Disusun Oleh:
SITHO RESMI AMANATULLAH
NIM 1501032020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
POST TERM
A. Definisi
Kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu
yaitu kehamilan memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan posterm dan
pascamaturitas. Kehamilan lewat bulan merupakan suatu kondisi antepartum
yang dibedakan dengan sindrom pasca maturitas dan merupakan kondisi
neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir. Definisi
standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama
menstruasi terakhir atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate)
digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai
lama kehamilan dan maturitas janin. (Varney H., 2007).
Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu plasenta akan mengecil dan
fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan plasenta untuk menyediakan
makanan semakin berkurang dan janin akan menggunakan persediaan lemak
dan
karbohidratnya
sendiri
sebagai
sumber energy.
Sehingga
laju
B. Etiologi
Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal
yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar,
Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah
janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga
berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi
pada
usia
kehamilan
38-42
plasenta
memuncak
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang mungkin terjadi antara lain:
1. Volume cairan amnion mengalami penurunan sekitar 300 ml.
2. Berkurangnya berat badan Ibu (lebih dari 1,4 kg/minggu).
3. Berkurangnya ukuran lingkar perut (akibat berkurangnya cairan amnion)
4. Cairan amnion keruh, terdapat feces bayi, resiko terjadi aspirasi
mekonium.
5. O2 supply kepada janin mengalami penurunan: Resiko asfiksi.
6. Hipoglikemy pada janin, akibat kurang asupan dan simpanan glukosa.
Pada janin:
1. Janin tampak seperti berusia term/ cukup umur, namun terkadang tampak
telah tua 1-3 minggu.
2. Janin panjang dan kurus (akumulasi lemak menurun), namun dapat pula
terjadi peningkatan berat janin
3. Kulit agak pucat dengan deskuamasi
4. Vernix casiosa menipis, kulit kering dan pecah-pecah
5. Kuku janin panjang terkadang terisi dengan mekonium
6. Terdapat akumulasi scalp pada rambut janin
7. Tali pusat layu dan berwarna kuning
8. Palpasi kepala janin mengeras.
D. Komplikasi
1. Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak
terkoordinir, janin besar, Air ketuban berkurang dan makin kental,
moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai partus lama,
kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum.
Hal ini akan menaikkan angka mordibitas dan mortalitas.
2. Terhadap Janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih
besar dari kehamilan 40 minggu karena post maturitas akan menambah
bahaya pada janin. Pengaruh post maturitas pada janin bervariasi yaitu
berat badan janin dapat bertambah besar serhingga memerlukan tindakan
persalinan, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu,
Pertumbuhan janin makin lambat, Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin
yang menimbulkan asfiksia akibat makrosomia, aspirasi mekonium,
hipoksia dan hipoglikemia dan setiap saat dapat meninggal di rahim,
terjadi perubahan metabolisme janin, Ada pula yang bisa terjadi kematian
janin dalam kandungan (IUFD).
3. Suhu yang tidak stabil.
4. Hipoglikemi.
5. Polisitemia.
6. Kelainan neurogenik.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Usia kehamilan ditentukan dengan menghitung HPHT (Hari Pertama
Haid Terakhir) di kurangi dengan hari pemeriksaan ibu. Usia kehamilan
diatas 42 minggu menandakan terjadinya Bayi Lahir Postmatur.
2. Pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya
fundus uteri dapat membantu penegakan diagnosis Bayi Lahir Postmatur.
3. Pemeriksaan rontgenologi pada janin dapat dijumpai telah terjadi
penulangan pada bagian distal femur, baguan proksimal tibia, tulang
kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.
4. USG: ukuran diameter biparietal, gerakan janin yang mengalami
perubahan semakin aktif maupun semakin lemah dan jumlah air ketuban
mengalami penurunan.
5. Pemeriksaan
sitologik
air
F. Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu
monitoring janin secara intensif
2. Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat
kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk
melakukan pilihan antara persalinan tanpa intervensi persalinan yang di
induksi atau secara sectio caesaria.
3. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan
spontan dengan
dapat
digunakan
baik
untuk
dari
mematangkan
oksitosin
namun
sirkulasi
ibu.
Pemisahan
hendaknya
jangan
jus
jeruk
dapat
meningkatkan
angka
kejadian
dari
janin.
Mekonium
yang
diaspirasi
kembali
yang dapat
oleh
janin
mengakibatkan
untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi :
30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
I. WOC
hormonal
Kadar progesterone
Riwayat hamil dg
postmatur sebelumnya
Insudiensi plasenta
Kadar kortisol pada darah bayi yang
rendah
Resti Hipoksia
Sirkulasi nutrisi ke
janin
Sirkulasi O2 ke janjin
Gangguan suplai
nutrisi
Kerentanan stress
Kepekaan uterus terhadap oksitosin
Kurang
pengetahuan
Koping individu
inefektif
BBLR
Ketuban tercampur
dengan meconium
ansietas
Gg ventilasi bayi
ketika lahir
IUFD
asfiksia
Gg pemenuhan
keb O2
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Tujuan anamnesa adalah untuk mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan dan kehamilan. Informasi ini digunakan dalam proses
menentukan diagnosa keperawatan dan mengembangkan rencana asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Tanyakan pada ibu:
a
Keluhan Utama
Tanyakan HPHT
Status obstetrik : G, P, A, P, I, A, H.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi cedera pada janin ybd distress janin
2. Ansietas pada Ibu ybd ancaman pada status kesehatan
3. Nyeri ybd penurunan kepala janin/his
4. Kurang pengetahuan ybd keterbatasan kognitif.
C. Intervensi Keperawatan
1. Dx. 1: Resiko tinggi cedera pada janin b.d distress janin
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan klien mampu
mempertahankan kehamilan sampai janin benar-benar viable
untuk hidup
Kriteria hasil: Tidak ada cedera yang terjadi pada pasien.
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital
R: untuk mengetahui kondisi pasien
b. Lakukan pemeriksaan dalam (VT)
R: untuk mengetahui kematangan servik
c. Auskultasi dan laporkan irama jantung janin, perhatikan kekuatan ,
regularitas, dan frekuensi.
R: untuk mengetahui kondisi janin didalam rahim
d. Kaji kondisi ibu dan adanya kontraksi uterus atau tanda-tanda lain
dari ancaman kelahiran.
R: meminimalkan resiko kematian janin yang akan dilahirkan
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi yang tepat.
R: membantu megurangi resiko yang akan terjadi
2. Dx. 2: Ansietas pada Ibu b.d ancaman pada status kesehatan
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan klien tidak
cemas
Kriteria hasil :
a. Cemas berkurang
b. Tidak menunjukan perilaku agresif
Intervensi:
a. Kaji keadaan umum klien.
R: untuk mengetahui kondisi pasien
b. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan cemasnya.
R: ventilasi perasaan mengurangi rasa cemas yang muncul
c. Berikan informasi tentang penyakit klien.
R: klien paham dan dapat mengambil keputusan dengan tenang
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi yang tepat
dengan
tim
medis
selanjutnya(Lab,anastesi)
R: memantau kondisi vital persiapan operasi sc
tentang
tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta.EGC Mochtar,
Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC
Jaffe, Marrie, etc.1989. Maternal Infant Health Care Plans. Spring House
Corporation, Pennsylvania.
Manuaba,
Memahami
Kesehatan
Reproduksi