Anda di halaman 1dari 7

TANAH EKSPANSIF DAN MINERALNYA

Tanah ekspansif adalah tanah yang memiliki kembang susut yang tinggi, hal ini di karenakan
terdapat mineral-mineral yang dapat menyerap air secara ekstrem dan dapat menyusut drastis
ketika musim kemarau.
Tanah ekspansif mempunyai kandungan dan struktur mineral yang tidak jauh berbeda dengan
kandungan tanah lempung pada umumnya. ASTM memberikan batasan bahwa secara fisik
ukuran lempung adalah lolos saringan No 200. Untuk menentukan jenis lempung tidak cukup
hanya di lihat dari ukuran butirannya saja tetapi dari mineral pembentuknya juga.
Menurut Chen(1975), mineral lempung terdiri dari tiga komponen penting yaitu
montmorillonite, illite ,dan kaolinite. Mineral montmorillonite mempunyai luas permukaan
lebih besar dan sangat mudah menyerap air dalam jumlah banyak bila dibandingkan dengan
mineral yang lainnya, Sehingga tanah yang mempunyai kepekaan terhadap pengaruh air ini
sangat mudah mengembang.
Struktur kaolinite terdiri dari unit lapisan silica dan aluminium yang diikat oleh ion hydrogen,
kaolinite membentuk tanah yang stabil karena strukturnya yang terikat teguh mampu
menahan molekul-molekul air sehingga tidak masuk kedalamnya.
Struktur illite terdiri dari lapisan-lapisan unit silica-alumunium-silica yang dipisahkan oleh
ion

K+ yang

mempunyai

sifat

mengembang.

Struktur montmorillonite mirip dengan struktur illite, tetapi ion pemisahnya berupa ion H 2O,
yang sangat mudah lepas, mineral ini dapat dikatakan sangat tidak stabil pada kondisi
tergenang air, air dengan mudah masuk kedalam sela antar lapisan ini sehingga mineral
mengembang, pada waktu mengering, air diantara lapisan juga mengering sehingga mineral
menyusut. Karena sifat-sifat tersebut montmorillonite sangat sering menimbulkan masalah
pada bangunan (Hardiyatmo,2002).

Mineral

Tebal tipikal

Diameter

Permukaan

(nm)

Tipikal

spesifik

Montmorillonit

(nm)
100 1000

(km2/kg)
0.8

e
Illite
Chlorite
Kaolinie

30
30
50 2000

10000
10000
300 4000

0.08
0.08
0.015

Tabel 1. Rata-rata Ukuran relatif, tebal dan spcific surface mineral lempung,(Yong dan
Warkentin, 1975)
Perilaku tanah ekspansif sangat dipengaruhi oleh kadar air dan mineraloginya. Pada musim
kemarau volume tanah ini akan susut banyak, sedangkan pada musim penghujan volume
tanah akan mengembang.
Sumber: http://media4read.blogspot.com/2011/11/tanah-ekspansif-dan-mineralnya.html

Masalah Tanah Ekspansif dan Beberapa Solusi


Terjadinya pengembangan dan penyusutan pada tanah menjadi sangat berbahaya,
terlebih lagi apabila di atas tanah tersebut akan berdiri bangunan sipil. Tanah seperti ini
tergolong tanah yang tidak stabil sehingga dapat merusak lantai bangunan yang akan
didirikan, atau yang lebih berbahaya dapat merusak pondasi bangunan tersebut.
Salah satu upaya untuk mendapatkan sifat tanah yang memenuhi syarat-syarat teknis
tertentu adalah dengan metode stabilisasi tanah. Metode stabilisasi tanah dapat dibagi
menjadi 2 klasifikasi utama yaitu berdasarkan sifat teknisnya dan berdasarkan pada tujuanya,
dimana beberapa variasi dapat di gunakan. Dari sifat teknisnya, stabilisasi dapat dibagi
menjadi 3 jenis yaitu: stabilisasi mekanis, stabilisasi fisik, dan stabilisasi kimiawi (Ingles dan
Metcalf, 1972).
Pada prinsipnya stabilisasi tanah secara mekanis dengan penambahan kekuatan dan
daya dukung terhadap tanah yang ada dengan mengatur gradasi dari butir tanah yang
bersangkutan dengan meningkatkan kepadatannya. Menambah dan mencampur tanah yang

ada( naturalsoil) dengan jenis tanah yang lain sehingga mempunyai gradasi baru yang lebih
baik. Yang perlu diperhatikan dalam stabilisasi tanah secara mekanis adalah gradasi butir
tanah yang memiliki daya ikat( binder soil) dan kadar air.
Contohnya: Stabilisasi Tanah Ekspansif Dengan Cara Removal dan Replacement
Metode ini dilakukan dengan cara mencampur tanah ekspansif dengan tanah nonekspansif,
diharapkan dengan mencampur kedua jenis tanah ini dapat memperbaiki sifat dari tanah
ekspansif. Tinggi dari timbunan tanah non ekspansif harus tepat agar didapat kekuatan yang
diinginkan. Tidak ada petunjuk yang tepat, berapa tinggi timbunan tersebut. Menurut Chen
(1988) merekomendasikan 1 meter sampai dengan1,30 meter.
Keuntungan dari metode ini adalah:

Tanah non ekspansif yang dicampurkan mempunyai sifat density dan daya dukung
lebih besar, sehingga dapat memperbaiki tanah ekspansif yang mempunyai nilai
density rendah.

Biaya dari metode ini lebih ekonomis dari metode stabilisasi tanah ekspansif
lainya,karena metode ini tidak membutuhkan peralatan konstruksi yang mahal.

Kerugian dari metode ini adalah ketebalan dari tanah ekspansif yang telah dicampur
dengan tanah non ekspansif akan menjadi lebih tebal sehingga memungkinkan tidak
sesuai dengan ketebalan yang telah ditentukan.
Stabilisasi kimiawi dengan menambahkan bahan kimia tertentu sehingga terjadi

reaksi kimia. Bahan yang biasanya digunakan antara lain portland cement, kapurtohor dan
bahan kimia lainya. Stabilisasi ini dilakukan dengan dua cara yaitu mencampur tanah dengan
bahan kimia kemudian diaduk dan dipadatkan, cara kedua adalah memasukan bahan kimia
kedalam tanah( grouting).
Contohnya: Stabilisasi tanah Ekspansif Dengan Cara Chemical Admixtures:
1.Stabilisasi Tanah Dengan Kapur
Stabilisasi tanah dengan kapur telah banyak digunakan pada proyek-proyek
jalan dibanyak negara. Untuk hasil yang optimum kapur yang digunakan biasanya
antara 3% sampai dengan 7%. Thomson (1968) menemukan bahwa dengan kadar
kapur antara 5% sampai dengan 7% akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar
dari kadar kapur 3%.

2.Stabilisasi Tanah Dengan Semen


Hasil yang didapat dengan stabilisasi tanah dengan semen hampir sama
stabilisasi tanah dengan kapur. Menurut Chen (1988) dengan menambahkan semen
pada tanah akan dapat meningkatkan shrinkage limit dan shearstreng tanah.
3.Stabilisasi Tanah Dengan Fly ash.
Flyash dapat juga dipergunakan sebagai stabilizing agents karena apabila
dicampur dengan tanah akan terjadi reaksi pozzolonic. Pada tanah lunak kapur
yang akan dicampur flyash dengan perbandingan satu banding dua terbukti dapat
meningkatkan daya dukung tanah.
Yang berikutnya adalah stabilisasi secara fisik: yaitu dengan menambahkan geomembran
diatas tanah ekspansif. Penggunaan geomembrane sebagai penghalang kelembaban horisontal
pada tanah ekspansif, bertujuan untuk menghalangi resapan air oleh tanah ekspansif di bawah
perkerasan jalan dengan jalan membungkusnya agar air tidak masuk ke dalam tanah tersebut.
Selain geo membran juga ada penanganan swelling pressure pada tanah ekspansif yaitu
dengan menambah berat slab sehingga tekanan slab lebih besar dari tekanan pengembangan,
hal ini dapat meredam tekanan pengembangan.
http://media4read.blogspot.com/2011/11/masalah-tanah-ekspansif-dan-beberapa.html

Tanah ekspansif merupakan istilah yang mengacu pada tanah atau batuan yang memliki
potensi untuk mengembang dan menyusut akibat perubahan kondisi airnya. Walaupun
definisi ini terlihat sederhana, tetapi sebenarnya fenomena kembang susut dari tanah
ekspansif memiliki kinerja yang rumit dan kompleks. Dari beberapa studi yang telah
dilakukan, didapati kenyataan bahwa fenomena kembang susut (shrink-swell phenomena)
dalam tanah tergantung banyak faktor, termasuk kondisi hubungan makro-mikro yang
tergantung di dalam suatu mineral lempung. Segala perubahan bentuk yang terjadi di
permukaan tanah, terbukti berasal dari perubahan mikroorganisasi di dalam suatu partikel
lempung.

Tanah merupakan suatu himpunan mineral bahan organik dan endapan-endapan yang relatif
lepas (loose). Ikatan antar butiran tanah yang relatif lemah dapat disebabkan oleh ikatan
karbonat, zat organik atau oksida yang mengendap diantara partikel-partikel. Ruang diantara
partikel-partikel ini dapat berisi air, udara atau campuran keduanya. Interaksi fisika-kimiawi
antara butiran tanah inilah yang menyebabkan antara lain terjadinya fenomena kohesi dan
sifat plastisitas dari tanah, termasuk sifat kembang-susut. Sifat-sifat ini dipengaruhi oleh
ukuran butiran tanah secara langsung. Tanah kerikil atau pasir yang memiliki ukuran butiran
yang relatif besar (jika dibandingkan dengan lempung) memiliki harga spesific surface yang
sangat kecil, sehingga sifat interaksi butirannya hanya dipengaruhi oleh mekanisme gravitasi
saja. Oleh karena, itu sifat kohesif, plastisitas dan kembang-susut hampir tidak terjadi pada
tanah kerikil dan pasir.
Pada lempung, karena ukuran butirannya kecil (berupa koloid dengan ukuran <0,002 mm),
maka tanah lempung dapat memiliki harga spesific surface yang besar. Hal ini menunjukkan
bahwa sifat tanah lempung sangat dipengaruhi oleh interaksi antar butirannya, sehingga
proses kembang susut hanya terjadi pada tanah lempung.
Selain berdasarkan ukuran butirannya, identifikasi untuk menunjukkan adanya sifat kembang
susut pada tanah ekspansif adalah: Plastisitas Indeks (PI), dan nilai aktivitas (A).
Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan potensi kembang susut adalah
susunan mineralogi lempung. Mineral lempung yang berpotensi untuk menyebabkan
perubahan volume tersebut adalah montmorillonite, illite dan kaolinite biasanya tidak
ekspansif, hanya saja dapat menyebabkan perubahan tanah apabila memiliki ukuran butiran
yang sangat halus.
Menurut Al-Khafaji dan Andersland (1992), mineral kaolinite terdiri dari tumpukan lapisanlapisan dasar lembaran-lembaran kombinasi silika-gibbsite. Setiap lapisan dasar itu
mempunyai tebal kira-kira 7,2 (1 = 10-10 m). Tumpukan lapisan-lapisan tersebut diikat
oleh ikatan hidrogen (hydrogen bonding). Mineral kaolinite berujud seperti lempenganlempengan tipis, masing-masing dengan diameter kira-kira 1000 sampai 20.000 dan
ketebalan dari 100 sampai 1000 . Luas permukaan partikel kaolinite per unit massa
adalah kira-kira 15 m2/g. Luas pemukaan per unit ini didefinisikan sebagai luasan spesifik
(specific surface).

Illite terdiri dari sebuah lembaran gibbsite yang diapit oleh dua lembaran silika. Illite ini
kadang-kadang juga disebut mika lempung. Lapisan-lapisan illite terikat satu sama lain oleh
ion-ion Kalium (K = ion Potassium). Muatan negatif yang diperlukan untuk mengikat ion-ion
Kalium tersebut didapat dengan adanya penggantian (substitusi) sebagian atom silikon pada
lembaran tetrahedra oleh atom-atom aluminium. Substitusi dari sebuah elemen oleh lainnya
tanpa mengubah bentuk kristal utamanya disebut sebagai substitusi isomorf (isomorphous
substitution). Partikel-partikel illite pada umumnya mempunyai dimensi mendatar berkisar
antara 1000 sampai 5000 (juga umumnya berbentuk lempengan-lempengan tipis) dan
ketebalan dari 50 sampai 500 . Luasan spesifik dari pertikel adalah sekitar 80 m2/g.
Mineral-mineral montmorillonite mempunyai bentuk struktur yang sama dengan illite, yaitu
satu lembaran gibbsite diapit oleh dua lembaran silika. Pada montmorillonite terjadi substitusi
isomorf antara atom-atom magnesium dan besi menggantikan sebagian atom-aton ion kalium
seperti pada illite, dan sejumlah besar molekul tertarik kepada ruangan diantara lapisanlapisan tersebut. Partikel montmorillonite mempunyai dimensi mendatar dari 1000 sampai
5000 dan ketebalan 10 sampai 50 . Luasan spesifiknya adalah sekitar 800 m2/gram.
Di samping kaolinite, illite dan montmorillonite, mineral-mineral tanah lempung yang lain
yang umum dijumpai adalah chlorite, halloysite, vermiculite dan attapulgite.

Sumber:
http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2253731-definisi-tanahekspansif/#ixzz3Beg0OTkx

ALTERNATIF SOLUSI PERBAIKAN TANAH EKSPANSIF

Dari sisi teknis, metodologi rancang bangun pada tanah ekspansif cenderung masih belum
mantap dan banyak penanganan dilakukan berdasarkan coba-coba. Tindakan yang dilakukan,
dengan mengupayakan tanah lempung tidak menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan.
Oleh karena itu, penanganannya dapat terdiri dari beberapa alternatif, berdasarkan sifat
lempung 'merusak' yang akan dicegah atau dirubah.
Pertama, penggantian tanah ekspansif dengan membuang sebagian tanah atau seluruhnya,
tergantung ketebalan tanah ekspansif yang masih terpengaruh oleh perubahan kadar air. Ahli
geoteknik menyarankan kedalaman tanah ekspansif yang diganti minimal 1,00 - 1,50 meter.
Selain itu, manajemen air tak kalah penting, termasuk drainase bawah permukaan, yang
berfungsi mencegah aliran air bebas, dan menurunkan muka air tanah. Aliran air yang menuju
ke arah bawah bangunan akan dicegah oleh drainase, lalu dialirkan ke daerah pembuangan.
Perbaikan tanah dasar lewat penerapan metode stabilisasi, belakangan ini makin banyak
dipilih, terutama untuk menurunkan nilai indeks plastisitas dan potensi mengembang, dengan
mengurangi prosentase butiran halus atau kadar lempungnya. Bahan stabilisasi yang sering
digunakan berupa kapur atau semen.
Penggunaan membran sebagai reduksi terhadap laju perubahan kadar air di bawah perkerasan
jalan, juga makin banyak diaplikasikan, karena dipandang memiliki sejumlah keunggulan.
Selain jenis geosintetis, pemakaian beton dan aspal sebagai fungsi membran belakangan ini
makin meluas, karena sifat lebih kaku yang dimilikinya.
http://konstruksimania.blogspot.com/2012/06/alternatif-solusi-perbaikan-tanah.html

Anda mungkin juga menyukai