Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kualitas sumber daya manusia di Indonesia semakin menurun. Hal ini tercermin
dalam HDI (Human Development Index) Indonesia pada tahun 2010 yang berada di
peringkat 108 dari 187 negara dan semakin merosot pada tahun 2011 yaitu berada pada
peringkat 124. Kualitas SDM Indonesia berada jauh di bawah dari negara-negara tetangga
seperti Singapura dan Malaysia. Kondisi ini sangat memprihatinkan.
Pendidikan menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas SDM di Indonesia,
selain dari segi ekonomi dan kesehatan. Pendidikan dianggap penting dalam penentuan
kualitas SDM karena pendidikan adalah proses dari segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan berlangsung seumur hidup dalam
setiap saat selama ada pengaruh dari lingkungan. Pendidikan dapat dilakukan secara
langsung atau tidak langsung, formal atau nonformal.
Waktu terus berputar zaman pun semakin global. Kesadaran masyarakat atas
pentingya pendidikan mulai tumbuh. Seiring dengan persaingan dalam semua bidang
yang tak bisa lagi dihindari, tuntutan kehidupan di zaman modern inipun semakin
kompleks. Masyarakat yang berperan sebagai konsumen akan SDM juga menuntut mutu
yang tinggi. Hal ini harusnya dijadikan cambuk untuk membenahi sudut pandang kita
terhadap pendidikan.
Oleh karena itu, pendidikan juga harus mampu bersikap dinamis dalam kondisi
seperti ini. Pendidikan harus berkembang dengan berbagai inovasi baru yang sesuai
dengan kebutuhan. Diharapkan lewat penyelenggaraan pendidikan yang baik, kualitas
SDM mengalami peningkatan. SDM yang dihasilkan juga tidak hanya unggul di bidang
akademik tapi juga diimbangi dengan pendidikan karakter sebagai penunjang saat terjun
langsung di tengah-tengah masyarakat. Karena SDM dengan kualitas yang baik adalah
modal utama kemajuan suatu negara.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka penulis merumuskan


beberapa masalah, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan inovasi ?


Apa tujuan dari inovasi pendidikan ?
Usaha apa saja yang dilakukan untuk pelaksanaan inovasi pendidikan ?
Apa saja yang menjadi batu kerikil dalam inovasi pendidikan?

C. RUANG LINGKUP MASALAH


Karena keterbatasan waktu, tempat, tenaga dan pengetahuan yang penulis miliki,
penulis membatasi pembahasan dengan ruang lingkup masalah :

1.
2.
3.
4.

Maksud dari Inovasi.


Tujuan inovasi pendidikan.
Usaha yang dilakukan dalam pelaksanaan inovasi pendidikan.
Batu kerikil dalam inovasi pendidikan.

D. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk berbagi pemikiran tentang
peningkatan kualitas SDM di Indonesia melalui inovasi di bidang pendidikan.
E. METODE PENULISAN

Penulisan makalah ini menggunakan metode pustaka. Metode dengan kegiatan


mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan
tema yang dibahas baik berupa buku dan informasi dari internet. Juga dilakukan
diskusi dengan teman kelompok.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INOVASI PENDIDIKAN
Untuk menyikapi realitas pendidikan yang kurang berkualitas perlu adanya sebuah
perubahan dengan arah pembaruan yang perlu kita mulai. Berbicara mengenai pembaruan
pendidikan, tidak lepas dari istilah inovasi. Inovasi berasal dari kata latin, innovation
yang berarti pembaruan dan perubahan. Sedang inovasi sendiri tidak lepas dari dua istilah
lain, yaitu invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar
baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang
sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha
menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan
discovery.
Secara umum inovasi diartikan sebagai pembaruan atau perubahan dengan ditandai
oleh adanya hal yang baru. Inovasi pada dasarnya merupakan pemikiran, praktik ataupun
berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui
tahapan tertentu.
Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya tentang inovasi.Menurut Everett M.
Rogers inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, gagasan, objek atau benda yang disadari
dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seorang atau kelompok untuk diadopsi.
Stephen Robbins mempunyai pemikiran lain, menurutnya inovasi adalah suatu
gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki sutau produk atau
proses, dan jasa.
Sedangkan menurut Santoso S. Hamidjojo seperti dikutip Abdulhak menyatakan
bahwa inovasi merupakan suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari
hal yang ada sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna
mencapai tujuan tertentu.
Sebenarnya inovasi tidak mengharuskan sesuatu yang baru secara keseluruhan.
Penerapan konsep yang pernah ada sebelumnya dengan tujuan meningkatkan pencapaian
dari sebelumnya juga dapat dikatagorikan sebagai inovasi, begitu menurut Crosby.
Dari banyaknya definisi inovasi yang ada, dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah
perubahan yang mengandung unsur-unsur baru. Karena tidak semua perubahan adalah
inovasi. Kata kunci yang perlu kita garis bawahi dari inovasi adalah gagasan, benda atau
proses pembaruan yang dilakukan oleh individu atau kelompok.

B. TUJUAN INOVASI PENDIDIKAN


Tujuan utama inovasi adalah meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dan sarana
termasuk struktur dan prosedur organisasi (Santoso,1974). Maka, tujuan inovasi
pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas sarana serta
jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya
(menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangunan) dengan
menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.
Tujuan inovasi pendidikan tentu saja berkiblat pada tujuan pendidikan yang telah
tercantum pada UUD 1945 (versi Amendemen) Pasal 31 ayat (3) yang menyebutkan,
"Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang."
Disamping itu, inovasi pendidikan mengusahakan dalam hal peningkatan mutu yang
dirasakan semakin menurun dewasa ini. Dengan sistem pendidikan yang baru, diharapkan
peserta didik menjadi manusia yang aktif, kreatif dan terampil memecahkan masalahnya
sendiri. Tujuan lain dilakukannya inovasi pendidikan adalah untuk memecahkan masalah
pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia kependidikan yang lebih
memberikan harapan kemajuan lebih pesat.

C. USAHA MENUJU INOVASI PENDIDIKAN


Dalam kurun waktu yang panjang, kualitas pendidikan semakin menurun. Pendidikan
tidak akan bisa terpisahkan dengan perkembangan manusia. Tingkatan pendidikan juga
menjadi faktor penting bagi individu dalam kehidupan sehari-hari. Karena mau tidak mau
pendidikanlah yang memberikan individu ilmu sebagai bekal hidupnya dalam
menghadapi masalah yang akan semakin kompleks seiring dengan berjalannya waktu.
Satu lagi yang menjadi kesalahan besar dari sistem pendidikan kita sekarang ini
adalah dari segi penilaian yang hanya ditentukan oleh hasil bukan dari proses dan
anggapan bahwa pendidikan terbaik didapat dari sekolah atau instansi berstandar tinggi.
Mari kita buka kembali UUD 1945 yang menjadi pedoman kehidupan bangsa kita
pada pasal 31 ayat (1) yang telah menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Bahkan diperjelas pada ayat berikutnya yaitu ayat (4) yang
menyebutkan bahwa anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen diambil dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
Seharusnya dengan anggaran dana sebesar itu system pendidikan nasional kita mampu
mencetak SDM yang unggul dan mampu bersaing. Karena SDM khususnya bagi generasi

muda harus mempunyai daya saing tinggi karena mempunyai tanggung jawab sebagai
penerus bangsa. Tentu juga sebagai pemegang kendali roda perekonomian negara dan
menjalankan pemerintahan. Tapi faktanya kualitas pendidikan kita menurun sedangkan
alokasi dana anggaran pendidikan meningkat.
Dalam dunia pendidikan ada tiga jenis pendidikan, yaitu pendidikan formal,
pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Anggapan umum kita terhadap
pendidikan sekarang ini termasuk dalam jenis pendidikan formal. Pendidikan dengan
jenjang yang teratur serta berstruktur dengan dua status yaitu negeri dan swasta dalah
pendidikan formal. Sedangkan pendidikan nonformal adalah pendidikan di luar dari
pendidikan formal yang dapat dilakukan secara berjenjang dan berstruktur. Hasil dari
pendidikan nonformal dapat disetarakan dengan pendidikan formal setelah melalui proses
penilaian tertentu. Ketiga, pendidikan informal. Pendidikan ini menggunakan keluarga
dan lingkungan sebagai media pembelajaran secara mandiri.
Penurunan kualitas SDM juga disebabkan oleh pendidikan nonformal. Pendidikan
nonformal diharapkan mampu memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan
hidup, pengembangan diri sebagai penunjang pendidikan formal melalui lembaga kursus,
pelatihan, atau pusat kegiatan belajar masyarakat. Kenyataannya, pendidikan nonformal
belum bisa memberikan kontribusinya secara memadai. Padahal pendidikan nonformal
diharapkan mampu memperkecil kesenjangan yang hadir pada pendidikan formal.
Yang juga tidak bisa dianggap remeh adalah pendidikan informal. Pendidikan
informal membantu meningkatkan kemandirian diri dan membantu pembentukan
karakter. Ini yang sering terlupakan oleh banyak orang karena terlalu fokus kepada
pendidikan formal.
Fakta dalam kehidupan nyata adalah tidak cukup hanya dengan modal pintar. Sering
kali kita jumpai banyak orang tua yang sibuk mendaftarkan anak-anak mereka di
lembaga-lembaga kursus dengan alasan sebagai penunjang pembelajaran di sekolah.
Kesalahan terbesar dari kebanyakan orang sekarang adalah orang sukses adalah orang
pintar dan orang pintar itu adalah mereka yang unggul di bidang akademik.
Jika kita tarik benang ini sedikit, maka kita jumpai bahwa fenomena seperti ini juga
disebabkan karena sistem pendidikan kita yang menuntut untuk memaksimalkan
kemampuan kognitif peserta didik. Seharusnya kita berpikir sejenak bahwa tidak ada
manusia yang sempurna. Sama halnya dengan peserta didik yang memang juga manusia,
mereka seharusnya tidak dituntut menguasai setumpuk pelajaran yang pasti tidak semua
mereka sukai. Apalagi mereka dibebani dengan hasil pembelajaran dengan sistem urut
atau rangking.
Kita perlu mengingat hal ini, berdasarkan penelitian di Harvard University
Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognitifnya (hard skill) saja, tetapi lebih oleh

kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan,
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft
skill. Dan kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada
anak didik.
Melihat keadaan pendidikan Indonesia yang semakin memburuk penulis sebagai
mahasiswa yang dituntut untuk berpikir kritis mencoba menyuguhkan saran sebagai
usaha kita untuk membenahi sistem pendidikan sekarang ini, sebut saja inovasi
pendidikan. Kita juga tidak harus menutup mata dengan negara lain yang memiliki sistem
pendidikan yang baik.
Pertama, penentu penting dalam pembaharuan pendidikan adalah pendidik.
Seseorang yang akan menjadi pendidik adalah mereka yang memang kompeten dalam
bidangnya Sebagai mahasiswa FKIP yang pada dasarnya adalah calon pendidik sudah
seharusnya kita mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk terjun dalam dunia
pendidikan. Karena anak didik kita nanti adalah cerminan dari seorang pendidiknya...
Dalam hal ini, seharusnya juga didukung oleh pihak pemerintah atau para pihak yang
memang terlibat dalam dunia pendidikan. Sekecil apapun penghargaan yang diberikan
kepada para pendidik akan menjadi motivasi untuk menjadi pendidik ke arah yang lebih
baik
Pada jenjang sekolah, perlu pengkajian ulang terhadap mata pelajaran yang
disuguhkan. Menurut penulis, pemaksaan penjejalan berbagai mata pelajaran kepada satu
peserta didik bukan jalan terbaik. Setiap manusia memiliki kesukaan yang berbeda
sekalipun mereka kembar identik dengan rantai DNA yang sama. Oleh karena itu,
alangkah bijaknya jika peserta didik hanya diuji dalam mata pelajaran pilihan mereka dan
setiap harinya memang itu pelajaran yang mereka kuasai betul-betul. Dengan
pengurangan mata pelajaran maka jam belajarpun berkurang. Peserta didik tidak lagi
disibukkan dengan berbagai pelajaran terus menerus. Peserta didik akan punya waktu
luang yang lebih banyak yang dapat mereka manfaatkan untuk pendidikan informal
mereka.
Jika saran di atas tidak bisa dilakukan , penulis kembali mencoba meminta
perubahan pada sistem penilaian karena penulis merasa sistem penilaian peserta didik
sekarang ini tidaklah adil. Sistem yang dimaksud adalah sistem rangking dan syarat
kenaikan kelas. Adilkan jika peserta didik yang lemah dalam satu mata pelajaran harus
mengulang semua mata pelajaran di tahun berikutnya karena ia tinggal kelas ? Penulis
mengharapkan sistem sekolah juga menganut sistem Perguruan Tinggi. Jika ada peserta
didik yang tidak memenuhi nilai standar pada satu atau beberapa mata pelajaran hanya
diwajibkan mengulang sesuai mata pelajaran yang memang nilainya di bawah standar dan
peserta didik tetap bisa naik kelas. Setidaknya sistem ini mengurangi beban peserta didik.

Kemajuan teknologi dan informasi sayang rasanya jika tidak kita manfaatkan
dalam dunia pendidikan untuk kemajuan yang bersifat positif. Karena tidak dipungkiri
dewasa ini pendidik dituntut untuk menguasai IPTEK sebagai salah satu media
pembelajaran yang efisien.
Setiap usaha tidak terlepas dari strategi yang digunakan. Mengutip pendapat
seorang ahli, Kennedy (1987) yang membicarakan tentang strategi inovasi
mengemukakan tiga jenis strategi inovasi, yaitu:
a. power coercive (strategi pemaksaan)
Strategi inovasi yang pertama adalah strategi pemaksaan berdasarkan
kekuasaan adalah suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan
kaidah-kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan
kehendak, ide dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan
keadaan serta situasi yang sebenarnya di mana inovasi itu akan
dilaksanakan. Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat
pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan perubahan sesuai
dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasi. Pihak
pelaksana yang sebenarnya merupakan objek utama dari inovasi itu
sendiri sama sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan
maupun pelaksanaannya. Para inovator hanya menganggap pelaksana
sebagai objek semata dan bukan sebagai subjek yang juga harus
diperhatikan dan dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan dan
pengimplementasiannya.
b. rational empirical (empirik rasional)
Strategi inovasi yang kedua adalah empirik Rasional. Asumsi dasar
dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran
logisnya atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional.
Dalam kaitan dengan ini inovator bertugas mendemonstrasikan
inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk
memberikan manfaat bagi penggunanya. Di sekolah, para guru
menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai
dengan akal yang sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi bukan
berdasarkan pengalaman guru tersebut. Di berbagai bidang, para
pencipta inovasi melakukan perubahan dan inovasi untuk bidang yang
ditekuninya berdasarkan pemikiran, ide, dan pengalaman dalam
bidangnya itu, yang telah digeluti berbulan-bulan bahkan bertahuntahun. Inovasi yang demikian memberi dampak yang lebih baik dari
pada model inovasi yang pertama.

c. normative-re-educative (pendidikan yang berulang secara normatif)


Strategi inovasi yang ketiga adalah pendidikan yang berulang secara
normatif. Strategi ini didasarkan oleh pemikiran para ahli pendidikan
seperti Sigmund Freud, Jhon Dewey, Kurt Lewis dan beberapa pakar
lainnya yang menekankan bagaimana siswa pemahami permasalahan
pembaharuan seperti perubahan sikap/skill(kemampuan) dan nilai-nilai
yang berhubungan dengan manusia.
(sumber: imam gunawan tgl 18-09-2012 by internet)

Usaha dalam pembaharuan pendidikan juga harus sesuai dengan kurikulum


pendidikan yang akan digunakan. Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan empat
teori pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti
Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang
bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan
dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi
pendidikan dari pada proses.
Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang
ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun
secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai
peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki
peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari
pendidik.
2. Pendidikan pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak
telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan
bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta
didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya
menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing,
pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.

Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model


kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan
memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan
keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum
humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada
aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).
3. Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai
persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam
menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda.
Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan
penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan
pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidangbidang khusus, berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan
yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam
bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan
menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar
secara individual.
Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan polapola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan
barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai
direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada
penyampaian dan pendalaman bahan.
4. Pendidikan interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik
tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa
berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan
sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan
interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua
pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara
peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara
pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui
berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih
sekedar mempelajari fakta-fakta.

Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta


tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta
memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi
pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.
Dari berbagai pandangan tentang pembaruan pendidikan serta strategi yang
dikemukakan rasanya tidak akan bermakna apa-apa tanpa diimplementasikan. Salah
satunya dengan cara dituangkan ke dalam sebuah kebijakan. Jika ditelusuri lagi,
kebijakan tidak akan memberikan kontribusi ke arah yang lebih baik jika tidak
dioperasikan oleh seorang pemimpin yang memang mampu. Agar fungsi kepemimpinan
berjalan efektif, seorang pemimpin dituntut memiliki kompetensi tertentu. Menurut
Joseph (2007) ada sepuluh kompetensi yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu:
1. Arah diri
2. Fleksibilitas
3. Tim kerja
4. Strategi
5. Pengambilan keputusan
6. Mengelola perubahan
7. Delegasi
8. Komunikasi
9. Negosiasi
10. Kekuasaan dan pengaruh
Jadi, implementasi kebijakan dalam pembaruan pendidikan membutuhkan
kompetensi dan komitmen terutama dari seorang pemimpin dan tidak terkecuali
organisasi atau lembaga yang bergerak di bidang pendidikan serta para oknum yang
terkait dengan jalannya sistem pendidikan.

D. BATU KERIKIL DALAM INOVASI PENDIDIKAN


Tak ada kesuksesan yang didapat tanpa dilanda masalah dan tak lepas dari sebuah
perjuangan. Begitu pula halnya dengan niat kita untuk melakukan pembaruan pendidikan

atau sebuah inovasi pendidikan. Selalu ada saja faktor yang tidak mendukung terhadap
pembaruan. Adapun kendala-kendala yang sering ditemukan dalam dunia pendidikan
antara lain adalah:
1. Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi.
2. Konflik dan motivasi yang kurang sehat.
3. Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak
berkembangnya inovasi yang dihasilkan.
4. Keuangan yang tidak terpenuhi.
5. Penolakan dari kelompok tertentu atas hasil inovasi.
6. Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi.
Untuk meminimalisir kendala yang datang maka jangan beranggapan bahwa kita
mampu melakukannya sendiri. Libatkan semua pihak agar pemikiran kita dalam hal
pembaruan cepat terpublikasikan dengan harapan mendaptkan dukungan. Berikut ini
beberapa faktor yang menjadi fokus untuk melakukan pembaruan pendidikan:
1. Pendidik
Faktor pendukung inovasi pendidikan yang paling berpengaruh dalam proses
belajar-mengajar adalah pendidik, khususnya guru atau dosen. Oleh karena itu,
pendidik harus betul-betul membawa peserta didiknya kepada tujuan yang ingin
dicapai. Pendidik harus mampu mempengaruhi peserta didik. Pendidik harus
berpandangan luas dan kriteria bagi seorang pendidik ialah harus memiliki
kewibawaan karena dapat memberikan suatu kekuatan yang dapat memberikan
kesan dan pengaruh. Singkatnya untuk mengadakan pembaharuan dalam
pendidikan, kita harus meningkatkan profesionalisme pendidik.
a. Peran Pendidik/Guru di Sekolah
Secara umum banyak sekali peranan yang mesti dilakukan guru dalam
melaksanakan tugasnya di sekolah. Namun, peranan guru yang paling
pokok berhubungan erat dengan tugas dan jabatannya sebagai suatu
profesi. Tugas guru secara profesional menurut Sutan Zanti Arbi dalam
Wahyudin et.al (2007:9.32) meliputi tugas mendidik, mengajar dan
melatih.
Mendidik berarti pemberian bimbingan pada anak agar potensi yang
dimilikinya berkembang seoptimal mungkin dan dapat meneruskan serta
mengembangkan nilai-nilai hidup. Sebab tugas guru disamping
menyampaikan ilmu pengetahuan, juga mencakup pembentukan nilainilai pada diri murid yang tertuju pada pengembangan seluruh aspek
kepribadian murid secara utuh agar tumbuh menjadi manusia dewasa.

Mengajar berarti memberikan pengajaran dalam bentuk penyampaian


pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan ketrampilan (psikomotor)
pada diri murid agar dapat menguasai dan mengembangkan ilmu dan
teknologi. Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada pelaksanaan
tugas merencanakan, melaksanakan proses belajar-mengajar dan menilai
hasilnya. Untuk melaksanakan tugas ini, guru disamping harus
menguasai materi atau bahan yang akan diajarkan, juga dituntut untuk
memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknis mengajar.
Sehubungan dengan tanggungjawab profesional, dalam melaksanakan
tugas mengajar ini, guru dituntut untuk selalu mencari gagasan-gagasan
baru (inovasi), berusaha menyempurnakan pelaksanaan tugas mengajar,
mencobakan bermacam-macam metode dalam mengajar dan
mengupayakan pembuatan serta penggunaan alat peraga dalam
mengajar. Gagasan baru (inovasi) yang dilakukan oleh guru hendaknya
bertujuan untuk penyempurnaan kegiatan belajar-mengajar.
Melatih lebih ditekankan pada tujuan mengembangkan ketrampilan
tertentu agar para siswa mengalami peningkatan kemampuan kerja yang
memadai.
Idealnya, tingkat kemampuan yang diharapkan dimiliki guru profesional
adalah tingkat kemampuan yang menunjukkan efisiensi yang tinggi
dalam melaksanakan pekerjaannya. Menurut Alen Richard dalam
Wahyudin et.al (2007:9.34) efisiensi profesional mencakup lima
kemampuan, yaitu:
i.

Ketrampilan teknologi yaitu dapat melakukan pekerjaan dengan


menggunakan teknik-teknik kerja ilmiah yang mendekati
kesempurnaan.

ii.

Pengetahuan teknologi yang relevan yaitu dapat menguasai


teknik-teknik kerja ilmiah yang dapat dipergunakan untuk
melaksanakan bidang pekerjaannya.

iii.

Pengetahuan tambahan untuk pengembangan yaitu dapat


menguasai pengetahuan tentang konsep dan metode penelitian
dan pengembangan yang dapat dipergunakan dalam bidang
pekerjaannya.

iv.

Kemampuan mengambil keputusan secara tepat yaitu dapat


melaksanakan kepemimpinan dalam bidang pekerjaannya.

v.

Kualitas Moral yaitu teguh terikat pada kode etik jabatannya


dalam situasi bagaimana pun yang dihadapinya.

Mengacu kepada berbagai kemampuan dasar yang mesti dikuasai oleh


guru profesional tersebut nampak bahwa para guru dalam melaksanakan
tugasnya dituntut untuk selalu memperbaharui kemampuannya agar
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi baik
didalam lingkungan kerjanya maupun yang ada di lingkungan
sekitarnya.
Setiap perubahan yang terjadi pada suatu aspek kehidupan akan
menimbulkan perubahan pada aspek lainnya pula. Misalnya
perkembangan pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi akan
menimbulkan perubahan dalam bidang lain seperti ekonomi dan bidang
sosial budaya. Demikian pula perubahan yang terjadi dalam dunia
pendidikan akan berpengaruh pada guru sebagai pemeran utama dalam
menentukan keberhasilan pendidikan.
b. Peran Serta Pendidik/Guru Dalam Pelaksanaan Inovasi Pendidikan
Kegiatan pendidikan sebagai usaha sadar senantiasa terkait dengan
tuntutan dan perkembangan jaman, dan tidak bisa melepaskan diri dari
tuntutan aspirasi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu,
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, guru harus senantiasa
bersikap terbuka terhadap berbagai aspirasi atau kritikan yang muncul
dari manapun datangnya. Guru dituntut untuk selalu siap mendiskusikan
apapun bentuknya baik dengan rekan sejawat, dengan murid, orang tua
murid atau dengan masyarakat sekitarnya yang peduli terhadap
kemajuan. Seorang guru yang terbuka senantiasa dapat menampung
aspirasi dari berbagai pihak, sehingga sekolah dapat menjadi agen
perubahan dan guru menjadi pendukung utamanya. Dengan sikap seperti
itu akan mendorong para guru untuk terus menerus berusaha
memperbaiki kinerjanya guna menciptakan suasana kehidupan yang
demokratis di sekolah baik dalam proses belajar-mengajar maupun
dalam lingkup yang lebih luas lagi. Suasana yang demokratis dalam
proses pembelajaran akan menumbuhkan sikap demokratis pula dalam
diri siswa, bersikap tidak menutupi kesalahan, terus terang dan siap
menerima kritik untuk kemajuan hidupnya dimasa yang akan datang. Di
samping itu, sikap terbuka yang dimiliki guru juga akan mendorong
untuk selalu berusaha mencari dan menemukan alternatif yang terbaik
untuk pemecahan masalah yang dihadapi sekolahnya sehingga akan
tumbuh suasana yang kondusif guna meningkatkan mutu pendidikannya.
Dalam menghadapi dan menjawab tantangan zaman akibat
perkembangan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, guru dituntut pula untuk peka terhadap berbagai bentuk

perubahan baik yang berlangsung di sekolahnya maupun yang terjadi di


lingkungan sekitarnya. Sikap ini penting dimiliki para guru dan tenaga
kependidikan lainnya agar suasana kehidupan sekolah tidak selalu
bersifat rutin, merasa puas dengan sarana dan fasilitas yang ada serta
metode dan teknik pembelajaran yang lama, tetapi selalu berusaha
menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi. Untuk itu
kemampuan melakukan penelitian guna memecahkan masalah yang
dihadapi penting serta harus dikuasai dan dimiliki oleh guru, meskipun
dalam kadar yang masih sederhana.
2. Peserta didik
Peserta didik merupakan objek utama dalam proses belajar mengajar. Mereka
berkembang oleh pengalaman belajar mereka. Dan kualitas pendidikannya
bergantung pada kualitas pengalaman serta sikap, termasuk pada sikap mereka
terhadap pendidikan itu sendiri. Peserta didik cenderung belajar karena pengaruh
dari orang yang dikaguminya. Oleh karena itu, dalam mengadakan pembaharuan
pendidikan, kita harus memperhatikan peserta didik karena mereka merupakan
objek utama sasaran yang akan yang akan diarahkan oleh pendidik.
3. Fasilitas
Proses belajar mengajar akan berjalan lancar jika ditunjang oleh sarana yang
lengkap. Oleh karena masalah fasilitas merupakan masalah yang esensial dalam
pendidikan, maka dalam pembaharuan pendidikan kita harus serempak pula
memperbaharui mulai dari gedung sekolah sampai kepada maslah yang paling
dominan, yaitu alat peraga sebagai penjelasan dalam penyampaikan pendidikan.
4. Program atau Tujuan
Dalam proses belajar mengajar kita harus mempunyai tujuan yang jelas. Kita harus
meneliti apa tujuan pendidikan nasional, apa pula tujuan institusional, sampai
kepada tujuan yang sangat sepesifik yaitu teknologi informasi dan komunikasi.
Pembaruan pendidikan tidak akan berhasil jika mengenyampingkan masalah
tujuan. Sebaliknya dengan memperjelas tujuan akan lebih mudah apa yang akan
dilakukan.
5. Kurikulum
Kurikulum dalam arti yang luas adalah yang meliputi seluruh program dan
kehidupan dalam sekolah. Kurikulum sekolah dapat dipandang sebagai bagian dari
kehidupan. Oleh karena itu, kurikulum berpengaruh sekali kepada maju

mundurnya pendidikan. Apabila kita mengadakan suatu inovasi dalam pendidikan,


kita harus memperhatikan kurikulum yang sudah dirumuskan. Kalau pendidikan
diperbarui, maka sudah barang tentu (otomatis) kurikulumnya pun harus berubah.
Kita tidak bisa mengadakan pembaruan tanpa perubahan pada kurikulum.
6. Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung
terlibat dalam perubahan tersebut namun dapat member dampak, baik positif
maupun negatif dalam pelaksanaan pembaruan pendidikan. Masyarakat secara
langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan.
Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah
masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu
berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan
terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan.
Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu
inovator dan pelaksana inovasi dalam pelaksanakan inovasi pendidikan.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kemajuan zaman yang sangat pesat juga globalisasi yang terus menuntut kualitas
SDM yang tinggi membuat kita tidak bisa diam mematung hanya sebagai penonton.
Indonesia memang negara yang tergolong masih berkembang. Tapi tidak sepantasnya jika
hal itu dijadikan alasan kita untuk jalan di tempat. Pembaruan harus kita mulai.
Pembaruan (inovasi) diperlukan bukan hanya dalam satu bidang, tetapi juga di segala
bidang termasuk pendidikan.
Pembaruan dalam bidang pendidikan harus segera kita mulai. Karena sistem
pendidikan kita sekarang ini sudah sangat jelas kekacauannya. Mari kita segera membuka
mata untuk menyaksikan apa yang telah terjadi pada sistem pendidikan kita. Mulai
berpikir untuk membenahi dan bergerak ke arah kemajuan.

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. (2007). Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris Di Indonesia Dalam
Konteks Persaingan Global. Bandung:
CV. Andira.
Budimansyah, Dasim. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung: PT.
Genesindo.
Danim, Sudarwan. (2002). Inovasi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikti Depdikbud.
Mukhtar dan Yamin, Martinis. (2007). 10 Kiat Sukses Mengajar Di Kelas. Jakarta: PT. Nimas
Multima.
Rogers, M Everett. (1983). Diffusion of Innovation. New York: The Free Press.
Saud, S Udin dan Suherman, Ayi (2006). Bahan Belajar Mandiri Inovasi Pendidikan.
Bandung: UPI Press.
Wahyudin, Dinn et.al. (2007). Materi Pokok Pengantar Pendidikan: Modul Universitas
Terbuka. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai