PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan
Dalam suatu jembatan rangka baja dimana kedua ujung tumpuannya terletak pada
tanah lunak yang mempunyai nilai Plastisitas Indeks (PI) > 30 %. Kondisi tanah
lunak tersebut mengakibatkan optrit jembatan mengalami penurunan dan
bergelombang. Kondisi tersebut mengakibatkan perkerasan diatas optrit menjadi
rusak sehingga dapat membahayakan pengguna jalan. Hal ini dapat terjadi karena
sifat tanah yang tidak baik sebagai pendukung jalan masuk jembatan.
Gambar 2.1 Sketsa Kondisi Jembatan
2.2 Identifikasi Permasalahan
Tingkat plastisitas tanah diukur sebagai sebuah parameter yang disebut indeks
plastisitas (PI). Nilai PI merupakan pengurangan nilai batas cair (LL) dengan nilai
batas plastis (PL). Semakin tinggi nilai PI dalam suatu tanah lempung maka akan
semakin bersifat expansive, artinya sangat mudah terpengaruh oleh kadar air. Dengan
demikian, tanah akan sangat mengembang jika kadar air tinggi (jenuh air) dan akan
sangat menyusut jika kadar air rendah (kering). Jenis tanah expansive ini sangat tidak
menguntungkan bagi konstruksi terutama pada konstruksi jalan.
2.3 Alternatif Solusi
2.3.1 Timbunan Pilihan
Timbunan pilihan pada kepala jembatan adalah tanah granular ssuai spesifikasi.
Penggunaan tanah granular pilihan harus bersih dari kotoran daun-daun atau zat-zat
asing lain dan harus memenuhi persyaratan di bawah ini:
Hasil penyaring No. 40 harus mengandung kadar air lebih dari 25%, indeks
kekenyalam tidak lebih dari 6%, dan abrasi sesuai ketentuan metoda uji SNI.03-24171991 tidak lebih dari 45%.
Timbunan tanah pilihan harus ditempatkan pada ketebalan lapisan 20 cm denga
metode sesuai dengan persyatan kepadatan. Untuk memperoleh hasil yang
diinginkan, maka harus dipadatkan dengan kepadatan sekurang-kurangnya 97%
sesuai dengan SNI 03-2832-1992
Tabel Spesifikasi Lapisan Tanah Dasar
2.3.2 Geotesintetik
Klasifikasi geosintetik diperlihatkan pada Gambar 2.1. Pada dasarnya, geosintetik
terbagi menjadi dua yaitu tekstil dan jaring (web). Berdasarkan bahannya, kedua jenis
geosintetik dibagi menurut bahan sintetik dan alami. Sebagian besar geosintetik
terbuat dari polimer sintetik seperti polipropilena (PP), poliester (PET) atau
polietilena (PE). Material polimer tersebut sangat tahan terhadap degradasi biologis
dan kimiawi. Jenis lain yang jarang digunakan adalah poliamida (PA) atau nilon dan
serat kaca. Bahan alami (seperti serat kapas, rami) juga dapat digunakan seperti
geotekstil, terutama untuk aplikasi yang bersifat sementara.
Berdasarkan sifat permeabilitas, geosintetik terbagi menjadi kedap air dan lolos air.
Geotekstil adalah jenis geosintetik yang lolos air yang berasal dari bahan tekstil.
Geomembran merupakan jenis geosintetik kedap air yang biasa digunakan sebagai
penghalang zat cair.
vertikal drain pada radius tertentu sehingga air yang terkandung dalam tanah akan
termobilisasi keluar melalui vertical drain yang telah terpasang. Vertical drain ini
dapat berupa stone column atau menggunakan material fabricated yang diproduk oleh
geosinindo atau pabrik yang lainnya. Pekerjaan vertical drain ini biasanya
dikombinasikan dengan pekerjaan pre-load berupa timbunan tanah, dengan maksud
memberikan beban pada tanah sehingga air yang terkandung dalam tanah bisa
termobilisasi dengan lebih cepat.