Hipertensi Gestasional
a.
b.
Tanpa proteinuria
c.
2. Preeklampsia
a.
Tekanan darah 140/90 atau lebih yang terjadi setelah 20 minggu masa gestasi.
b.
3. Eklampsia
Preeklamsia yang disertai oleh kejang.
4. Preeklampsia superimpose oleh hipertensi kronis
5. Hipertensi Kronis.
Tekanan darah 140/190 mmHg yang terjadi sejak sebelum hamil atau terdiagnosis
sebelum usia 20 minggu masa gestasi
B. Klassifikasi menurut The International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy
(ISSHP) (4).
1. Hipertensi gestasional dan / atau proteinuria yang terjadi selama masa kehamilan, persalinan
dan nifas pada seorang wanita hamil yang sebelumnya normotensif dan tanpa terjadi proteinuria,
terbagi menjadi :
a. Hipertensi Gestasional (Tanpa proteinuria)
b. Proteinuria Gestasional (Tanpa hipertensi)
c. Hipertensi dan Proteinuria gestasional (preeklamsia)
2. Hipertensi Kronik (hipertensi terjadi sebelum usia gestasi 20 minggu) dan penyakit ginjal
kronik (Proteinuria sebelum usia gestasi 20 minggu)
a. Hipertensi kronik (tanpa proteinuria)
b. Penyakit ginjal kronik (Proteinuria dengan atau tanpa hipertensi)
c. Hipertensi kronik superimpose preeklampsi (hipertensi kronik dengan onset proteinuria
setelah usia gestasi 20 minggu)
3. Hipertensi dan/atau proteinuria yang tidak dapat diklasifikasikan
4. Eklampsia
1.1. Hipertensi Gestasional
Diagnosis hipertensi gestasional ditegakan apabila wanita hamil memiliki tekanan darah sistolik
140 atau lebih dan diastolik 80 atau lebih yang terjadi pertama kali pada saat hamil, tanpa
disertai proteinura, dan tekanan darah akan kembali normal pada 12 minggu post partum.
Hampir 50% pasien dengan hipertensi gestasional akan berkembang menjadi preeklamsia dan
eklamsia yang ditandai dengan proteinuria. Proteinuria merupakan petanda dari kerusakan
endotelial yang mengakibatkan kebocoran glomerulus yang mengakibatkan proteinuria. (4)
Preeklampsia
2
Ringan
Berat
<110 mm Hg
>110 mm Hg
<160 mm Hg
>160 mm Hg
Proteinuria
2+
3+
Sakit kepala
Tidak ada
Ada
Gangguan Visual
Tidak ada
Ada
Nyeri perut
Tidak ada
Ada
Oliguria
Tidak ada
Ada
Kreatinin serum
Normal
Meningkat
Trombositopenia
Tidak ada
Ada
Minimal
Meningkat
Tidak ada
Ada
Edema Pulmo
Tidak ada
Ada
Eklampsia
Awitan kejang pada seorang wanita hamil dengan preeklamsia yang tidak disebabkan oleh
penyebab lain disebut dengan eklamsia. Kejang yang terjadi merupakan tipe kejang generalisata
3
A. Implantasi tropoblas pada keadaan normal : pada trimester ke-tiga terjadi implantasi plasenta
yang disertai dengan proliferasi tropoblas ekstravilia, tropoblas tersebut menginvasi desidua
basalis dan menginvasi lebih dalam ke dinding arteriol spiral untuk mengganti jaringan endotel
dan lapisan muskular arteri spiral, proses remodeling ini menghasilkan pembuluh darah baru
yang lebih lebar dan memiliki resistensi vaskular yang lebih rendah.
B. Implantasi tropoblas pada keadaan preeklamsia : proses implantasi jaringan tropoblas
mengalami gangguan yang mengakibatkan tidak terjadi remodeling pada arteri spiral sehingga
mengakibatkan pembuluh darah yang membentuk plasenta menjadi berdiameter sempit dengan
resistensi vaskular lebih tinggi sehingga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
De Wolf et all melakukan penelitian terhadap vaskular plasenta yang menemukan terjadinya
kerusakan endotel, insudasi konstituen plasenta kedalam pembuluh darah, proliferasi lapisan
muskular pada vaskular, dan nekrosis pada area tertentu, selain itu terjadi deposit lipid pada sel
miosit tunika intima dan invasi oleh sel makrofag yang secara kolektif disebut dengan
(atherosis).(4)
Gambar 2.2 Perubahan histopatologis pembuluh darah plasenta pada pasien preeklamsia:
Gen
Kromosom
MTHFR (C677T)
1p36.3
F5 (Gen Leiden)
1q23
AGT (M235T)
1q42-q43
7q36
F2 (G20210A)
11p11-q12
Patofisiologi (4,5,7,8)
Redman et all menjelaskan bahwa hipertensi pada kehamilan merupakan penyulit kehamilan
yang terjadi melalui proses dua tahap:
1. Tahap pertama terjadi kegagalan remodeling vaskular oleh jaringan
tropoblas.
Faktor Immunologis
Hambatan implantasi tropoblas
1. Penurunan HLA-G
2. Aktivasi Sel Th-1 Sitokin
3. Aktivasi Sel Th-2 Aktivasi sel B Sistem imun humoral
Faktor Genetik:
Aterosis:
Timbunan lipid dan sel foam di jaringan s
Proteinuria
Preeklamsia-eklampsia
Gambar 2.3 : Patogenesis preeklampsia-eklampsia
1.3. Eklampsi
Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat
perlengkatannya.
9
Solusio plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari
tempat perlengketannya.
c)
Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba
pada pemeriksaan dalam.
Kelas 0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau daerah yang
mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori
ini.
b)
Solusio plasenta ringan yaitu : rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta
yang tidak berdarah banyak,sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya.
Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali bahkan tidak
ada,perut terasa agak sakit terus-menerus agak tegang,tekanan darah dan denyut jantung
maternal normal,tidak ada koagulopati,dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress.
c)
Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi belum
sampai dua pertiga luas permukaannya.
Gejala : perdarahan pervaginan yang berwarna kehitam-hitaman,perut mendadak sakit terusmenerus dan tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam walaupun tampak
sedikit tapi kemungkinan lebih banyak perdarahan di dalam,didinding uterus teraba terusmenerus dan nyeri tekan sehingga bagian bagian janin sulit diraba,apabila janin masih hidup
bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonic,terdapat
fetal distress,dan hipofibrinogenemi (150 250 % mg/dl).
d)
Solusio plasenta berat,plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya,terjadinya sangat tiba-tiba
biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah meninggal.
Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan syok,dan kemungkinan janin telah meninggal,uterus
sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri,perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai
dengan keadaan syok ibu,perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi besar
kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal,hipofibrinogenemi (<
150 mg/dl)
10
Perdarahan pervaginam luas > 500 ml,uterus tetanik,syok maternal sampai kematian janin dan
koagulopati.
4) Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a)
Tidak terdapat perdarahan pervaginam,uterus tegang dan hipertonus,sering terjadi fetal distress
berat. Tipe ini sering di sebut perdarahan Retroplasental.
c)
Plasenta yang kurang dari bagian plasenta yang terlepas. Perdarahan kurang dari 250 ml.
b)
Plasenta yang terlepas - bagian. Perdarahan <1000 ml,uterus tegang,terdapat fetal distress
akibat insufisiensi uteroplasenta.
c)
Plasenta yang terlepas > bagian,perdarahan >1000 ml,terdapat fetal distress sampai dengan
kematian janin,syok maternal serta koagulopati
11
Penyebab Perdarahan
Sampel
(%)
1.
Solusio Plasenta
141
19
2.
125
16
3.
Atonia Uteri
115
15
4.
Koagulopathi
108
14
5.
Plasenta Previa
50
6.
44
7.
Perdarahan Uterus
44
8.
Retained Placentae
32
Pada tabel 2. 1 diketahui bahwa solusio plasenta menempati tempat pertama sebagai penyebab
kematian ibu hamil yang disebabkan oleh perdarahan dalam masa kehamilan (2).
Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
(RSUPNCM) Jakarta didapat angka 2% atau 1 dalam 50 persalinan. Antara tahun 1968-1971
solusio plasenta terjadi pada kira-kira 2,1% dari seluruh persalinan, yang terdiri dari 14% solusio
plasenta sedang dan 86% solusio plasenta berat. Solusio plasenta ringan jarang didiagnosis,
12
5. Patofisiologi
1) Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta
gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada
pemeriksaan di dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah
yang berwarna kehitam-hitaman.
14
Perdarahan keluar
1. Keadaan umum penderita relative lebih
baik.
2. Plasenta terlepas sebagian atau
inkomplit.
3. Jarang berhubungan dengan hipertensi.
Perdarahan tersembunyi
1. Keadaan penderita jauh lebih jelek.
2. Plasenta
terlepas
luas,uterus
keras/tegang.
3. Sering berkaitan dengan hipertensi.
15
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan
dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin.
Penyulit terhadap ibu
Penyulit terhadap janin
1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi
1. Tergantung pada luasnya plasenta yang
darah umum
lepas dapat menimbulkan asfiksia
2. Terjadi
penurunan
tekanan
ringan sampai kematian dalam uterus.
darah,peningkatan nadi dan pernapasan
3. Ibu tampak anemis
4. Dapat timbul gangguan pembekuan
darah,karena
terjadi
pembekuan
intravaskuler diikuti hemolisis darah
sehingga fibrinogen makin berkurang
dan memudahkan terjadinya perdarahan
(hipofibrinogenemia)
5. Dapat timbul perdarahan packapartum
setelah persalinan karena atonia uteri
atau gangguan pembekuan darah
6. Dapat timbul gangguan fungsi ginjal
dan terjadi emboli yang menimbulkan
komplikasi sekunder
7. Timbunan darah yang meningkat
dibelakang
plasenta
dapat
menyebabkan
uterus
menjadi
keras,padat dan kaku.
6. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari kasus-kasus solusio plasenta diterangkan atas pengelompokannya menurut
gejala klinis:
1. Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat pelepasan
sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam,
warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak
tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah
diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin
tegang karena perdarahan yang berlangsung. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan
16
7. Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas,
usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
8. Diagnosis
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai contoh,
perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan plasenta belum begitu luas
sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau dapat juga terjadi perdarahan eksternal
tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas seluruhnya dan janin meninggal sebagai akibat langsung
dari keadaan ini. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya
yang jauh lebih besar bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang
lebih tinggi, namun juga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehingga pemberian
transfusi sering tidak memadai atau terlambat (2,3).
Menurut penelitian retrospektif yang dilakukan Hurd dan kawan-kawan pada 59 kasus solusio
plasenta dilaporkan gejala dan tanda pada solusio plasenta (2,3) :
Tabel 2. 2 Tanda dan Gejala Pada Solusio Plasenta
19
Frekuensi (%)
1.
Perdarahan pervaginam
78
2.
66
3.
Gawat janin
60
4.
22
5.
17
6.
Uterus hipertonik
17
7.
Kematian janin
15
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perdarahan pervaginam merupakan gejala atau tanda
dengan frekuensi tertinggi pada kasus-kasus solusio plasenta.
Berdasarkan kepada gejala dan tanda yang terdapat pada solusio plasenta klasik umumnya tidak
sulit menegakkan diagnosis, tapi tidak demikian halnya pada bentuk solusio plasenta sedang dan
ringan. Solusio plasenta klasik mempunyai ciri-ciri nyeri yang hebat pada perut yang datangnya
cepat disertai uterus yang tegang terus menerus seperti papan, penderita menjadi anemia dan
syok, denyut jantung janin tidak terdengar dan pada pemeriksaan palpasi perut ditemui kesulitan
dalam meraba bagian-bagian janin.
Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis solusio plasenta antara lain :
1. Anamnesis (5)
- Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat menunjukkan tempat yang
dirasa paling sakit.
- Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong (non-recurrent)
terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman .
- Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak
lagi).
- Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu terlihat anemis yang
tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam.
- Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2. Inspeksi (5)
20
21
23
24
Sumber : http://www.womenshealthsection.com/content/obs/obs018.php3
Epidemiologi
Plasenta previa terjadi sekitar 1 dalam 200 kelahiran, tetapi hanya 20% termasuk dalam plasenta
previa totalis. Insiden meningkat 20 kali pada grande multipara. Dari seluruh kasus perdarahan
antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian
perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan lebih dahulu (Miller,
2009).
Etiologi
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang
baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan
ini bisa ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
3. kuretase yang berulang
4. Umur lanjut
5. Bekas seksio sesarea
6. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.
Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan
hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang
sehari) (. Martaadisoebrata, 2005).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas
untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi
25
PRIMIGRAVIDA
(%)
MULTIGRAVIDA
(%)
15-19
1,7
1,6
20-24
2,3
6,9
25-29
2,9
7,9
30-34
1,7
9,7
>35
5,6
9,5
JUMLAH
2,2
7,7
26
Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun. Baru waktu ia bangun,
ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah
bulan ketujuh dan perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari
abortus (Martaadisoebrata, 2005).
Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim.
Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih cepat tumbuhnya
dari rahim sendiri. Akibatnya ismus uteri tertarik menjadi bagian dinding korpus uteri yang
disebut segmen bawah rahim (Martaadisoebrata, 2005).
Pada plasenta previa, perdarahan tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan
dinding rahim. Saat perdarahan bergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan
pada istmus uteri. Dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan.
Sementara dalam persalinan, his pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian plasenta di
27
Palpasi abdomen : Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah;
Sering disertai kesalahaan letak janin; Bagian bawah janin belum turun, apabila letak
28
Plasenta previa hampir selalu dapat didiagnosa dengan menggunakan USG abdomen,
yang 95% dapat dilakukan tiap saat.
* Perdarahan intraabdominal
Faktor
predisposisi
* multipara
* mioma uteri
* usia lanjut
*kuretase
berulang
* bekas SC
* merokok
Penyulit lain
* Syok
* perdarahan setelah
koitus
* Tidak ada kontraksi
uterus
* Bagian terendah janin
tidak masuk PAP
*Bisa terjadi gawat
janin
* Hipertensi
* Syok yang tidak
* versi luar
sesuai dengan jumlah
*Trauma
darah (tersembunyi)
abdomen
* anemia berat
* Polihidramnion *
Melemah
atau
* gemelli
hilangnya
denyut
* defisiensi gizi
jantung janin
* gawat janin atau
hilangnya
denyut
jantung janin
* Uterus tegang dan
nyeri
* Riwayat seksio *Syok atau takikardia
Diagnosis
Plasenta
previa
Solusio
plasenta
Ruptur
29
sesarea
*Partus lama atau
kasep
*Disproporsi
kepala /fetopelvik
*Kelainan
letak/presentasi
*Persalinan
traumatik
uteri
Gangguan
pembekuan
darah
Penanganan
Setiap ibu hamil dengan perdarahan antepartum harus segera dirujuk ke rumah sakit yang
memiliki fasilitas transfusi darah dan operasi, tanpa dilakukan pemeriksaan dalam terlebih
dahulu. Perdarahan yang pertama kali jarang mengakibatkan kematian dengan syarat tidak
dilakukan pemeriksaan dalam sebelumnya, sehingga masih cukup waktu untuk mengirimkan
penderita ke rumah sakit. Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan yang banyak, harus
segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau tranfusi darah (Hanafiah,
2005).
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :
Perdarahan sedikit
Perdarahan pada plasenta previa pertama kali terjadi biasanya sebelum paru-paru janin matur
sehingga penanganan pasif ditujukan untuk meningkatkan survival rate dari janin. Langkah awal
adalah transfusi untuk mengganti kehilangan darah dan penggunaan agen tokolitik untuk
mencegah persalinan prematur sampai usia kehamilan 36 minggu. Sesudah usia kehamilan 36
minggu, penambahan maturasi paru-paru janin dipertimbangkan dengan beratnya resiko
perdarahan mayor. Kemungkinan terjadi perdarahan berulang yang dapat mengakibatkan IUGR
harus dipertimbangkan. Sekitar 75% kasus plasenta previa diterminasi pada umur kehamilan 3638 minggu (Hanafi, 2005).
Dalam memilih waktu yang optimum untuk persalinan, dilakukan tes maturasi janin meliputi
penilaian surfaktan cairan amnion dan pengukuran pertumbuhan janin dengan USG. Penderita
dengan umur kehamilan antara 24-34 minggu diberikan preparat tunggal betamethason (12 mg
im 2x1) untuk meningkatkan maturasi paru janin. Berdasarkan data evidence based medicine
didapatkan pemakaian preparat ganda steroid sebelum persalinan meningkatkan efek samping
yang berbahaya bagi ibu dan bayi (Hanafi, 2005).
Pada terapi ekspektatif, pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak 2500 gr atau
kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi ekspektatif diusahakan untuk menentukan
lokasi plasenta dengan pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan umum ibu. Penderita
plasenta previa juga harus diberikan antibiotik mengingat kemungkinan terjadinya infeksi yang
besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterin. Setelah kondisi stabil dan
31
Terminasi kehamilan dilakukan jika janin yang dikandung telah matur, IUFD atau terdapat
anomali dan kelainan lain yang dapat mengurangi kelangsungan hidupnya, pada perdarahan aktif
dan banyak.
Kriteria penanganan aktif/terminasi kehamilan:
Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr % (Hanafi, 2005)
Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk penanganan plasenta previa dan kapan
melaksanakannya bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
Perdarahan banyak atau sedikit
Keadaan ibu dan anak
Besarnya pembukaan
Tingkat plasenta previa
Paritas
Ada 2 pilihan cara persalinan, yaitu persalinan pervaginam dan seksio sesarea. Persalinan
pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan bagian plasenta yang berdarah
selama persalinan berlangsung, sehingga perdarahan berhenti. Seksio sesarea bertujuan
mengangkat sumber perdarahan, memberikan kesempatan pada uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahannya, dan menghindari perlukaan servik dan segmen bawah uterus yang
rapuh apabila dilakukan persalinan pervaginam (Wiknjosastro, 2005).
Persalinan per vaginam dapat berupa :
Pemecahan ketuban
Cunam Willet-Gauss
32
Definisi
Insersio velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi pada
selaput janin sehingga pembuluh darah umblikus berjalan diantara amnion dan korion menuju
plasenta.
Pada persalinan, pembuluh-pembuluh darah tali pusat ini dapat turun ke bawah melalui
pembukaan serviks. Hal ini dapat diraba pada pemeriksaan dalam, disebut vasa previa, yang
dalam persalinan dapat menyebabkan perdarahan antepartum. Bila terjadi perdarahan banyak,
maka kehamilan harus segera diakhiri.
Hubungan plasenta dengan tali pusat :
Ditengah : keadaan ini disebut Insersio sentralis.
35
38