Pemeriksa
No CM
: 8234xx
Tgl
: 18-12-2015
NPM: 1102007082
Nama
: Nn. A
Umur
: 16 tahun
Alamat
Pekerjaan
Anamnesa
Keluhan utama
Anamnesa khusus
penglihatan mata buram saat melihat dalam jarak jauh. Penglihatan mata mulai kabur sejak
5 bulan yang lalu. Pasien mengaku bila didalam kelas pasien sulit melihat tulisan dipapan
saat duduk dibangku paling belakang. Pasien memiliki riwayat kebiasaan sering menonton Tv
dan membaca buku dengan jarak dekat sejak kecil. Penglihatannya kabur timbul secara
perlahan, mata kabur dirasakan pada kanan dan kiri tidak terlalu mengganggu. Pasien merasa
lebih jelas saat membaca/melihat dekat. Pasien juga mengalami kesulitan apabila melihat
garis lurus / huruf dari jauh, yang terlihat garisnya seperti bengkok , ada bayangannya yang
menjadikan pusing. Pasien mengaku sering menyipitkan mata apabila melihat jauh. Pasien
merasa nyaman apabila melihat dekat. Pasien mengaku belum pernah menggunakan
kacamata. Pasien tidak mengeluh melihat ganda, tidak mengeluh melihat kilatan-kilatan
cahaya beberapa hari sampai beberapa minggu sebelumnya.
Anamnesis Keluarga : Riwayat keluhan pandangan buram dan memakai kacamata dialami
oleh Ayah pasien.
Riwayat penyakit dahulu : Pasien memiliki riwayat penyakit maag sejak 4 tahun yang lalu
Riwayat SOS-EK
: Baik
Riwayat Gizi
: Baik
OD
OS
SC
0,8
1,0
CC
1,0
STN
Maju
Koreksi
S-0,25 C-0,25 90
Adde
Pemeriksaan Eksternal
OD
OS
Palp Superior
Tak
Tak
Palp Inferior
Tak
Tak
Cilia
Tumbuh Teratur
Tumbuh Teratur
Ap. Lakrimalis
Tak
Tak
C. Tars Sup
Tenang
Tenang
C. Tars Inf
Tenang
Tenang
C. Bulb
Tenang
Tenang
Cornea
Jernih
Jernih
Coa
Jernih
Jernih
Pupil
Bulat, Sentral
Bulat, Sentral
Diameter Pupil
3mm
3mm
(+)
(+)
(+)
(+)
Reflek Cahaya
-
Direct
:
Konsensuil:
Iris
Sinekia (-)
Sinekia (-)
Lensa
Jernih
Jernih
OS
Cilia
tumbuh teratur
tumbuh teratur
Conjungtiva
tenang
tenang
Cornea
jernih
jernih
COA
jernih
jernih
Pupil
bulat, sentral
bulat, sentral
Iris
bulat, sentral
bulat, sentral
Lensa
Jernih
Jernih
Tonometri schiots
: OD
Tidak dilakukan
OS
Tidak dilakukan
Palpasi
: Normal
Pemeriksaan Funduskopi
OD
OS
Lensa
Jernih
Jernih
Vitreus
sulit dinilai
sulit dinilai
Fundus
Resume
Pasien datang ke poliklinik mata RSU dr slamet garut dengan keluhan penglihatan
mata buram saat melihat dalam jarak jauh. Penglihatan mata mulai kabur sejak 5 bulan
yang lalu. Pasien mengaku bila didalam kelas pasien sulit melihat tulisan dipapan saat duduk
dibangku paling belakang. Pasien juga mengalami kesulitan apabila melihat garis lurus /
huruf dari jauh, yang terlihat garisnya seperti bengkok , ada bayangannya yang menjadikan
pusing.
OD
OS
1,0
Visus
0,8
Koreksi
S-0,25 C-0,25 90
GBM
C. Tars Sup
Tenang
Tenang
C. Tars Inf
Tenang
Tenang
C. Bulb
Tenang
Tenang
Cornea
Jernih
Jernih
Coa
Jernih
Jernih
Pupil
Bulat, Sentral
Bulat, Sentral
Diameter Pupil
3mm
3mm
Iris
Sinekia (-)
Sinekia (-)
Lensa
Jernih
Jernih
Tonometri schiots
Tidak dilakukan
Funduskopi
Normal
Normal
Lensa
Jernih
Jernih
Vitreus
Sulit Dinilai
Sulit Dinilai
Fundus
Diferensial Diagnosa
2. Astigmatisme mixtus, disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan , tidak ada koreksi
lensa sferis positif, koreksi visus ODS dengan lensa Sferis negatif & lensa silinder
negatif. Pada Astigmatisme mixtus dimana 2 titik masing-masing jatuh di depan retina
(myopia) dan belakang retina (hypermetropia).
Diagnosa Kerja
Rencana Pemeriksaan
: -
Rencana Terapi
Medikamentosa
: -
Non-Medikamentosa :
Resep kacamata
OD : S 0,25 C 0,25 axis 900
Prognosa
Qou ed Vitam
: ad bonam
Quo ed Functionam
: ad bonam
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Myopia disebut sebagai rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk melihat jauh
akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Hipermetropa juga dikenal dengan istilah
5
hyperopia atau rabun dekat. Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat
dekat akibat sukarnya berakomodasi. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur
yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan
lensa. Astigmat adalah terdapatnya variasi kurvatura atau kelengkungan kornea atau lensa
pada meridian yang berbeda yang akan mengakibatkan sinar tidak terfokus pada satu titik.
Presbiopi perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, dimana akomodasi yang
diperlukan untuk melihat dekat perlahan lahan berkurang. 1
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina
(macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan system optic pada mata
sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa membelokkan
sinar pada titik focus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea
dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi, sinar tidak
dibiaskan tepat pada macula lutea, tetapi dapat didepan atau dibelakang macula. Kelainan
refraksi dikenal dalam bentuk myopia, hipermetropia dan astigmat.
B.
daripada
korteksnya
Enam puluh lima persen terdiri dari air, sekitar 35 % protein (kandungan
protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh) dan sedikit sekali mineral
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.
6. Retina
Retina akan meneruskan rangsangan yang diterimanya berupa bayangan benda
sebagai rangsangan elektrik ke otak sebagai bayangan yang dikenal. Pada
Retina terdapat sel batang sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang
mengenal frekuensi sinar.
7. Nervus Optikus
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks
visual
BAB II
PEMBAHASAN
I.
MIOPIA
Myopia adalah salah satu bentuk kelainan refraksi dimana yang datang sejajar
dari jarak yang tak berhingga difokuskan didepan retina saat mata tidak
berakomodasi. Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat lebih jelas bila dekat
sedangkan melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh.
Pasien myopia mempunyai punctum remotum (titik terjauh yang masih dapat
dilihat) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang
akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap
maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esotropia. 2
Secara fisiologis sinar yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga
membentuk bayangan kabur atau tidak tegas pada macula lutea. Titik focus sinar yang
datang dari benda yang jauh terletak didepan retina. Titik jauh (punctum remotum)
terletak lebih dekat atau sinar datang tidak sejajar. 2
ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya, myopia dapat dibedakan menjadi myopia aksialis
dan refraktif. Secara fisiologis sinar yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga
membentuk bayangan kabur atau tidak tegas pada macula lutea. Titik focus sinar yang
datang dari benda yang jauh terletak didepan retina. Titik jauh (punctum remotum)
terletak lebih dekat atau sinar datang tidak sejajar. 2,3
MYOPIA AKSIALIS
Terjadi karena jarak antara anterior dan posterior terlalu panjang dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal. Normal jarak ini adalah 24,5 mm. Dapat
merupakan kelainan congenital maupun didapat, serta adapula factor herediter. Yang
congenital didapatkan pada makroftalmus sedang yang didapat terjadi karena: 1,3
1. Anak membaca terlalu dekat. Bila anak membaca terlalu dekat, maka ia harus
berkonvergensi berlebihan. M. rectus internus berkontraksi berlebihan, bola
mata terjepit oleh otot otot mata luar sehingga polus posterior mata yang
merupakan tempat terlemah dari bola mata memanjang.
2. Wajah yang lebar. Menyebabkan terjadinya konvergensi yang berlebihan bila
hendak melakukan pekerjaan dekat sehingga mengakibatkan hal yang sama
seperti diatas.
8
Myopia ringan
Myopia sedang
Myopia berat
0,25 3,00 D
>3,00 6,00 D
>6,00 D
Dapat ditemukan pada semua usia dan mulai sejak lahir. Kelainan mencapai
puncaknya saat masih remaja, bertambah terus sampai usia 25 tahun atau
lebih. Besar dioptrinya melebihi 6 D.
Myopia maligna
Myopia progresif yang lebih ekstrem. Myopia progresif dan myopia maligna
disebut juga myopia patologis atau degenerative, karena disertai kelainan
degenerative di koroid dan bagian lain dari mata.
GEJALA MYOPIA
Tanda objektif:
Oleh karena orang myopia jarang melakukan akomodasi, maka jarang miosis,
jadi pupilnya midriasis. Mm. siliarisnya pun menjadi atrofi, menyebabkan iris
letaknya lebih ke dalam, sehingga bilik mata depan lebih dalam. 5
Pada myopia simpleks:
Didapatkan mata yang lebih menonjol, bilik mata depan yang dalam, pupil
yang relative lebar, tetapi tidak disertai kelainan dibagian posterior mata. Mungkin
hanya terlihat kresen myopia yang tampak putih disebelah temporal papil, sedikit
atrofi dari koroid yang superficial, sehingga pembuluh darah koroid yang lebih besar
tampak lebih jelas membayang.
Pada myopia patologik:
a. Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks
b. Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan kelainan
pada:
i. Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters atau benda benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang kadang ditemukan ablasi
badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan
ii.
myopia.
Papil saraf optic: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
myopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil
dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak
teratur.
10
Myopic Crescent
iii.
iv.
v.
Fundus Tigroid
KOREKSI MYOPIA
Myopia dikoreksi dengan menggunakan lensa sferis konkaf (minus) yang
dapat memindahkan bayangan mundur ke retina. 6,7
Berikut ini adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk koreksi
myopia dan juga kelainan refraksi lainnya:
a.
b.
c.
d.
e.
Kacamata
Lensa kontak (lensa kontak keras atau lunak)
Bedah keratorefraktif
Lensa intraocular
Ekstraksi lensa jernih untuk myopia
11
KOMPLIKASI MYOPIA
Komplikasi myopia sering terjadi pada myopia tinggi, dapat berupa: 8
i.
ii.
iii.
iv.
Koreksi Myopia
II.
ASTIGMATISME
Definisi
Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis
pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari
satu titik.
Etiologi
Kelainan astigmatisme adalah sebagai berikut: 5,8
12
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Patofisiologi
Pada mata normal, permukaan kornea yang melengkung teratur akan memfokuskan
sinar pada satu titik.pada orang normal bidang media refrakta yang dibagi menjadi 4
meredian (meskipun sebenarnya bisa jauh lebih banyak dari itu, dari 0 -360) yaitu meredian
0 atau 180, 45, 90, dan 135.
Pada astigmatisma, pembiasan sinar tidak difokuskan pada satu titik. Sinar pada
astigmatisma dibiaskan tidak sama pada semua arah sehingga pada retina tidak didapatkan
satu titik fokus pembiasan. Sebagian sinar dapat terfokus pada bagian depan retina sedang
sebagian sinar lain difokuskan di belakang retina.
13
Pada kedua gambar di atas nampak terdapat pola kekuatan bias yang tidak seragam di
semua bidang meredian. Pola kekuatan bias seperti itu akan menghasilkan lebih dari 1 titik
fokus, karena setiap kekuatan bias yang ada akan memiliki panjang fokusnya sendiri,
sehingga jika (misalnya) terdapat 10 perbedaan kekuatan bias, maka juga akan terdapat 10
perbedaan panjang fokus. Otomatis ini akan menghasilkan 10 titik fokus yang letaknya akan
membentuk garis searah dengan sumbu aksial bola mata. Ilustrasi berikut ini akan
menunjukkan pola fokus tersebut, dengan mengambil kekuatan bias yang terbesar dan
terkecil dari 2 ilustrasi (gambar B dan C) di atas.
Klasifikasi
Berdasarkan posisi garis focus dalam retina, astigmatisme dibagi sebagai berikut:
1) Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua
bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu
14
bidang memiliki daya bias yang lebih kuat daripada yang lain. Astigmatisme
jenis ini, jika mendapat koreksi lensa silindris yang tepat, akan bisa
menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan
kelainan penglihatan yang lain. 1,2
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme
regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Astigmatisme With The Rule
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat
dari pada bidang horizontal.
2. Astigmatisme Against The Rule
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih
kuat dari pada bidang vertical.
3. Astigmatisme Ireguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.
Berdasarkan
letak
titik
vertical
dan
horizontal
pada
retina,
15
16
5. Astigmatisme Mixtus
Astigmatisme jenis ini, titik A tepat berada di depan retina,
sedang titik B berada dibelakang retina. Pola ukuran
lensakoreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph + X Cyl Y
atau Sph X Cyl + Y, dimana ukuran tersebut tidak dapat
ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y
menjadi sama sama + atau .
17
Memiringkan kepala (tilting head), pada umumnya keluhan ini sering terjadi
ii.
iii.
iv.
DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan pin hole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam
penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media
penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan
bertambah setelah dilakukan pinhole berarti pasien tersebut terdapat kelainan
refraksi yang belum dikoreksi dengan baik. Bila ketajaman penglihatan
berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan media penglihatan ataupun
retina yang mengganggu penglihatan. 5,6
2. Uji Refraktif
1. Subjektif
18
Optotipe dari Snellen dan Trial Lens. Metode yang digunakan adalah
metode Trial & Error. Jarak pemeriksaan 6 meter/5 meter/20 kaki.
Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita. Mata
diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu. Ditentukan
visus masing masing mata. Bila visus tidak 6/6, dikoreksi dengan lensa
sferis positif. Bila dengan lensa sferis positif tajam penglihatan membaik
atau mencapai 5/5. 6/6 atau 20/20 maka pasien dikatakan menderita
hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis positif menambah
kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negative
memberikan tajam peglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien itu
menderita myopia.
Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam
penglihatan maksimal, mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi
astigmat. Pada keadaan ini dilakukan uji pengaburan (fogging technique).
2. Objektif
i. Autorefraktometer. Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan
refraksi dengan menggunakan computer. Penderita duduk didepan
autorefraktometer, cahaya yang dihasilkan oleh alat dan respon mata
terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan
refraksi yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan
waktu beberapa detik.
19
Kipas Astigmat
20
4. Keratoskop
Keratoskop
atau
Placido
disk
digunakan
untuk
pemeriksaan
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Astigmatisme. Dalam: Kelainan Refraksi dan Koreksi Penglihatan, Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. P.43 92.
2. William, AL et al. Basic and Clinical Science Course: Optics, Refraction and Contact
Lens Section 3: American Academy of Ophtalmology, Lifelong Education of the
Ophtalmologist. 2002 2003. P.118 119.
3. Ilyas S. Astigmat. Dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta: Fakulatas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. P.52 61.
4. Abrams D. Duke Elders Practice of Refraction 10 th Edition. Churchil Livingstone.
Edinburg, 1993. P.65 71.
5. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva, P. Kesalahan Refraksi dalam Oftalmologi
Umum Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2004. P.401 406.
6. Ilyas S, dkk. Optik dan Refraksi. Dalam Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan
mahasiswa Kedokteran Edisi ke 2. Jakarta: Sagung Seto. 2006. P.41 56.
7. James B, Chew C, Bron A. Optika Klinis. Oftalmologi Edisi Sembilan. Jakarta:
Erlangga, 2002. P.35 80.
8. Tanjung H. perbedaan Rata Rata Rigiditas Okuler pada Myopia dan
Hipermetropiadi RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: USU Digital Library, 2002: 2
3.
9. Ilyas S. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Cetakan I. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
23