai-nilai asli, sudah tidak terdapat lagi di sini dan telah
diganti oleh tanda kelas. Karena keadaan inilah, amka hasil perhitungan rata-rata bisa
berbeda.
Buku Ajar
80
Cara kedua untuk menghitung rata-rata dari data dalam daftar distribusi frekuensi
ialah dengan cara sandi atau cara singkat. Untuk ini diambil salah satu tanda kelas,
namakan x0. utnuk harga x0 ini diberi nilai sandi c = 0. tanda kelas yang lebih kecil
dari x0 berturut-turut diberi nilai sandi c = -1, c=-2, c=-3 dan seterusnya. Tanda kelas
yang lebih besar dari x0 berturut-turut mempunyai harga-harga sandi c =+1, c = +2,
c = +3 dan seterusnya. Dengan ini semua jika p = panjang kelas interval yang sama
besarnya, maka rata-rata dihitung oleh :
f ici
x = x0 + p
f i
(5.5)
Contoh : untuk data nilai ujian 80 mahasiswa, kita perlu menyusun tabel berikut :
NILAI UJIAN
fi
xi
ci
fici
31-40
35.5
-4
-4
41-50
45.5
-3
-6
51-60
55.5
-2
-10
61-70
15
65.5
-1
-15
71-80
25
75.5
81-90
20
85.5
20
91-100
12
95.5
24
Jumlah
80
Telah diambil x0 = 75.5 dan nilai sandi c = 0 telah diberikan untuk ini. Harga-harga
c = -1, c = -2, c = -3 dan c = -4 telah diberikan berturut-turut untuk tanda-tanda
kelas 65.5, 55.5, 45.5 dan 35.5. tanda kelas yang lebih besar dari x0 = 75.5 berturutturut diberi harga c = 1 dan c= 2. karena p = 10, maka dengan Rumus (5.5), dengan
fici = 9, didapat
9
x = 75.5 + (10) = 76.62
80
Hasil yang sama dengan ketika menggunakan Rumus (5.4). ini memang demikian,
dan sebenarnya Rumus (5.5), dengan
didapat dari Rumus (5.4) dengan
xi x0
berdasarkan sifat :
mengguankan transformasi c i =
p
Buku Ajar
81
1.
2.
Jika tiap data xi dikalikan dengan sejauh bilangan tetap d, angka rata-rata
r
untuk x untuk data baru menjadi d kali rata-rata data lama.
Cobalah selidiki sendiri kebenaran sifat ini !
Perhatikan : Cara sandi diatas hanya berlaku jika panjang kelas interval
semuanya sama.
5.2.
Rata-rata Ukur
Jika perbandigan tiap dua data berurutan tetap atau hampir tetap, ratarata-ukur lebih baik dipakai daripada rata-rata hitung, apabila dikehendaki
rata-ratanya. Untuk data bernilai x1, x2, x3, xn maka rata-rata ukur U
didefinisi sebagai :
U = n x1 , x 2 , x 3 ,...x n
(5.6)
log x i
n
(5.7)
Yakni logaritma rata-arta ukur U sama dengan jumlah logaritma tiap data
dibagi oleh banyak data. Rata-rata ukur U akan didapat dengan jalan
mencari kembali logaritmanya. Tabel logaritma yang sederhana diberikan
dalam Lampiran, Daftar A
Contoh :
Sekedar menunjukkan penggunaan Rumus (5.7), kita ambil x1 = 2, x2 = 4
dan x3 = 8.
Maka log 2 = 0.3010, log 4 = 0.6021, dan log 8 = 0.9031
Buku Ajar
82
Sehingga, setelah dicari kembali dari daftar logaritma, rata-rata ukur U=4.
Untuk fenomena yang bersifat tumbuh dengan syarat-syarat tertentu,
seperti pertumbuhan penduduk, bakteri dan lain-lain, sering digunakan
rumus yang mirip rata-rata ukur ialah :
r
x t
Pt = P0 (1 +
)
100
. 5.8)
Dengan:
P0 = keadaan awal atau permulaan
Pt = keadaan akhir
r
x = rata-rata pertumbuhan setiap satuan waktu
t = satuan waktu yang digunakan
Contoh :
Penduduk Indonesia pada akhir tahun 1946 ada 60 juta, sedangkan akhir
tahun 1956 mencapai 78 juta. Untuk menentukan laju rata-rata
pertumbuhan penduduk tiap tahun kita pakai Rumus (5.8) dengan t = 10,
P0 = 60 dan Pt = 78. maka didapat :
r
x 10
)
78 = 60(1 +
100
Atau
Log 78 = log 60 + 10 log (1 +
x
)
100
Atau
1.8921 = 1.7782 + 10 log (1 +
Buku Ajar
x
)
100
83
Menghasilkan
(1 +
r
x
) = 1.0267
100
( f log x )
f
i
(5.9)
Contoh :
Untuk data dalam Daftar 4.1 tentang nilai ujian 80 mahasiswa kita bentuk
abel berikut :
NILAI UJIAN
fi
xi
Log xi
fi log xi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
31-40
35.5
1.5502
1.5502
41-50
45.5
1.6580
3.3160
51-60
55.5
1.7443
8.7215
61-70
15
65.5
1.8162
27.2430
71-80
25
75.5
1.8779
46.9475
81-90
20
85.5
1.9320
38.6400
91-100
12
95.5
1.9800
23.7600
Jumlah
80
150.1782
Kolom (3) adalah tanda kelas, kolom (4) merupakan logaritma dari kolom
(3) dan kolom (5) menyatakan hasil kali antara kolom (2) dan kolom (4).
Didapat
(fi log xi) = 150.1782 dan fi = 80
log U =
Buku Ajar
150.1782
= 1.8772
80
84
5.3
Rata-rata Harmonik
Untuk data x1, x2, x3, ,xn dalam sebuah sampel berukuran n, maka ratarata harmonik ditentukan oleh :
H=
Atau lengkapnya H =
n
1
x
i
(5.10)
n
1 1
1
+ + ... +
x1 x 2
xn
Contoh :
rata-rata harmonik utnuk kumpulan data : 3, 5, 6, 6, 6, 7, 10, 12, dengan n
= 7 ialah
H=
7
= 5.87
1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
3 5 6 6 7 10 12
Buku Ajar
85
2
1
1
+
10 20
1
40
= 13
3
3
f
( f / x )
i
fi
xi
fi/xi
(1)
(2)
(3)
(4)
31-40
35.5
0.0282
41-50
45.5
0.0440
51-60
55.5
0.0901
61-70
15
65.5
0.2290
71-80
25
75.5
0.3311
81-90
20
85.5
0.2339
91-100
12
95.5
0.1256
Jumlah
80
1.0819
Kolom (3) adalah tanda kelas, kolom (4) merupakan hasil bagi kolom (2)
oleh kolom (3). Dari tabel didapat (fi / xi) = 1.0819 dan fi = 80,
sehingga dengan Rumus (5.11) diperoleh :
H=
80
= 73.94
1.0819
Buku Ajar
86
HU X
5.4
(5.12)
Modus
Untuk menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi atau paling
banyak terdapat digunakan ukuran modus Mo. Ukuran ini juga dalam
keadaan tidak disadari sering dipakai untuk menentukan rata-rata data
kualitatif. Jika kita dengar atau baca : kebanyakan kematian di Indonesia
disebabkan oleh penyakit malaria, pada umumnya kecelakaan lalu lintas
karena kecerobohan pengemudi, amka ini tiada lain masing-masing
merupakan modus penyebab kematian dan kecelakaan lalu lintas.
Modus untuk data kuantitatif ditentukan dengan jalan menentukan
frekuensi terbanyak di antara data itu.
Contoh :
Terdapat sampel dengan nilai-nilai data : 12, 34, 14, 34, 28, 34, 28, 14.
dalam tabel dapat disusun seperti di bawah ini :
xi
fi
12
14
20
34
Buku Ajar
87
Jika Rumus (5.13) digunakan untuk mencari modus Mo dari data dalam
Daftar 4.1, maka dari daftar berikut diperoleh :
NILAI UJIAN
fi
(1)
(2)
31-40
41-50
51-60
61-70
15
71-80
25
81-90
20
91-100
12
Jumlah
1)
2)
3)
4)
5)
80
Buku Ajar
xi
fi
75
60
92
64
35
Dapat dilihat bahwa ada 8 data masingmasing bernilai 75 dan 92, ini menyatakan
bahwa modusnya ada dua, ialah 75 dan
92.
88
5.5
Median
Median menentukan letak data itu disusun menurut urutan nilainya.
Kalau nilai median sama dengan Me, maka 50% dari data hargaharganya paling tinggi sama dengan Me sedangkan 50% lagi hargaharganya paling rendah sama dengan Me.
Jika banyak data ganjil, maka median Me, setelah data disusun menurut
nilainya, merupakan data paling tengah.
Contoh :
Sampel dengan data : 4, 12, 5, 7, 8, 10 setelah disusun menurut nilainya
menjadi : 4, 5, 7, 8, 10, 12. data paling tengah bernilai 8. jadi Me = 8.
Untuk sampel berukuran genap, setelah data disusun menurut urutan
nilainya, mediannya sama dengan rata-rata hitung dua data tengah.
Contoh :
Diberikan sampel dengan data : 12, 7, 8, 14, 16, 19, 10, 10, 8. setelah
disusun menurut nilainya menjadi : 7, 8, 8, 10, 12, 14, 16, 19. data
tengahnya ialah 10 dan 12; sehingga median Me=1/2(10+12) = 1.1.
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi,
mediannya dihitung dengan rums :
1 / 2n F
Me = b + p
f
(5.14)
Dengan b = atas bawah kelas median, ialah kelas dimana median akan
terletak,
p= panjang kelas median,
n= ukuran sampel atau banyak data,
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari
tanda kelas median
f= frekuensi kelas median.
Buku Ajar
89
Contoh :
Jika untuk niali ujian 80 mahasiswa akan dihitug mediannya, dengan
menggunakan daftar berikut kita tempuh hal di bawah ini.
NILAI UJIAN
fi
(1)
(2)
31-40
41-50
51-60
61-70
15
71-80
25
81-90
20
91-100
12
Jumlah
80
Ada 50% dari data yang bernilai paling rendah 77,3 dan setengahnya
lagi bernilai paling besar 77.3.
Dari data dalam Daftar 5.3 tentang nilai ujian 80 mahasiswa, telah
didapat rata-rata X = 76.62, modus Mo = 77.17 dan median Me =
77.3. kita lihat bahwa harga-harga statistik tersebut berlainan. Ketiga
nilai yakni : rata-rata, median dan modus akan sama bila kurva halus
positif atau negatif, hubungan empirik yang berikut dapat diandalkan!
Buku Ajar
(5.15)
90
Dalam grafik, kedudukan ketiga nilai tersebut dapat dilihat di bawah ini
Gambar (A) untuk kurva positif dan (B) untuk yang negatif.
5.6
Buku Ajar
Jika sekumpulan data dibagi menjadi empat bagian yang sama banyak,
sesudah disusun menurut urutan nilainya, maka bilangan pembaginya
disebut kuartil. Ada tiga buah kuartil, ialah kuartil pertama, kuartil kedua
dan kuartil ketiga yang masing-masing disingkat dengan K1, K2 dan K3.
pemberian nama ini dimulai dari nilai kuartil paling kecil. Untuk
menentukan nilai kuartil caranya adalah :
1) susun data menurut urutan nilainya,
2) tentukan letak kuartil,
3) tentukan nilai kuartil.
Letak kuartil ke-i, diberi lambang Ki, ditentukan oleh rumus :
Letak Ki = data ke
i (n + 1)
dengan I = 1, 2, 3
4
(5.16)
Contoh :
Sampel dengan data 75, 82, 66, 57, 64, 56, 92, 94, 86, 52, 60, 60, 70
setelah disusun menjadi : 52, 56, 57, 60, 64, 66, 70, 75, 82, 86, 92, 94.
Letak K1 = data ke
(12 + 1)
Buku Ajar
92
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, kuartil Ki
(i=1, 2, 3) dihitung dengan Rumus :
in
F
dengan i = 1, 2, 3
K i = b + p 4
f
(5.17)
Dengan:
b = batas bawah kelas Ki, ialah kelas interval dimana Ki akan terletak
p = panjang kelas Ki
F = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas Ki
f = frekuensi kelas Ki
Contoh :
Kembali pada hasil ujian 80 mahasiswa seperti dalam tabel di bawah ini:
maka untuk menentukan kuartil ketiga K3, kita perlu x 80 = 60 data.
Dengan demikian K3 terletak dalam kelas interval keenam, dan kelas ini
merupakan kelas K3. Dari kelas K3 ini didapatkan b = 80,5; p = 10; f = 20
dan F = 1 + 2 + 5 + 15 + 25 = 48. Dengan i = 3 dan n = 80, dari rumus
(5.17) diperoleh :
Buku Ajar
K3
3 x 80
48
= 80,5 + 10 4
20
K3
= 86,5
93
DAFTAR 5.4
Nilai ujian fi
31 40
41 50
51 60
61 70
15
71 80
25
81 90
20
91 100
12
Jumlah
80
Ini berarti ada 75% mahasiswa yang mendapat nilai ujian paling tinggi
86,5 sedangkan 25% lagi mendapat nilai paling rendah 86,5.
Jika kumpulan data itu dibagi menjadi 10 bagian yang sama, maka didapat
sembilan pembagi dan tiap pembagi dinamakan desil. Karenanya ada
sembilan buah desil, ialah desil pertama, desil kedua, ..., desil kesembilan
yang disingkat dengan D1, D2, ... , D9. Desil-desil ini dapat ditentukan
dengan jalan :
1) susun data menurut urutan nilainya
2) tentukan letak desil
3) tentukan nilai desil
Letak desil ke-i, diberi lambang Di, ditentukan oleh rumus :
Letak Di = data ke
i (n + 1)
dengan i = 1, 2, ... , 9 ... (5.18)
10
Contoh :
Buku Ajar
94
7(12 + 1)
= data ke-9,1
10
in
F
dengan i = 1, 2, ..., 9
Di = b + p 10
f
... ( 5.19 )
Dengan
b = batas bawah kelas Di, ialah kelas interval di mana Di akan terletak
p = panjang kelas Di
F = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas Di
f = frekuensi kelas Di
Contoh :
Jika diminta D3 untuk 80 nilai ujian statistik, maka kita perlu 30% x 80 =
24 data. Dapat dilihat bahwa kelas D3 berimpit dengan kelas interval ke-4.
Karenanya b = 60.5; p =10,; f = 15 dan F = 1+2+5 = 8. dengan i =3 dan
n = 80, maka dari Rumus (5.18) didapat :
3 x80
= 71.2
D3 = 60.5 + (10) 10
15
Buku Ajar
95
Ada 70% dari mahasiswa paling sedikit mendapat nilai ujian 71.2 dan 30%
lagi mendapat nilai paling besar 71.2.
Akhirnya sekumpulan data yang dibagi menjadi 100 bagian yang sama akan
menghasilkan 99 pembagi yang berturut-turut dinamakan persentil pertama,
persentil kedua, ..., persentil ke 99. simbul yang digunakan berturut-turut
P1, P2, ..., P99.
i (n + 1)
dengan i = 1, 2, ..., 99
100
... (5.20)
in
F
dengan i = 1, 2, ..., 99
Pi = b + p 100
f
... (5.21)
96
6.
Latihan
1. Sebutkanlah macam-macam ukuran gejala pusat dan ukuran letak yang
dikenal hingga sekarang
2. Apakah kegunaan ukuran-ukuran :
a. modus
b. median
c. kuartil
d. desil
e. persentil
f. rentang
3. Berikan contoh untuk memperlihatkan bahwa rata-rata ukur lebih tepat
berfungsi sebagai rata-rata daripada rata-rata hitung.
4. Kapan untuk sekumpulan data hanya bisa dihitung modusnya saja
5. Kapan D5 atau P50 atau K2 dapat berfungsi sebagai rata-rata?
6. Sebuah sampel berukuran n mempunyai rata-rata x . Tiap nilai data
dikurangi dengan 5. Berapa rata-rata kumpulan data yang baru? Bagaimana
jika tiap nilai data ditambah dengan 5? Dikalikan dengan 5?Dibagi dengan
5?
7. Rata-rata sebuah sampel berukuran n sama dengan x . Tiap nilai data
dikurangi dengan x lalu dibagi oleh bialngan tetap b. Berapa rata-rata
kumpulan data yang baru?
8. Bagaimana hubungan antara x , Me, dan Mo? Kapan tanda sama akan
berlaku?
9. Perhatikan data dalam Daftar 3.11. Supaya dihitung rata-rata penggunaan
tiap tahun. Berapa Mediannya?Berapa modusnya?
Buku Ajar
97
10.
11.
12.
13.
14.
25% mahasiswa paling muda berumur 23 tahun. Ukuran apa yang dipakai
disini?
15.
Buku Ajar
98
16.
Penabung
Di bank A Di bank B
703
912
10 49
4.829
3.456
50 99
12.558
10.402
100 499
1.836
976
500 999
273
372
1.000 4.999
117
196
2.000 9.999
39
47
7.
Daftar Pustaka
1. Bartz, Albert E, 1988. Basic Statistical Concept, Third Edition, MacMillan
Publishing Company, New York.
Buku Ajar
99
2. Bhattaraya, G.K., and Johnson, R.A., 1996. Statistical Principles and Methode,
John Wiley and Sons, New York.
3. Hogg and Tanis, 2001. Probability and Statistical Inference, Prentice-Hall. Inc.,
USA
Buku Ajar
100
MATERI POKOK VI
UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI, DAN VARIASI
MAS 201
Oleh
Lisnur Wachidah, dkk
DAFTAR ISI
1.
2.
3.
4.
5.
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan belajar
5.1 Rentang, Rentang antar Kuartil, Simpangan Kuartil
5.2 Rata-rata Simpangan
5.3 Simpangan Baku
5.4 bilangan Baku dan Koefisien Variasi
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
Halaman
101
101
101
101
102
102
103
104
111
114
115
Bab
UKURAN SIMPANGAN,
DISPERSI, DAN VARIASI
1. Pengantar
Kecuali ukuran gejala pusat dan ukuran letak, masih ada lagi ukuran lain ialah
ukuran simpangan atau ukuran dispersi. Ukuran ini kadang-kadang dinamakan pula
ukuran variasi, yang menggambarkan bagaimana berpencarnya data kuantitatif.
Beberapa ukuran dispersi yang terkenal dan akan diuraikan di sini ialah : rentang,
rentang antar kuartil, simpangan kuartil atau deviasi kuartil, rata-rata simpangan atau ratarata deviasi, simpangan baku atau deviasai standar, varians dan koefisien variasi.
2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat mengentahui penggunaan ukuran simpangan, dispersi dan
variasi.
3. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa memahami ukuran simpangan dan dapat menggunakannya sesuai
dengan masalah yang dihadapi.
4. Indikator
Mahasiswa dapat menggunakan dan menghitung rumus ukuran simpangan
Mahasiswa dapat memilih ukuran simpangan yang sesuai untuk masalah yang
dihadapi
Buku Ajar
101
5. Kegiatan Belajar
5.1. Rentang, rentang Antar Kuartil dan Simpangan Kuartil
Ukuran variasi yang paling mudah ditentukan ialah rentang. Ini sudah digunakan
dalam Materi Pokok IV, bagian 4.2, ketika membuat daftar distribusi frekuensi.
Rumusnya adalah :
Rentang = data terbesar data terkecil
(6.1)
Contoh : Untuk ke 80 data yang ada Materi Pokok IV Bagian 2 dengan data
terbesar = 99 dan data terkecil = 35, maka rentangnya = 99 35 = 64.
Karena mudahnya dihitung, rentang ini banyak sekali digunakan dalam cabang
lain dari statistika, ialah statistika industri.
Rentang antar kuartil juga mudah ditentukan, dan ini merupakan selisih antara K 3
dan K1.
Jadi didapatlah hubungan :
RAK = K3 K1
Dengan RAK
(6.2)
K3
= kuartil ketiga
K1
= kuartil pertama,
Contoh : Daftar berikut menyatakan upah tiap jam untuk 65 pegawai di suatu
pabrik.
Buku Ajar
Upah (Rupiah)
fi
50,00 59,99
60,00 69,99
10
70,00 79,99
16
80,00 89,99
14
90,00 99,99
10
100,00 109,99
110,00 119,99
JUMLAH
65
102
(6.3)
RS =
| x
- x|
(6.4)
Buku Ajar
103
Meskipun ukuran in tidak akan digunakan di dalam buku ini, untuk menjelaskan
Rumus (6.4) diberikan sebuah contoh berikut :
x1
xi - x
| xi - x |
-1
-2
10
11
6
=1,5
4
s =
| x
- x|
n -1
(6.5)
Untuk mencari simpangan baku s, dari s2 diambil harga akarnya yang positif.
Buku Ajar
104
xi
x1 - x
(x1 - x )2
(1)
(2)
(3)
-1
10
11
-4
16
Rata-rata x = 8
Dapat dilihat dari kolom (2), bahwa ( x1 - x ) = 0. Karena itulah di sini diambil
kuadratnya yang dituliskan dalam kolom (3).
Didapat ( x1 - x )2 = 30
Dengan menggunakan rumus (6.5) didapat :
s2 =
30
= 7,5 sehingga s = 7,5 = 2,74
4
s =
2
Buku Ajar
n(n 1)
(6.6)
105
Dalam rumus di atas nampak bahwa tidak perlu dihitung dulu rata-rata x , tetapi
cukup menggunakan nilai data aslinya berupa jumlah nilai data dan jumlah
kuadratnya. Jika digunakan untuk data di atas, maka dari tabel ini dihasilkan :
xi
xi2
64
49
10
100
11
121
16
40 = xi 350 = xi2
5 x 30 (40) 2
= 7,5
5x4
s =
f ( x
i
- x)
(6.7)
n -1
s =
n (n - 1)
(6.8)
dengan tanda x1 = tanda kelas, fi =- frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi
dan n = fi.
Buku Ajar
106
xi x
(xi x )2
fi (xi x )2
(3)
(4)
(5)
(6)
31 40
1 35,5
-41,1
1689,21
1.689,21
41 50
2 45,5
-31,1
967,21
1.834,42
51 60
5 55,5
-21,1
445,21
2.226,05
61 70
15 65,5
-11,1
123,21
1.848,15
71 80
25 75,5
-1,1
1,21
30,25
81 90
20 85,5
8,9
79,21
1.548,20
91 100
12 95,5
18,9
Nilai Ujian
fi
xi
(1)
(2)
Jumlah
80
357,21 4.286,52000
-
13.498,80
13.498,80
= 170,9
79
Buku Ajar
107
Untuk menggunakan rumus (6.8), menggunakan data yang sama, maka tabel yang
perlu dibuat adalah seperti di bawah ini :
xi x
(xi x )2
fi (xi x )2
(3)
(4)
(5)
(6)
31 40
1 35,5
-41,1
1689,21
1.689,21
41 50
2 45,5
-31,1
967,21
1.834,42
51 60
5 55,5
-21,1
445,21
2.226,05
61 70
15 65,5
-11,1
123,21
1.848,15
71 80
25 75,5
-1,1
1,21
30,25
81 90
20 85,5
8,9
79,21
1.548,20
91 100
12 95,5
18,9
Nilai Ujian
fi
xi
(1)
(2)
Jumlah
80
357,21 4.286,52000
-
13.498,80
Kolom (4) adalah kuadrat tanda-tanda kelas dalam kolom (3), kolom (5)
merupakan hasil kali kolom (2) dan kolom (3) dan kolom akhir adalah produk
antara kolom (2) dan kolom (4). Dari tabel di dapat :
N = fi = 80 dan fixi = 6.130 dan fi (xi x )2 = 483.310
Sehingga dari rumus (6.8) diperoleh varians
80 x 483.310 (6.130) 2
s =
=172,1
89 x 79
2
Hasilnya berbeda dengan hasil dari rumus (6.7), karena x yang digunakan di
rumus (6.7) telah dibulatkan hingga satu desimal, yang dengan sendirinya akan
menyebabkan adanya perbedaan.
Cara singkat atau cara sandi, seperti ketika menghitung rata-rata x , lihat rumus
(6.5), dapat digunakan juga untuk menghitung varians sehingga perhitungan akan
lebih sederhana. Rumusnya adalah :
n f i ci 2 (f i ci ) 2
s = p
n
(
n
1
)
(6.9)
Buku Ajar
108
Contoh :
Untuk data dalam tabel yang lalu, jika dipakai rumus (6.9) ini, maka diperlukan
tabel berikut :
ci 2 fi ci fi ci2
Nilai Ujian
fi
xi
(1)
(2)
ci
(6)
(7)
31 40
1 35,5
-4
16
-4
16
41 50
2 45,5
-3
-6
18
51 60
5 55,5
-2
4 -10
20
61 70
15 65,5
-1
1 -15
15
71 80
25 75,5
81 90
20 85,5
20
20
91 100
12 95,5
24
48
Jumlah
80
137
Buku Ajar
109
Contoh :
Diberikan sampel dengan data : 9, 3, 8, 8, 9, 8, 9, 18. Setelah dihitung, maka s=
4,14;
a) Tambah tiap data dengan 6 atau berapa saja, maka untuk data baru s = 4,14
b) Kurangi tiap data dengan 5 atau berapa saja, maka untuk data baru s = 4,14
c) Kalikan tiap data dengan 6, maka untuk data baru s = 24,84
d) Bagi tiap data dengan 1/2 , maka untuk data baru s = 8,28
Selanjutnya, sebagaimana halnya dalam rata-rata kita dapat menghitung rata-rata
gabungan (lihat rumus (5.3), Materi Pokok V), maka untuk simpangan baku pun
kita dapat menentukan simpangan baku gabungan. Jika ada k buah sub sampel
dengan keadaan berikut :
Subsampel 1 : berukuran n1 dengan simpangan baku s1
Subsampel 2 : berukuran n2 dengan simpangan baku s2
M
Subsampel k : berukuran nk dengan simpangan baku sk
Yang digabungkan menjadi sebuah sampel berukuran n = n1 + n2 + +nk ,
maka simpangan baku untuk sampel ini merupakan simpangan baku gabungan yang
dihitung dengan rumus :
( ni 1) si
s =
ni k
(6.10)
Atau lengkapnya :
2
2
2
(
n1 1)s1 + (n2 1)s 2 + ...+ (nk 1)s k
=
n1 + n2 + ... + nk k
Buku Ajar
110
Contoh :
Hasil pengamatan pertama terhadap 14 objek memberikan s = 2,75 sedangkan
pengamatan yang kedua kalinya terhadap 23 objek menghasilkan s = 3,08. Maka
dengan rumus (6.10) untuk k = 2 , didapat varians gabungan
(
14 1)(2,75) 2 + (23 1)(3,08) 2
=
14 + 23 2
= 8,7718
zi =
xi x
s
untuk i = 1, 2, , n
(6.11)
Jadi diperoleh penyimpangan atau deviasi data dari rata-rata dinyatakan dalam
satuan simpangan baku. Bilangan yang didapat dinamakan bilangan z. Variabel z1,
z2, , zn ternyata mempunyai rata-rata = 0 dan simpangan baku = 1.
Dalam penggunaannya, bilangan z ini sering diubah menjadi keadaan atau model
baru, yang ternyata distribusi baru, yang mempunyai rata-rata x 0 dan simpangan
baku s0 dengan rumus :
x x
z i = x 0 + s0 i
(6.12)
Buku Ajar
111
Contoh :
1) Dalam psikologi, test Wechsler-Bellevue diubah ke dalam bilangan baku dengan
rata-rata = 10 dan simpangan baku = 3
2) Test klasifikasi umum tentara di Amerika Serikat biasa dijadikan bilangan
baku dengan rata-rata = 100 dan simpangan baku = 20
3) Graduate Record Examination di USA dinyatakan dalam bilangan standar
dengan rata-rata = 500 dan simpangan baku = 100
Bilangan baku sering dipakai untuk membandingkan keadaan distribusi
fenomena.
Contoh :
Seorang mahasiswa mendapat nilai 86 pada ujian akhir matematika di mana ratarata dan simpangan baku kelompok masing-masing 78 dan 10. Pada ujian akhir
statistika di mana rata-rata kelompok 84 dan simpangan baku 18, ia mendapat
nilai 92. Dalam mata ujian mana ia mencapai kedudukan yang lebih baik ?
Jawab :
Dengan rumus (6.11) didapat bilangan baku :
Umtuk matematika z =
Untuk statistika
z=
86 78
= 0.8
10
92 84
= 0,44
18
Mahasiswa itu mendapat 0,8 simpangan baku di atas rata-rata nilai nilai
matematika dan hanya 0,4 simpangan baku di atas rata-rata nilai statistika.
Kedudukannya lebih tinggi dalam hal matematika.
Kalau saja nilai-nilai di atas ke dalam bilangan angka baru dengan rata-rata 100
dan simpangan baku 20, maka :
80 78
Untuk matematika z =100 + 20
=116
10
Untuk statsistika
92 84
z =100 + 200
=108,9
18
Buku Ajar
112
Ukuran variasi atau disversi yang diuraikan dalam bagian-bagian lalu merupakan
disperse absolute. Variasi 5 cm untuk ukuran jarak 100 m dan variasi 5 cm untuk
ukuran jarak 20 m jelas mempunyai pengaruh yang berlainan. Untuk mengukur
pengaruh demikian dan untuk membandingkan variasi antara nilai-nilai kecil,
digunakan disperse relative yang ditentukan oleh :
Dispersi Relatif =
Dispersi Absolut
Rata rata
(6.13)
Jika untuk dispersi absolut diambil simpangan baku,maka didapat koefisien variasi,
disingkat KV. Rumusnya, dinyatakan dalam persen, berbentuk :
KV =
simpangan baku
x100%
rata rata
Koefisien variasi tidak bergantung pada satuan yang digunakan, karenanya dapat
dipakai untuk membandingkan variasi relatif beberapa kumpulan data dengan
satuan yang berbeda.
Contoh :
Semacam lampu elektron rata-rata dapat dipakai selama 3.500 jam dengan
simpangan baku 1.050 jam. Lampu model lain rata-ratanya 10.000 jam dengan
simpangan baku 2.000 jam.
KV (lampu pertama ) =
1.020
x 100% = 30%
3.500
KV (lampu kedua )
2.000
x100% = 20%
10.000
Ternyata lampu kedua secara relative mempunyai masa pakai yang lebih uniform.
Buku Ajar
113
6.
Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
simpangan baku
114
7.
Hitunglah varians untuk umur, tinggi dan berat 100 laki-laki yang
datanya diberikan dalam soal 6, Materi Pokok IV
8.
Koefisien variasi hasil pengamatan yang terdiri atas 100 obyek besarnya
20%. Rata-ratanya tiga lebihnya dari simpangan bakunya. Tentukan
rata-rata sampel itu.
9.
78
85
95
77
62
93
90
81
57
97
61
75
87
73
82
67
80
62
78
65
79
84
80
85
53
71
83
68
38
85
76
77
74
75
71
60
93
70
68
7.
Ada tiga calon masing-masing dating dari tiga sekolah tingkat akhir
yang berbeda. Di sekolahnya masing-masing calon A mendapat nilai
matematika 83 sedangkan rata-rata kelsnya 62 dan simpangan baku 16.
Calon B mendapat nilai 97 dengan rata-rata kelas 83 dan simpangan
baku 23, sedangkan calon C mendapat nilai 87 dengan rata-rata kelas 65
dan simpangan baku 14. Salah satu calon ini akan dipilih berdasarkan
system dengan rata-rata 500 dan simpangan baku 100. Calon mana
sebaiknya yang didahulukan diterima ?
Daftar Pustaka
1. Bart, Albert E, 1998. Basic Statistical Concept, Third Edition, Memillian
Publishing Company, New York
2. Bhattaraya, G.K, and Johnsons, R.A., 1996. Statistical Principles and Methode,
John Wiley and Sons, New York
3. Hogg and Tanis, 2001. Probability and Statistical Inference, Prentice Hall.
Inc., USA
Buku Ajar
115
Buku Ajar
116
117
117
117
117
117
117
118
119
119
120
120
125
126
Bab 7: Peluang
Bab
PELUANG
1. Pengantar
Pada bab ini, mahasiswa mempelajari unsur-unsur peluang, antara lain pengertian
peristiwa, ruang sampel, titik sampel, definisi peluang, dan aturan peluang. Materi
ini merupakan pengetahuan dasar untuk pembahasan materi yang akan datang.
2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat memahami pengertian peristiwa, ruang sampel, titik sampel dan
penggunaan peluang suatu peristiwa.
3. Tujuan Pembelajaran
Menjelaskan dasar-dasar pengertian : peristiwa, ruang sampel, titik sampel, definsi
peluang : secara klasik, secara empiris ; hukum-hukum peluang beserta
penggunaanya.
4. Indikator
Mahasiswa dapat menjelaskan kembali pengertian peristiwa, dapat menentukan :
ruang sampel, titik sampel ; menghitung peluang suatu peristiwa.
5. Kegiatan Belajar
5.1 Pengertian
Dalam kehidupan kita sehari-hari sering kita melontarkan perkataan mungkin.
Perkataan mungkin tersebut mengisyaratkan bahwa kita berhadapan dengan
peristiwa yang tidak pasti, apakah bakal terjadi atau tidak terjadi.
Buku Ajar
117
Bab 7: Peluang
Apabila pada peristiwa yang tidak pasti kita mencantumkan nilai numeric atau
bilangan yang besarnya antara 0 dan 1 kepada kemungkinan tersebut, maka
kemungkinan itu sudah menjadi peluang, Oleh karena itu, secara sederhana dapat
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan peluang (probability) adalah kemungkinan
yang sudah diberi nilai numerik.
5.2 Istilah-istilah
a. Anak yang akan dilahirkan oleh seorang Ibu, kemungkinan jenis kelaminnya
laki-laki (L) atau perempuan (P). L dan P merupakan keseluruhan
kemungkinan yang terjadi.Himpunan (set) yang berisikan keseluruhan
kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi disebut ruang sampel (sampel space).
Secara matematika dapat ditulis S = { L , P }
b. Bayi yang lahir mungkin laki-laki ( L ) atau perempuan ( P ) mempunyai
kesempatan yang sama. Peristiwa-peristiwa yang mempunyai kesempatan
yang sama untuk terjadi disebut equally likely.
c.
d. Apabila bayi yang lahir adalah L, maka bayi P tidak lahir. Ini artinya L dan P
saling menghilangkan. Titik-titik sampel yang saling menghilangkan, disebut
mutually exclusive (saling eksklusif)
Contoh yang lain:
1. Sebuah mata uang yang terdiri atas Tampak Huruf (H) dan Tampak Gambar
(G) dilantunkan satu kali.Himpunan (set) yang berisikan keseluruhan
kemungkinan peristiwa yang tampak H atau G adalah S = {H,G}. Jadi ruang
sampel S di atas terdiri atas 2 titik sampel.
2. Sebuah dadu bermuka enam, yang terdiri atas muka 1, muka 2, muka 3, muka
4, muka 5, dan muka 6., dilantunkan satu kali. Himpunan (set) yang berisikan
keseluruhan kemungkinan peristiwa nomor muka yang muncul di atas adalah
S ={1,2,3,4,5,6}. Jadi ruang sampel S di atas terdiri atas 6 buah titik sampel.
Apabila A menyatakan barang yang dihasilkan adalah rusak, maka
A menyatakan barang yang dihasilkan adalah tidak rusak. Jadi dua peristiwa
tersebut dinamakan saling eksklusif
Apabila B menyatakan peristiwa yang terjadi, maka B menyatakan peristiwa
yang tidak terjadi. Peristiwa-peristiwa B dan B adalah saling menghilangkan (
saling eksklusif)
Buku Ajar
118
Bab 7: Peluang
15
40
b. Sebuah mata uang yang terdiri atas Huruf (H) dan Gambar (G) dilantunkan 1
1
kali, maka P(H) =P(G) =
2
c. Sebuah dadu bermuka enam, yang terdiri atas muka 1, muka 2, muka 3, muka
4, muka 5, dan muka 6. Maka P(muka 1) = P(muka 2) = P(muka 3) =
1
P(muka 4) = P(muka 5) = P(muka 6) =
6
d. Sebuah kotak berisi 15 kelereng berwarna merah, 10 kelereng berwarna
kuning, dan 20 kelereng berwarna hitam. Kelereng dalamkotak tersebut
diaduk,lalu diambil sebuah kelereng tanpa melihat ke dalam kotak atau
dengan mata ditutup. Maka peluang kelereng berwarna merah terambil adalah
15
15
atau ditulis P(kelereng berwarna merah) =
. Sedangkan P(kelereng
45
45
10
20
berwarna kuning) =
dan P(kelereng berwarna kuning) =
45
45
Buku Ajar
119
Bab 7: Peluang
t
N
(7.1)
Buku Ajar
120
Bab 7: Peluang
(7.2)
Contoh :
1. Sebuah mata uang dilantunkan satu kali. Berapa peluang tampak
muka H atau G ?
P(H atau G) = P(H) + P(G)
=
1 1
+ =1
2 2
Buku Ajar
121
Bab 7: Peluang
P(X) =
8
8
=
8 + 10 + 15 33
P(Y) =
10
10
=
8 + 10 + 15 33
P(Z) =
15
15
=
8 + 10 + 15 33
10 15 25
+ =
33 33 33
(7.3)
Contoh :
Dalam sebuah kotak berisi 23 buah kelereng yang bentuk, ukuran, dan bahan
baku yang sama. Dari 23 buah kelereng tersebut, 15 buah kelereng
diantaranya berwarna hitam, dan sisanya (8 buah kelereng) berwarna merah.
Dari dalam kotak tersebut diambil 2 buah kelereng secara berturut-turut.
Berapa peluangnya bahwa kelereng yang terambil pertama kelereng berwarna
hitam, dan yang terambil kedua adalah kelereng berwarna merah.
Buku Ajar
122
Bab 7: Peluang
Jawab :
Misalkan A : Pengambilan kelereng pertama berwarna merah
B : Pengambilan kelerenmg kedua berwarna hitam
Maka peluang terambil pertama kelereng berwarna hitam dan terambil kedua
kelereng berwarna merah adalah :
P(A dan B) = P(A).P(B|A)
=
15 8
. = 0, 23715
23 22
(7.4)
Dua peristiwa A dan peristiwa B merupakan dua buah peristiwa yang saling
bebas, apabila terjadi peristiwa A tidak mempengaruhi terjadinya peristiwa B,
atau terjadinya peristiwa B tidak mempengaruhi terjadinya peristiwa A.
Peristiwa-peristiwa yang saling bebas, dihubungkan dengan kata dan. Oleh
karena itu, berlaku aturan : Apabila i bukan peristiwa A1, A2 , , Ai yang
saling bebas, maka peluang terjadinya peristiwa A1 dan A2 dan dan Ai
adalah :
P(A1 dan A2 dan dan Ai) = P(Ai) . P(A2) .P(Ai)
(7.5)
Contoh :
1. Peluang A akan hidup 15 tahun lagi adalah 0,70
Peluang B akan hidup 15 tahun lagi adalah 0,55
Berapa peluang A dan B akan hidup dalam waktu 15 tahun lagi ?
Jawab :
Peluang A dan B akan hidup dalam waktu 15 tahun lagi adalah
P(A dan B) = P(A) . P(B)
= 0,70 . 0,55
= 0,385
Buku Ajar
123
Bab 7: Peluang
2. Sepasang suami isteri mempunyai dua orang anak. Berapa peluang bahwa
anak yang pertama laki-laki dan anak yang kedua laki-laki.
Jawab :
Misalkan A adalah anak yang lahir pertama laki-laki maka
P(A) =
1
2
1
2
Peluang anak yang lahir pertama laki-laki dan anak yang lahir kedua laki-laki
adalah :
P(A dan B) = P(A) . P(B)
=
1 1
.
2 2
1
4
(7.6)
Contoh :
Penduduk RW 12 kecamatan X terdiri atas 250 keluarga 130 keluarga
berlangganan Harian Kompas, 140 keluarga berlangganan Harian Pikiran
Rakyat, dan 60 keluarga berlangganan Harian Kompas dan Harian Pikiran
Rakyat. Berapa peluangnya bahwa keluarga tersebut yang berlangganan
Harian Kompas atau Harian Pikiran Rakyat atau kedua-duanya.
Jawab :
A : Keluarga berlangganan Harian Kompas P(A) =
130
250
Buku Ajar
140
250
124
Bab 7: Peluang
130 140 60
+
250 250 250
= 0,84
6. Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan peristiwa :
a. Independen
b. Saling eksklusif
c. Bersyarat
d. Inklusif
2. Peluang seorang mahasiswa lulus ujian mata kuliah A sebesar 0,79.
berapakah peluang mahasiswa tersebut tidak lulus ujian mata kuliah A?
Rumus mana yang saudara gunakan!
3. Dari setumpuk kartu bridge, diambil sebuah kartu secara acak.
Berapakah peluang akan terambil :
a. Kartu bertanda Q
b. Kartu Heart
c.
Kartu Diamond
4. Peluang seekor sapi jantan akan hidup 4 tahunlagi adalah 0,86 dan
peluang seekor sapi betina akan hidup 4 tahun lagi adalah 0,77. Tentukan
peluang sapi jantan dan sapi betina akan hidup 4 tahun lagi .
5. Seorang penjual jam tangan memiliki 50 buah jam tangan merk X, 5
buah diantaranya palsu. Seseorang ingin membeli 2 buah dari penjual itu.
Buku Ajar
125
Bab 7: Peluang
7.
Daftar Pustaka
1. Bhattaraya, G.K, and Johnsons, R.A., 1996. Statistical Principles and Methode,
John Wiley and Sons, New York
2. Hogg and Tanis, 2001. Probability and Statistical Inference, Prentice Hall.
Inc., USA
Buku Ajar
126
DAFTAR ISI
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan belajar
5.1 Pengertian
5.2 Distribusi Peluang Teoritik
5.2.1 Distribusi Peluang untuk Variabel Diskrit
5.2.2 Distribusi Peluang untuk Variabel Kontinu
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
128
128
128
128
129
129
132
132
144
157
158
Bab
DISTRIBUSI PELUANG
1. Pendahuluan
Pada bab VII, mahasiswa mempelajari unsur-unsur peluang, yang merupakan
pengertian awal/dasar untuk pembahasan pada Bab VIII. Pada Bab VIII, mahasiswa
akan mempelajari distribusi peluang serta menghitung nilai peluangnya.
2. Standar Kompetensi
Mahasiswa memahami distribusi peluang : diskrit dan kontinu serta dapat
menyelesaikan persoalan mengenai distribusi peluang.
4. Indikator
o Mahasiswa dapat menjelaskan kembali konsep-konsep dasar distribusi
peluang untuk variabel diskrit.
o Mahasiswa dapat menjelaskan kembali konsep-konsep dasar distribusi
binom, Multinomial, Hipergeometrik, Poisson
Buku Ajar
128
5. Kegiatan Belajar
5.1 Pengertian
a.
Misalkan sepasang suami istri mempunyai 3 orang anak, maka akan terdapat 23
= 8 buah titik sampel. Susunan jenis kelamin 3 orang anak tersebut adalah :
LLL, LLP, LPL, PLL, PPP, PPL, PLP, LPP.
b.
X = x1
P(x=X1)
1
8
3
8
1
0
3
8
1
8
Dalam statistika kalau kita berbicara variabel, maka yang dimaksud bukan
variabel dalam pengertian biasa, tetapi yang dimaksud adalah variabel random
atau variabel acak atau peubah acak.
Buku Ajar
129
Peluang diantara 3 orang anak tersebut ada 3 orang anak laki-laki adalah
P (3L) = P ( X = 3 )
=
1
8
Peluang diantara 3 orang anak tersebut ada 2 orang anak laki-laki adalah
P (2L) = P ( X = 2 )
=
3
8
Peluang diantara 3 orang anak tersebut ada 1 orang anak laki-laki adalah
P (1L) = P ( X = 1 )
=
3
8
Peluang diantara 3 orang anak tersebut ada tidak ada anak laki-laki adalah
P (0L) = P ( X = 0 )
=
Buku Ajar
1
8
130
Dari perhitungan di atas, kita dapat membuat sebuah tabel sebagai berikut :
Tabel 8.3 Nilai-nilai X dan Peluangnya Yang Bersangkutan
X = x1
P(x=X1)
1
8
3
8
3
8
1
8
P( X = x )
1
i =0
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa untuk setiap nilai variabel X terdapat
peluang yang bersangkutan.
c.
Sebuah variabel X disebut variable acak, apabila untuk setiap nilainya terdapat
peluang yang bersangkuitan. Variabel acak biasa disingkat dengan variat
(variate).
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah seluruh peluang untuk seluruh
kemungkinan nilai X adalah sama dengan 1.
Peluang yang sama besarnya sama dengan 1 didistribusikan kepada nilai :
X = 0 sebesar
1
8
X = 1 sebesar
3
8
X = 2 sebesar
3
8
Buku Ajar
131
X = 3 sebesar
1
8
Ini artinya kita berhadapan dengan variabel yang mempunyai distribusi peluang.
Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan :
Sebuah variable X disebut variable random apabila X mengikuti suatu distribusi
peluang tertentu.
5.2.1.1
Distribusi Binomial
Buku Ajar
132
b. Bila seseorang memilih secara acak sebuah kartu dari setumpuk kartu bridge,
kartu yang terpilih dapat merupakan kartu As atau kartu bukan AS.
c. Hasil pertandingan sepak bola dapat digolongkan ke dalam menang atau
kalah
Contoh eksperimen di atas menghasilkan dua peristiwa kita katakana peristiwa A
dan alternatifnya peristiwa buka A, dengan P(A) = p = peluang terjadinya peristiwa
A.
Jika pada tiap percobaan dalam eksperimen itu, p = P(A) tetap harganya, maka
percobaan yang berulang-ulang dari eksperimen itu dinamakan peristiwa Bernoulli.
Jika peristiwa Bernoulli dilakukan sebanyak N kali secara independen dinamakan
peristiwa Binomial, X diantaranya menghasilkan peristiwa A dan sisanya (N-X)
peristiwa A . Jika P(A) = p untuk tiap percobaan maka P( A ) = 1 p. Peluang
terjadinya A sebanyak X = x kali dinyatakan dengan rumus :
N
P(x) = P(X=x) = p x ( 1 p ) N x
x
(8.1)
N
N!
Dimana : x = 0, 1, 2, N ; 0 < p < 1 ; =
x x!( N x )!
= Np
Np ( 1 p )
(8.2)
133
15
1
= 6435
2
= 0,1964
1
= 6
2
= 0,375
Buku Ajar
134
30
P (X=2) = (0,05) 2 (0,95) 28
2
= 432 (0,0025)(0,2378)
= 0,2586
Buku Ajar
135
5.2.1.2
Distribusi Multinomial
p ( x1 , x 2 ,..., x k ) =
N!
p1x1 p 2x2 ... p kxk
x1! x 2 !... x k !
(8.3)
i =1
=1
x1 + x2 + + xk = N
k
x
i =1
=N
Contoh :
1. Sebuah dadu bermuka 6 dilantunkan 10 kali. Berapa peluang tampak
muncul muka 1, muka 2, , muka 6 masing-masing tepat 2 kali.
Buku Ajar
136
Jawab : N = 10
P(tampak muncul muka 1) = 1/6
P(tampak muncul muka 2) = 1/6
P(tampak muncul muka 3) = 1/6
X = x1 = 2
X = x2 = 2
X = x3 = 2
X = x4 = 2
X = x5 = 2
X = x6 = 2
Peluang tampak muncul muka 1, muka 2, , muka 6 masing-masing
tepat 2 kali adalah
10!
1 1 1 1 1 1
P(2,2,2,2,2,2) =
.
2! 2! 2! 2! 2! 2! 6 6 6 6 6 6
12
1
= 113.400 .
6
= 0.0034383
Buku Ajar
137
P(1,2,3) =
720 3
=
12 12
= 0,1206
5.2.1.3
6! 3 4 5
.
1! 2!3! 12 12 12
4
12
5
12
Distribusi Hipergeometrik
D N D
x n x
p( x) =
N
n
(8.4)
dengan x = 0, 1, 2, 3, , n
rata-rata distribusi hipergeometrik adalah =
nD
N
Contoh :
1. Sebuah kotak berisi 40 buah sekrup, dan dapat diterima apabila terdapat
paling banyak 3 buah sekrup yang cacat. Suatu kotak akan ditolak jika dari
kotak tersebut diambil 5 buah sekrup sebagai sample dan ternyata 1 buah
sekrup cacat. Berapa peluang mendapatkan tepat 1 buah sekrup yang
cacat dalam sample .
Buku Ajar
138
Jawab :
N = 40
D=3
n=5
x=1
3 40 3
1 5 1
p( x) = P( X = 1) =
40
5
3 37
1 4
=
40
5
= 0,3011
Buku Ajar
139
3 30 3
0 5 0
p( x) = P( X = 0) =
30
5
3 27
0 5
=
30
5
(1)(80730)
142.506
= 0,5665
b. N = 30
D=3
n=5
x = 0, 1
3 30 3
1 5 1
p( x) = P( X = 1) =
30
5
3 27
1 4
=
30
5
(3)(17550)
142.506
= 0,3695
Buku Ajar
140
e x
x!
; x = 0, 1, 2, ,
(8.5)
Buku Ajar
141
Jawab :
X = siswa yang dapat berenang = 0
= Np =
Peluang siswa SD kelas 1 yang tidak dapat berenang adalah
e x
x!
4 0
e 4
=
0!
0,0183.1
=
1
= 0,0183
P( X = 0) =
Buku Ajar
142
e 0,5 0,51
P( X = 1) =
1!
0,6065 . 0,5
=
1
= 0,3033
P( X = 0) =
e 0, 5 0,5 2
P( X = 2) =
2!
0,6065 . 0,25
=
2
= 0,0758
Maka peluang paling banyak ada 2 orang siswa kelas VI yang
mendapat reaksi buruk adalah :
P(x) = P (X = 0) + P (X=1) + P (X=2)
= 0,6065 + 0,3033 + 0,0758
= 0,9856
Buku Ajar
143
1 x
1
f ( x) =
e 2
2
;-<x<
(8.6)
-<<
>0
Buku Ajar
144
x2
1 t
dt
1
.e 2
P( x1 < X < x2 ) =
2
x1
5.3.2
Buku Ajar
145
Dari Tabel Normal Baku, di bawah kolom Z pada kolom kiri cari 1,5
dan kolom di atas angka 1. dari 1,5 maju ke kanan dan dari 1
menurun, didapat 4345.
Luas daerah yang dicari adalah daerah yang diarsir
Maka P(0 < Z < 1,51) = 0,4345
Buku Ajar
146
Dari Tabel Normal baku, di bawah kolom Z pada kolom kiri cari 2,1
dan kolom di atas angka 7. Dari 2,1 maju ke kanan dan dari 7
menurun, didapat 4850.
Luas daerah yang dicari adalah daerah yang diarsir
Maka P(-2,71 < Z < 0) = 0,4850
Dengan cara yang sama seperti contoh a dan b, dari Tabel Normal
Baku diperoleh P (-1,81 < Z < 0) = 0,4649, P(0 < Z < 3,10) =
0,4990
Luas daerah yang dicari adalah daerah yang diarsir
Maka P(-1,81 < Z < 3,10) = 0,4649 + 0,4990
= 0,9639
P (2,45 < Z < 3,65) = P(0 < Z < 3,65) P(0 < Z < 2,45)
Buku Ajar
147
P (Z < 1,76) = ?
P(Z < 1,76 = 0,5 + P(0< Z < 1,76)
Dengan cara yang sama seperti contoh-contoh di atas, dari Tabel
Normal Baku diperoleh
P(0 < Z < 1,76) = 0,4608
Luas daerah yang dicari adalah daerah yang diarsir.
Maka P(Z < 1,76) = 0,5 + 0,4608
= 0,9608
Buku Ajar
148
ke
kanan =
0,4750
Buku Ajar
149
Dari tabel normal baku dalam badan daftar cari angka 4750, lalu
menuju ke pinggir sampai kolom Z, didapat angka 1,9 dan menuju ke
atas sampai batas Z didapat 6Jadi Zp = 1,96
Dari tabel normal baku dalam badan daftar cari angka 3133, lalu
menuju ke pinggir sampai kolom Z, didapat angka 0,8 dan menuju ke
atas sampai batas Z didapat 9. Harga Zp = 0,89. Karena yang
ditanyakan adalah ruas sebelah kiri, maka Zp = -0,89
x
s/ n
+ 1
;-~<t<~
(8.7)
Buku Ajar
150
Buku Ajar
151
Buku Ajar
152
f (U ) = k.U
1
1
2
.e
1
U
2
(8.8)
Buku Ajar
153
Jawab :
Buku Ajar
154
Dari tabel Distribusi Chi Kuadrat, dari kolom cari angka 20, dan dari
baris atas cari 20,95. dari angka 20 maju ke kanan dan dari 20,95 menurun,
maka diperoleh 2p = 31,4
c. Tentukan 2p jika diketahui = 25, dan luas daerah yang diarsi (sebelah
kiri) = 0,01
Jawab :
Dari Tabel Distribusi Chi Kuadrat, dari kolom cari angka 25, dan dari
baris atas cari 20,01. Dari angka 25 maju ke kanan dan dari 20,01 menurun,
maka diperoleh 2p = 11,5.
5.3.5
Distribusi F
Fungsi densitas distribusi F adalah :
f (F ) = k
1
( 1 2 )
2
F
1 + 1
2
( 1 + 2 )
(8.9)
Buku Ajar
155
Penyelesaian :
Buku Ajar
156
Dari tabel distribusi F, pada baris 1 cari angka 16, dan pada kolom 2 cari
angka 23. Dari angka 16 turun dn dari angka 23 ke kanan, maka didapat
biangan yang dicari. Karena yang ditanyakan adalah p = 0,05, maka nilai
yang dicari terletak di atas, dan diperoleh nilai 2,10. Jadi F0,05 (16,23)= 2,10.
6. Latihan
1. Peluang seseorang sembuh dari operasi jantung yang rumit adlah 0,8.
Berapakah peluang tepat 5 dari tujuh orang yang menjalani operasi ini
akan sembuh ?
2. Yang mengirimkan jawaban benar untuk teka-teki silang (TTS) kepada
suatu majalah 35 orang, terdapat 20 wanita dan 15 pria. Ada 4 buah
hadiah yang tersedia. Untuk menentukan siapa yang akan memperoleh
hadiah, diadakan undian untuk yang jawabannya benar semua.
Tentukanlah peluang yang mendapat hadiah itu adalah wanita semuanya ?
3. Apabila A melemparkan bola basket ke arah ring, peluang bola itu masuk
ring adalah 0,5. Pada suatu pertandingan, Si A dapat melemparkan bola
ke arah ring sebanyak 10 kali. Berapakah peluang bahwa bola yang
dilemparkan tersebut masuk ring sebanyak 5 kali ?
4. Pada suatu depot anggrek dijual berbagai bibit anggrek . Depot itu
mempunyai 1.000 batang bibit anggrek bulan, 120 diantaranya bibit hasil
silangan. Seorang penggemar membeli 3 batang jasa. Tentukanlah peluang
penggemar itu mendapatkan dua diantaranya hasil silangan.
Buku Ajar
157
7. Daftar Pustaka
1. Sujana, 1992, Metode Statistika, Edisi ke-5, Tarsito, Bandung.
2. Walpole, Ronald, 1986, Ilmu Peluang untuk Insinyur dan Ilmuwan, Penerbit
ITB, Bandung
Buku Ajar
158
MATERI POKOK IX
DISTRIBUSI SAMPLING
MAS 201
Oleh :
Lisnur Wachidah , dkk
DAFTAR ISI
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan belajar
5.1 Distribusi Sampling Rata-rata
5.2 Distribusi Proporsi
5.3 Distribusi Simpangan Baku
5.4 Distribusi Selisih Rata-rata dan
Distribusi Jumlah Rata-rata
5.5 Distribusi Selisih Proporsi
5.6 Menentukan Ukuran Sampel
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
160
160
160
160
161
161
165
167
169
171
174
176
176
Bab
DISTRIBUSI SAMPLING
1. Pendahuluan
Bab ini, membahas masalah distribusi sampling berbagai bentuk distribusi sampling,
dan perhitungannya.
4. Indikator
o Mahasiswa dapat menjelaskan kembali konsep dasar distribusi sampling
o Mahasiswa dapat menjelaskan kembali distribusi distribusi rata-rata,
distribusi proporsi, distribusi simpangan baku dan distribusi median
Buku Ajar
160
5. Kegiatan Belajar
Waktu kita mengambil sebuah sampel, hendaknya sampel yang diambil adalah sampel
acak. Dari sampel tersebut dihitung nilai statistiknya. Teori yang berhubungan
dengan masalah tersebut, adalah distribusi sampling. Penamaan distribusi sampling,
bergantung kepada nama statistik yang digunakan. Misalnya distribusi sampling ratarata yang disingkat dengan distribusi rata-rata, distribusi sampling proporsi yang
disingkat dengan distribusi proporsi dan lain-lain.
Misalkan sebuah populasi N = 10, yang datanya 98, 99, 97, 98, 99, 98, 97, 97, 98,
99. Diperoleh = 98 dan = 0,78. Diambil sampel berukuran n = 2. Maka
10
akan terdapat = 45 buah sampel. Dari 45 buah sampel tersebut dihitung
2
Buku Ajar
161
rata-ratanya. Data untuk tiap sampel dan rata-rata tiap sampel dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 9.1
Semua Sampel yang Berukuran n = 2 dan Rata-ratanya yang
Diambil dari Populasi Berukuran N = 10
Sampel
Rata-rata
Sampel
Rata-rata
Sampel
Rata-rata
(98;99)
98,5 (99;98)
98,5 (99;98)
98,5
(98;97)
97,5 (99;99)
99 (99;97)
98
(98;98)
98 (97;98)
97,5 (99;97)
98
(98;99)
98,5 (97;99)
98 (99;98)
98,5
(98;98)
98 (97;98)
97,5 (99;99)
99
(98;97)
97,5 (97;97)
97 (98;97)
97,5
(98;97)
97,5 (97;97)
97 (98;97)
97,5
(98;98)
98 (97;98)
97,5 (98;98)
98
(98;99)
98,5 (97;99)
98 (98;99)
98,5
(99;97)
98 (98;99)
98,5 (97;97)
97
(99;98)
98,5 (98;98)
98 (97;98)
97,5
(99;99)
99 (98;97)
97,5 (97;99)
98
(99;98)
98,5 (98;97)
97,5 (97;98)
97,5
(99;97)
98 (98;98)
98 (97;99)
98
(99;97)
98 (98;99)
98,5 (98;99)
98,5
Dari tabel di atas, diperoleh nilai untuk jumlah ke 10 buah rata-rata adalah
4410
Rata rata = 4410 . Maka rata-rata untuk ke-10 rata-rata = 45 = 98 . Jadi
X = 98. Simpangan baku ke- 45 rata-rata di atas juga dapat dihitung , besarnya
adalah: x = 0,52 . Tetapi rata-rata populasi = 98 dan simpangan baku
= 0,78 . Selanjutnya dihitung:
Buku Ajar
162
N n 0,78 10 2
=
= 0,52
N 1
2 10 1
Ternyata apabila
n
> 5% berlaku :
N
X =
X =
Apabila
N n
N 1
(9.1)
n
5% , berlaku X = dan X =
N
n
(9.2)
Frekuensi
Peluang
97
1/15
97,5
12
4/15
98
15
1/3
98,5
12
4/15
99
1/15
Jumlah
45
Buku Ajar
163
X = dan
.
n
Perhatikan bahwa Dalil limit pusat berlaku untuk sembarang bentuk atau model
populasi asalkan simpangan bakunya terhingga besarnya, maka rata-ratany akan
mendekati Distribusi Normal. Pendekatan kepada normal makin baik jika ukuran
sampel n makin besar.
Distribusi normal yang diperoleh dari distribusi rata-rata, agar tabel distribusi
normal baku dapat digunakan, maka distribusi normal yang diperoleh dari
distribusi rata-rata harus distandarkan terlebih dahulu. Transformasi yang
digunakan adalah :
z=
x
x
(9.3)
Contoh :
Berat badan mahasiswa rata-rata mencapai 65 kg dan simpangan baku = 6,5 kg.
Diambil sebuah sampel acak berukuran n = 50 orang mahasiswa tersebut.
Berapakah peluang berat badan rata-rata ke-50 mahasiswa tersebut antara 67
68.
Jawab :
Dari soal di atas, ukuran populasi tidak diketahui, maka dapat dianggap cukup
besar untuk berlakunya teori, sehingga dalil limit berlaku. Jadi rata-rata x untuk
berat badan mahasiswa akan mendekati distibusi normal baku. Untuk soal di atas,
maka :
rata-rata X = 65 kg.
Simpangan baku : X =
6,5
kg
50
= 0,9192 kg
Langkah selanjutnya adalah menghitung Z, dengan cara transformasi.
Dari soal yang ditanyakan adalah antara 67 68 kg. Maka x = 67 kg dan x = 68
kg, sehingga z akan diperoleh :
Buku Ajar
164
Untuk x = 67 kg
67 65
0,9192
= 2,18
z1 =
Untuk x = 68 kg
68 65
0,9192
= 3, 26
z2 =
Dari tabel Distribusi Normal Baku untuk z1 = -2,18 dan z2 = 3,26 diperoleh
peluangnya adalah 0,4854 dan 0,4994.
Maka peluang rata-rata berat badan ke-60 mahasiswa antara 67 58 kg adalah
0,4854 + 0,4994 = 0,9848.
Buku Ajar
165
Apabila rasio
n
> 5% maka : x =
N
n
x =
n
Jika rasio
(1 )
n
(9.3)
N n
N 1
(9.4)
n
5% , maka : : x =
N
n
x =
n
(1 )
n
(9.5)
Untuk perhitungan, agar tabel distribusi Normal baku dapat dipergunakan diperlukan
transformasi sebagai berikut :
x
z= n
x
(9.6)
Contoh :
Misalkan sebuah sampel terdiri atas 200 orang. Menurut informasi ada 5% anggota
yang tergolong ke dalam golongan A. Berapakah peluang bahwa dari 150 orang
tersebut akan terdapat paling sedikit 20 orang dari golongan A ?
Jawab :
Dari soal tersebut, diketahui : = 5% = 0,05
Maka 1 = 1 0,05 = 0,95
Untuk ukuran sampel 200, paling sedikit 20 orang tergolong kategori A, maka paling
sedikit
x 20
=
n 200
= 0,1
Buku Ajar
166
(1 )
n
0,05 (0,95)
200
= 0,015
=
z= n
x
n
0,1 0,05
0,015
= 3,33
=
Dari soal yang ditanyakan adalah paling sedikit, maka luas daerah atau peluang yang
dicari adalah = 0,5 0,4995 = 0,0005
Jadi besarnya peluang bahwa dari 150 orang akan terdapat paling sedikit 20 orang
yang termasuk golongan A sebesar 0,0005.
Buku Ajar
167
2n
s =
z=
s
s
Contoh :
Sebuah populasi yang berdistribusi normal, diketahui variansnya adalah 2,25. Dari
populasi tersebut diambil sampel berukuran 125. berapakah peluang bahwa sampel
tersebut akan mempunyai simpangan baku lebih dari 1,75.
Jawab :
Dari soal, diketahui varians populasinya (2) adalah 2,25. maka simpangan baku
populasi () adalah
=
2,25 = 1,5
s =
1,75 1,5
0,095
= 2,63
z=
Dari soal yang ditanyakan adalah peluang sampel akan mempunyai simpangan baku
lebih dari 1,75. Maka luas daerah yang dicari adalah :
Buku Ajar
168
Sehingga besarnya peluang, bahwa sampel akan mempunyai simpangan baku lebih
dari 1,75 adalah sebesar 0,0043.
5.4 Distribusi Selisih Rata-rata dan Distribusi Jumlah Rata-rata
Misalkan kita mempunyai dua buah populasi, masing-masing berukuran N1 dan N2.
Populasi kesatu mempunyai rata-rata 1 dan simpangan baku 1. Populasi kedua
mempunyai rata-rata 2 dan simpangan baku 2. Secara independen dari populasi
kesatu diambil sampel acak berukuran n1 dan dari populasi kedua diambil sanpel acak
berukuran n2. Populasi kesatu mempunyai variable X, dan populasi kedua
mempunyai variable Y. Dari sampel-sampel tersebut dihitung rata-ratanya sehingga
diperoleh kumpulan rata-rata sampel : x 1, x 2 , , x n dan y 1, y 2, , y n.
n1 adalah banyaknya sampel yang diambil dari populasi kesatu
n2 adalah banyaknya sampel yang diambil dari populasi kedua
Bentuk semua selisih antara rata-rata dari sampel-sampel, sehingga didapat kumpulan
selisih rata-rata, yang bentuk umumnya :
xi y j ; i = 1,2 ,...,k dan j = 1,2,...,r i
Dari kumpulan selisih rata-rata sampel tersebut, akan membentuk distribusi selisih
rata-rata. Dari kumpulan tersebut, kita dapat menghitung rata-ratanya, diberi simbul
x y - .
Apabila populasi berdistribusi normal, maka untuk distribusi selisih rata-rata berlaku :
x y = 1 2
Buku Ajar
(9.7)
169
x y =
12 22
+
n1
n2
atau
y x = 2 1
yx
12 22
=
+
n1
n2
(9.8)
(9.9)
Agar tabel Distribusi Normal Baku dapat digunakan, maka transfomasinya adalah:
z=
( x y ) ( 1 2 )
x y
(9.10)
12 22
+
n1
n2
(9.11)
( x + y ) (1 + 2 )
x+y
(9.12)
Contoh :
Rata-rata berat badan mahasiswa laki-laki 67 kg dan simpangan bakunya 2,5 kg. Ratarata berat badan mahasiswa perempuan 62 kg dengan simpangan bakunya 2,3 kg.
Dari kedua kelompok mahasiswa itu, masing-masing diambil sebuah sampel acak
secara independen berukuran masing-masing 110 orang. Tentukanlah peluang ratarata berat badan mahasiswa laki-laki paling sedikit 4 kg lebihnya dari berat badan
mahasiswi.
Buku Ajar
170
Jawab :
Untuk membedakan mahasiwa dan mahasiswi, kita beri simbul X dan Y.
Dari soal di atas diketahui :
1 = x = 67 kg ; 1 = x = 2,5 kg
1 = y = 62 kg ; 2 = y = 2,3 kg
n1 = n2 = 110
Maka : x y = 67 kg 62 kg
= 5 kg
Simpangan baku :
x y
(2,5) 2 (2,3) 2
=
+
110
110
= 0,3238
Rata-rata berat badan mahasiswa laki-laki paling sedikit 4 kg lebihnya dari berat
badan mahasiswi, maka x - y = 4 kg
Transformasi : z =
45
= -3,09
0,3238
Peluang rata-rata berat badan mahasiswa laki-laki paling sedikit 4 kg lebihnya dari
berat badan mahasiswi adalah :
Dari tabel normal baku, untuk z = -3,09, luas daerahnya adalah 0,4990. Jadi peluang
yang dicari adalah 05 + 0,4990 = 0,9990.
Buku Ajar
171
dari kedua populasi itu diambil sampel-sampel acak berukuran n1 dari populasi kesatu
dan berukuran n2 dari populasi kedua.
Untuk peristiwa A, diperoleh kumpulan proporsi :
xj
xi
; i = 1, 2, ... , k dan
; i = 1, 2, ... , r
n2
n1
Xi : adanya peristiwa A dalam sampel yang diambil dari populasi kesatu
Yj : adanya peristiwa A dalam sampel yang diambil dari populasi kedua
x y
Selisih proporsi : i j
n1 n2
Dari kumpulan selisih proporsi tersebut, dapat dihitung rata-ratanya diberi simbol sp
dan simpangan bakunya, diberi simbul sp .
1 (1 1 ) 2 (1 2 )
+
n1
n2
Contoh :
Ada informasi, bahwa calon A akan mendapat suara 70% dalam pemilihan ketua RW.
Dua buah sampel acak secara independen diambil, masing-masing terdiri tas 200
orang. Berapa peluangnya akan terjadi perbedaan persentase tidak lebih dari 13%
yang akan memilih calon A ?
Jawab :
Dari soal di atas diketahui :
1 = 70% = 0,70
2 = 70% = 0,70
Buku Ajar
172
n1 = n2 = 200
Misalkan : x ; Jumlah ornag yang memilih calon A dalam sampel kesatu
y : Jumlah orang yang memilih calon A dalam sampel kedua
y x
x y
< 13% atau < 13%
n2 n1
n1 n2
x y
< 13%
n1 n2
sp =
Transformasi :
0,13 0
0,04
= 3,25
0,13 0
z2 =
0,04
= 3,25
z1 =
Besarnya peluang akan terjadi perbedaan persentase tidak lebih dari 13% yang akan
memilih calon A, dari gambar di bawah ini adalah luas daerah yang diarsir.
Buku Ajar
173
Dari Tabel Normal Baku untuk z = 3,25, luas daerahnya adalah 0,4994.
Jadi peluang yang dicari adalah 0,4994 + 0,4994 = 0,9988
d
n
8,4
1
n
n = 8,4
n = (8, 4) 2
= 70,56
Jadi ukuran sampel minimal yang diperlukan adalah 71 mahasiswa
Buku Ajar
174
b.
dengan cara konservatif, dengan mengambil harga kekeliruan baku atau galat
1
baku yang terbesar, yaitu ( 1 ) =
4
Contoh :
Menurut informasi ada 15% anggota masyarakat tergolong ke dalam golongan
A. Berapa orang yang harus diselidiki agar persentase golongan A dari sampel
yang satu dengan yang lainnya diharapkan berbeda paling besar 2% ?
Jawab :
Dari soal di atas diketahui : = 15%
= 0,15
d = 2%
ukuran sampel yang diperlukan
x d
n
(1 )
d
n
Buku Ajar
175
0,15 ( 0,85 )
0,02
n
0,1275
0,02
n
0,02 . n = 0,1275
n = 0,1275 : 0,02
n = 17,85357
n = (17,85357) 2
n = 316,75
Maka banyaknya orang diselidiki minimal 319 orang
6. Latihan
1.
Sebuah sampel acak terdiri atas pemain badminton 100 orang, sedangkan
pemain kidalnya ada 5%. Berapakah peluang dari 100 orang tersebut
akan ada paling sedikit 10 orang adalah pemain kidal.
2.
3.
Tentukan :
4.
Buku Ajar
a)
b)
176
7.
Daftar Pustaka
a.
Bha ttaraya, G.K., and Johnsons, R.A., 1996. Statistical Principles and
Methods, John Wiley and Sons, New York.
b.
c.
d.
Walpole, Ronald, 1986, Ilmu Peluang untuk Insinyur dan Ilmuwan, Penerbit
ITB, Bandung
Buku Ajar
177
MATERI POKOK X
PENAKSIRAN PARAMETER
MAS 201
Oleh :
Lisnur Wachidah , dkk
DAFTAR ISI
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
Pengantar
Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Kegiatan belajar
5.1 Beberapa Definisi
5.2 Penaksiran Titik/Titik Taksiran
5.3 Penaksiran Interval
5.3.1 Menaksir Rata-Rata
5.3.2 Menaksir Proporsi
5.3.3 Menaksir Simpangan Baku
5.3.4 Menaksir Selisih Rata-Rata
6. Latihan
7. Daftar Pustaka
178
178
178
178
179
179
179
181
181
183
184
185
191
192
Bab
10
Penaksiran Parameter
1. Pendahuluan
Penaksiran memegang peranan penting dalam statistika inferensial selain pengujian
Hipotesis. Penaksiran dibagi dalam dua pengertian yaitu penaksiran titik dan
penaksiran interval. Penaksiran interval bergantung pada suatu distribusi tertentu dari
serangkaian data yang kita amati.
2. Standar Kompetensi
Mahasiswa dapat mendeskripsikan konsep dasar Penaksiran parameter, syarat
penaksiran parameter, penaksiran titik dan interval, dapat memberikan contohcontoh penggunaan penaksiran titik dan interval dalam kehidupan sehari-hari
3. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa memahami konsep dasar Penaksiran parameter, syarat penaksiran
parameter, Mahasiswa memahami konsep dasar konsep dasar Penaksiran titik dan
interval, Mahasiswa memahami penggunaan penaksiran titik dan interval dalam
kehidupan sehari-hari
4. Indikator
o Mahasiswa dapat menjelaskan kembali konsep dasar Penaksiran parameter
o Mahasiswa dapat menjelaskan kembali syarat penaksiran parameter
o Mahasiswa dapat menjelaskan kembali konsep dasar Penaksiran titik dan
interval
Buku Ajar
178
5. Kegiatan Belajar
Andaikan suatu populasi berukuran N mempunyai parameter yang tidak diketahui
nilainya. Untuk menaksir nilai kita ambil sample yang representatif berukuran n dari
populasi tersebut, kemudian kita hitung nilai statistika jadi adalah penaksir
untuk .
diharapkan hasilnya akan sama dengan , tetapi hal yang biasa terjadi adalah
menaksir oleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kedua hasil tersebut jelas tidak
dikehendaki, karena penaksir yang diinginkan adalah penaksir yang baik, yaitu tak
bias, bervariasi minimum dan konsisten.
179
Indonesia, maka 163 adalah titik taksiran untuk rata-rata tinggi mahasiswa
Indonesia.
Taksiran titik tidak secara lengkap memberikan informasi tentang keadaan
populasi, karena hanya mempunyai satu nilai saja. Titik taksiran untuk sebuah
parameter misalnya, harganya akan berlainan bergantung pada harga x yang
didapat dari sampel-sampel yang diambil. Karenanya orang sering merasa
kurang yakin atau kurang percaya atas hasil penaksiran semacam ini. Untuk
mengatasi itu dipakailah interval taksiran atau selang taksiran
x
i =1
; i = 1, 2, , N
(10.1)
; i = 1, 2, , n
(10.2)
; i = 1, 2, , N
(10.3)
; i = 1, 2, , n
(10.4)
x=
x
i =1
n
N
(x
i =1
N
n
s=
x)
(x
i =1
x) 2
n 1
b. Menaksir Proporsi
Perhatikan populasi binom berukuran N dimana terdapat proporsi untuk
peristiwa A yang ada dalam populasi itu. Sebuah sampel acak berukuran n
Buku Ajar
180
5.3.1
Menaksir Rata-rata
Buku Ajar
< < x + Z .
2
(10.5)
181
n
Jika > 5%
N
x Z .
2
N n
< < x + Z .
N 1
n
2
N n
N 1
(10.6)
s
s
< < x + tp.
n
n
(10.7)
s
n
N n
s
< < x + t p.
N 1
n
N n
N 1
(10.8)
Contoh :
Sebuah sampel acak terdiri atas 100 mahasiswa telah diambel dari
UNISBA lalu nilai IQ dicatat. Didapat x = 112 dan s = 10.
a. Tentukan taksiran titik rata-rata IQ mahasiswa UNISBA
b. Tentukan taksiran
kepercayaan 0,95
interval
rata-rata
IQ
dengan
koefisien
Jawab :
a. x = 112
n
b. 5%
N
1
1
p = (1+ ) = (1+ 0,95 ) = 0,975
2
2
Buku Ajar
182
dk = n 1 = 99
tp = t0,975 (99) = 1,987
x t p.
s
s
< < x + t p.
n
n
10
10
< < 112 + 1,987
100
100
110 < < 114
112 1,987
pq
< < P + Z
n
2
dengan p =
pq
n
(10.9)
x
n
q=1p
z diperoleh dari normal baku
Contoh :
Misalkan kita ingin menaksir ada berapa persen anggota masyarakat berumur 15
tahun ke atas yang termasuk ke dalam golongan A. Unruk itu sebuah sampel
acak berukuran 1.200 diambil yang menghasilkan 504 tergolong kategori A
dengan interval kepercayaan 95%. Tentukan :
a. Taksiran titik untuk persentasi masyarakat yang tergolong kategori A
b. Taksiran interval untuk persentase masyarakat yang tergolong kategori A.
Jawab
a. p = x = 504 x 100% = 42%
n
Buku Ajar
1.200
183
b. q = 1 p = 1 42% = 58%
Z = Z 0, 95 = Z 0 , 475 =1,96
2
P Z
2
pq
< < P + Z
n
2
pq
n
0,42 x 0,58
0,42 x 0,58
< < 0,42 + 1,96
1.200
1.200
0,39 < < 0,45
0,42 1,96
Jadi kita merasa 95% yakin bahwa persentase anggota masyarakat yang
termasuk golongan A akan ada dalam interval 39% dan 45%.
5.3.3
(x x )
S2 =
(10.10)
n 1
Varians sampel (S2) adalah penaksir tak bias untuk varians populasi (2)
akan tetapi simpangan baku sampel (s) bukan penaksir tak bias untuk
simpangan baku populasi ().
Jika populasinya berdistribusi normal dengan varians 2 maka 100%
interval kepercayaan untuk 2 adalah
(n 1) s 2
( n 1) s 2
2
<
<
21
21
2
(1 + )
(10.11)
(1 )
dimana :
n = ukuran sampel
21
2
(1 + )
dan
21
2
(1 )
1
1
p = (1 + ) dan p = (1 ) dengan dk = n 1
2
2
Buku Ajar
184
Contoh :
Sebuah sampel acak berukuran 30 telah diambil dari sebuah populasi yang
berdistribusi normal dengan simpangan baku . Dihasilkan harga statistik s2
= 7,8 dengan koefisien kepercayaan 0,95. Tentukan interval taksiran
simpangan baku .
Jawab :
N = 30
S2 = 7,8
= 0,95
dk = n 1
21
2
21
2
(1 + )
(1 )
= 21
2
(1, 95 )
= 20,975 = 45,7
= 20, 025 = 16
( n 1) s 2
( n 1) s 2
2
<
<
21
21
2
(1 + )
(1 )
29 . (7,8)
29 . (7,8)
< 2 <
45,7
16
4,95 < 2 < 14,4
Interval taksiran untuk simpangan baku adalah 2,23 < < 3,7
Kita merasa yakin 95% simpangan baku populasi ada pada interval 2,23 dan
3,7.
5.3.4
Buku Ajar
185
adalah:
( x1 x2 ) Z
2
1 1
+
< 1 2 < ( x1 x2 ) + Z
n1 n2
2
1 1 (10.12)
+
n1 n2
1 1
1 1
+
< 1 2 < ( x1 x2 ) + t p S
+
n1 n2
n1 n2
(10.13)
dimana :
s=
(n1 1) S12 + ( n1 1) S 22
n1 + n2 2
c.Jika 1 2
Dengan memisalkan s1 = 12 dan s2 = 22 untuk sampel-sampel acak
berukuran cukup besar, maka rumus interval kepercayaannya adalah:
( x1 x2 ) Z
2
s12 s22
+
< 1 2 < ( x1 x2 ) + Z
n1 n2
2
s12 s22
+
n1 n2
(10.14)
Contoh :
Ada dua cara pengukuran untuk mengukur kelembaban suatu zat
tertentu. Cara I dilakukan 50 kali yang menghasilkan x1 = 60,2 dan s12
= 24,7. Cara II dilakukan 60 kali dengan x2 = 70,4 dan s22 = 37,2.
Tentukan taksiran interval kepercayaan 95% mengenai perbedaan ratarata pengukuran dari kedua cara mengukur.
Buku Ajar
186
Jawab :
s2 =
=
(n1 1) S12 + ( n1 1) S 22
n1 + n2 2
(50 1).24,7 + (60 1).37,2
= 31,53
50 + 60 2
1
1
1 1
+
= 31,53
+
=1,08
n1 n2
50 60
1 1
1 1
+
< 1 2 < ( x1 x2 ) + t p S
+
n1 n2
n1 n2
Buku Ajar
187
Misalkan populasi kesatu mempunyai variabel acak x dengan ratarata x dan populasi kedua mempunyai variabel acak Y dengan ratarata y. Dari kedua populasi tersebut diambil sampel berukuran
sama yaitu n1=n2=n. Didapat data sampel yang berpasangan yaitu :
(x1 , y1), (x2 , y2), , (xn , yn). Untuk menaksir selisih atau beda ratarata B = x - y dapat dibentuk dari selisih atau beda tiap-tiap
pasangan B1 = (x1 - y1), B2= (x2 - y2), , Bn = (xn - yn). Dari data
selisih tiap pasangan dihitung rata-rata dan simpangan bakunya yaitu:
B=
S B2 =
dan
n Bi2 ( Bi ) 2
n(n 1)
SB
S
<B < B + t p B
n
n
(10.15)
Dimana :
Tp diperoleh dari distribusi student untuk p = (1 + ) dan
dk = n 1
Contoh :
Data berikut adalah mengenai tinggi anak laki-laki pertama (x) dan
tinggi ayah
Tinggi Anak (cm) Tinggi Ayah (cm) Beda (cm)
Buku Ajar
158
161
-3
160
159
163
162
157
160
-3
154
156
-2
164
159
169
163
158
160
-2
162
158
161
160
188
Tentukan interval taksiran selisih rata-rata tinggi badan ayah dan anak
dengan keyakinan 95%.
Jawab :
B=
B = 8 = 0,8
n
10
n B 2 ( B )
SB =
n( n 1)
10 (106) 64
=11,07
(10)(9)
Jadi interval taksiran selisih rata-rata tinggi badan ayah dan anak laki-laki
yakin 95% berada pada interval (-1,6 cm ) dan 3,2 cm.
p1q1 p2 q2
+
< 1 2 < ( p1 p2 ) + Z
n1
n2
2
p1q1 p2 q2 (10.16)
+
n1
n2
Dimana :
q1 = ( 1 p1)
q2 = ( 1 p2)
Buku Ajar
189
Contoh :
Terdapat dua kelompok pemudi dan pemuda yang mengunjungi suatu
pameran. Dari kedua kelompok diambil sampel acak masing-masing 500
untuk pemudi dan 700 untuk pemuda. Dari masing-masing sampel ditanya
apakah mereka senang terhadap pameran tersebut, 325 pemudi menjawab
senang telah mengunjungi pameran sedangkan dari pemuda yang menjawab
senang sebanyak 400 orang. Dengan interval kepercayaan 95% tentukan
perbedaan persentase pemudi dan pemuda yang senang terhadap pameran
tersebut ?
Jawab :
Ukuran sampel pemudi = n1 = 500
Ukuran sampel pemuda = n2 = 700
x1 yang menyenangi pameran dari kelompok pemudi = 325 orang
x2 yang menyenangi pameran dari kelompok pemuda = 400 orang
p1 =
x1 325
=
x100% = 65%
n1 500
p2 =
x2 400
=
x 100% = 57%
n2 700
p1q1 p2 q2
0,65 x 0,35 0,57 x 0,43
+
=
+
= 0,0284
n1
n2
500
700
Z = Z0,475 = 1,96
2
Buku Ajar
p1q1 p2 q2
+
< 1 2 < ( p1 p2 ) + Z
n1
n2
2
p1q1 p2 q2
+
n1
n2
190
Jadi 95% yakin bahwa perbedaan persentase pemudi dan pemuda yang
mengunjungi pameran dan menyenanginya akan ada dalam interval yang
dibatasi oleh 2,4% dan 13,6%
6.
Latihan
1. Pemilik sebuah restoran ingin menduga berapa rata-rata pengeluaran para
pelanggan untuk makan siang di restoran tersebut. Sebuah sampel acak
terdiri atas 36 konsumen telah dipilih dari populasi pelanggan yang telah
makan direstoran tersebut. Ternyata dari 36 orang tersebut rata-rata
pengeluarannya Rp. 15.000,00. Sedangkan menurut pengalaman
simpangan bakunya Rp. 2.500,00. Buatlah interval keyakinan sebesar 95%
untuk rata-rata pengeluaran seluruh pelanggan.
2. Sebuah sampel acak terdiri atas 100 mahasiswa telah dipilih dari seluruh
mahasiswa UNISBA. Ke-100 mahasiswa tersebut diberi tes kecerdasan
diperoleh rata-rata mereka 112 dengan simpangan baku 11. Tentukan
interval kepercayaan 99% untuk rata-rata IQ mahasiswa UNISBA
3. Simpangan baku masa hidup 12 lampu listrik diambil sebagai sampel
adalah 125 jam. Tentukan 95% interval kepercayaan untuk simpangan
baku masa hidup lampu listrik
4. Seorang importir menerima kiriman 2 macam lampu pijar yang masingmasing berlabel SINAR dan TERANG dalam jumlah yang besar sekali.
Importir tersebut secara random memilih sampel dari kedua jenis lampu
tersebut masing-masig 50 buah lampu, kemudian dari kedua sampel
tersebut diuji secara cermat masa hidupnya diperoleh hasil rata-rata masa
hidup lampu SINAR 1.282 jam dengan simpangan baku 80 jam,
sedangkan untuk lampu TERANG rata-rata masa hidupnya 1.208 jam
dengan simpangan bakunya 94 jam. Tentukan interval taksiran selisih
rata-rata masa hidup kedua lampu tersebut dengan keyakinan 95%.
5. Ada dua kelompok pegawai, kelompok 1 dan kelompok 2 yang masingmasing terdiri atas 56 dan 78 pegawai. Pada suatu hari kerja telah diamati
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan oleh setiap
pegawai kedua kelompok tersebut. Kelompok 1 telah menyelesaikan
pekerjaan rata-rata dalam tempo 150 menit dengan simpangan baku 28
menit. Kelompok 2 telah menyelesaikan pekerjaan rata-rata dalam tempo
178 menit dengan simpangan baku 32 menit. Tentukan daerah taksiran
selisih rata-rata waktu menyelesaikan pekerjaan dengan koefisien
kepercayaan 95%.
Buku Ajar
191
7. Daftar Pustaka
1. Bha ttaraya, G.K., and Johnsons, R.A., 1996. Statistical Principles and
Methods, John Wiley and Sons, New York.
2. Bowerman, Bruce L and Richard, 1997, Applied Statistics, Irwin
3. Sujana, 1992, Metode Statistika, Edisi ke-5, Tarsito, Bandung.
4. Walpole, Ronald, 1986, Ilmu Peluang untuk Insinyur dan Ilmuwan, Penerbit
ITB, Bandung
Buku Ajar
192
Buku Ajar
193