Juful
Juful
A.
KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara
genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat (Price dan Wilson, 1995).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai keluhan metabolic akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada berbagai organ dan
system tubuh seperti mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, dan
lain-lain (Mansjoer, 1999).
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai
oleh
kenaikan
kadar
glukosa
dalam
darah
atau
antara
tuntutan
dan
suplai
insulin
(H.
Rumahorbo, 1999).
2. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin
(dari
streptococcus
lingkungan)
sehingga
misalnya
pengaruh
coxsackievirus
lingkungan
dan
dipercaya
finansial
karena
banyaknya
komplikasi
seperti
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni selalfa, beta dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari
semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau dan
mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan
insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara
spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin
membentuk polimer yang
juga
kompleks dengan
seng.
menyebabkan
timbulnya
pengaturan
secara
menghambat
sekresi
glukagon,
somatostatin
Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau
langerhans. Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar
basal adalah peningkatan kadar glukosa darah. Kadar glukosa
darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/dl. Insulin
bekerja dengan cara berkaitan dengan reseptor insulin dan setelah
berikatan,
insulin
bekerja
melalui
perantara
kedua
untuk
osmotic)
peningkatan
dalam
sehingga
pasien
akan
berkemih
(poliurra)
dan
mengalami
rasa
haus
(polidipsia).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul
Created by Iwan Sain, S.Kp, M.Kes
dan
glukogeonesis
tanpa
hambatan
sehingga
insulin
untuk
mengangkut
glukosa
melalui
cairan
intrasel
berdifusi
kedalam
sirkulasi
atau
cairan
10
7. Komplikasi
Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan
menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata,
ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf, dan lain-lain (corwin,
2000)
8. Tes Diagnostik
a. Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara
benedict (reduksi) yang tidak khasuntuk glukosa, karena dapat
positif pada diabetes.
b. Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa
dalam darah dengan cara Hegedroton Jensen (reduksi).
1) Gula darah puasa tinggi < 140 mg/dl.
2) Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama < 200 mg/dl.
3) Osmolitas serum 300 m osm/kg.
4) Urine =
Mellitus
jika
tidak
dikelola
dengan
baik
akamn
11
a.
Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang
sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak
60 70 %
2) Protein sebanyak
10 15 %
3) Lemak sebanyak
20 25 %
12
20%
30%
25%
Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
dan
orangtua
karena
resiko
hipoglikema
yang
13
Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.
Sebagai obat tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30)
untuk pasien yang berat lebih (imt 27-30) dapat juga
dikombinasikan dengan golongan
3)
sulfonylurea
Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM
maupun NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau
pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak
terkendali dengan diet (perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik
oral dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan
dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan
lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila
sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis
maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah
maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea
dan insulin.
14
untuk
mendapatkan
hasil
yang
maksimal.
menunjang
perubahan
perilaku
untuk
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian (Doengoes, 2001)
a.
Aktivitas / istrahat.
Tanda :
1) Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot,
tonus otot menurun.
2) Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.
3) Letargi / disorientasi, koma.
b.
Sirkulasi
Tanda :
1) Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan
pada ekstremitas dan tachicardia.
15
Neurosensori
Gejala :
Pusing
pening,
gangguan
penglihatan,
disorientasi
kelemahan
pada
otot,
parestesia, gangguan
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah
meringis dengan palpitasi : tampak sangat berhati hati.
e.
Keamanan
Gejala :
1) Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
2) Menurunnya
kekuatan
immune
rentang
gerak,
16
Pemeriksaan Diagnostik
Gejala :
1) Glukosa darah : meningkat 100 200 mg/dl atau lebih.
2) Aseton plasma : positif secara menyolok.
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari
330 m osm/l.
8
2. Bagan Patofisiologi dan Penyimpangan Terhadap KDM
Defisiensi Insulin
peningkatan Katabolisme/Glukoneogenesis
Resiko Kebutaan
Katabolisme protein
penurunan ATP
penurunan energi
Hiperglikemia
efek mikrovaskuler
nefropati
mual, muntah
neuropati
Ketosis
kurang pengetahuan
9
stimulasi reseptor nyeri
nyeri
resiko infeksi
25
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare,
muntah, poliuria, evaporasi.
b. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
kimia
darah,
insufisiensi
insulin,
peningkatan
26
4. Perencanaan / Intervensi
a. NDX : Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia,
diare, muntah, poliuria, evaporasi
Tujuan :
Klien akan mendemonstrasikan hidrasi adekuat, dengan
kriteria :
1) Nadi perifer dapat teraba, turgor kulit baik.
2) Vital sign dalam batas normal, haluaran urine
lancer.
3) Kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
Intervensi
1. Kaji pengeluaran urine
Rasional
Membantu
1.
memperkirakan
dalam
kekurangan
sudah
ada
pada
proses
mengakibatkan
infeksi
demam
dan
2.
Perubahan
tanda-
27
indikator
untuk
keadaan
3. Monitor pola napas
menilai
perkembangan
penyakit.
3.
Paru-paru
mengeluarkan asam karbonat
melalui
pernapasan
menghasilkan
alkalosis
respiratorik,
ketoasidosis
pernapasan
yang
berbau
frekuensi
dan
kualitas pernapasan
asetat
4.
Koreksi hiperglikemia
dan
asidosis
akan
mempengaruhi
pola
dan
frekuensi
pernapasan.
sianosis
merupakan
dari
kelelahan
indikasi
pernapasan,
5. Timbang berat badan
hilangnya
Memberikan
28
perkiraan
kebutuhan
akan
cairan
sesuai
dan
dengan indikasi
keefektifan
dari
terapi
yang diberikan.
6.
pada
derajat
anoreksia,
abnominal
pain,
gangguan
kulit
baik,
mengkonsumsi
makanan
sesuai
RASIONAL
1. Penurunan berat
badan
program.
Intervensi :
INTERVENSI
1. Timbang berat badan.
menunjukkan
tidak
ada
29
2. Hiperglikemia
dan
ketidakseimbangan
cairan
berlangsung
sebagai
akibat
syaraf
otonom
lama
neuropati
berhubungan
yang
dengan
sistem pencernaan.
3. Berikan makanan lunak / cair.
fungsi
usus
menurunkan kadarglukosa
hipoglikemia.
kepala.
5. Berikan Insulin.
5. Akan
mempercepat
pengangkutan
Created by Iwan Sain, S.Kp, M.Kes
glukosa
30
kedalam sel.
RASIONAL
Kemerahan,
1.
infeksi
edema,
2.
Mencegah
cross
contamination.
mempertahankan
kebersihan
tangan
pada
3.
kulit.
terjadi
menempatkan
pasien
bila
pada
4.
Peningkatan
pengeluaran
31
dan
mempertahankan
PH
perkembangan
bakteri.
5. Antibiotik bila ada indikasi
5.
Mencegah
terjadinya
perkembangan bakteri.
INTERVENSI
keadaan
RASIONAL
kulit 1. Mengetahui
yangrusak
keadaan
menanggulangi
atau
luka
dengan 2. Mencegah
terjadinya
inteksi
3. Kompres
luka
dengan 3. Selain
untuk
membersihkan
32
larutan Nacl
luka
dan
juga
mempercepat
untuk
pertumbuhan
jaringan
4. Anjurkan
pada
agarmenjaga
klien 4. Kelembaban
predisposisi
dan
kotorsebagai
terjadinya lesi.
kulit
predisposisi
terjadinya lesi.
5. Antibiotik
untuk
membunuh
kuman.
e. NDX : Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan
dengan perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan
glukosa/insulin atau karena ketidakseimbangan elektrolit.
Tujuan :
Klien akan mempertahankan fungsi penglihatan
Intervensi :
INTERVENSI
1. Kaji
derajat
dan
tipe
1.
kerusakan
RASIONAL
Mengidentifikasi
derajat
kerusakan penglihatan
2.
Mempertahankan
aktivitas
visual klien.
3. Orientasi
klien
dengan
3.
lingkungan.
4. Gunakan
alat
penglihatan.
bantu
4.
Melatih
aktifitas
secara bertahap.
visual
33
5.
Menurunkan
dan
dengan
mempertahankan
kebutuhannya
kebingungan
membantu
untuk
kontak
dengan realita.
6.
Membantu
panen
memelihara
tetap
dengan
berhubungan
realitas
mempertahankan
dan
orientalasi
pada lingkungannya.
7. Lindungi klien dari cedera.
7.
Pasien
mengalami
timbulnya
34
RASIONAL
klien 1. Pendidikan dapat memberikan
aktivitas
meskipun
2. Mencegah
kelelahan
yang
berlebihan
3. Pantau tanda tanda vital
3. Mengindikasikan
tingkat
penurunan
dan sebagainya
5. Tingkatkan
kebutuhan
akan
yang
dapat ditoleransi
pasien
positif
sesuai
tingkat
35
INTERVENSI
Kaji tingkat nyeri
1. Nyeri
RASIONAL
disebabkan
oleh
Observasi
tanda-
tanda vital
denyut
nadi
dan
pernafasan
3. Nafas
3.
meningkatkan
dapat
oksigenasi
jaringan
4. Memblokir
4.
dalam
rangsangan
nyeri
bekerja
langsung
36
5.
Pemberian analgetik
pada
reseptor
memblokir
nyeri
dan
rangsangan
nyeri
1.
aktivitas klien
diri
2.
Berikan
aktivitas 2. Melatih
secara bertahap
3.
Bantu
Bantu
(memotong kuku)
kebutuhan
sehari-hari
4.
kemampuan
klien
pemenuhan
tingkat
37
Intervensi :
1. Pilih
Intervensi
berbagai
Rasional
strategi 1. Penggunaan
cara
belajar
yang
meningkatkan
yang
menurunkan
fluktuasi
akan
kadar
yang
memegang
memegang
peranan
dalam
38
kontrol
DM
menurunkan
yang
dapat
berulangnya
kejadian ketoasidosis.
5.
Implementasi
Merupakan
tahap
dimana
rencana
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2,
(Edisi 8), EGC, Jakarta
Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi
2), EGC, Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan
Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.
Created by Iwan Sain, S.Kp, M.Kes
39