Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN PRODUKTIVITAS ANTARA

PETANI JAGUNG (ZEA MAYS L) NON MITRA DENGAN PETANI YANG BERMITRA
DENGAN PT. BISI INTERNASIONAL
(Studi Kasus di Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung)
SURATMI, IMAM BAEHAKI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui perbandingan pendapatan petani
jagung (Zea Mays L) yang bermitra dan petani jagung yang tidak bermitra di
Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung. (2) Untuk mengetahui perbandingan
produktivitas petani jagung (Zea Mays L) dengan pelaksanaan pola kemitraan dengan
yang tidak menggunakan pola kemitraan dengan PT. BISI Internasional. (3) Untuk
mengetahui pelaksanaan kemitraan antara PT. BISI Internasional kelompok tani di
Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung.
Metode penentuan data menggunakan data primer dan data sekunder.
pengambilan sampel dalam penelitian ini ada 2 yaitu metode sensus dan metode
Random Sampling, metode sensus digunakan petani bermitra dengan jumlah 20 petani
sedangkan metode Random Sampling adalah petani non mitra yang berjumlah 23
petani dari jumlah populasi petani.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Rata-rata pendapatan usahatani jagung per
hektar pada petani yang bermitra adalah sebesar Rp 26.808.020,00 sedangkan pada
petani non mitra adalah sebesar Rp 16.351.471,00. hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji t di peroleh nilai t hitung sebesar 12,973 dengan taraf kepercayaan
95% di peroleh t tabel sebesar 2,01 berarti nilai t hitung > t tabel yang artinya H1 diterima,
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pandapatan petani yang bermitra
lebih besar dari pada petani Non mitra. (2) Rata-rata produktivitas usahatani jagung
yang dicapai melalui kemitraan adalah 9.486 kg/ha, sedangkan usahatani yang non
mitra adalah 7.748 kg/ha. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t
diperoleh nilai t hitung sebesar 7.149 dengan taraf kepercayaan 95% di peroleh t tabel
sebesar 2,01 berarti nilai t hitung > t tabel, H1 diterima bahwa produktivitas rata-rata usaha
tani yang berMitra lebih besar daripada petani Non mitra. (3) Pelaksaan kemitraan
antara PT. BISI dengan kelompok tani mitra dan non mitra di Kecamatan Kalidawir
Kabupaten Tulungagung sudah berjalan dengan baik namun masih ada yang belum
sesuai dengan isi perjanjian mengenai hak dan kewajiban kedua belah pihak
Kata Kunci : Pendapatan, Produktivitas & Petani Jagung
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengertian Agribisnis tidak hanya
menyangkut pada pertanian saja, tetapi
lebih luas lagi mencakup proses
pemenuhan pertanian dan pemasaran
hasil-hasil petanian sebagai suatu
kesatuan
yang
integral.
Agribisnis
sebagai salah satu proses oleh teknologi
dan wawasan produksi, kawasan bisnis
sudah barang tentu mengakibatkan
perubahan struktur pertanian, baik itu
berupa pola produksi, pola pelayanan,
pola kelembagaan.

Pengembangan industri pertanian


yang berskala kecil ataupun skala
menengah diharapkan dapat tumbuh
dipedesaan. Pengembangan industri
pertanian
(Agroindustri)
sebaiknya
dilakukan dengan pola kemitraan antara
petani dengan investor.
Pengembangan industri pertanian
(Agroindustri) dengan pola kemitraan
antar investor dengan petani diharapkan
mampu mengurani kendala-kendala yang
dihadapi petani kecil seperti akses
terhadap informasi, teknologi, pengadaan
sarana produksi dan pemasaran.
31

Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol 14, No. 1, Januari 2014

Kemitraan yang terjadi antara


dunia usaha pemerintah dan masyarakat
merupakan pendekatan baru, fenomena
baru
juga
tuntutan
baru
dalam
pembangunan, oleh karena itu akhir-akhir
ini banyak sekali himbauan tentang
kemitraan. Namun demikian kemitraan
sebagai suatu tuntutan pembangunan
baru tidaklah begitu mudah dilaksanakan,
hal ini sangat tergantung pada kehendak
baik atau niatan baik ketiga pelaku
kerjasama (dunia usaha, pemerintah dan
masyarakat) (Hafsah, 1999).
Melalui kemitraan ini diharapakan
berbagai pihak yang terkait dapat
menikmati manfaat yang sebesarbesarnya. Kegunaan dari kemitraan ini
antara lain : 1) Pelaku ekonomi usaha
skala kecil mempunyai pasar yang pasti
untuk
produk
yang
bersangkutan,
mempunyai akses atas pelayanan dan
kredit serta diharapakan Bank dapat juga
memberikan kredit dengan jaminan
kontrak kerja perusahaan yang menjadi
mitra kecil pengusaha kecil atau petani; 2)
Perusahaan besar memperoleh input dan
akses pengembangan usaha dengan
melihat kondisi-kondisi usaha yang
berjalan ditingkat usaha (industri) kecil
selain tentunya keuntungan-keuntungan
ekonomis maupun sosial, psikologis yang
ditanggung di awal (Kustinah dkk, 1998).
Pengembangan Industri pertanian
(Agroindustri) dengan pola kemitraan
antar investor dengan petani diharapkan
mampu mengurangi kendala-kendala
yang dihadapi petani kecil seperti akses
terhadap informasi, teknologi, pengadaan
sarana
poduksi
dan
pemasaran.
Begitupun dengan PT. BISI Internasional
yang bekerjasama dengan kelompok tani
Kecamatan
Kalidawir,
Kabupaten
Tulungagung. PT. BISI Internasional ini
menitikberatkan pada usaha pembenihan
jagung (Zea Mays L) dalam rangka
mengatasi kendala-kendala petani jagung
yaitu : keterbatasan petani jagung dengan
mengunakan
benih
hibrida
yang
disebabkan kurangnya modal dan
pengetahuan / teknologi yang dimiliki
petani jagung.
Di
negara
Agraris
seperti
Indonesia
sangat
mendukung
32

dikembangkannya komoditas jagung (Zea


Mays L). Sebab tanaman jagung memiliki
potensi yang cukup untuk dibudidayakan
dan
mudah
diusahakan.
Peranan
penganekaragaman kebutuhan pangan
dari bahan jagung sangat diperlukan
dalam usaha tani ini, sehingga tidak
mustahil komoditi jagung pada dewasa ini
mendapat perhatian, bahkan dalam
jangka waktu yang relatif pendek areal
penanaman jagung hibrida yang memiliki
keunggulan
produksi
berkembang
dengan pesat. Tanaman jagung (Zea
Mays L) sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia ataupun hewan, di
Indonesia jagung merupakan makanan
pokok di dunia, jagung meduduki urutan
ketiga setelah gandum dan padi.
Melihat
pentingnya
tanaman
jagung (Zea Mays L) untuk masyarakat
Indonesia maka dilakukan penelitian
untuk mengetahui dan menganalisis
pelaksanaan dari pola kemitraan petani
dan mengetahui tingkat keberhasilan
(yang dilihat dari produktivitas dan
keuntungan yang diterima).
Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan pendapatan
petani jagung (Zea Mays L) yang
bermitra dan petani jagung (Zea Mays
L) yang tidak bermitra di Kecamatan
Kalidawir, Kabupaten Tulungagung.
2. Bagaimana
perbandingan
produktivitas petani jagung (Zea Mays
L)
dengan
pelaksanaan
pola
kemitraan
dengan
yang
tidak
menggunakan pola kemitraan dengan
PT. BISI Internasional.
3. Bagaimana pelaksanaan kemitraan
antara
PT. BISI Internasional
kelompok
tani
di
Kecamatan
Kalidawir, Kabupaten Tulungagung.
METODE PENELITIAN
Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan
daerah
penelitian
dilakukan secara sengaja (Purposive).
Penentuan daerah diatas dengan dasar
pertimbangan bahwa daerah tersebut
pola kemitraan yang telah berlangsung
atau sedang berlangsung antara PT. BISI
Internasional dengan kelompok tani di

Suratmi, Imam B., Analisis Perbandingan Pendapatan dan Produktivitas antara Petani Jagung

Kecamatan
Tulungagung.

Kalidawir,

Kabupaten

Metode Pengambilan Contoh


Metode
pengambilan
contoh
dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode sensus dan metode random
sampling. Populasi petani jagung di
Kecamatan
Kalidawir,
Kabupaten
Tulungagung berjumlah 120 petani.
Dalam penelitian ini petani dibagi menjadi
dua, yaitu petani yang bermitra dengan
PT. BISI Internasional dan petani non
mitra. Untuk pengambilan sampel petani
yang
bermitra
dengan
PT.
BISI
Internasional digunakan metode sensus,
karena jumlah petani yang bermitra
dengan PT. BISI Internasional sebanyak
25 orang petani, sedangkan untuk petani
non mitra berjumlah 95 petani yang
menggunakan metode random sampling,
yaitu teknik pengambilan data secara
acak sebesar 30% dari jumlah populasi,
sehingga peneliti mengambil 28 orang
petani.
Penelitian
bertujuan
untuk
memperoleh informasi yang lengkap
mengenai usaha tani jagung dan
kemitraan yang ada didaerah tersebut.
Metode Analisa Data
Analisa biaya dan pendapatan usahatani
Biaya produksi adalah semua
pengeluaran yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu produksi yang dinilai
dengan uang. Perhitungan biaya produksi
dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
TC = FC + VC
Dimana : TC = Total cost
FC = Fixed cost
VC = Variabel cost
Total revenue (total permintaan)
merupakan hasil pengalian antara jumlah
barang yang dihasilkan dengan harga
yang bersangkutan. Harga tersebut dapat
ditulis kedalam rumus sebagai berikut:
TR = P x Q
Dimana : TR = Total revenue
P = Harga komoditi
Q = jumlah satuan komoditi
yang dihasilkan
Pendapatan usahatani merupakan
selisih antara penerimaan total dengan

biaya produksi. Dalam hal ini dapat ditulis


dengan rumus:
= TR TC
Dimana : = keuntungan
TR = total
revenue
/
penerimaan
TC = Total cost
Untuk melakukan perbandingan
pendapatan petani jagung antara petani
yang bermitra dan petani non bermitra
maka akan di Analisa uji beda t. sebelum
di uji dengan uji t, terlebih dahulu akan
dilihat
keragamannya
dengan
menggunakan uji F yang secara
matematis yang dirumuskan sebagai
berikut:
F maksimal =

S12
S 22

Dimana:
S12 : Ragam rata-rata pendapatan petani
yang bermitra dengan PT. BISI
Internasional.
S2 2 : ragam pendapatan rata-rata
pendapatan petani yang non
bermitra
dengan
PT.
BISI
Internasional.
Setelah dilakukan uji F seperti
diatas, maka terdapata ketentuan untuk
mengetahui langkah selanjutnya yaitu
perhitungan uji t. Beberapa ketentuan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. jika F hitung > F tabel, maka rumus t
hitung yang digunakan adaah:
t hit =
X1 X 2

n1 1S12 n2 1S 22
n1 n2 2

n1 n2
n1 n2

Dimana:
X1 = Rata- Rata pendapatan
masyarakat
petani
yang
bermitra dengan PT. BISI
Internasional.
X2
= Rata-rata pendapatan
masyarakat petani yang non
bermitra dengan PT. BISI
Internasional.
S1 2 = Ragam rata-rata pendapatan
masyarakat
petani
yang
bermitra dengan PT. BISI
Internasional.
2
S2
= Rata-rata pendapatan
masyarakat petani yang non
33

Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol 14, No. 1, Januari 2014

bermitra dengan PT. BISI


Internasional.
n1 = Jumlah sampel masyarakat
petani yang bermitra dengan
PT. BISI Internasional.
n2 = Jumlah sampel masyarakat
petani yang non bermitra
dengan PT. BISI Internasional.
2. jika F hitung F tabel maka rumus t
hitung yang digunakan adalah:
t hit =

X1 X 2
S12 S 22

n1 n1

Dimana:
X1 = Rata- Rata pendapatan
masyarakat
petani
yang
bermitra dengan PT. BISI
Internasional.
X2
=
Rata-rata
pendapatan
masyarakat petani yang non
bermitra dengan PT. BISI
internasional.
S1 2 = Ragam rata-rata pendapatan
masyarakat
petani
yang
bermitra dengan PT. BISI
Internasional.
S2 2 = Rata-rata pendapatan
masyarakat petani yang non
bermitra dengan PT. BISI
internasional.
n1 = Jumlah sampel masyarakat
petani yang bermitra dengan
PT. BISI Internasional.
n2 = Jumlah sampel masyarakat
petani yang non bermitra
dengan PT. BISI Internasional.
3. kaidah pengujian untuk melihat
perbedaan
pendapatan
antara
masyarakat yang bermitra dan non
bermitra
dengan
PT.
BISI
Internasional.
a. Apabila t hit dari t tabel = 0,05
maka H0 diterima yang berarti tidak
ada perbedaan antara pendapatan
masyarakat petani yang bermitra
dan petani non bermitra dengan
PT. BISI Internasional.
b. Apabila t hit > dari t tabel = 0,05
maka H1 diterima yang berarti
terdapat
perbedaan
antara
pendapatan masyarakat petani
34

yang bermitra
dan petani non
bermitra
dengan
PT.
BISI
Internasional.
Analisis pelaksanaan kemitraan
Untuk mengetahui pelaksanaan
dari kemitraan metode analisisnya
menggunakan metode analisis deskriptifkualitatif yaitu mendiskripsikan atau
menggambarkan
dengan
kata-kata
secara sistematis dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat serta hubungan antara
fenomena yang diteliti.
Analisis produktivitas usahatani
Metode analisisnya menggunakan
analisis deskriptif dimana kemampuan
benih
dalam
suatu
tertentu
(kilogram/anakan)
untukmenambah
beratnya melebihi berat semula dalam
satuan kilogram produk perkilogram bibit
atau kilogram/anakan. Secara matematis
dapat ditulis:

Produktivitas

hasil total (output)


masukan total (input)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Obyek Penelitian
Tempat
penelitian
ini
di
Kecamatan
Kalidawir,
Kabupaten
Tulungagung, Propinsi Jawa Timur,
terletak kurang lebih 6 km dari ibu kota
kecamatan, lama tempuh ke ibu kota
kecamatan kurang lebih jam, 25 km
dari jarak ke ibu kota kabupaten, dan
lama tempuh kurang lebih 1 jam.
Kecamatan Kalidawir merupakan salah
satu kecamatan yang ada di sebelah
timur-selatan Kabupaten Tulungagung
Kecamatan
Kalidawir
yang
mempunyai wilayah terluas adalah desa
kalibatur dengan luas wilayah 15,13 km 2
atau sekitar 15,53 persen dari luas
wilayah kecamatan kalidawir. sedangkan
yang mempunyai wilayah tersempit
adalah desa tanjung dengan luas wilayah
2,27 km 2 atau sekiatr 2,33 persen luas
wilayah kecamatan kalidawir. menurut
statusnya, 17desa di kecamatan ini
berstatus desa. jika ditinjau dari jarak
desa ke ibukota kecamatan, desa yang

Suratmi, Imam B., Analisis Perbandingan Pendapatan dan Produktivitas antara Petani Jagung

terjauh adalah desa kalibatur yaitu sekitar


11,60 km, kemudian desa banyu urip
berjarak sekitar 8 km.
Kecamatan
Kalidawir
dibagi
menjadi 17 desa, diantaranya adalah
sebagai berikut : Kalibatur, Rejosari,
Sukorejo kulon, Banyu urip, Winong,
Joho, Pakisaji, Karangtalun, Kalidawir,
Ngubalan, Salak kembang, Tunggangri,
Jabon, Pagersari, Betak, Tanjung,
Domasan.
Luas wilayah kecamatan kalidawir
9,88 persen dari total luas wilayah
kabupaten tulungagung,dan sebagian
wilayahnya berbatasan dengan samudera
indonesia.
Biaya Produksi, Penerimaan dan
Pendapatan Usaha Tani Jagung
Besar
kecilnya
biaya
yang
dikeluarkan dalam berusaha tani adalah
tergantung pada luas lahan yang
diusahakan. Biaya usaha tani atau yang
disebut biaya produksi merupakan
pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh
petani
untuk
memperoleh
sarana
produksi yang diperlukan. Biaya produsi
yang dimaksudkan adalah seluruh biaya
yang dikeluarkan oleh petani baik yang
bersifat tunai dan berdasarkan pada
pertimbangan. Tujuan dari perhitungan
biaya ini adalah untuk mengetahui
besarnya penerimaan dan pendapatan
dari kegiatan usaha tani ini. Biaya usaha
tani atau biaya produksi dikelompokkan
menjadi biaya tetap (Fixed Cost) dan
biaya variabel (Variabel Cost).
Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap merupakan biaya
produksi yan jumlah dan jenisnya tidak
berubah dalam satu kali musim tanam
walaupun jenis produksi yang dihasilkan
tidak sama. Biaya tetap yang dibayarkan
oleh petani anggota mitra maupun non
mitra sewa lahan. Sewa lahan diwilayah
Kecamatan Kalidawir untuk 1 ha adalah
rata-rata sebesar Rp 1.297.251/ha untuk
petani mitra sedangkan petani non mitra
rata-rata sebesar Rp. 1.322.558,87/1ha.

Biaya Variabel (Variabel Cost)


Biaya variabel adalah biaya yang
dapat berubah besar kecilnya dalam satu
kali musim tanam, biaya ini juga
dipengaruhi oleh luas lahan yang dimiliki
oleh petani. Biaya variabel meliputi
pembelian sarana produksi dan upah
tenaga kerja dari semua kegiatan proses
produksi usaha tani. Biaya pembelian
usaha tani jagung dalam penelitian ini
meliputi benih, pupuk non organik,
pestisida dan tenaga kerja. Sedangkan
upah tenaga kerja meliputi tenaga kerja
untuk pengolahan tanah, pemupukan,
PHT (Pengendalian Hama Terpadu),
Panen dan Pasca Panen.
Perbandingan harga benih yaitu
benih bersifat yang digunakan oleh petani
anggota mitra per kg adalah Rp
40.000,00 sedangkan harga benih tidak
bersertifikat yang digunakan oleh petani
non mitra per kg adalah Rp. 47.500,00.
Pemakaian tenaga kerja untuk usaha tani
jagung baik untuk petani yang bermitra
maupun petani yang non mitra adalah
sama, dengan jenis kegiatan meliputi,
pengolahan lahan (membajak dan
mencangkul), penanaman, pemupukan,
pengendalian hama terpadu, panen dan
pasca panen (meningkatkan). Upah
tenaga kerja per HKOP adalah Rp.
12.000,00. Total jumlah tenaga kerja ratarata petani anggota mitra sebanyak 36
HOK/Ha sedangkan untuk petani non
mitra sebanyak 37 HOK/Ha. Rata-rata
jumlah tenaga kerja dengan upahnya
untuk petani anggota mitra dan non mitra
hampir sama.
Rata-rata total biaya variabel per
hektar yang harus dikeluarkan oleh petani
mitra adalah Rp. 2.249.609 sedangkan
rata-rata total biaya variabel per hektar
oleh petani non mitra
adalah Rp.
1.994.688,44. Biaya variabel ini meliputi
biaya unutuk biaya produksi dan tenaga
kerja. Perbedaan biaya variabel yang
harus dikeluarkan oleh petani mitra
maupun petani non mitra adalah biaya
untuk pembelian benih jagung, dalam hal
ini semua petani mitra memakai benih
bersertifikat dengan harga yang jauh
mahal dari pada benih non bersertifikat
yang kebanyakan dipakai oleh petani non
35

Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol 14, No. 1, Januari 2014

mitra. Sedangkan untuk biaya variabel


pembelian benih lebih besar yang harus
dikelurakan oleh petani mitra dari pada
petani non mitra.
Total biaya tani atau biaya
produksi yang harus diperlukan adalah
total biaya variabel dan biaya tetap.
Sehingga
petani
mitra
harus
mengeluarkan biaya produksi sebesar
Rp. 3.546.860/Ha, sedangkan petani non
mitra sebesar Rp 3.317.247,35/Ha.
Jumlah biaya produksi yang harus
dikeluarkan baik petani mitra maupun
petani non mitra hampir sama.
Penerimaan Usaha Tani Jagung
Penerimaan usaha tani diperoleh
dari hasil perkalian antara jumlah
produksi yang dihasilkan dengan harga
satuan produksi. Peneriman usaha tani ini
sering disebut penerimaan kotor. Jumlah
produksi yang dihasilkan jelas akan
mempengaruhi besarnya penerimaan.
Harga satuan produksi per kg tergantung
dari kualitas jagung yang dihasilkan dari
jenis benih yang ditanam. Harga jual per
kg untuk hasil benih yang bersertifikat
untuk petani mitra adalah Rp 3.200.00
sedangkan yang tidak bersertifikat untuk
petani non mitra adalah Rp 2.535,00.
Penerimaan yang diperoleh petani
mitra jauh lebih besar dari pada petani
non
mitra,
besarnya
peneriman
tergantung pada jumlah produksi jagung
yang dihasilkan dan harga yang
tergantung pada kualitas jagung sendiri.
Penerimaan yang dapat dihasilkan oleh
petani mitra sebesar Rp. 26.808.020/Ha
sedangkan petani non mitra hanya
sebesar Rp 16.351.471/Ha
Produktivitas
Produktivitas merupakan jumlah
keseluruhan dari produk yang dihasilkan
per hektar oleh petani pada waktu musim
tanam pertama tahun 2012. Produksi juga
merupakan suatu kegiatan atau usaha
tani yang melibatkan beberapa faktor
produksi seperti tanah, iklim, varietas,
kultur teknis, pengolahan, serta alat-alat.
Nilai produktivitas diperoleh dari hasil
konversi produksi. Hasil rata-rata produksi
jagung untuk 1 ha oleh petani yang
36

bermitra dapat mencapai 9.486 kg,


sedangkan hasil rata-rata produktivitas
untuk 1 ha oleh petani yang non bermitra
adalah 7.748 kg. Perbedaan hasil
produktivitas rata-rata pada varietas benih
yang ditanam oleh petani yang bermitra
dengan petani non mitra cukup signifikan.
Pendapatan
Pendapatan usaha tani diperoleh
dari pengurangan total penerimaan
dengan total biaya produksi. Pendapatan
juga disebut sebagai keuntungan petani
dalam
berusaha
tani.
Rata-rata
keuntungan untuk lahan 1 ha yang
diperoleh petani bermitra adalah Rp.
26.808.020,00, sedangkan petani non
mitra adalah Rp. 16.351.471,00.
Sehingga
dilihat
bahwa
rata-rata
keuntungan yang diperoleh petani mitra
yang menggunakan benih bersertifikat
jauh lebih besar dari pada rata-rata
keuntungan petani non mitra yang
menggunakan
benih
yang
tidak
bersertifikat.
Total pendapatan dari total usaha
tani jagung adalah keuntungan yang
diperoleh dalam berusaha tani. Dapat
dilihat pada tabel diatas bahwa petani
yang bermitra lebih besar pendapatannya
dari pada petani non mitra. Perbedaan
pendapatan ini sangat jelas terlihat dan
dapat dirasakan petani, tetapi modal yang
terlebih dahulu dikeluarkan oleh petani
yang bermitra ini juga lebih banyak dari
pada petani non mitra. Perbedaan total
pendapatan
petani
mengakibatkan
adanya selisih sebesar Rp. 10.456.549,hal tersebut adalah perbedaan yang
nyata dirasakan oleh petani.
Pengujian Hipotesis
Dalm menguji hipotesis diduga
bahwa pendapatn petani yang bermitra
yang menggunakan benih bersertifikat
lebih besar dari pada pendapatan petani
non mitra yang menggunakan benih tidak
bersertifikat, menggunakan uji t dengan
uji satu arah. Hasil dari pengujian
pendapatan dan produktifitas dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.

Pengujian Hipotesis
Group Statistics

pendapatan
produktifitas

kategori
mitra
nonmitra
mitra
nonmitra

N
20
23
20
23

Mean
26808019.85
16468261.39
9485.90
7784.34

Std. Deviation
2851260.79362
2375579.69754
874.78911
684.54408

Std. Error Mean


637561.29561
495342.60868
195.60879
142.73731

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances

pendapatan

produktifitas

Equal
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed
Equal
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed

t-test for Equality of Means


Sig.
(2tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

.000

10339758.4587

797018.29105

8730147.36572

11949369.55167

37.166

.000

10339758.4587

807371.47933

8704114.33348

11975402.58391

7.149

41

.000

1701.5522

1220.85543

1220.85543

2182.24892

7.027

35.844

.000

1701.5522

242.15024

1210.37453

2192.72981

Sig.

.856

.360

12.973

41

12.807

1.989

.166

df

Hasil
pengujian
hipotesis
pendapatan
petani
mitra
dengan
menggunakan uji t diperoleh nilai t hitung
sebesar
12,973
dengan
taraf
kepercayaan 95% diperoleh t tabel sebesar
2,01 berarti nilai t hitung > t tabel, sehingga
kesimpulan
H1
dierima
bahwa
pendapatan rata-rata usaha tani yang
bermitra lebih besar daripada petani non
mitra yang tidak menggunakan benih
bersertifikat. Hal tersebut dikarenakan
jumlah produksi jagung dari petani yang
bermitra lebih banyaknya dan mempunyai
kualitas yang lebih bagus sehingga
harganya juga lebih tinggi di bandingkan
dengan produksi dan kualitas dari petani
jagung non mitra.
Hasil
pengujian
hipotesis
produktifitas
petani
mitra
dengan
menggunakan uji t diperoleh nilai t hitumg
sebesar 7,149 dengan taraf kepercayaan
95% diperoleh t tabel sebesar 2,01 berarti
nilai t hitung > t tabel, sehingga kesimpulan
H 1 diterima bahwa produktifitas rata-rata
usaha tani yang bermitra lebih besar

95% Confidence Interval of the


Difference
Lower
Upper

daripada petani non mitra yang tidak


menggunakan benih bersertifikat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Diperoleh
rata-rata
pendapatan
usahatani jagung per hektar pada
petani yang bermitra adalah sebesar
Rp 26.808.020,00 sedangkan pada
petani non mitra adalah sebesar Rp
16.351.471,00.
hasil
pengujian
hipotesis dengan menggunakan uji t
di peroleh nilai t hitung sebesar 12,973
dengan taraf kepercayaan 95% di
peroleh t tabel sebesar 2,01 berarti nilai
t hitung > t tabel yang artinya H1 diterima,
sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa tingkat pandapatan petani
yang bermitra lebih besar dari pada
petani Non mitra.
2. Rata-rata produktivitas usahatani
jagung yang dicapai melalui kemitraan
adalah 9.486 kg/ha, sedangkan
usahatani yang non mitra adalah
7.748 kg/ha. Hasil pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji t diperoleh
37

Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol 14, No. 1, Januari 2014

nilai t hitung sebesar 7.149 dengan taraf


kepercayaan 95% di peroleh t tabel
sebesar 2,01 berarti nilai t hitung > t tabel,
H1 diterima bahwa produktivitas ratarata usaha tani yang berMitra lebih
besar daripada petani Non mitra .
3. Pelaksaan kemitraan antara PT. BISI
dengan kelompok tani mitra dan non
mitra
di
Kecamatan
Kalidawir
Kabupaten
Tulungagung
sudah
berjalan dengan baik namun masih
ada yang belum sesuai dengan isi
perjanjian
mengenai
hak
dan
kewajiban kedua belah pihak.
Saran
Dilihat dari hasil penelitian di
Kecamatan
Kalidawir
Kabupaten
Tulungagung
ini
dapat
perbedaan
pendapatan diantara petani jagung yakni
petani mitra lebih besar pendapatannya
dari pada petani non mitra, maka seluruh
petani sebaiknya ikut petani yang
tergabung dalam kemitraan PT. BISI-2
yang mempunyai tujuan yang dapat
menguntungkan
petani
terutama
meningkatakan pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
1996.
Pengembangan
Model Kemitraan Agribisnis, PT.
Pusat Pengembangan Agribisnis,
Departemen Pertanian.
Adawiyah. C. R. 2001. Kajian Pola
Kemitraan
Kontrak
Usahatani
Produksi Benih Jagung Manis di Kab.
Tulungagung, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya (Skripsi).
Hafsah. J. M. 1999, Kemitraan Usaha
Konsepsi dan Strategi, Pustaka Sinar
Harapan Jakarta.
McConnell, D. J.1996. Contract Farming
and The Broiler Industry. Terjemahan
Kustinah
dkk
dari
Ekonomi
Pemasaran Dalam Pertanian (1998).
Jakarta : Yayasan Obor Indonesi.
Nanang, S. 2002. Hubungan Kemitraan
Antara Petani Tebu Dengan Pabrik
Gula. Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Malang (Skripsi).
38

Nazaruddin, 1993. Komoditi Eksport


Pertanian Tanaman Pangan dan
Holtikultura.
Jakarta:
Penebar
Swadaya.
Soemodiharjo, I. H. 1995. Studi
Pengembangan Kemitraan Usaha
Agribisnis Jagung Manis di Jawa
Timur. Jember: Lembaga Penelitian
Universitas Jember.
Sudadi M, Widodo A, 2002. Agribisnis
Kemitraan Usaha Bersama. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Setiawan, N., 2007, Penentuan Ukuran
Sampel Memakai Rumus Slovin Dan
Tabel Krejcie-Morgan : Telaah
Konsep Dan Aplikasinya, Makalah
Fakultas
Peternakan
Niversitas
Padjadjaran, Bandung.
Sugiyono,
2003,
Statistik
Untuk
Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Nazir, M., 1985, Metode Penelitian,
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Wisnuardi, A 1997. Studi Pengembangan
Kemitraan
Usaha
Agribisnis
Tembakau (Nicotiana Tobaccum)
Besuki
Na-Oogst
di
Wilayah
Kabupaten Jember, Jawa Timur,
Fakultas Pertanian Universitas

Anda mungkin juga menyukai