Anda di halaman 1dari 19

MACAM

KEKERINGAN

1. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan pada tingkat
kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau ratarata dan lamanya periode kering.
Perbandingan ini haruslah bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa diukur pada musim
harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan skala waktu tahunan. Kekurangan curah hujan
sendiri, tidak selalu menciptakan bahaya kekeringan.
2. Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumbersumber air seperti
sungai, air tanah, danau dan tempattempat cadangan air. Definisinya mencangkup data tentang
ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang
dipasok (sistem domestik, industri, pertanian yang menggunakan irigasi). Salah satu dampaknya
adalah kompetisi antara pemakai air dalam sistemsistem penyimpanan air ini.
3. Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan hidrologi terhadap
produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini terjadi ketika kelembapan tanah tidak
mencukupi untuk mempertahankan hasil dan pertumbuhan rata-rata tanaman. Kebutuhan air bagi
tanaman, bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan dan saranasarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa diukur karena rumitnya
pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya faktorfaktor lain yang bisa mengurangi hasil
seperti hama, alangalang, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga hasil tanaman yang
rendah. Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai satu bentuk kekeringan yang ekstrim,
dimana kekurangan banjir sudah begitu parahnya sehingga sejumlah besar menusia menjadi
tidak sehat atau mati. Bencana kelaparan biasanya mempunyai penyebabpenyebab yang
kompleks sering kali mencangkup perang dan konflik. Meskipun kelangkaan pangan merupakan
faktor utama dalam bencana kelaparan, kematian dapat muncul sebagai akibat dari pengaruh
pengaruh yang rumit lainnya seperti penyakit atau kurangnya akses dan jasa-jasa lainnya.
4. Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan akan barang
barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan diatas. Ketika persediaan barang
barang seperti air, jerami atau jasa seperti energi listrik tergantung pada cuaca, kekeringan bisa
menyebabkan kekurangan. Konsep kekeringan sosioekonomi mengenali hubungan antara
kekeringan dan aktivitasaktivitas manusia. Sebagai contoh, praktekpraktek penggunaan lahan
yang jelek semakin memperburuk dampakdampak dan kerentanan terhadap kekeringan di masa
mendatang.
Gejala terjadinya kekeringan adalah sebgai berikut:
1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam satu
musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya bencana
kekeringan.
2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air
tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan air tanah.
Kekeringan Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.

3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air di
dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu
tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering.
Klasifikasi Kekeringan
Pengertian kekeringan dapat diklasifikasikan lebih spesifik sebagai berikut :
a. Kekeringan Meteorologis
Kekeringan ini berkaitan dengan tingkat curah hujan yang terjadi berada di bawah
kondisi normal dalam suatu musim. Perhitungan tingkat kekeringan meteorologis
merupakan
indikasi
pertama
terjadinya
kondisi
kekeringan.
Intensitas kekeringan berdasarkan definisi meteorologis sebagai berikut:

kering : apabila curah hujan antara 70%-80%, dari kondisi normal (curah hujan
di bawah normal)

sangat kering : apabila curah hujan antara 50%-70% dari kondisi normal (curah
hujan jauh di bawah normal)

amat sangat kering : apabila curah hujan di bawah 50% dari kondisi normal
(curah hujan amat jauh di bawah normal).
b.

Kekeringan

Hidrologis

Kekeringan ini berkaitan dengan berkurangnya pasokan air permukaan dan air tanah.
Kekeringan hidrologis diukur dari ketinggian muka air waduk, danau dan air tanah. Ada
jarak waktu antara berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ketinggian muka
air sungai, danau dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan
gejala
awal
terjadinya
kekeringan.
Intensitas kekeringan berdasarkan definisi hidrologis adalah sebagai berikut:

kering: apabila debit sungai mencapai periode ulang aliran di bawah periode 5
tahunan

sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh di
bawah periode 25 tahunan

amat sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat
jauh di bawah periode 50 tahunan

c.

Kekeringan

Pertanian

Kekeringan ini berhubungan dengan berkurangnya kandungan air dalam tanah (lengas
tanah) sehingga tak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bagi tanaman pada suatu
periode tertentu. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah terjadinya gejala kekeringan
meteorologis.
Intensitas kekeringan berdasarkan definisi pertanian adalah sebagai berikut:

kering : apabila 1/4 daun kering dimulai pada ujung daun (terkena ringan s/d
sedang)

sangat kering : apabila 1/4-2/3 daun kering dimulai pada bagian ujung daun
(terkena berat)

amat sangat kering: apabila seluruh daun kering (puso)


d.

Kekeringan

Sosial

Ekonomi

Kekeringan ini terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan komoditi yang


bernilai ekonomi dari kebutuhan normal sebagai akibat dari terjadinya kekringan
meteorologis,
pertanian
dan
hidrologis.
Intensitas kekeringan sosial ekonomi dapat dilihat dari ketersediaan air minum atau air
bersih
sebagai
berikut:

e.

Kekeringan

Antropogenik

Kekeringan ini terjadi karena ketidaktaatan pada aturan yang disebabkan: kebutuhan
air lebih besar dari pasokan yang direncanakan sebagai akibat ketidaktaatan pengguna
terhadap pola tanam/pola penggunaan air, dan kerusakan kawasan tangkapan air,
sumber
air
sebagai
akibat
dari
perbuatan
manusia.
Intensitas kekeringan akibat ulah manusia terjadi apabila:

Rawan: apabila penutupan tajuk 40%-50%

Sangat rawan: apabila penutupan tajuk 20%-40%

Amat sangat rawan: apabila penutupan tajuk di DAS di bawah 20%.


Batasan tentang kekeringan bisa bermacam-macam tergantung dari cara meninjaunya.
Ditinjau dari Agroklimatologi yaitu keadaan tanah dimana tanah tak mampu lagi
memenuhi kebutuhan air untuk kehidupan tanaman khususnya tanaman pangan. Ada
tiga faktor yang sangat mempengaruhi kekeringan ini yaitu tanaman, tanah dan air.

Tanaman
khususnya
tanaman
pangan
mempunyai kebutuhan air yang berbeda-beda, baik keseluruhan maupun jumlah
kebutuhan pada setiap tahap pertumbuhannya. Tanaman padi misalnya, memerlukan
cukup banyak air selama pertumbuhannya. Sedangkan tanaman kedelai termasuk
tanaman yang relatif tahan terhadap kekeringan. Namun demikian kedelai mempunyai
periode yang riskan terhadap kekurangan air yaitu pada periode perkecambahan dan
periode pembentukan biji. Kepekaan tiap tanaman terhadap kekurangan air berbeda
dari satu tanaman ke tanaman lainnya dan dari satu tahapan pertumbuhan tanaman ke
tahap
lainnya
dalam
satu
jenis
tanaman.

Tanah merupakan faktor yang menentukan pula kemungkinan terjadinya kekeringan.


Besar kecilnya kemampuan tanah untuk menyimpan lengas menentukan besar kecilnya
kemungkinan terjadinya kekeringan. Perbedaan fisik tanah juga akan menentukan
cepat lambatnya atau besar kecilnya kemungkinan tanaman mengalami kekeringan.
Air untuk daerah tadah hujan diperoleh dari air hujan. Ciri atau sifat hujan di suatu
daerah menentukan kemungkinan terjadi atau tidaknya kekeringan di daerah itu.
Perubahan yang tak beraturan dari waktu ke waktu adalah tantangan yang besar dalam
memprakirakan kebutuhan air tanaman. Jumlah hujan yang besar dan terbagi rata tak
akan dirasakan sebagai penyebab kekeringan. Apabila curah hujan tak merata dan
menyimpang dari kebiasaan
itulah
yang akan menyebabkan kekeringan.
Selain tiga faktor tersebut, ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan tanaman
kekeringan yaitu:
1. Petani tak memperhatikan pola tanam, artinya petani menanam padi semaunya
dan kapan saja.
2. Terjadinya perubahan iklim. Misalnya awal musim hujan terjadi lebih lambat atau
lebih awal atau musim kemarau yang terjadi lebih awal, sehingga kebutuhan air
untuk tanaman tak mencukupi.
3. Terjadi kerusakan jaringan pengairan.
4. Keadaan ekstrim.

GEMPA BUMI

Berdasarkan faktor penyebab atau proses terjadinya, gempa bumi dapat dibagi menjadi beberapa jenis.
Pada kesempatan ini kita akan membahas 5 jenis gempa bumi, yaitu :
1.

Gempa Tektonik
Gempa bumi tektonik merupakan gempa bumi yang terjadi akibat aktivitas tektonik. Gempa tektonik
disebabkan oleh pergerakan lempeng-lempeng tektonik pada kerak bumi yang terjadi secara tiba-tiba
sehingga

terjadi

gesekan

yang

menimbulkan

getaran.

Secara umum gempa tektonik terjai karena adanya gerak orogenetik yaitu jenis aktivas tektonik yang
berlangsung sangat cepat dan meliputi wilayah yang sempit namun pengaruhnya menyebar ke wilayah yang
lebih

luas.

Gerakan orogenetik dapat berupa lipatan atau patahan. Lipatan diakibatkan oleh tekanan dalam arah
horizontal dan vertikal pada kulit bumi yang sifatnya elastis. Sedangkan patahan terjadi akibat tenaga
tersebut bekerja pada kulit bumi yang tidak elastis.

2.

Gempa Vulkanik
Gempa bumi vulkanik merupakan gempa bumi yang terjadi akibat aktivitas magma dalam gunung berapi.
Gempa vulkanik sering juga disebut gempa gunung api karena secara umum gempa tersebut terjadi sebelum
atau

sesudah

letusan

gunung

berapi.

Getaran-getaran yang ditimbulkan pada gempa vulkanik sering dijadikan sebagai indikasi atau perkiraan
akan meletusnya sebuah gunung berapi. Bila aktivitas magma semakin tinggi, maka akan timbul suatu
ledakan atau letusan yang juga menimbulkan gempa bumi.

3.

Gempa Runtuhan
Gempa runtuhan merupakan gempa bumi yang terjadi akibat peristiwa runtuhnya tanah atau batuan karena
pengaruh kondisi yang curam atau struktur yang rapuh. Gempa runtuhan biasanya hanya mempengaruhi
wilayah

di

sekitar

dan

tidak

telalu

membahayakan.

Gempa runtuhan biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun daerah pertambangan, lereng gunung, pantai

yang curam, dan tempat lainnya yang memeliliki energi potensial yang besar untuk runtuh. Gempa runtuhan
biasanya bersifat lokal dan sangat jarang terjadi.

4.

Gempa Tumbukan
Gempa bumi tumbukan atau gempa bumi jatuhan merupakan gempa kecil atau besar yang terjadi akibat
tumbukan meteor atau steroid yang jatuh ke permukaan bumi. Gempa jenis ini sangat jarang terjadi namun
berdasarkan kajian ilmiah pernah terjadi pada zaman purbakala dan mengiringi evolusi makhluk hidup di
muka bumi.

5.

Gempa Buatan
Sesuai dengan namanya, gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang terjadi akibat perbuatan manusia
baik sengaja atau tidak disengaja. Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan gempa bumi antaralain
ledakan nuklir di bawah permukaan tanah atau di dasar laut, ledakan dinamit, dan sebagainya.

jika dilihat berdasarkan kedalaman hiposentrumnya, maka gempa bumi dapat


dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1.

Gempa Bumi Dangkal


Gempa bumi dangkal merupakan jenis gempa bumi yang dapat menimbulkan kerusakan
parah. Tak hanya kerusakan, beberapa peristiwa gempa bumi dangkal yang pernah terjadi
juga

kerap

menelan

korban

jiwa

akibat

tertimpah

reruntuhan.

Gempa bumi dikatakan dangkal jika hiposentrumnya berada pada kedalaman kurang dari
60 km di bawah permukaan bumi. Karena jaraknya yang relatif dekat dengan permukaan,
gempa dangkal seringkali menimbulkan kerusakan parah dan getarannya sangat kuat.
Gempa bumi dangkal yang pernah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia antaralain
gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan gempa bumi yang terjadi di
wilayah Flores.

2.

Gempa Bumi Menengah


Gempa bumi menengah merupakan jenis gempa yang hiposentrumnya berada pada
kedalaman 60-300 km di bawah permukaan bumi. Gempa bumi yang kedalaman
hiposentrumnya mendekati 60 km biasanya dapat menimbulkan kerusakan yang ringan.
Beberapa wilayah di Indonesia yang pernah mengalami gempa bumi menengah atau
sedang di antaranya bagian selatan pulau Jawa, Sumatera Barat, laut Maluku, dan
kepulauan Nusa Tenggara.

3.

Gempa Bumi Dalam


Suatu gempa bumi dikatakan gempa bumi dalam jika hiposentrumnya berada pada
kedalaman lebih dari 300 km di bawah permukaan tanah. Karena sumber gempa yang
dalam dan relatif jauh dari permukaan, maka jenis gempa ini bisanya tidak terlalu
berbahaya.
Gempa bumi dalam pernah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia seperti di bawah laut
Jawa, laut Sulawesi, dan laut Flores. Meski jauh di dalam bumi, getaran yang dihasilkan
gempa jenis ini umumnya masih dapat dirasakan di permukaan bumi.

1. Jenis-jenis gempa berdasarkan hiposentrum gempa atau jarak pusat gempa. Jenis gempa ini
dibedakan menjadi:
Gempa dalam, gempa yang hiposetrumnya terletak antara 300-700 km di bawah permukaan
bumi

Gempa Intermidier, gempa yang hiposentrumnya terletak antara 100-300 km dibawah


permukaan bumi

Gempa dangkal, gempa yang hiposentrumnya terletak kurang dari 100 km dibawah
permukaan bumi

2. Jenis-jenis gempa berdasarkan bentuk episentrum gempa


Gempa Linier, jika episentrumnya berbentuk garis. Gempa linier biasanya terjadi pada
gempa tektonik. Sebab tanah patahan merupakan sebuah garis dan bukan titik.

Gempa Sentral, jika episentrumnya berbentuk titik. Gempa Vulkanik dan gempa runtuhan
adalah beberapa contoh jenis gempa sentral
3. Jenis-jenis gempa berdasarkan letak episentrum gempa
Gempa Laut, jika episentrumnya terletak di dasar laut
Gempa daratan, jika episentrumnya terletak didarat
4. Jenis-jenis gempa berdasarkan jarak episentralnya
Gempa setempat, jika jarak tempat gempa terasa ke episenralnya kurang dari 10.000 km

Gempa Jauh, jika jarak episentral dan termpat terasanya berjarak sekitar 10.000 km

Gempa sangat jauh, jika jarak episentralnya dan tempat gempa terasa lebih dari 10.000 km

5. Jenis-jenis gempa berdasarkan penyebabnya


Gempa Tektonik adalah gempa yang terjadi karena peristiwa dislokasi. Gempa terktonik
disebut juga gempa dislokasi dan biasanya mempunyai tingkat kerusakan paling parah apalagi
kalau hiposentrumnya dangkal.
Gempa Vulkanik adalah gempa yang terjadi karena letusan gunung berapi.
Gempa Runtuhan adalah gempa yang terjadi akibat runtuhnya bagian atas litosfer keran
bagian sebelah dalam berongga.

Gempa bumi yang merupakan fenomena alam yang bersifat merusak dan menimbulkan
bencana dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Gempa Tektonik.
Gempa tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pergeseran lempeng tektonik.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa lempeng tektonik bumi kita ini terus bergerak. Ada
yang saling mendorong, saling menjauh, atau saling menggelangsar. Karena tepian lempeng
tektonik ini tidak rata, jika bergesekan maka timbullah friksi. Friksi inilah yang kemudian
melepaskan energi goncangan. Gempa ini sering terjadi di muka bumi dengan kekuatan skala
richter (SR) antara 2 - 7++ SR.
2. Gempa Vulkanik.
Gempa vulkanik terjadi akibat meningkatnya aktivitas gunung berapi, yang disebabkan oleh
naiknya magma dari bawah gunung tersebut ke permukaan. Cairan magma ini mendesak
batuan-batuan di atasnya, sehingga menyebabkan goncangan dan apabila tekanannya cukup
besar berpotensi menimbulkan letusan. Gempa ini juga sering terjadi di daerah daerah yang
penuh aliran magma dengan kekuatan antara 2 - 7 ++ SR.
3 . Gempa Runtuhan.

Gempa yg sgt jarang terjadi. Gempa ini di sebabkan karena runtuhan runtuhan goa goa besar
di bawah tanah. Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal. Efek dari gempa ini bisa di
bilang hanya terasa di wilayah runtuhan saja, melainkan di luar daerah runtuhan tidak akan
terasa kuat. Kekuatan gempa runtuhan berkisar antara 5 - 7 SR dan kekuatan episetrum hanya
mencapai wilayah runtuhan saja.
4. Gempa Buatan
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti
peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

Gempa Tumbukan (Sangat Langka Terjadi).


Gempa yg amat sangat langka dan jarang terjadi. Gempa tumbukan terjadi akibat tubrukan
meteor yang jatuh meteor. Kekuatan gempa ini di hasilkan dr seberapa besar batu meteor itu
menghantam bumi. Dalam kurun waktu 30.000 thn terakhir hanya 5 kali bumi di tubruk batu
meteor yg menyebabkan gempa. Dan yang paling parah adalah terjadi pada akhir jaman
preciatus atau zaman purba atau sekitar 76 juta tahun lalu, ketika meteor sebesar kota di
Amerika menubruk wilayah tanjung meksiko. Gempa yg di hasilkan tidak bisa di perkirakan
antara 30 MSR ++ yg menyebabkan reaksi gempa berantai di seluruh dunia. (MSR = Mega
Skala Richter). Dan akibat gempa tumbukan ini mengakibatkan Gempa vulkanis, runtuhan, dan
tektonik secara bersamaan di seluruh dunia, dan akibat hal ini juga membuat benua saling
berpisah.

Berdasarkan kekuatannya atau magnitude (M), gempabumi dapat dibedakan atas :


a. Gempabumi sangat besar dengan magnitude lebih besar dari 8 SR.
Gempa terdasyat di muka bumi tak lagi di hitung dgn SR (skala richter atau hitungan utk
kekuatan gempa) melainkan dengan menggunakan hitungan MSR (mega skala richter, 1 MSR =
10 ++ SR).
b. Gempabumi besar magnitude antara 7 hingga 8 SR.
c. Gempabumi merusak magnitude antara 5 hingga 6 SR.
d. Gempabumi sedang magnitude antara 4 hingga 5 SR.

e. Gempabumi kecil dengan magnitude antara 3 hingga 4 SR .


f. Gempabumi mikro magnitude antara 1 hingga 3 SR .
g. Gempabumi ultra mikro dengan magnitude lebih kecil dari 1 SR .

Berdasarkan kedalaman sumber (h), gempa bumi digolongkan atas :


a. Gempabumi dalam h > 300 Km .
b. Gempabumi menengah 80 < style=""> < 300 Km .
c. Gempabumi dangkal h < 80 Km .

Berdasarkan tipenya Mogi membedakan gempabumi atas :


a. TypeI :
Pada tipe ini gempa bumi utama diikuti gempa susulan tanpa didahului oleh gempa
pendahuluan (fore shock).
b. Type II :
Sebelum terjadi gempa bumi utama, diawali dengan adanya gempa pendahuluan dan
selanjutnya diikuti oleh gempa susulan yang cukup banyak.
c. Type III:
Tidak terdapat gempa bumi utama. Magnitude dan jumlah gempabumi yang terjadi besar pada
periode awal dan berkurang pada periode akhir dan biasanya dapat berlangsung cukup lama
dan bisa mencapai 3 bulan. Tipe gempa ini disebut tipe swarm dan biasanya terjadi pada
daerah vulkanik seperti gempa gunung Lawu pada tahun 1979.

G MELETUS

Gunung api diklasifikasikan ke dalam dua sumber erupsi, yaitu[5]:


a. Erupsi pusat, erupsi keluar melalui kawah utama;

b. Erupsi samping, erupsi keluar dari lereng tubuhnya;


c. Erupsi celah, erupsi yang muncul pada retakan/sesar dapat memanjang sampai beberapa
kilometer;
d. Erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yang
menyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri.

1. Berdasarkan aktivitasnya
a. Gunung api aktif, gunung api yang masih bekerjadan mengeluarkan asap, gempa dan letusan
b. Gunung api mati, gunung api yang tidak memilikikegiatan erupsisejak tahun 1600.
c. Gunung api istirahat,yaitu gunung apiyang meletus sewaktu-waktu, kemudian beristirahat,
contoh : Gunung Ciremai dan Kelud
2. Berdasarkan Proses Terjadinya
a. Bentuk kerucut, dibentuk oleh endapan piroklastik atau lava atau keduanya;
b. Bentuk kubah, dibentuk oleh terbosan lava di kawah, membentuk seperti kubah;
c. Kerucut sinder, dibentuk oleh perlapisan material sinder atau skoria;
d. Maar, biasanya terbentuk pada lereng atau kaki gunungapi utama akibat letusan freatik atau
freatomagmatik; Plateau, dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan leleran lava.

3. Berdasarkan Tipe Letusan


a. Tipe Hawaiian, yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati basalt, umumnya
berupa semburan lava pijar, dan sering diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah
atau kepundan sederhana;
b. Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari
magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi benua atau di tengah
benua;
c. Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau
magma asam, komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan
berupa batu apung dalam jumlah besar;
d. Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari gunungapi strato, tahap erupsi
efusifnya menghasilkan kubah lava riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan pembentukan
ignimbrit;

e. Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih banyak dan
luas dari Plinian biasa;
f. Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampai dasit, umumnya
melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan sering disertai bom kerakroti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma
tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik;
g. Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada
pulau gunungapi, gunungapi bawah laut atau gunungapi yang berdanau kawah. Surtseyan
merupakan erupsi interaksi antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan,
letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapi
magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.

Tipe-tipe gunung api berdasarkan bentuknya (morfologi)[9]:


a. Strato volcano
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat
menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu
kerucut besar (raksasa), terkadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah
beberapa ratus kali.
b. Perisai ( Shield Volcano)
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat
membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya
terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan
Hawai.
c. Cinder Cone,

Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling
gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang
tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.

d. Kaldera,
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas
gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.

1. Letusan Tipe Hawaii

Tipe Hawaii
Letusan tipe hawaii terjadi karena lava yang keluar dari kawah sangat
cair, sehingga mudah mengalir ke segala arah. Sifat lava yang sangat cair
ini menghasilkan bentuk seperti perisai atau tameng. Contoh: Gunung
Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di Hawaii.
2. Letusan Tipe Stromboli

Tipe Stromboli
Letusan tipe ini bersifat spesifik, yaitu letusan-letusannya terjadi dengan
interval atau tenggang waktu yang hampir sama. Gunung api stromboli di
Kepulauan Lipari tenggang waktu letusannya 12 menit. Jadi, setiap 12
menit terjadi letusan yang memuntahkan material, bom, lapili, dan abu.
Contoh gunung api bertipe stromboli adalah Gunung Vesuvius (Italia) dan
Gunung Raung (Jawa).
3. Letusan Tipe Vulkano

Tipe Volkano
Letusan tipe ini mengeluarkan material padat, seperti bom, abu, lapili,
serta bahan-bahan padat dan cair atau lava. Letusan tipe ini didasarkan
atas kekuatan erupsi dan kedalaman dapur magmanya. Contoh: Gunung
Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa Timur.
4. Letusan Tipe Merapi

Tipe Merapi
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut
kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan
memecahkan sumbatan lava. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke
atas dan akhirnya terlempar keluar. Material ini menuruni lereng gunung
sebagai ladu atau gloedlawine. Selain itu, terjadi pula awan panas
(gloedwolk) atau sering disebut wedhus gembel. Letusan tipe merapi
sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.
5. Letusan Tipe Perret atau Plinian

Tipe Perret atau Plinian


Letusan tipe ini sangat berbahaya dan sangat merusak lingkungan.
Material yang dilemparkan pada letusan tipe ini mencapai ketinggian
sekitar 80 km. Letusan tipe ini dapat melemparkan kepundan atau
membobol puncak gunung, sehingga dinding kawah melorot. Contoh:
Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883 dan St. Helens yang
meletus pada tanggal 18 Mei 1980.

Gunung Krakatau
6. Letusan Tipe Pelee

Tipe Pelee
Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak
gunung api yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan
tekanan gas menjadi bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah tidak
kuat, gunung tersebut meletus.
7. Letusan Tipe Sint Vincent

Tipe Sint Vincent


Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah bersama
lava. Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan
diterjang lahar panas yang sangat berbahaya. Contoh: Gunung Kelud
yang meletus pada tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent yang meletus
pada tahun 1902.
Berkaitan dengan letusan gunung merapi saat ini, apa benar letusannya
termasuk tipe merapi?. Pakar Geologi Universitas Pembangunan Nasional
`Veteran` Yogyakarta, Sari Bahagiarti, mengatakan bahwa Letusan
Gunung Merapi yang sering terjadi adalah tipe letusan kombinasi
Piropilastika yakni letusan gunung yang memuntahkan materi vulkanik
dan awan panas yaitu kerikil maupun pasir halus. Letusan Gunung Merapi
kali ini hampir sama dengan letusan Gunung Merapi pada 1930 silam.
Berdasarkan catatan sejarah di tata dasar gunung api, letusan pada
1930 merupakan letusan yang paling besar yang menewaskan 300 jiwa
dengan jarak luncur awan panas atau `wedus gembel` mencapai 12
kilometer dan itu merupakan jarak luncur paling jauh, katanya
ABRASI

Erosi Air
Massa air yang mengalir, baik gerakan air di dalam tanah maupun di
permukaan Bumi berupa sungai atau air larian permukaan selamban apapun

pasti memiliki daya kikis. Sedikit demi sedikit, air yang mengalir itu mengerosi
batuan atau tanah yang dilaluinya. Semakin cepat gerakan air mengalir,
semakin tinggi pula daya kikisnya. Oleh karena itu, sungai-sungai di wilayah
perbukitan atau pegunungan yang alirannya deras memiliki lembah yang lebih
curam dan dalam dibandingkan dengan sungai di wilayah dataran yang
alirannya relatif tenang.
Secara umum dilihat dari tahapan kerusakan tanah yang terkikis, erosi air terdiri
atas empat tingkatan, yaitu sebagai berikut.

Erosi Percik (Splash Erosion)


Erosi percik merupakan bentuk pengikisan tanah oleh percikan air hujan. Pada
saat titik air hujan memercik ke permukaan tanah, butiran-butiran air akan
menumbuk kemudian mengikis partikel tanah serta memindahkannya ke
tempat lain di sekitarnya.

Erosi Lembar (Sheet Erosion)


Erosi lembar merupakan tahapan kedua dari erosi air. Pada tahapan ini, lapisan
tanah paling atas (top soil) yang kaya akan bahan humus penyubur tanah hilang
terkikis sehingga tingkat kesuburan dan produktivitasnya mengalami
penurunan. Ciri-ciri tanah yang telah mengalami erosi lembar antara lain:

1. air yang mengalir di permukaan berwarna keruh (kecokelatan)


karena banyak mengandung partikel tanah;
2. warna tanah terlihat pucat karena kadar humus (bahan organik)
rendah;
3. tingkat kesuburan tanah sangat rendah.

Erosi Alur (Riil Erosion)


Jika proses erosi lembar terus berlangsung maka pada permukaan tanah akan
terbentuk alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng. Alur-alur erosi ini
merupakan tempat air mengalir dan mengikis tanah.

Erosi Parit (Gully Erosion)


Pada tahap ini alur-alur erosi berkembang menjadi parit-parit atau lembah yang
dalam berbentuk huruf U atau V. Erosi parit banyak terjadi di wilayah yang
memiliki kemiringan tinggi dengan tingkat penutupan vegetasi (tetumbuhan)
sangat sedikit. Untuk mengem balikan kesuburan tanah kritis yang telah
mengalami erosi parit diperlukan biaya yang sangat mahal.

Di sepanjang aliran sungai terjadi pula proses erosi oleh arus air. Proses
pengikisan yang mungkin terjadi sepanjang aliran sungai antara lain sebagai
berikut.

1. Erosi Tebing Sungai, yaitu erosi yang bekerja pada dinding


badan sungai sehingga lembah sungai bertambah lebar.
2. Erosi Mudik, yaitu erosi yang terjadi pada dinding air terjun
(jeram). Akibat erosi mudik, lama-kelamaan lokasi air terjun akan
mundur ke arah hulu.
3. Erosi Badan Sungai, yaitu erosi yang berlangsung ke arah
dasar sungai (badan sungai) sehingga lembah sungai menjadi
semakin dalam. Jika erosi badan sungai ini berlangsung dalam
waktu geologi yang sangat lama maka akan terbentuk ngaraingarai yang sangat dalam, seperti Grand Canyon di Sungai
Colorado (Amerika Serikat)

Anda mungkin juga menyukai