Anda di halaman 1dari 11

Kurkumin dari rimpang temulawak

RIMPANG TEMULAWAK
Temulawak yang merupakan famili Zingiberaceae mengandung minyak atsiri dan kurkuminoid.
Temulawak (curcuma xanthorrhiza) banyak ditemukan di hutan-hutan daerah tropis. Temulawak juga
berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama pada tanah gembur, sehingga buah
rimpangnya mudah berkembang menjadi besar.
Temulawak berkhasiat untuk mencegah dan mengatasi beraneka macam penyakit. Berbagai khasiat dari
temulawak, antara lain, gangguan lever, mencegah hepatitis, meningkatkan produksi cairan empedu,
membantu pencernaan, mengatasi radang kandung empedu, radang lambung dan gangguan ginjal.
Rimpang temulawak terdiri dari rimpang induk (empu) dan rimpang anakan (cabang). Rimpang induknya
berbentuk bulat seperti telur dan berwarna kuning tua atau coklat kemerahan. Bagian dalamnya berwarna
jingga kecoklatan. Dari rimpang induk ini keluar rimpang kedua yang lebih kecil. Arah pertumbuhannya ke
samping, berwarna lebih muda dengan bentuk bermacam macam, jumlahnya sekitar 3-7 buah. Rimpang
ini baunya harum dan rasanya pahit agak pedas.
Nama Lokal:
Temu putih (Indonesia), Temulawak (Jawa); Koneng Gede (Sunda), Temulabak (Madura).

Akar

Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Rimpang induk
dapat memiliki 3-4 buah rimpang. Warna kulit rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan
warna daging rimpang oranye tua atau kuning. Rimpang temulawak terbentuk di dalam tanah pada
kedalaman sekitar 16 cm. Tiap rumpun umumnya memiliki 6 buah rimpang tua dan 5 buah rimpang
muda. Rimpang Temulawak sangat berkhasiat untuk antiradang, anti keracunan empedu, penurun kadar
kolesterol, diuretic (peluruh kencing), penambah ASI, tonikum, dan penghilang nyeri sendi.

Batang

Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan
tingginya dapat mencapai 2 sampai 2,5 meter berwarna hijau atau cokelat gelap. Pelepah daunnya saling

menutupi membentuk batang.Tumbuhan yang patinya mudah dicerna ini dapat tumbuh baik di dataran
rendah hingga ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Umbi akan muncul dari pangkal batang,
warnanya kuning tua atau coklat muda, panjangnya sampai 15 sentimeter dan bergaris tengah 6
sentimeter. Baunya harum dan rasanya pahit agak pedas.

Daun

Tiap batang mempunyai daun 2 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset,
warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap,panjang daun 31 84cm dan lebar 10
18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 80cm. Mulai dari pangkalnya sudah memunculkan
tangkai daun yang panjang berdiri tegak. Tinggi tanaman antara 2 sampai 2,5 m. Daunnya bundar
panjang , mirip daun pisang.

Bunga

Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan. bunganya berukuran pendek dan
lebar, warna putih atau kuning tua dan pangkal bunga berwarna ungu. Bunga mejemuk berbentuk bulir,
bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm. Bunga muncul secara bergiliran dari kantong-kantong
daun pelindung yang besar dan beraneka ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna
merah. Bunga mekar pada pagi hari dan berangsur-angsur layu di sore hari Kelopak bunga berwarna
putih berbulu, panjang 8 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm,
helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu
atau merah, panjang 1.25 2cm dan lebar 1cm.

Buah

Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna
kekuning-kuningan. Warna kulit rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging
rimpang oranye tua atau kuning.

Biji

Sejauh ini, temulawak belum pernah dilaporkan menghasilkan biji. Karena penanaman temulawak
dengan cara menanam rimpang temulawak tersebut. Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan
menggunakan rimpang rimpangnya baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan
(rimpang cabang).

Gambar 1. Tanaman temulawak


KANDUNGAN KIMIA TEMULAWAK
Temulawak telah lama diketahui mengandung senyawa kimia yang mempunyai keaktifan fisiologi, yaitu
kurkuminoid dan minyak atsiri. Kurkuminoid terdiri atas senyawa berwarna kuning kurkumin dan
turunannya. Kurkuminoid yang memberi warna kuning pada rimpang bersifat antibakteria, anti-kangker,
anti-tumor dan anti-radang, mengandungi anti-oksidan dan hypokolesteromik. Sedangkan minyak atsiri
berbau dan berasa yang khas. Kandungan minyak atsiri pada rimpang temulawak 3-12% Sedangkan
untuk kurkuminoid, dalam temulawak 1-2%. Untuk menentukan persentase ini dilakukan pemanasan
pada temperatur 50-55o C , supaya tidak merusak zat aktifnya dan untuk mendapatkan warna yang baik
dari kurkuminoid.
Kajian dan penyelidikan atas temulawak (Curcuma xanthorrhiza) membuktikan bahawa rimpangnya
mengandungi banyak zat kimiawi yang memberikan kesan positif terhadap organ dalam manusia seperti
empedu, hati dan pankreas. Pengaruhnya keatas empedu ialah dapat mencegah pembentukan batu dan
kolesistisis. Dalam hati, zat temulawak merangsang sel hati membuat empedu, mencegah hepatatis dan
penyakit hati, membantu menurunkan kadar SGOT dan SGPT dan sebagai anti-hepatotoksik. Selain itu,
ia dapat merangsang fungsi pankreas, menambah selera makan, berkemampuan merangsang
perjalanan sistem hormon metabolisme dan fisiologi tubuh.
Bahan berkhasiat tanaman obat adalah senyawa organik, yang kandungan utamanya adalah karbon. Jika
dihipotesiskan bahwa fotosintesis 14CO2 pada tanaman temulawak akan menghasilkan karbohidrat
sederhana yang mengandung 14C, pada proses biosintesis lanjut akan dihasilkan komponen berkhasiat
obat (minyak atsiri dan kurkuminoid) yang bertanda 14C. Yang menjadi masalah pada studi ini adalah
bagaimana mengelola proses fotosintesis 14CO2 tersebut untuk mendapatkan produk bertanda radioaktif
14C.

Komposisi kimia dari rimpang temulawak adalah protein pati sebesar 29-30 persen, kurkumin satu
sampai dua persen, dan minyak atsirinya antara 6 hingga 10 persen. Daging buah (rimpang) temulawak
mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang
sering disebut minyak menguap. Kemudian minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol.
Temulawak mengandung minyak atsiri seperti limonina yang mengharumkan, sedangkan kandungan
flavonoida-nya berkhasiat menyembuhkan radang. Minyak atsiri juga bisa membunuh mikroba. Buahnya
mengandung minyak terbang (anetol, pinen, felandren, dipenten, fenchon, metilchavikol, anisaldehida,
asam anisat, kamfer), dan minyak lemak.
Rimpang temulawak mengandung zat kuning kurkumin, minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa, dan
mineral. Di antara komponen tersebut, yang paling banyak kegunaannya adalah pati, kurkuminoid, dan
minyak atsiri.

SENYAWA KURKUMIN DARI RIMPANG TEMULAWAK


1.

1.

Sifat, Struktur dan Golongan Kurkumin

Kurkuminoid rimpang temulawak adalah suatu zat yang terdiri dari campuran komponen senyawa yang
bernama kurkumin dan desmetoksi kurkumin, mempunyai warna kuning atau kuning jingga, berbentuk
serbuk dengan rasa sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat glasial, dan alkali hidroksida.
Kurkumin tidak larut dalam air dan dietileter. Kurkuminoid mempunyai aroma khas tidak bersifat toksik.
Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 (Bobot molekul = 368) sedangkan desmetoksi kurkumin
mempunyai rumus molekul C21H20O6 dengan bobot molekul 385.
Kurkuminoid rimpang temulawak adalah suatu zat yang terdiri dari campuran komponen senyawa yang
bernama kurkumin dan desmetoksikurkumin, mempunyai warna kuning atau kuning jingga. Kurkumin
tidak larut dalan air dan dieter. Kurkumin akan berubah
menjadi senyawa metabolit berupa dihidrokurkumin atautetrahidrokurkumin sebelum kemudian dikonversi
menjadi senyawa konjugasi monoglusuronida.
Kurkumin adalah senyawa aktif yang ditemukan pada temulawak, berupa polifenol. Kurkumin memiliki
dua bentuk tautomer: keton dan enol. Struktur keton lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan
struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan. Kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga sedangkan
dalam suasana basa berwarna merah sebab kurkumin merupakan senyawa yang berinteraksi
dengan asam borat menghasilkan senyawa berwarna merah yang disebut rososiania.

Kurkumin merupakan salah satu senyawa aktif yang diisolasi dari rimpang Curcuma
xanthorrhiza (temulawak). Namun berdasarkan penelitian terbaru, kurkumin juga dapat diisolasi
dari Curcuma zedoaria dan Curcuma aromatica. Kurkumin dihasilkan secara alami dari rimpang
Temulawak bersamaan dengan dua senyawa analog kurkumin lainnya, yaitu demetoksikurkumin dan
bisdemetoksikurkumin Kurkumin dihasilkan dari rimpang Temulawak dalam jumlah yang paling banyak
dibandingkan dengan demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin.

Gambar 2. Struktur kurkuminoid dari rimpang temulawak


1.

2.

Sifat Kimia Dan Stabilitas Kurkumin

Kurkuminoid dikenal sebagai zat warna kuning yang terkandung dalam rimpang. Kenyataan menunjukkan
bahwa kurkumin yang diperoleh dari rimpang Temulawak selalu tercampur dengan dengan senyawa
analognya yaitu demetoksi kurkumin dan BIS demetoksi kurkumin. Campuran ketiga senyawa tersebut
dikenal dengan kurkuminoid.
Kurkumin mempunyai rumus molekul C23H2006 dengan BM 368,37 serta titik lebur 183C, tidak larut dalam
air dan eter, larut dalam etil asetat, metanol, etanol, benzena, asam asetat glasial, aseton dan alkali
hidroksida. Kurkumin merupakan senyawa yang peka terhadap lingkungan terutama karena pengaruh ph
dan suhu, cahaya serta radikal-radikal.

Ph dan suhu

Sifat kurkumin yang menarik adalah perubahan warna akibat perubahan ph lingkungan. Dalam suasana
asam kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga sedangkan dalam suasana basa berwarna merah.
Hal terrsebut dapat terjadi karena adanya sistem tautomeri pada molekulnya. Untuk mendapatkan

stabilitas yang optimum dari sediaan kurkumin maka pH nya dipertahankan kurang dari 7. Pada pH lebih
dari 7 kurkumin sangat tidak stabil dan mudah mengalami disosiasi.

Cahaya

Sifat kurkumin yang penting adalan sensitivitasnya pada cahaya. Kurkumin akan mengalami dekomposisi
jika terkena cahaya. Produk degradasinya yang utama adalah asam ferulat, aldehid ferulat,
dehidroksinaftalen, vinilquaikol, vanilin dan asam vanilat.

Radikal hidroksil

Kurkumin memperlihatkan kepekaan terhadap radikal bebas sebagai contoh kurkumin dapat bereaksi
selama atom H dilepas atam radikal hidroksil ditambahkan pada molekul kurkumin. Pengurangan sebuah
atom H menghasilkan pembentukan radikal kurkumin yang terdekomposisi atau menjadi stabil dengan
sendirinya.
Sifat kimia kurkuminoid yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat perubahan pH lingkungan.
Dalam susana asam, kurkuminoid berwarna kuning atau kuning jingga, sedangkan dalam suasana basa
berwarna merah.
Keunikan lain terjadi pada sifat kurkumin dalam suasana basa, karena selain terjadi proses disosiasi,
pada suasana basa kurkumin dapat mengalami degradasi membentuk basa ferulat dan ferulloilmetan.
Degradasi ini terjadi bila kurkumin berada dalam lingkungan pH 8,5 10,0 dalam waktu yang relatif lama,
walaupun hal ini tidak berarti bahwa dalam waktu yang relatif singkat tidak terjadi degradasi kurkumin,
karena proses degradasi sangat dipengaruhi juga oleh suhu lingkungan. Salah satu hasil degradasi, yaitu
feruloilmetan mempunyai warna kuning coklat yang akan mempengaruhi warna merah yang seharusnya
terjadi. Sifat kurkuminoid lain yang penting adalah aktivitasnya terhadap cahaya. Bila kurkumin terkena
cahaya, akan terjadi dekomposisi struktur berupa siklisasi kurkumin atau terjadi degradasi struktur.

1.

3.

Khasiat dan Manfaat Kurkumin

Kurkumin adalah komponen utama senyawa kurkuminoid hasil metabolit sekunder yang banyak terdapat
pada tanaman jenis Temulawak dan temulawak (suku Zingiberaceae). Senyawa kurkuminoid lainnya
adalah bisdemetoksi kurkumin dan demetoksi kurkumin. Dalam dunia farmasi, penggunaan kurkumin
sebagai senyawa bahan obat telah dilakukan secara luas. diantaranya adalah sebagai antioksidan,
antiinflamasi, antiinfeksi, dan antiviral. Pada tingkat penelitian yang lebih lanjut, kurkumin diduga dapat

bermanfaat sebagai antitumor, bahkan dapat melakukan penghambatan replikasi human


immunodeficiency virus (HIV).
Kurkumin dikenal karena sifat antitumor dan antioksidan yang dimilikinya, selain banyak kegunaan medis
seperti :

melindungi saraf, mengurangi risiko radang otak vasospasma dan mengembalikan homeostasis energi pada

sistem otak yang terganggu akibat terluka atau trauma.


menghambat dan mengurangi penumpukan plak amiloid-beta pada penderita Alzheimer
melindungi hati, antara lain dari hemangioendotelioma, hepatokarsinoma, Hepatitis B
melindungi pankreas dari akibat rasio sitokina yang berlebihan, bahkan setelah transplantasi, serta

menurunkan resistansi terhadap insulin dan leptin.


melindungi sel Leydig dari pengaruh alkohol.
menurunkan peradangan pada jaringan adiposa.
selain itu kurkumin juga:
menghambat indoleamina 2,3-dioksigenase, sebuah enzim yang berperan dalam

degradasi triptofan pada sel dendritik yang distimulasi oleh LPS atau interferon, dan menghambat matangnya
sel dendritik. Ekspresi siklo oksigenase-2 yang diinduksi oleh LPS dan produksi prostaglandin E2 akan
meningkat, dan mengakibatkan de-ekspresi molekul CD80, CD86 dan MHC I dan menghambat
produksi sitokina IL-12 p70 dan TNF-.
menghambat angiogenesis
menghambat lintasan COX dan LO pada metabolisme eikosanoid. Kurkumin sangat efektif untuk

1.

menghambat pertumbuhan sel kanker, seperti kanker payudara, namun menunjukkan sifat toksik terhadap
kultur sel punca. Defisiensi COX dapat mengakibatkan sindrom Leigh, SCO2 (hypertrophic cardiomyopathy),
SCO1 (gagal hati,koma ketoasidosis), and COX10 (encephalopathy, tubulopathy).
4.
Ekstraksi dan Isolasi Kurkumin

Salah satu cara pengambilan kurkumin dari rimpangnya adalah dengan cara ekstraksi.
Ekstraksi merupakan istilah yang digunakan untuk mengambil senyawa tertentu dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang akan diekstrak. Suatu
senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda.
Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Secara umum
ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan dan isolasi zat dari suatu zat dengan
penambahan pelarut tertentu untuk mengeluarkan komponen campuran dari zat padat atau zat cair.
Dalam hal ini fraksi padat yang diinginkan bersifat larut dalam pelarut (solvent), sedangkan fraksi padat
lainnya tidak dapat larut. Proses tersebut akan menjadi sempurna jika solute dipisahkan dari pelarutnya,
misalnya dengan cara distilasi/penguapan.
Mengekstrak rimpang temulawak dengan menggunakan metode maserasi untuk melihat pengaruh jumlah
pelarut, lama ekstraksi dan ukuran butir bahan terhadap rendeman dan mutu oleoresi. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa rendemen diperoleh berkisar antara 1,86-3,06 %, kadar kurkumin terbesar

diperoleh pada saat perlakuan pelarut 400 ml, lama ekstraksi 1 jam dan ukuran partikel 40 mesh.
Bambang S, dkk. Melakukan ekstraksi kurkumin dari temulawak secara maserasi dengan variabel waktu,
perbandingan pelarut-bahanbaku dan suhu serta pelarut aseton dan etanol. Secara umum hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelarut etanol lebih banyak mengekstraksi kurkumin dan ekstrak kasar
dari bahan baku. Kadar kurkumin dalam ekstrak per bobot sampel tertinggi pada ekstraksi dengan pelarut
aseton diperoleh pada waktu 12 jam dan perbandingan bahan baku pelarut 1:5,sedangkan pada ekstraksi
dengan pelarut etanol terjadi pada waktu 18 jam dan perbandingan bahan baku-pelarut 1:8.
Isolasi kurkumin adalah menggunakan menggunakan metode dan pelarut yang berbeda. Berdasarkan
hasil yang diperoleh, sistem dengan sokletasi menggunakan etanol menghasilkan kurkuminoid yang lebih
banyak daripada sistem yang lain. mengekstrak rimpang temulawak dengan
Meskipun telah lama digunakan sebagai bahan baku di dalam industri obat alami, masih banyak dijumpai
perusahaan obat alami di Indonesia yang hanya melakukan ekstraksi tanpa mempertimbang-kan faktorfaktor yang mempengaruhi efisiensi proses. Di samping itu, kualitas ekstrak yang di-hasilkan belum
seragam kandungan senyawanya untuk setiap batch yang berbeda. Perbedaan ini ke-mungkinan
diakibatkan belum diterapkannya sistem produksi yang baik pada tahap budidaya, pasca panen dan
proses ekstraksinya.
Serbuk yang berukuran -18/+40 mesh disimpan dalam plastik untuk dijadikan sebagai bahan baku
ekstraksi. Serbuk temulawak yang diperoleh dianalisis kandungan air, abu, lemak, minyak atsiri,protein
dan pati berdasarkan metoda yang dikembangkan AOAC dan WH0.Analisis kadar kurkuminoid
menggunakan spektrofotometerUV-Visibel pada panjang gelombang 420 nm.
Ekstraksi kurkuminoid dilakukan dengan menggunakan alat perkolator dengan diameter 4 cm dan tinggi
kolom 88 cm yang dilengkapi pemanas dan kontrol suhu serta pengatur kecepatan alirpelarut. Sejumlah
100 gram sampel temulawak di-masukkan dalam alat perkolator, kemudian pelarut dialirkan dari atas
menuju ke bawah dengan kondisi komposisi pelarut, suhu dan kecepatan alir diatursesuai dengan
variabel penelitian. Ekstraksi dilakukan selama 3 jam dan dilakukan dua kali pengulangan. Ekstrak yang
diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotavapour pada suhu 40C dan 175 mmBar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu, kecepatan alir pelarut dan
komposisipelarut etanol- air pada proses ekstraksi kurkuminoiddari temulawak secara perkolasi dengan
meng-gunakan pelarut etanol.Peralatan yang digunakan antara lain kolomnperkolasi dengan dilengkapi
kontrol suhu dan pemanas, Spektrofotometer UV-Visibel Hexios, dan peralatan analisis lainnya. Sampel
temulawak basah dari Balitro dipotong dengan ketebalan rerata 5 mm,kemudian dikeringkan pada oven

pada suhu 60Chingga tercapai kadar air maksimal 10%. Sampel yang telah kering kemudian digiling dan
diayak. dalam pelarut, maka kadar kurkuminoid yang diperoleh akan semakin besar. Hal ini
dikarenakankurkuminoid dapat terlarut dengan baik pada pelarutetanol dan tidak dapat larut dalam air.
Suhu pelarut tidak memberikan pengaruh yang nyata pada ekstraksi kurkuminoid dari rimpang temulawak
secara perkolasi diduga karena suhu pelarut yang digunakan mengalami penurunan pada saat
kontakdengan bahan baku. Kecepatan alir pelarut yang tidak memberikan pengaruh yang nyata pada
ekstraksi kurkuminoid dari rimpang temulawak secara per-kolasi diduga karena kecepatan yang
digunakan ter-lalu besar sehingga waktu kontak dengan bahan baku relatif singkat.
Dari hasil analisis proksimat diketahui kandungan kurkuminoid yang terdapat dalam rimpang sebesar
2,82 %. Perbedaan nilai kandungan komposisi kimia yang diperoleh dengan hasil penelitian yang pemah
dilakukan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah umur rimpang, tempat tumbuh,
dan metode analisis yang digunakan. Hasil analisis proksimat rimpang temulawak seperti pada Tabel di
bawah. Hasil penelitian ekstraksi kurkuminoid dari rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.)
secara perkolasi dengan berbagai variabel suhu, kecepatan alir pelarut dan komposisi pelarut etanol- ir
dapat dilihat pada. Dari gambar terse but terlihat bahwa di antara ketiga variabel yang digunakan,
komposisi pelarut etanol 96%-air memberikan perbedaan nyata terhadap perolehan kadar kurkuminoid di
dalam ekstrak, sedangkan suhu pelarut dan kecepatan alir pelarut tidak memberikan perbedaan yang
nyata. Semakin tinggi kadar etanol dalam pelarut, maka kadar kurkuminoid yang diperoleh akan semakin
besar. Hal ini dikarenakan kurkuminoid dapat terlarut dengan baik pada pelarut etanol dan tidak dapat
larut dalam air. Suhu pelarut tidak memberikan pengaruh yang nyata pada ekstraksi kurkuminoid dari
rimpang temulawak secara perkolasi diduga karena suhu pelarut yang digunakan mengalami penurunan
pada saat kontak dengan bahan baku. Kecepatan alir pelarut yang tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada ekstraksi kurkuminoid dari rimpang temulawak secara per-kolasi diduga karena kecepatan
yang digunakan terlalu besar sehingga waktu kontak dengan bahan baku relatif singkat.
Sebanyak 100 gram serbuk halus temulawak dibungkus kertas saring, dimasukkan ke dalam alat soklet
dengan labu alas bulat 1000 mL yang terisi kira-kira 350 mL (1/3 bagian volume ) n heksana dan
eberapa butir batu didih. Ekstraksi dilakukan pada suhu 70 oC selama 24 jam atau sampai warna pelarut
yang terkondensasi berwarna kuning pucat. Residu diuapkan dengan tekanan rendah, kemudian
diekstraksi kembali dengan pelarut etanol pada suhu 80 oC selama 24 jam. Ekstrak etanol diuapkan
dengan rotary evaporator sampai terbentuk kristal. Kristal yang diperoleh direkristalisasi dengan pelarut
metanol, selanjutnya dikromatografi kolom dengan eluen benzena : kloroform (1 : 4) dan fasa diam silika
gel 60. Fraksi kurkumin dianalisa dengan alat UV,
IR, GC-MS dan uji titik leleh. Uji aktifitas antioksidan senyawa kurkumin, asam askorbat dan asam sitrat
diawali dengan cara membuat variasi konsentrasinya masing-masing yaitu 50, 100, 200 dan 400 ppm.

Masing-masing larutan (3,7 mL) ditambah 4 mL etanol 99,5%, 4,1 mL asam linoleat 2,51% dalam etanol
99,5% dan 8 mL buffer fosfat (pH 7). Campuran dimasukkan ke dalam botol gelap tertutup rapat dan
diinkubasi pada suhu 40 oC. Setiap interval waktu 24 jam masing-masing cuplikan diambil 0,1 mL dan
ditambah 9,7 mL etanol 75%; 0,1 mL ammonium tiosianat 30%, 3,9 mL H2O dan 0,1 mL FeCl2 0,02 M
dalam HCl 3,5%. Campuran dimasukkan dalam kuvet, setelah 3 menit diukur absorbansinya pada = 500
nm dan hasilnya dibandingkan dengan larutan kontrol (tanpa antioksidan) Uji sinergisme dilakukan
dengan menambahkan 3,7 mL kurkumin 200 ppm ke dalam 0,1 mL asam askorbat 200 ppm. Campuran
tersebut ditambah 4 mL etanol 99,5%; 4,1 mL asam linoleat 2,51% dalam etanol 99,5% dan 8 mL buffer
fosfat (pH 7). Campuran itu dimasukkan dalam botol gelap tertutup dan diinkubasi pada suhu 40 oC untuk
setiap interval waktu 24 jam . Sampel diambil 0,1 mL dan ditambah 9,7 mL etanol 75%; 0,1 mL
ammonium tiosianat 30%; 3,9 mL H2O dan 0,1 mL FeCl2 0,002 M dalam HCl 3,5%. Setelah 3 menit
larutan diukur absorbansinya pada = 500 nm. Pekerjaan yang sama dilakukan terhadap campuran asam
askorbat dan asam sitrat. Kedua hasil masing-masing dibandingkan dengan larutan kontrol (tanpa
antioksidan).
Ekstraksi serbuk temulawak dengan pelarut n heksana dimaksudkan untuk mengambil fraksi-fraksi non
polar yang mengandung kemungkinan besar minyak atsiri dan lipid. Residunya diekstrak kembali dengan
pelarut etanol untuk mengambil kurkuminoid. Ekstraksi terhadap 3 x 100 gram serbuk temulawak
diperoleh 5 gram ekstrak kurkuminoid murni. Hasil kromatografi kolom ekstrak kurkuminoid diperoleh 0,25
gram kurkumin yang mempunyai titik leleh 174 oC, sedang kurkumin standart mempunyai titik leleh 175
oC. Identifikasi dengan spektroskopi UV, kurkumin hasil menunjukkan = 422 nm dan kurkumin standart
= 420nm. Dari dua hasil uji menunjukkan ada kesesuaian antara kurkumin hasil ekstraksi dengan
kurkumin standart. Analisa dengan spektroskopi infra merah (IR) menunjukkan pita serapan spesifik yang
serupa antara kurkumin hasil ekstraksi engan kurkumin standart.

1.

5.

Jalur Biosintesis (Metabolisme) Kurkumin

Kurkumin tergolong senyawa diarilheptonoid turunan metana tersubstitusi dua asam farulat (diacu
sebagai diferuloil metan). Kurkumin adalah senyawa aktif yang ditemukan pada temulawak,
berupa polifenol.
Senyawa fenilpropanoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenol utama yang berasal dari jalur
shikimat. Senyawa senyawa fenol ini mempunyai kerangka dasar karbonyang terdiri dari cincin benzen
(C6) yang terikat pada ujung rantai karbon propana (C3).

Gambar 3. Struktur Dasar Fenilpropanoid


Biosintesa senyawa fenilpropanoida yang berasal dari jalur shikimat pertama kali ditemukan dalam
mikroorganisme seperti bakteri, kapang, dan ragi. Sedangkan asam shikimat pertama kali ditemukan
pada tahun 1885 dari tumbuhan Illicium religiosum dan kemudian ditemukan dalam banyak tumbuhan.
Pokok-pokok reaksi biosintesa dari jalur shikimat adalah sebagai berikut:
Pembentukan asam shikimat dimulai dari kondensasi aldol antara suatu tetrosa yaitu eritrosa dan asam
fosfoenolpiruvat. Pada kondensasi ini,gugus metilen C=CH dari asam fosfoepiruvat berlaku sebagai
nukleofil dan beradisi dengan gugus karbonil C=O dari eritrosa menghasilkan suatu gula yang terdiri dari
7 atom karbon. Selanjutnya reaksi yang analog (intramolekuler) menghasilkan asam 5- dehidrokuinatyang
mempunyai lingkar sikloheksana yang kemudian diubah menjadi asam shikimat. Asam prefenat terbentuk
oleh adisi asam fosfoenolpiruvat kepada asam shikimat. Berikutnya aromatisasi dari asam prefenat
menghasilkan fenitpiruvat yang menghasilkan fenilalanin melalui reaksi reduktif aminasi. Akhirnya,
deaminasi dari fenilalanin menghasilkan asam sinamat. Reaksi parallel yang sejenis terhadap tirosin yang
mempunyai tingkat oksidasi yang lebih tinggi menghasilkan asam perusahaan-kumarat dan selanjutnya
asam sinamat, mengalami transformasi biogenetik, menghasilkan turunan fenilpropanoid.

Anda mungkin juga menyukai