PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kualitas sumber daya manusia di Indonesia semakin menurun. Hal ini tercermin
dalam HDI (Human Development Index) Indonesia pada tahun 2010 yang berada di
peringkat 108 dari 187 negara dan semakin merosot pada tahun 2011 yaitu berada pada
peringkat 124. Kualitas SDM Indonesia berada jauh di bawah dari negara-negara tetangga
seperti Singapura dan Malaysia. Kondisi ini sangat memprihatinkan.
Pendidikan menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas SDM di Indonesia,
selain dari segi ekonomi dan kesehatan. Pendidikan dianggap penting dalam penentuan
kualitas SDM karena pendidikan adalah proses dari segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan berlangsung seumur hidup dalam
setiap saat selama ada pengaruh dari lingkungan. Pendidikan dapat dilakukan secara
langsung atau tidak langsung, formal atau nonformal.
Waktu terus berputar zaman pun semakin global. Kesadaran masyarakat atas
pentingya pendidikan mulai tumbuh. Seiring dengan persaingan dalam semua bidang
yang tak bisa lagi dihindari, tuntutan kehidupan di zaman modern inipun semakin
kompleks. Masyarakat yang berperan sebagai konsumen akan SDM juga menuntut mutu
yang tinggi. Hal ini harusnya dijadikan cambuk untuk membenahi sudut pandang kita
terhadap pendidikan.
Oleh karena itu, pendidikan juga harus mampu bersikap dinamis dalam kondisi
seperti ini. Pendidikan harus berkembang dengan berbagai inovasi baru yang sesuai
dengan kebutuhan. Diharapkan lewat penyelenggaraan pendidikan yang baik, kualitas
SDM mengalami peningkatan. SDM yang dihasilkan juga tidak hanya unggul di bidang
akademik tapi juga diimbangi dengan pendidikan karakter sebagai penunjang saat terjun
langsung di tengah-tengah masyarakat. Karena SDM dengan kualitas yang baik adalah
modal utama kemajuan suatu negara.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
D. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk berbagi pemikiran tentang
peningkatan kualitas SDM di Indonesia melalui inovasi di bidang pendidikan.
E. METODE PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INOVASI PENDIDIKAN
Untuk menyikapi realitas pendidikan yang kurang berkualitas perlu adanya sebuah
perubahan dengan arah pembaruan yang perlu kita mulai. Berbicara mengenai pembaruan
pendidikan, tidak lepas dari istilah inovasi. Inovasi berasal dari kata latin, innovation
yang berarti pembaruan dan perubahan. Sedang inovasi sendiri tidak lepas dari dua istilah
lain, yaitu invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar
baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang
sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha
menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan
discovery.
Secara umum inovasi diartikan sebagai pembaruan atau perubahan dengan ditandai
oleh adanya hal yang baru. Inovasi pada dasarnya merupakan pemikiran, praktik ataupun
berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui
tahapan tertentu.
Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya tentang inovasi.Menurut Everett M.
Rogers inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, gagasan, objek atau benda yang disadari
dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seorang atau kelompok untuk diadopsi.
Stephen Robbins mempunyai pemikiran lain, menurutnya inovasi adalah suatu
gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki sutau produk atau
proses, dan jasa.
Sedangkan menurut Santoso S. Hamidjojo seperti dikutip Abdulhak menyatakan
bahwa inovasi merupakan suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari
hal yang ada sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna
mencapai tujuan tertentu.
Sebenarnya inovasi tidak mengharuskan sesuatu yang baru secara keseluruhan.
Penerapan konsep yang pernah ada sebelumnya dengan tujuan meningkatkan pencapaian
dari sebelumnya juga dapat dikatagorikan sebagai inovasi, begitu menurut Crosby.
Dari banyaknya definisi inovasi yang ada, dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah
perubahan yang mengandung unsur-unsur baru. Karena tidak semua perubahan adalah
inovasi. Kata kunci yang perlu kita garis bawahi dari inovasi adalah gagasan, benda atau
proses pembaruan yang dilakukan oleh individu atau kelompok.
muda harus mempunyai daya saing tinggi karena mempunyai tanggung jawab sebagai
penerus bangsa. Tentu juga sebagai pemegang kendali roda perekonomian negara dan
menjalankan pemerintahan. Tapi faktanya kualitas pendidikan kita menurun sedangkan
alokasi dana anggaran pendidikan meningkat.
Dalam dunia pendidikan ada tiga jenis pendidikan, yaitu pendidikan formal,
pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Anggapan umum kita terhadap
pendidikan sekarang ini termasuk dalam jenis pendidikan formal. Pendidikan dengan
jenjang yang teratur serta berstruktur dengan dua status yaitu negeri dan swasta dalah
pendidikan formal. Sedangkan pendidikan nonformal adalah pendidikan di luar dari
pendidikan formal yang dapat dilakukan secara berjenjang dan berstruktur. Hasil dari
pendidikan nonformal dapat disetarakan dengan pendidikan formal setelah melalui proses
penilaian tertentu. Ketiga, pendidikan informal. Pendidikan ini menggunakan keluarga
dan lingkungan sebagai media pembelajaran secara mandiri.
Penurunan kualitas SDM juga disebabkan oleh pendidikan nonformal. Pendidikan
nonformal diharapkan mampu memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan
hidup, pengembangan diri sebagai penunjang pendidikan formal melalui lembaga kursus,
pelatihan, atau pusat kegiatan belajar masyarakat. Kenyataannya, pendidikan nonformal
belum bisa memberikan kontribusinya secara memadai. Padahal pendidikan nonformal
diharapkan mampu memperkecil kesenjangan yang hadir pada pendidikan formal.
Yang juga tidak bisa dianggap remeh adalah pendidikan informal. Pendidikan
informal membantu meningkatkan kemandirian diri dan membantu pembentukan
karakter. Ini yang sering terlupakan oleh banyak orang karena terlalu fokus kepada
pendidikan formal.
Fakta dalam kehidupan nyata adalah tidak cukup hanya dengan modal pintar. Sering
kali kita jumpai banyak orang tua yang sibuk mendaftarkan anak-anak mereka di
lembaga-lembaga kursus dengan alasan sebagai penunjang pembelajaran di sekolah.
Kesalahan terbesar dari kebanyakan orang sekarang adalah orang sukses adalah orang
pintar dan orang pintar itu adalah mereka yang unggul di bidang akademik.
Jika kita tarik benang ini sedikit, maka kita jumpai bahwa fenomena seperti ini juga
disebabkan karena sistem pendidikan kita yang menuntut untuk memaksimalkan
kemampuan kognitif peserta didik. Seharusnya kita berpikir sejenak bahwa tidak ada
manusia yang sempurna. Sama halnya dengan peserta didik yang memang juga manusia,
mereka seharusnya tidak dituntut menguasai setumpuk pelajaran yang pasti tidak semua
mereka sukai. Apalagi mereka dibebani dengan hasil pembelajaran dengan sistem urut
atau rangking.
Kita perlu mengingat hal ini, berdasarkan penelitian di Harvard University
Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognitifnya (hard skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan,
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft
skill. Dan kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada
anak didik.
Melihat keadaan pendidikan Indonesia yang semakin memburuk penulis sebagai
mahasiswa yang dituntut untuk berpikir kritis mencoba menyuguhkan saran sebagai
usaha kita untuk membenahi sistem pendidikan sekarang ini, sebut saja inovasi
pendidikan. Kita juga tidak harus menutup mata dengan negara lain yang memiliki sistem
pendidikan yang baik.
Pertama, penentu penting dalam pembaharuan pendidikan adalah pendidik.
Seseorang yang akan menjadi pendidik adalah mereka yang memang kompeten dalam
bidangnya Sebagai mahasiswa FKIP yang pada dasarnya adalah calon pendidik sudah
seharusnya kita mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk terjun dalam dunia
pendidikan. Karena anak didik kita nanti adalah cerminan dari seorang pendidiknya...
Dalam hal ini, seharusnya juga didukung oleh pihak pemerintah atau para pihak yang
memang terlibat dalam dunia pendidikan. Sekecil apapun penghargaan yang diberikan
kepada para pendidik akan menjadi motivasi untuk menjadi pendidik ke arah yang lebih
baik
Pada jenjang sekolah, perlu pengkajian ulang terhadap mata pelajaran yang
disuguhkan. Menurut penulis, pemaksaan penjejalan berbagai mata pelajaran kepada satu
peserta didik bukan jalan terbaik. Setiap manusia memiliki kesukaan yang berbeda
sekalipun mereka kembar identik dengan rantai DNA yang sama. Oleh karena itu,
alangkah bijaknya jika peserta didik hanya diuji dalam mata pelajaran pilihan mereka dan
setiap harinya memang itu pelajaran yang mereka kuasai betul-betul. Dengan
pengurangan mata pelajaran maka jam belajarpun berkurang. Peserta didik tidak lagi
disibukkan dengan berbagai pelajaran terus menerus. Peserta didik akan punya waktu
luang yang lebih banyak yang dapat mereka manfaatkan untuk pendidikan informal
mereka.
Jika saran di atas tidak bisa dilakukan , penulis kembali mencoba meminta
perubahan pada sistem penilaian karena penulis merasa sistem penilaian peserta didik
sekarang ini tidaklah adil. Sistem yang dimaksud adalah sistem rangking dan syarat
kenaikan kelas. Adilkan jika peserta didik yang lemah dalam satu mata pelajaran harus
mengulang semua mata pelajaran di tahun berikutnya karena ia tinggal kelas ? Penulis
mengharapkan sistem sekolah juga menganut sistem Perguruan Tinggi. Jika ada peserta
didik yang tidak memenuhi nilai standar pada satu atau beberapa mata pelajaran hanya
diwajibkan mengulang sesuai mata pelajaran yang memang nilainya di bawah standar dan
peserta didik tetap bisa naik kelas. Setidaknya sistem ini mengurangi beban peserta didik.
Kemajuan teknologi dan informasi sayang rasanya jika tidak kita manfaatkan
dalam dunia pendidikan untuk kemajuan yang bersifat positif. Karena tidak dipungkiri
dewasa ini pendidik dituntut untuk menguasai IPTEK sebagai salah satu media
pembelajaran yang efisien.
Setiap usaha tidak terlepas dari strategi yang digunakan. Mengutip pendapat
seorang ahli, Kennedy (1987) yang membicarakan tentang strategi inovasi
mengemukakan tiga jenis strategi inovasi, yaitu:
a. power coercive (strategi pemaksaan)
Strategi inovasi yang pertama adalah strategi pemaksaan berdasarkan
kekuasaan adalah suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan
kaidah-kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan
kehendak, ide dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan
keadaan serta situasi yang sebenarnya di mana inovasi itu akan
dilaksanakan. Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat
pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan perubahan sesuai
dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasi. Pihak
pelaksana yang sebenarnya merupakan objek utama dari inovasi itu
sendiri sama sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan
maupun pelaksanaannya. Para inovator hanya menganggap pelaksana
sebagai objek semata dan bukan sebagai subjek yang juga harus
diperhatikan dan dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan dan
pengimplementasiannya.
b. rational empirical (empirik rasional)
Strategi inovasi yang kedua adalah empirik Rasional. Asumsi dasar
dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran
logisnya atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional.
Dalam kaitan dengan ini inovator bertugas mendemonstrasikan
inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk
memberikan manfaat bagi penggunanya. Di sekolah, para guru
menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai
dengan akal yang sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi bukan
berdasarkan pengalaman guru tersebut. Di berbagai bidang, para
pencipta inovasi melakukan perubahan dan inovasi untuk bidang yang
ditekuninya berdasarkan pemikiran, ide, dan pengalaman dalam
bidangnya itu, yang telah digeluti berbulan-bulan bahkan bertahuntahun. Inovasi yang demikian memberi dampak yang lebih baik dari
pada model inovasi yang pertama.
atau sebuah inovasi pendidikan. Selalu ada saja faktor yang tidak mendukung terhadap
pembaruan. Adapun kendala-kendala yang sering ditemukan dalam dunia pendidikan
antara lain adalah:
1. Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi.
2. Konflik dan motivasi yang kurang sehat.
3. Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak
berkembangnya inovasi yang dihasilkan.
4. Keuangan yang tidak terpenuhi.
5. Penolakan dari kelompok tertentu atas hasil inovasi.
6. Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi.
Untuk meminimalisir kendala yang datang maka jangan beranggapan bahwa kita
mampu melakukannya sendiri. Libatkan semua pihak agar pemikiran kita dalam hal
pembaruan cepat terpublikasikan dengan harapan mendaptkan dukungan. Berikut ini
beberapa faktor yang menjadi fokus untuk melakukan pembaruan pendidikan:
1. Pendidik
Faktor pendukung inovasi pendidikan yang paling berpengaruh dalam proses
belajar-mengajar adalah pendidik, khususnya guru atau dosen. Oleh karena itu,
pendidik harus betul-betul membawa peserta didiknya kepada tujuan yang ingin
dicapai. Pendidik harus mampu mempengaruhi peserta didik. Pendidik harus
berpandangan luas dan kriteria bagi seorang pendidik ialah harus memiliki
kewibawaan karena dapat memberikan suatu kekuatan yang dapat memberikan
kesan dan pengaruh. Singkatnya untuk mengadakan pembaharuan dalam
pendidikan, kita harus meningkatkan profesionalisme pendidik.
a. Peran Pendidik/Guru di Sekolah
Secara umum banyak sekali peranan yang mesti dilakukan guru dalam
melaksanakan tugasnya di sekolah. Namun, peranan guru yang paling
pokok berhubungan erat dengan tugas dan jabatannya sebagai suatu
profesi. Tugas guru secara profesional menurut Sutan Zanti Arbi dalam
Wahyudin et.al (2007:9.32) meliputi tugas mendidik, mengajar dan
melatih.
Mendidik berarti pemberian bimbingan pada anak agar potensi yang
dimilikinya berkembang seoptimal mungkin dan dapat meneruskan serta
mengembangkan nilai-nilai hidup. Sebab tugas guru disamping
menyampaikan ilmu pengetahuan, juga mencakup pembentukan nilainilai pada diri murid yang tertuju pada pengembangan seluruh aspek
kepribadian murid secara utuh agar tumbuh menjadi manusia dewasa.
ii.
iii.
iv.
v.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kemajuan zaman yang sangat pesat juga globalisasi yang terus menuntut kualitas
SDM yang tinggi membuat kita tidak bisa diam mematung hanya sebagai penonton.
Indonesia memang negara yang tergolong masih berkembang. Tapi tidak sepantasnya jika
hal itu dijadikan alasan kita untuk jalan di tempat. Pembaruan harus kita mulai.
Pembaruan (inovasi) diperlukan bukan hanya dalam satu bidang, tetapi juga di segala
bidang termasuk pendidikan.
Pembaruan dalam bidang pendidikan harus segera kita mulai. Karena sistem
pendidikan kita sekarang ini sudah sangat jelas kekacauannya. Mari kita segera membuka
mata untuk menyaksikan apa yang telah terjadi pada sistem pendidikan kita. Mulai
berpikir untuk membenahi dan bergerak ke arah kemajuan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. (2007). Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris Di Indonesia Dalam
Konteks Persaingan Global. Bandung:
CV. Andira.
Budimansyah, Dasim. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung: PT.
Genesindo.
Danim, Sudarwan. (2002). Inovasi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikti Depdikbud.
Mukhtar dan Yamin, Martinis. (2007). 10 Kiat Sukses Mengajar Di Kelas. Jakarta: PT. Nimas
Multima.
Rogers, M Everett. (1983). Diffusion of Innovation. New York: The Free Press.
Saud, S Udin dan Suherman, Ayi (2006). Bahan Belajar Mandiri Inovasi Pendidikan.
Bandung: UPI Press.
Wahyudin, Dinn et.al. (2007). Materi Pokok Pengantar Pendidikan: Modul Universitas
Terbuka. Jakarta: Universitas Terbuka.