Anda di halaman 1dari 5

BAHAN UAS HTN

1. Kelebihan dan kekurangan sistem distrik dan sistem proposional dalam


pemilu
Keuntungan Sistem Proporsional
1. Sistem proporsional dianggap representative, karena jumlah kursi partai dalam
parlemen sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang diperoleh dalam
pemilihan umum.
2. Sistem proporsional dianggap lebih demokratis, dalam arti lebih egalitarian
karena praktis tanpa ada distori, yaitu kesenjangan antara suara nasional dan
jumlah kursi dalam parlemen, tanpa suara yang hilang atau wasted.
Kelemahan Sistem Proporsional
1.
Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi atau bekerja
sama satu sama lain dan memanfaatkan persamaan-persamaan yang ada, tetapi
sebaliknya, cenderung mempertajam perbedaan-perbedaan.
2.
Sistem ini mempermudah fragmentasi partai. Jika timbul konflik dalam suatu
partai, anggotanya cenderung memisahkan diri dan mendirikan partai baru,
dengan perhitungan bahwa ada peluang bagi partai baru itu untuk memperoleh
beberapa kursi dalam parlemen melalui pemilihan umum.
3.
Sistem proporsional memberikan kedudukan yang kuat pada pimpinan
partai melalui Sistem Daftar karena pimpinan partai menentukan daftar calon.
4.
Wakil yang terpilih kemungkinan renggang ikatannya dengan konstituennya.
Pertama, karena wilayahnya lebih besar (bisa sebesar provinsi), sehingga sukar
untuk dikenal orang banyak. Kedua lebih memerhatikan kepentingan partai serta
masalah-masalah umum ketimbang kepentingan distrik serta warganya.
Adapun keuntungan dari sistem distrik adalah sebagai berikut:
1. Sistem ini lebih mendorong ke arah integritas partai-partai politik karena kursi
yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanyalah satu. Hal ini akan
mendorong partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan yang ada dan
mengadakan kerjasama, sekurang-kurangnya menjelang pemilihan umum, antara
lain melalui stembus accoord.
2. Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat
dibendung, malahan sistem ini bisa mendorong kearah penyederhanaan partai
secara alami dan tanpa paksaan.
3. Karena kecilnya distrik, maka wakil yang dipilih dapat dikenal oleh
komunitasnya sehingga hubungan dengan konstituen lebih erat.

4. Bagi partai besar, sistem ini menguntungkan karena melalui distortion


effect dapat meraih suara dari pemilih-pemilih lain, sehingga memperoleh
kedudukan mayoritas. Partai pemenang sedikit banyak dapat mengendalikan
parlemen.
5. Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam
parlemen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai lain.
6. Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.
Kelemahan dari sistem distrik adalah sebagai berikut:
1. Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan
minoritas, apalagi jika golongan-golongan ini terpencar dalam berbagai distrik.
2. Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa partai yang calonnya kalah
dalam suatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya.
3. Sistem distrik dianggap kurang efektif dalam masyarakat plural karena terbagi
dalam kelompok etnis, religius, dan tribal, sehingga menimbulkan anggapan
bahwa suatu kebudayaan nasional yang terpadu secara ideologis dan etnis
mungkin merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem ini.
4. Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memperhatikan kepentingan
distrik tersebut saja, dari pada kepentingan nasional.

2a.

2b.

Hak interpelasi, Hak angket, dan hak imunitas?

Hak Interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah
mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas
pada kehidupan masyarakat, bangsa, dan bernegara.

Hak Angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap


pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.

Hak Imunitas adalah hak yang tidak dapat digangu gugat di pengadilan dari
hasil keputusan yang dibuatnya
2 Prinsip pokok kekuasaan kehakiman
kekuasaan kehakiman yang merdeka atau independensi kekuasaan
kehakiman, telah diatur secara konstitusional dalam UUD 1945. Dari konsep
negara hukum seperti yang digariskan oleh konstitusi, [6] maka dalam rangka
melaksanakan Pasal 24 UUD 1945, harus secara tegas melarang kekuasaan

pemerintahan negara (eksekutif) untuk membatasi atau mengurangi wewenang


kekuasaan kehakiman yang merdeka yang telah dijamin oleh konstitusi tersebut.
Dengan demikian kekuasaan kehakiman yang merdeka terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah, sebagai upaya untuk menjamin dan melindungi
kebebasan rakyat dari kemungkinan tindakan sewenang-wenang dari pemerintah.
Kekuasan Kehakiman Impartial yaitu kekuasaan yang tidak memihak pasal 1
ayat 3
3c.

Rekomendasi untuk mengurangi dan mehilangkan pelanggaran oleh


hakim terhadap 2 prinsip tersebut?
Para hakim dapat bekerja secara independen dari pengaruh kekuasaan eksekutif
dan legislatif. Bahkan, dalam memahami dan menafsirkan undang-undang dasar
dan undang-undang, hakim harus independen dari pendapat dan bahkan dari
kehendak politik para perumus undang-undang dasar dan undang-undang itu
sendiri ketika perumusan dilakukan. Meskipun anggota Parlemen dan Presiden
yang dipilih langsung oleh rakyat mencerminkan kedaulatan rakyat dalam
menentukan kebijakan kenegaraan, tetapi kata akhir dalam memahami
maksudnya
tetap
berada
di
tangan
para
hakim.
Oleh sebab itu, salah satu ciri yang dianggap penting dalam setiap negara hukum
yang demokratis (democratische rechtsstaat) ataupun negara demokrasi yang
berdasar atas hukum (constitutional democracy) adalah adanya kekuasaan
kehakiman yang independent dan tidak berpihak (independent and impartial).

3a.

Perbedaan seperation power dan distibution power? (sudah dijawab)

3b.

Indonesia menganut distribution atau seperation of power?


Menurut UUD 1945, bahwa sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia tidak
menganut sistem pemisahan kekuasaan atau separation of power (Trias Politica)
murni sebagaimana yang diajarkan Montesquieu, akan tetapi menganut sistem
pembagian kekuasaan (distribution of power). Hal-hal yang mendukung
argumentasi tersebut, karena Undang-Undang Dasar 1945 :
a. Tidak membatasi secara tajam, bahwa tiap kekuasaan itu harus dilakukan oleh
suatu organisasi/badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan.
b. Tidak membatasi kekuasaan itu dibagi atas 3 bagian saja dan juga tidak
membatasi kekuasaan dilakukan oleh 3 organ saja
c. Tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan MPR, pasal 1 ayat 2,
kepada lembaga-lembaga negara lainnya
Hal ini didukung oleh:
pasal 5 ayat 1 dalam amandemen pertama dijelaskan bahwa Presiden berhak
mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat

pasal 20 ayat 1 Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk


undang-undang.

4a.

Otonomis seluas luasnya? (sudah dijawab)

4b.
Pendapat terhadap banyaknya tuntutan pemekaran atau pembentukan
daerah otonom baru?
Saya setuju terhadap banyaknya tuntutan pemekaran atau pembentukan daerah
otonom baru dengan mendukung pemekaran berarti adanya kebutuhan untuk
mengatasi jauhnya jarak rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat,
serta memberi kesempatan pada daerah untuk melakukan pemerataan
pembangunan. Alasan lainnya adalah diupayakannya pengembangan demokrasi
lokal melalui pembagian kekuasaan pada tingkat yang lebih kecil. Fenomena
keinginan berpisahnya satu daerah untuk membentuk daerah otonomi sendiri
melalui mekanisme pemekaran wilayah yang sudah di rencanakan secara top
down maupun melalui usulan warganya saat ini menunjukkan keinginan
masyarakat wilayah tersebut untuk memperoleh benefit yang lebih besar dari
proses pembangunan disamping kendala-kendala yang tejadi secara administrasi
karena jauhnya letak geografis wilayah tersebut dari pusat kekuasaan
provinsi/kabupaten, kurangnya pelayanan publik.
Pada hakekatnya tujuan dari dibentuknya daerah otonomi baru adalah untuk
mensejahterakan masyarakat. Adapun bagian dari pertimbangan pemekaran
daerah yang dilakukan oleh pemerintah adalah seabagai berikut (sumber Litbang
Beritasatu) :
1) Mempercepat pembangunan
2) Memperlancar distribusi kesejahteraan
3) Pertimbangan strategis diwilayah perbatasan
4) Menyediakan pelayanan publik yang lebih baik
5) Memperlancar pertumbuhan ekonomi penduduk setempat
6) Peningkatan keamanan
7) Peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah
5a.

Indonesia menganut HAM partikularistik atau absolut?


Indonesia menganut HAM partikularistik karena PANDANGAN PARTIKULARISTIS

Indonesia melihat HAM disamping sebagai masalah universal juga masalah


nasional masing-masing negara.
dokumen HAM di Indonesia harus diselaraskan,diserasikan, dan diseimbangkan
serta memperoleh dukungan dan tertanam dalam budaya bangsa
Sifatnya HAM di Indonesia tidak sekedar defensi, tapi aktif juga mencari
perumusan dan pembenaran tentang Karakteristik HAM.
Hal ini didukung oleh pasal:

Pasal 28 C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
5b.

Pendapat tentang hukuman mati?


Pasal 28 A (1) Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya
Pasal 28 B (2) Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
Pasal 28 I memuat hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidakdiperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun

6a.

Apatride dan Bipatride? ( sudah dijawab )

6b.
UU no 12 tahun 2006 menganut asas ius sanguinis , dalam hal apa ius
soli diterapkan

Anda mungkin juga menyukai