Anda di halaman 1dari 17

Maloklusi

1. DEFINISI MALOKLUSI
Maloklusi adalah suatu keadaan yang menyimpang dari oklusi normal
(Strang dan Thompson, 1958, Anderson,1954).
Adanya beberapa pengertian dan pendapat dari ahli mengenai pengertian maloklusi
ini. Moyers (1988) menyatakan bahwa maloklusi adalah keadaan gigi yang menyimpang
dari hubungan gigi yang normal terhadap gigi lainnya dala lengkung yang sama dan
terhadap gigi dari lengkung yang berlawanan dengan disertai fungsi yang abnormal.
Dawey (1921) menyatakan bahwa maloklusi adalah penyimpangan dari oklusi
normal yang mengganggu fungsi yang sempurna dari gigi-gigi sementara Salzman (1966)
menyatakan bahwa maloklusi adalah penyimpangan morfologis yang bersifat biofisika
dari suatu norma yang telah disetujui bersama.
Pendapat dari Proffit (1988) mengatakan bahwa maloklusi bukan merupakan
suatu penyakit atau proses patologis tetapi merupakan kelainan atau penyimpangan dari
proses pertumbuhan dan perkembangan yang normal, sehingga mengakibatkan
kombinasi kurang harmonis antar gigi, rahang serta wajah secara keseluruhan. Hal ini
akan dibahas lebih lanjut pada bagian etiologi maloklusi.
Maloklusi umumnya bukan proses patologis tetapi proses penyimpangan dari
perkembangan normal (Proffit, 2000).
Menurut Mc.Coy yang termasuk keadaan maloklusi adalah (1) Gigi-gigi berada
pada keadaan malposisi, (2) Perkembangan bentuk lengkung gigi yang abnormal, (3)
Relasi lengkung gigi yang tidak harmonis, (4) Perkembangan rahang atas dan rahang
bawah yang abnormal dan (5) Kombinasi kelainan diaras, termasuk kelainan yang
disebabkan karena faktor kongenital seperti celah bibir dan celah langit-langit.
Menurut Tan See Sion (1969) maloklusi dapat menyebabkan hal-hal sebagai
berikut :
1)
2)
3)
4)

Kesehatan gigi dan mulut terganggu


Menimbulkan cacat muka dan menyebabkan timbulnya rasa rendah diri
Terganggunya fungsi pengunyahan, bicara, dan pernafasan
Gangguan pada sendi rahang

Menurut Salzman (1966), istilah maloklusi diartikan sebagai berikut: Maloklusi


adalah penyimpangan morfologis yang bersifat biofisika dari suatu norma yang telah
disetujui bersama. Dalam kehidupan sehari-hari sangat jarang kita temukan individu yang
mempunyai oklusi yang ideal. Konsep mengenai oklusi ideal lebih bersifat teoritis.
(Lunstrom. A, 1958)
Maloklusi ini dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu maloklusi dental, maloklusi
skeletal, dan maloklusi dentoskeletal.
1) Maloklusi Dental
a. Terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang
kepala normal, tapi gigi-giginya mengalami penyimpangan
b. Pada gigi terjadi : rotasi, labioversi, linguoversi, impaksi,gigi-gigi yang
berjejal, dan lain sebagainya. Kategori ini melingkupi :
i. Malposisi gigi
ii. Keabnormalan jumlah gigi
iii. Keabnormalan ukuran gigi
iv. Keabnormalan tekstur gigi
2) Maloklusi Skeletal
a. Terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang
kepala tidak harmonis, karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan
rahang Kategori ini meliputi masalah pada ketidaknormalan pertumbuhan,
ukuran, bentuk atau proporsi dari beberapa tulang craniofacial complex.
b. Cephalometric merupakan metode analisa dalam mempelajari skeleton
craniofacial.
c. Sebab utama malposisi skletal biasanya adalah karena pertumbuhan abnormal
tulang.
d. Displasia osseus atau disharmoni skeletal sering disebut-sebut sebagai
komponen utama yang menyababkan maloklusi.
3) Maloklusi Dentoskeletal
a. Terjadi karena adanya kelainan otot-otot, sehingga timbul gangguan saat
dipakai untuk mengunyah .
b. Dalam hal ini tidak hanya gigi-giginya yang maloklusal tapi juga meliputi
tulang rahang, dimana hubungan antara tulang maksila dan mandibula tidak
normal.
c. Merupakan maloklusi yang kompleks.

2. JENIS MALOKLUSI

1) Protrusi
Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat
disebabkan oleh faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap jari dan
menghisap bibir bawah, mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang
salah serta bernafas melalui mulut.
2) Intrusi dan Ekstrusi
Intrusi adalah pergerakan gigi menjauhi bidang oklusal. Pergerakan intrusi
membutuhkan kontrol kekuatan yang baik. Ekstrusi adalah pergerakan gigi
mendekati bidang oklusal.
3) Crossbite
Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik
terdapat kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila
terhadap gigi geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah
rahang, sekelompok gigi, atau satu gigi saja. Berdasarkan lokasinya crossbite
dibagi dua yaitu:
a. Crossbite anterior
Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau
beberapa gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual
dari gigi anterior mandibula.
b. Crossbite posterior
Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi
posterior mandibula.
4) Deep bite
Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal
insisif maksila terhadap insisal insisifus mandibula dalam arah vertikal
melebihi 2-3 mm. Pada kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau
miring ke mesial dan insisifus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra
oklusi.
5) Open bite

Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat
rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam
open bite menurut lokasinya adalah :
a. Anterior Open Bite. Klas I Angle anterior open bite terjadi karena rahang
atas yang sempit, gigi depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra
oklusi, sedangkan klas II Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk
atau keturunan.
b. Posterior Open Bite pada regio premolar dan molar.
c. Kombinasi anterior dan posterior (total open bite) terdapat baik di anterior,
posterior, dapat unilateral atau bilateral
6) Crowded
Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal.
Penyebab crowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung
koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat
dari apeks gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkungan yang paling
lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota
gigi geligi. Derajat keparahan gigi crowded:
a. Crowded ringan
Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan
mandibula,dianggap suatu variasi yang normal, dan dianggap tidak
memerlukan perawatan.
b. Crowded berat
Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan
hygiene oral yang jelek.
7) Diastema
Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang
seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu :
a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens
supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada,
kebiasaan jelek, dan persistensi.
b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh
faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang trauma.

3. ETIOLOGI MALOKLUSI
Mayoritas maloklusi yang memerlukan perawatan komprehensif merupakan
hasil dari salah satu dari dua kondisi: 1. Perbedaan relatif antara ukuran gigi dan
ukuran rahang yang tersedia untuk mengakomodasi gigi-gigi. 2. Ketidakharmonisan
pola kerangka wajah. Kedua kondisi umum yang terjadi pada pasien adalah kondisi
genetik.
Etiologi maloklusi adalah mengklasifikasikan semua "penyebab" dari maloklusi
sebagai faktor-faktor lokal atau faktor sistemik; mungkin disebut intrinsik dan
ekstrinsik.
Sedikit yang diketahui tentang semua penyebab awal deformitas dentofacial.
Pendekatan ini sulit karena banyak maloklusi yang muncul mirip dan
diklasifikasikan seperti yang telah ada, tetapi tidak memiliki pola etiologi yang sama.
Idealnya, studi tentang etiologi harus dimulai dengan penyebab awal.
1) Primary Etiologic Sites
a. Sistem Neuromuskular
Kelompok otot yang berfungsi sebagai etiologi primer, yaitu:
1. Otot mastikasi (saraf kranial V),
2. Otot ekspresi wajah (saraf kranial VII),
3. Lidah
Tetapi ada banyak koneksi syaraf yang rumit yang terlibat juga. Ini
mencakup berbagai ganglia di dalam dan sekitar daerah wajah, pusat
koordinasi, integrasi, dan penghambatan di otak tengah dan korteks eksternal;
dan serat sensorik yang banyak memasok gigi, mulut dan mukosa faring, otot,
tendon, dan kulit.
Sistem neuromuskular memainkan peran utama dalam etiologi deformitas
dentofacial oleh efek kontraksi refleks pada kerangka tulang dan gigi tersebut.
Kedua tulang dan gigi dipengaruhi oleh kegiatan fungsional banyak wilayah
orofacial.
Wilayah tersebut adalah sumber input sensorik yang sangat besar dan
bervariasi yang memungkinkan beragam aktivitas refleks yang tak terbatas.
Semua yang membantu menentukan bentuk rangka dan stabilitas oklusal.

b. Tulang
Karena tulang wajah (terutama maksila dan mandibula) berfungsi sebagai
basis untuk lengkungan gigi, penyimpangan dalam pertumbuhan mereka dapat
mengubah hubungan dan fungsi oklusal. Masalah yang paling sering ditemui
dalam ortodontik adalah ketidakcocokan bagian tulang. Displasia osseus sering
terjadi karena ukuran tulang terlalu abnormal. Maloklusi serius yang paling
umum adalah pada kerangka. Prosedur cephalometric membantu dalam
identifikasi dan lokalisasi daerah ketidakharmonisan osseus. Pengobatan
displasia osseus harus baik, yaitu :
1. Mengubah kerangka kraniofasial tumbuh, atau
2. Kamuflase ketidakharmonisan dengan memindahkan gigi untuk menutupi
pola kerangka yang tak baik. Banyak studi terbaru menunjukkan bahwa
terapi ortodontik memiliki dampak yang jauh lebih baik pada kerangka
c.

kraniofasial dari sebelumnya yang diperkirakan.


Gigi
Gigi dapat menjadi tempat utama dalam etiologi deformitas dentofacial
dengan cara yang bervariasi. Penurunan atau peningkatan jumlah gigi dapat
meningkatkan maloklusi. Sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa
malposisi gigi dapat mencakup kerusakan yang dapat mengganggu
pertumbuhan tulang. Salah satu penyebab paling sering adalah masalah
ortodontik adalah gigi besar untuk lengkungan yang terlalu kecil ataupun
sebaliknya. Treatment maloklusi yang berasal dari pertumbuhan gigi abnormal
ini dilakukan dengan memindahkan gigi atau mengarahkan pertumbuhan
tulang.
Beberapa contoh kelainan gigi yang menyebabkan terjadinya maloklusi
adalah hipodontia, supernumerary gigi, bentuk gigi konus, bentuk gigi
tuberkel, mikrodontia,makrodontia, dan terjadinya tanggalnya gigi yang terlalu
cepat yang tidak sesuai dengan waktu normalnya.
1. Hipodontia

Tidak adanya salah satu atau beberapa benih gigi ( hipodontia )


dapat menyebabkan maloklusi. Keparahan maloklusi efek dari hipodontia
ini tergantung pada jumlah gigi yang tidak terbentuk. Misalnya tidak
terbentuknya gigi caninus, maka rahang atas dan rahang bawah tidak
mendapatkan kunci oklusi yang tepat. Hal inilah yang dapat menyebabkan
maloklusi.
2. Supernumerary Gigi
Tumbuhnya

gigi

yang

berlebihan

atau

sering

disebut

supernumerary gigi juga mempengaruhi perkembangan oklusi. Jika pada


seseorang memiliki rahang yang tidak terlalu besar dan seseorang tersebut
memiliki kelainan supernumerary gigi maka akan terjadi berjejalnya gigi
geligi yang dapat menyebabkan maloklusi.
1) Gigi Konus
Gigi

berbentuk

konus

biasanya berukuran

kecil dan

tidak dapat berkontak dengan gigi antagonisnya, sehingga dapat


menyebabkan maloklusi. Selain itu gigi berbentuk konus juga
sering tumbuh sebagai supernumerary teeth yang tumbuh pada
labial antara insisivus sentral RA. Hal ini akan mempengaruhi
pertumbuhan gigi insisivus sentral yang bisa berakibat retrusi pada
gigi insisivus sentral RA sehingga mengakibatkan maloklusi.
2) Gigi Tuberkel
Kelainan bentuk gigi tuberkel juga memiliki efek yang
hampir sama dengan kelainan bentuk gigi konus, hanya saja
berbeda tempat. Gigi tuberkel biasa tumbuh pada bagian palatal
antara

gigi

insisivussentral

RA.

Efek

dari

kelainan

ini

mempengaruhi pertumbuhan gigi insisivus sentral RA yang dapat


mengakibatkan protrusinya gigi-gigi tersebut dan pada akhirnya
menyebabkan maloklusi.
3. Mikrodontia dan Makrodontia

Mikrodontia dapat menyebabkan diastema pada lengkung gigi sehingga


menyebabkan terjadinya maloklusi.Sedangkan makrodontia dapat menyebabkan
berjejalnya gigi geligi pada lengkung gigi,sehingga mengakibatkan kelainan
kontak gigi geligi atau maloklusi.
4.

Premature Loss

Tanggalnya gigi susu yang terlalu cepat akan mempengaruhi erupsi gigi
permanen nantinya. Gigi permanen dapat tumbuh dengan tidak sempurna atau
bertumbuh dengan posisi yang tidak sesuai dengan posisi yang tapat. Hal inilah
yang dapat menyebabkan terjadinya maloklusi.
d. Soft Part (Termasuk Otot)
Peran jaringan lunak, selain neuromuskuler, dalam penyebab maloklusi tidak begitu
terlihat jelas. Faktor-faktor yang dapat mengubah status fisiologis merupakan bagian dari
sistem pengunyahan yang mungkin akan diindikasikan sebagai masalah etiologi penting.
2) Time
Faktor waktu dalam maloklusi memiliki dua komponen; periode dimana penyebab
dan usia diperhatikan. Perlu dicatat bahwa waktu merupakan penyebab tertentu yang
terjadi terus-menerus, bahkan mungkin berhenti dan kambuh dalam fase intermittent.
Dari sudut pandang etiologi adalah ketika aktif sebelum lahir dan efek dicatat yang hanya
setelah lahir.
3) Causes and Clinical Entities
a. Keturunan
Kemiripan familial pada susunan gigi dan kontur wajah sangat dikenal
masyarakat, karena faktor keturunan telah lama diindikasikan sebagai penyebab
utama maloklusi. Kelainan genetik dapat terlihat pada saat mereka sebelum lahir
(prenatal) atau mungkin tidak terlihat sampai bertahun-tahun setelah kelahiran
(postnatal). Misalnya pola erupsi gigi.

Peran hereditas dalam pertumbuhan kraniofasial dan etiologi dari kelainan


dentofacial telah menjadi subyek dari banyak penelitian dan studi klinis, namun
sangat sedikit yang benar-benar dikenal dalam penelitiannya.

. Sebagai contoh orangtua laki-laki memiliki rahang yang besar dan gigi
yang besar pula,namun memiliki lengkung gigi yang normal dan rapi menikah
dengan orangtua perempuan yang memiliki rahang yang kecil dan gigi-geligi yang
kecil-kecil pula,memiliki lengkung rahang yang normal dan kedudukan gigi-geligi
yang rapi. Maka perkiraan keturunan bisa terjadi keadaan anak dimana memiliki
rahang yang kecil namun gigi geligi yang besar-besar sehingga terjadinya
berjejalnya gigi geligi yang akhirnya menyebabkan maloklusi.
b. Trauma
Baik trauma prenatal untuk janin dan injuri setelah melahirkan dapat
menyebabkan deformitas dentofacial.
Trauma Prenatal dan Cedera Lahir
1. Hipoplasia mandibula. Ini dapat disebabkan oleh tekanan intrauterin atau
trauma selama kelahiran.
2. Vogelgesicht. Ini adalah penghambatan dari pertumbuhan mandibula akibat
ankilosis pada sendi temporomandibular. Ankilosis dapat terjadi sebagai
cacat perkembangan dalam rahim atau mungkin karena trauma saat lahir.
3. Posisi Janin. Lutut atau kaki dapat menekan wajah sedemikian rupa yang
pada akhirnya dapat menyebabkan pertumbuhan asimetri wajah atau
menyebabkan keterbelakangan perkembangan mandibula.
Trauma Postnatal
1. Fraktur rahang dan gigi.
2. Kebiasaan. Ini dapat menghasilkan trauma kelas rendah yang melalui
periode panjang (berkelanjutan).
c. Agen Fisik
1. Ekstraksi Dini Gigi Primer
Prematur loss gigi sulung adalah gigi sulung yang tanggal sebelum
waktunya sehingga dapat menyebabkan
ruangan tempat bekas gigi sulung tersebut.

gigi sebelahnya bergeser mengisi

Besarnya derajat kehilangan ruangan bergantung pada: proporsi ukuran


gigi terhadap rahang,usia saat gigi tanggal ,dan jenis gigi yang tanggal.
Bila ruangan yang tersedia untuk gigi sulung berlebih dan tidak terdapat
kontak proksimal

maka kecenderungan pergeseran gigi di sebelahnya

ke

ruangan yang kosong tidak ada. Bila terdapat kecenderungan gigi berjejal maka
pergeseran gigi ke ruang bekas pencabutan akan berjalan cepat.
Semakin dini gigi sulung tanggal maka semakin jauh jarak antara
tanggalnya gigi sulung dengan waktu erupsi gigi tetapnya maka semakin besar
pula kemungkinan hilangnya ruangan.
Jenis gigi yang tanggal. Premature loss gigi insisif jarang menimbulkan
maloklusi kecuali pada lengkung gigi yang mempunyai potensi gigi berjejal.
Premature loss gigi kaninus dapat menyebabkan gigi Insisif bergeser ke distal.
Bila gigi kaninus tanggal sebelum gigi insisif erupsi maka dapat terjadi diastema
permanen diantara gigi insisif dan gigi kaninus permanen erupsinya ektopik.
Bila yang tanggal gigi kaninus RB akan adanya tekanan otot mentalis sehingga
gigi insisif Rb miring ke lingual. Premature loss gigi kaninus sulung RA dapat
menyebabkan terjadinya pertukaran tempat antara gigi P dengan gigi C tetap.
Premature loss gigi molar pertama sulung. Pada rahang bawah maka gigi m.2
akan bergerak ke mesial seiring dengan erupsi aktif gigi M.1 tetap. Pada rahang
atas maka gigi m.2 bergeser ke mesial sehingga gigi kaninus permanen menjadi
ektopik. Bila m.1 tanggal sebelum erupsi aktif gigi M.1 maka nantinya inklinasi
gigi M.1 akan tetap. Bila gigi m.1 tanggal sesudah erupsi aktif gigi M.1 tetap
maka inklinasi M.1 akan mesioversi. Persistensi gigi sulung dapat terjadi karena
benih gigi tetap lambat, perkembangan gigi tetap lambat, terlambatnya resorbsi
akar gigi sulung, dan ankilosis gigi sulung.
Persistensi gigi insisif sulung paling sering terjadi Akibatnya gigi insisif
tetap palatoversi atau linguoversi. Gangguan erupsi gigi tetap, dapat disebabkan
oleh prematur loss gigi sulung sehingga terbentuk tulang diatas benih gigi tetap.

Posisi akar gigi sulung, supernumerary teeth, tumor, hormonal, gusi fibrous
(memadat dan menebal), dan impaksi. Gigi tetap tanggal pada usia dini dapat
disebabkan oleh karies dan trauma. Akibat yang terjadi adalah kontak dengan
gigi tetangga hilang sehingga fungsi fisiologis terganggu maka akan terjadi
pergeseran gigi dan akhirnya terjadi maloklusi.
2.

Sifat Makanan
Telah terbukti berulang kali bahwa diet keras dan makanan kasar
merupakan

faktor dalam penyimpangan dari lengkungan gigi. Orang yang

sedang diet berserat akan merangsang otot mereka untuk bekerja lebih banyak
dan dengan demikian meningkatkan beban fungsi pada gigi. Jenis diet ini
biasanya menghasilkan karies yang kurang (berkurangnya substrat untuk
organisme kariogenik), peningkatan lebar lengkung rahang dikarenakan oleh
peningkatan penggunaan permukaan oklusal gigi. Bukti meyakinkan bahwa
semakin halus dan lembut suatu makanan dalam diet modern akan berperan
dalam etiologi maloklusi.
e. Kebiasaan
Semua kebiasaan dipelajari pola kontraksi otot yang bersifat sangat
kompleks. Kebiasaan tertentu berfungsi sebagai stimulus untuk pertumbuhan
yang normal dari rahang, misalnya, bibir yang normal dapat menghasilkan daya
pengunyahan yang tepat. Kebiasaan abnormal yang dapat mengganggu pola
pertumbuhan yang teratur wajah harus dibedakan dari kebiasaan yang normal
yang diinginkan yang merupakan bagian dari fungsi orofaringeal normal dan
dengan demikian memainkan peran penting dalam pertumbuhan kraniofasial dan
fisiologi oklusal.
Pola kebiasaan buruk dari perilaku otot sering dikaitkan dengan
pertumbuhan tulang yang menyimpang atau terhalang, malposisi gigi, kebiasaan
bernapas terganggu, kesulitan dalam berbicara, keseimbangan pada otot-otot
wajah, dan masalah fisiologis. Karenanya, seseorang tidak dapat memperbaiki
maloklusi tanpa keterlibatan dalam kebiasaan.
Kebiasaan menghisap botol pada bayi akan menghasilkan kebiasaan
mengisap yang tak disadari pada usia dewasa jika botol telah digunakan sebagai

perangkat untuk menenangkan mereka dan menginduksi tidur. Setelah seorang


anak disapih, ia belajar mengisap ibu jari ketika akan tidur. Banyak ibu akan
mengatakan bahwa anak mereka tidak pernah mengisap ibu jarinya "kecuali
ketika dia pergi ke tempat tidur". Anak belajar dengan cepat bahwa cara paling
benar untuk menarik perhatian orang tua adalah mengisap jari-jari mereka.
Dokter gigi tidak boleh lupa untuk mengingatkan penghentian kebiasaan yang
telah aktif selama beberapa tahun mungkin memiliki dampak psikologis yang
luar biasa pada anak. Contoh kebiasaan pada anak yang akan berdampak buruk
adalah :
1) Bernafas melalui mulut (mouth breathing)
Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikanmenjadi tiga sebagai berikut :
a. Obstruktif : Anak yang mempunyai gangguan dalam menghirup udara
melalui saluran hidung (nasal passage).
b. Habitual
:
Disebabkan
karena

kebiasaan

meskipun

gangguanyang abnormalsudah dihilangkan.


c. Anatomical : Bila anatomi bibir atas-bawah pendek sehingga tidak dapat
mengatup sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnya.
Anak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit, gigi anterior atas
maju ke arah labial, dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di
belakanginsisif atas. Karenakurangnya stimulasi muscular normal dari lidah dan k
arena adanya tekanan berlebih pada caninus dan daerah molar oleh otot
orbicularis

oris

dan

bucinator,

maka

segmen

bukal dari

maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal tinggi.


Sehingga menurut beberapa pendapat mouthbreathers cenderung memberikan
klinis memilki wajah yang panjang (longfaced) dan sempit.Bila hal ini dilakukan
terus menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas baas
mrongos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite).
2) Thumb Sucking dan Finger Sucking
Menghisap jari biasa dilakukan pada anak-anak. Kebiasaan menghisap
ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Karakteristik

maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu


jari dan perubahan pola tekanan pipi dan bibir. Jika kebiasaan ini berlanjut
sampai periode gigi tetap dapat menimbulkan gigi insisif rahang atas protrusif
dan gigi insisif rahang bawah linguoversi. Terjadi gangguan keseimbangan
tekanan pipi dan lidah, mekanismenya

pada saat jari berada dalam mulut,

lidah akan tertekan ke bawah, tekanan lidah terhadap permukaan palatum


berkurang sementara pada saat menghisap tekanan pipi akan meningkat
tekanan paling besar terjadi

pada sudut mulut sehingga penyempitan

lengkung rahang berbentuk V.

3) Kebiasaan mendorong lidah (tongue thrusting)


Kebiasaan mendorong lidah (tongue thrust) adalah kebiasaan
menempatkan ujung lidah diantara gigi-gigi insisif,baik pada waktu istirahat
(tongue posture) ataupun pada waktu menelan (tongue thrust swallowing).
Kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan karena bottlefeeding yang
tidak tepat dan biasanya disertai dengn kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan
menghisap ibu jari, menggigit bibir, dan menggigit kuku. Jika kebiasaan ini
terus berlanjut akan menyebabkan open bite dan incomplete cover
bite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal
4) Lip Sucking dan Lip Bitting
Kebisaan
dengan

menghisap bibir dapat berdiri sendiri atau bersama-sama

kebiasaan

menghisap jari. Pada kebanyakan kasus kebiasaan

menghisap atau menggigit bibir dilakukan pada bibir bawah, tetapi dapat
pula bibir atas. Bibir bawah secara terus menerus diletakkan diantara gigi
Insisif rahang bawah dan rahang atas sehingga gigi insisif rahang atas
labioversi. Kebiasaan menghisap atau menggigit bibir paling sering terlihat
pada maloklusi dengan overbite dan overjet yang besar. Contoh pada kasus

maloklusi kelas II div.1 kebiasaan menghisap atau menggigit bibir biasanya


parah. Perawatan kebiasaan ini jangan dimulai sebelum posisi gigi insisif
diperbaiki (overbite atau overjet normal) karena kebiasaan ini akan terkoreksi
dengan sendirinya tetapi hiperaktif otot mentalis tetap ada tetapi dapat
dikoreksi dengan alat modifikasi oral screen.
5) Cheek Bittting
Kebiasaan menghisap pipi akibat disfungsi otot pipi. Hiperfungsi otot
buccinatorius dan cheek sucking. Jarang telihat pada anak sebelum usia 3 4
tahun. Insidensinya akan mencapai puncaknya pada remaja. Kebiasaan
berkaitan dengan masalah psikologis. Dapat menimbulkan maloklusi namun
maloklusi yang ditimbulkan tidak spesifik.
6) Posture
Orang dengan postur tubuh yang salah sering menunjukkan posisi postural
tidak diinginkan dan terjadi pada mandibula juga. Keduanya mungkin
ekspresi dari kesehatan umum yang buruk. Di sisi lain, orang yang menjaga
dirinya tetap lurus dan tegak dengan tangan baik ditempatkan di atas column
vertebrae akan refleks memegang dagunya ke depan dalam posisi yang lebih
disukai. Postur adalah ekspresi refleks otot.
Kebiasaan menopang dagu juga dapat mengakibatkan pertumbuhan
tulang rahang bawah yang tidak sempurna. Kebiasaan ini dapat menyebabkan
tidak simetrisnya antara kanan dan kiri tulang rahang tersebut karena dalam
kebiasaan ini dagu tertopang sebagian yang artinya sebagian rahang bawah
mendapat suatu tekanan sehingga pertumbuhan rahang tidak sempurna. Hal
inilah yang nantinya dapat menyebabkan maloklusi.

7) Nail Bitting
Menggigit kuku sering disebutkan sebagai penyebab malposisi gigi.
Dengan maloklusi yang terkait dengan kebiasaan ini mungkin lebih bersifat
lokal daripada yang terlihat dengan beberapa kebiasaan tekanan lain. Anakanak yang sedang gugup paling sering menampilkan kebiasaan ini.

Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi gigi insisif atas dan
bawah mengalami penekanan gigi pada bagian kuku tersebut. Kebiasaan
menggigit kuku adalah kebiasaan normal pada anak yang sebelumnya
memiliki kebiasaan menghisap. Etiologi menggigit kuku disebabkan karena
stress, imitasi terhadap anggota keluarga, herediter,transfer dari kebiasaan
menghisap jari, dan kuku jari yang tidak rapi. Pada beberapa kasus kebiasaan
ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah.
f. Penyakit
1. Penyakit Sistemik
Penyakit demam diketahui mengganggu jadwal perkembangan gigi geligi
selama infasi dan masa kanak-kanak. Penyakit sistemik lebih mungkin
memiliki efek kualitas daripada kuantitas pada pertumbuhan kraniofasial.
Maloklusi mungkin menjadi akibat dari beberapa neuropati dan
gangguan neuromuskular dan mungkin menjadi salah satu gejala sisa
pengobatan

masalah

seperti

scoliosis

oleh

karena

memakai

gips

berkepanjangan atau alat lumpuh tulang belakang. Dokter gigi harus mencari
pediatris konsultan ketika anak dengan maloklusi memiliki masalah sistemik
yang mungkin mempengaruhi jalannya terapi ortodontik.
2. Gangguan Endokrin
Disfungsi endokrin sebelum lahir dapat terjadi dalam hipoplasia gigi
postnatal sendiri. Gangguan endokrin dapat memperlambat atau mempercepat,
tetapi biasanya mereka tidak mendistorsi, arah pertumbuhan wajah. mereka
dapat mempengaruhi tingkat osifikasi tulang, waktu penutupan sutura, waktu
erupsi gigi, dan tingkat resopsi dari gigi primer. Membran periodontal dan
gingiva sangat sensitif terhadap disfungsi endokrin dan gigi dengan demikian
secara tidak langsung.
3. Penyakit Lokal
1) Penyakit Nasofaring dan Terganggunya Fungsi Pernapasan
Apapun yang mengganggu fisiologi pernapasan normal dapat
mempengaruhi pertumbuhan wajah. Bernapas lewat mulut tampaknya
memiliki insidensi yang tinggi untuk terjadinya maloklusi.

Tidak ada satu jenis maloklusi yang terlihat teratur, untuk gangguan
awal yang menyebabkan pernapasan mulut bisa menjadi salah satu dari hal
berikut; septum hidung miring, memperbesar turbinat, peradangan kronis
dan terganggu mukosa nasofaring, alergi, hipertrofi adenoid, peradangan
dan hipertrofi dari tonsil atau kebiasaan sucking.
Sindrom pernapasan mulut yang khas ditandai oleh kontraksi dari gigi
rahang atas, labioversion pada gigi anterior rahang atas, crowding pada gigi
anterior di kedua lengkung, hipertrofi dan chapping dari bibir bawah dan
overbite. Hubungan molar pun mungkin dapat terjadi neutroclusion atau
distoclusion.
Kebiasaan bernafas melalui mulut karena ada gangguan kronis pada
naso respiratorius misalnya rhinitis kronis, deviasi septum hidung, kelenjar
adenoid membesar, polip hidung. Akibatnya berhubungan dengan adanya
gangguan pertumbuhan maksila ke arah lateral

sehingga terjadi

penyempitan lengkung maksila, palatum tinggi dan gigi berjejal.


Kurangnya pertumbuhan maksila pada pernafasan oronasal sehingga
terjadi akibat perubahan posisi lidah. Posisi lidah mendatar pada rongga
mulut sehingga tidak dapat berperan normal pada perkembangan maksila,
pada saat posisi lidah pada dasar rongga mulut sehingga daya-daya ke
maksila tidak seimbang. Hiperaktivitas fungsional otot-otot ekspresi wajah
terutama otot buksinatorius menghalangi perkembangan maksila ke lateral
2) Gingiva dan Penyakit Periodontal
Infeksi dan gangguan lain dari membran periodontal dan gingiva
memiliki efek langsung dan sangat lokal pada gigi. Yaitu dapat
menyebabkan hilangnya gigi, perubahan dalam pola penutupan mandibula
untuk menghindari trauma pada daerah sensitif, ankilosis gigi dan kondisi
lain yang mempengaruhi posisi gigi.
3) Tumor
Tumor di daerah gigi dapat menyebabkan maloklusi. Kerusakan parah
akan terjadi ketika mereka ditemukan di daerah artikulatoris.
4) Karies
Penyebab tunggal terbesar dari maloklusi lokal tidak diragukan lagi
adalah karies gigi. Karies mungkin bertanggung jawab atas kerusakan awal

pada gigi primer, gigi permanen hilang, erupsi dini pada gigi permanen, dan
lain-lain.
g. Malnutrisi
Kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan oklusal melalui efek
sistemik atau lokal. Meskipun kekurangan gizi karena jarang terjadi di Amerika Serikat,
kekurangan gizi karena kesulitan malabsorpsi terlihat di mana-mana. Kekurangan gizi
lebih cenderung mempengaruhi kualitas jaringan yang sedang dibentuk dan tingkat
kalsifikasi daripada ukuran bagian-bagian (meskipun yang terakhir telah dibuktikan pada
hewan).

Anda mungkin juga menyukai