MACAM
MACAM
KEKERINGAN
1. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan pada tingkat
kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau ratarata dan lamanya periode kering.
Perbandingan ini haruslah bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa diukur pada musim
harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan skala waktu tahunan. Kekurangan curah hujan
sendiri, tidak selalu menciptakan bahaya kekeringan.
2. Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumbersumber air seperti
sungai, air tanah, danau dan tempattempat cadangan air. Definisinya mencangkup data tentang
ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang
dipasok (sistem domestik, industri, pertanian yang menggunakan irigasi). Salah satu dampaknya
adalah kompetisi antara pemakai air dalam sistemsistem penyimpanan air ini.
3. Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan hidrologi terhadap
produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini terjadi ketika kelembapan tanah tidak
mencukupi untuk mempertahankan hasil dan pertumbuhan rata-rata tanaman. Kebutuhan air bagi
tanaman, bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan dan saranasarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa diukur karena rumitnya
pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya faktorfaktor lain yang bisa mengurangi hasil
seperti hama, alangalang, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga hasil tanaman yang
rendah. Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai satu bentuk kekeringan yang ekstrim,
dimana kekurangan banjir sudah begitu parahnya sehingga sejumlah besar menusia menjadi
tidak sehat atau mati. Bencana kelaparan biasanya mempunyai penyebabpenyebab yang
kompleks sering kali mencangkup perang dan konflik. Meskipun kelangkaan pangan merupakan
faktor utama dalam bencana kelaparan, kematian dapat muncul sebagai akibat dari pengaruh
pengaruh yang rumit lainnya seperti penyakit atau kurangnya akses dan jasa-jasa lainnya.
4. Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan akan barang
barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan diatas. Ketika persediaan barang
barang seperti air, jerami atau jasa seperti energi listrik tergantung pada cuaca, kekeringan bisa
menyebabkan kekurangan. Konsep kekeringan sosioekonomi mengenali hubungan antara
kekeringan dan aktivitasaktivitas manusia. Sebagai contoh, praktekpraktek penggunaan lahan
yang jelek semakin memperburuk dampakdampak dan kerentanan terhadap kekeringan di masa
mendatang.
Gejala terjadinya kekeringan adalah sebgai berikut:
1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam satu
musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya bencana
kekeringan.
2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air
tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan air tanah.
Kekeringan Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air di
dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu
tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering.
Klasifikasi Kekeringan
Pengertian kekeringan dapat diklasifikasikan lebih spesifik sebagai berikut :
a. Kekeringan Meteorologis
Kekeringan ini berkaitan dengan tingkat curah hujan yang terjadi berada di bawah
kondisi normal dalam suatu musim. Perhitungan tingkat kekeringan meteorologis
merupakan
indikasi
pertama
terjadinya
kondisi
kekeringan.
Intensitas kekeringan berdasarkan definisi meteorologis sebagai berikut:
kering : apabila curah hujan antara 70%-80%, dari kondisi normal (curah hujan
di bawah normal)
sangat kering : apabila curah hujan antara 50%-70% dari kondisi normal (curah
hujan jauh di bawah normal)
amat sangat kering : apabila curah hujan di bawah 50% dari kondisi normal
(curah hujan amat jauh di bawah normal).
b.
Kekeringan
Hidrologis
Kekeringan ini berkaitan dengan berkurangnya pasokan air permukaan dan air tanah.
Kekeringan hidrologis diukur dari ketinggian muka air waduk, danau dan air tanah. Ada
jarak waktu antara berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ketinggian muka
air sungai, danau dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan
gejala
awal
terjadinya
kekeringan.
Intensitas kekeringan berdasarkan definisi hidrologis adalah sebagai berikut:
kering: apabila debit sungai mencapai periode ulang aliran di bawah periode 5
tahunan
sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh di
bawah periode 25 tahunan
amat sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat
jauh di bawah periode 50 tahunan
c.
Kekeringan
Pertanian
Kekeringan ini berhubungan dengan berkurangnya kandungan air dalam tanah (lengas
tanah) sehingga tak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bagi tanaman pada suatu
periode tertentu. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah terjadinya gejala kekeringan
meteorologis.
Intensitas kekeringan berdasarkan definisi pertanian adalah sebagai berikut:
kering : apabila 1/4 daun kering dimulai pada ujung daun (terkena ringan s/d
sedang)
sangat kering : apabila 1/4-2/3 daun kering dimulai pada bagian ujung daun
(terkena berat)
Kekeringan
Sosial
Ekonomi
e.
Kekeringan
Antropogenik
Kekeringan ini terjadi karena ketidaktaatan pada aturan yang disebabkan: kebutuhan
air lebih besar dari pasokan yang direncanakan sebagai akibat ketidaktaatan pengguna
terhadap pola tanam/pola penggunaan air, dan kerusakan kawasan tangkapan air,
sumber
air
sebagai
akibat
dari
perbuatan
manusia.
Intensitas kekeringan akibat ulah manusia terjadi apabila:
Tanaman
khususnya
tanaman
pangan
mempunyai kebutuhan air yang berbeda-beda, baik keseluruhan maupun jumlah
kebutuhan pada setiap tahap pertumbuhannya. Tanaman padi misalnya, memerlukan
cukup banyak air selama pertumbuhannya. Sedangkan tanaman kedelai termasuk
tanaman yang relatif tahan terhadap kekeringan. Namun demikian kedelai mempunyai
periode yang riskan terhadap kekurangan air yaitu pada periode perkecambahan dan
periode pembentukan biji. Kepekaan tiap tanaman terhadap kekurangan air berbeda
dari satu tanaman ke tanaman lainnya dan dari satu tahapan pertumbuhan tanaman ke
tahap
lainnya
dalam
satu
jenis
tanaman.
GEMPA BUMI
Berdasarkan faktor penyebab atau proses terjadinya, gempa bumi dapat dibagi menjadi beberapa jenis.
Pada kesempatan ini kita akan membahas 5 jenis gempa bumi, yaitu :
1.
Gempa Tektonik
Gempa bumi tektonik merupakan gempa bumi yang terjadi akibat aktivitas tektonik. Gempa tektonik
disebabkan oleh pergerakan lempeng-lempeng tektonik pada kerak bumi yang terjadi secara tiba-tiba
sehingga
terjadi
gesekan
yang
menimbulkan
getaran.
Secara umum gempa tektonik terjai karena adanya gerak orogenetik yaitu jenis aktivas tektonik yang
berlangsung sangat cepat dan meliputi wilayah yang sempit namun pengaruhnya menyebar ke wilayah yang
lebih
luas.
Gerakan orogenetik dapat berupa lipatan atau patahan. Lipatan diakibatkan oleh tekanan dalam arah
horizontal dan vertikal pada kulit bumi yang sifatnya elastis. Sedangkan patahan terjadi akibat tenaga
tersebut bekerja pada kulit bumi yang tidak elastis.
2.
Gempa Vulkanik
Gempa bumi vulkanik merupakan gempa bumi yang terjadi akibat aktivitas magma dalam gunung berapi.
Gempa vulkanik sering juga disebut gempa gunung api karena secara umum gempa tersebut terjadi sebelum
atau
sesudah
letusan
gunung
berapi.
Getaran-getaran yang ditimbulkan pada gempa vulkanik sering dijadikan sebagai indikasi atau perkiraan
akan meletusnya sebuah gunung berapi. Bila aktivitas magma semakin tinggi, maka akan timbul suatu
ledakan atau letusan yang juga menimbulkan gempa bumi.
3.
Gempa Runtuhan
Gempa runtuhan merupakan gempa bumi yang terjadi akibat peristiwa runtuhnya tanah atau batuan karena
pengaruh kondisi yang curam atau struktur yang rapuh. Gempa runtuhan biasanya hanya mempengaruhi
wilayah
di
sekitar
dan
tidak
telalu
membahayakan.
Gempa runtuhan biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun daerah pertambangan, lereng gunung, pantai
yang curam, dan tempat lainnya yang memeliliki energi potensial yang besar untuk runtuh. Gempa runtuhan
biasanya bersifat lokal dan sangat jarang terjadi.
4.
Gempa Tumbukan
Gempa bumi tumbukan atau gempa bumi jatuhan merupakan gempa kecil atau besar yang terjadi akibat
tumbukan meteor atau steroid yang jatuh ke permukaan bumi. Gempa jenis ini sangat jarang terjadi namun
berdasarkan kajian ilmiah pernah terjadi pada zaman purbakala dan mengiringi evolusi makhluk hidup di
muka bumi.
5.
Gempa Buatan
Sesuai dengan namanya, gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang terjadi akibat perbuatan manusia
baik sengaja atau tidak disengaja. Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan gempa bumi antaralain
ledakan nuklir di bawah permukaan tanah atau di dasar laut, ledakan dinamit, dan sebagainya.
1.
kerap
menelan
korban
jiwa
akibat
tertimpah
reruntuhan.
Gempa bumi dikatakan dangkal jika hiposentrumnya berada pada kedalaman kurang dari
60 km di bawah permukaan bumi. Karena jaraknya yang relatif dekat dengan permukaan,
gempa dangkal seringkali menimbulkan kerusakan parah dan getarannya sangat kuat.
Gempa bumi dangkal yang pernah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia antaralain
gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan gempa bumi yang terjadi di
wilayah Flores.
2.
3.
1. Jenis-jenis gempa berdasarkan hiposentrum gempa atau jarak pusat gempa. Jenis gempa ini
dibedakan menjadi:
Gempa dalam, gempa yang hiposetrumnya terletak antara 300-700 km di bawah permukaan
bumi
Gempa dangkal, gempa yang hiposentrumnya terletak kurang dari 100 km dibawah
permukaan bumi
Gempa Sentral, jika episentrumnya berbentuk titik. Gempa Vulkanik dan gempa runtuhan
adalah beberapa contoh jenis gempa sentral
3. Jenis-jenis gempa berdasarkan letak episentrum gempa
Gempa Laut, jika episentrumnya terletak di dasar laut
Gempa daratan, jika episentrumnya terletak didarat
4. Jenis-jenis gempa berdasarkan jarak episentralnya
Gempa setempat, jika jarak tempat gempa terasa ke episenralnya kurang dari 10.000 km
Gempa Jauh, jika jarak episentral dan termpat terasanya berjarak sekitar 10.000 km
Gempa sangat jauh, jika jarak episentralnya dan tempat gempa terasa lebih dari 10.000 km
Gempa bumi yang merupakan fenomena alam yang bersifat merusak dan menimbulkan
bencana dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Gempa Tektonik.
Gempa tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pergeseran lempeng tektonik.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa lempeng tektonik bumi kita ini terus bergerak. Ada
yang saling mendorong, saling menjauh, atau saling menggelangsar. Karena tepian lempeng
tektonik ini tidak rata, jika bergesekan maka timbullah friksi. Friksi inilah yang kemudian
melepaskan energi goncangan. Gempa ini sering terjadi di muka bumi dengan kekuatan skala
richter (SR) antara 2 - 7++ SR.
2. Gempa Vulkanik.
Gempa vulkanik terjadi akibat meningkatnya aktivitas gunung berapi, yang disebabkan oleh
naiknya magma dari bawah gunung tersebut ke permukaan. Cairan magma ini mendesak
batuan-batuan di atasnya, sehingga menyebabkan goncangan dan apabila tekanannya cukup
besar berpotensi menimbulkan letusan. Gempa ini juga sering terjadi di daerah daerah yang
penuh aliran magma dengan kekuatan antara 2 - 7 ++ SR.
3 . Gempa Runtuhan.
Gempa yg sgt jarang terjadi. Gempa ini di sebabkan karena runtuhan runtuhan goa goa besar
di bawah tanah. Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal. Efek dari gempa ini bisa di
bilang hanya terasa di wilayah runtuhan saja, melainkan di luar daerah runtuhan tidak akan
terasa kuat. Kekuatan gempa runtuhan berkisar antara 5 - 7 SR dan kekuatan episetrum hanya
mencapai wilayah runtuhan saja.
4. Gempa Buatan
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti
peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
G MELETUS
1. Berdasarkan aktivitasnya
a. Gunung api aktif, gunung api yang masih bekerjadan mengeluarkan asap, gempa dan letusan
b. Gunung api mati, gunung api yang tidak memilikikegiatan erupsisejak tahun 1600.
c. Gunung api istirahat,yaitu gunung apiyang meletus sewaktu-waktu, kemudian beristirahat,
contoh : Gunung Ciremai dan Kelud
2. Berdasarkan Proses Terjadinya
a. Bentuk kerucut, dibentuk oleh endapan piroklastik atau lava atau keduanya;
b. Bentuk kubah, dibentuk oleh terbosan lava di kawah, membentuk seperti kubah;
c. Kerucut sinder, dibentuk oleh perlapisan material sinder atau skoria;
d. Maar, biasanya terbentuk pada lereng atau kaki gunungapi utama akibat letusan freatik atau
freatomagmatik; Plateau, dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan leleran lava.
e. Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih banyak dan
luas dari Plinian biasa;
f. Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampai dasit, umumnya
melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan sering disertai bom kerakroti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma
tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik;
g. Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada
pulau gunungapi, gunungapi bawah laut atau gunungapi yang berdanau kawah. Surtseyan
merupakan erupsi interaksi antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan,
letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapi
magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling
gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang
tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
d. Kaldera,
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas
gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.
Tipe Hawaii
Letusan tipe hawaii terjadi karena lava yang keluar dari kawah sangat
cair, sehingga mudah mengalir ke segala arah. Sifat lava yang sangat cair
ini menghasilkan bentuk seperti perisai atau tameng. Contoh: Gunung
Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di Hawaii.
2. Letusan Tipe Stromboli
Tipe Stromboli
Letusan tipe ini bersifat spesifik, yaitu letusan-letusannya terjadi dengan
interval atau tenggang waktu yang hampir sama. Gunung api stromboli di
Kepulauan Lipari tenggang waktu letusannya 12 menit. Jadi, setiap 12
menit terjadi letusan yang memuntahkan material, bom, lapili, dan abu.
Contoh gunung api bertipe stromboli adalah Gunung Vesuvius (Italia) dan
Gunung Raung (Jawa).
3. Letusan Tipe Vulkano
Tipe Volkano
Letusan tipe ini mengeluarkan material padat, seperti bom, abu, lapili,
serta bahan-bahan padat dan cair atau lava. Letusan tipe ini didasarkan
atas kekuatan erupsi dan kedalaman dapur magmanya. Contoh: Gunung
Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa Timur.
4. Letusan Tipe Merapi
Tipe Merapi
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut
kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan
memecahkan sumbatan lava. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke
atas dan akhirnya terlempar keluar. Material ini menuruni lereng gunung
sebagai ladu atau gloedlawine. Selain itu, terjadi pula awan panas
(gloedwolk) atau sering disebut wedhus gembel. Letusan tipe merapi
sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.
5. Letusan Tipe Perret atau Plinian
Gunung Krakatau
6. Letusan Tipe Pelee
Tipe Pelee
Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak
gunung api yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan
tekanan gas menjadi bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah tidak
kuat, gunung tersebut meletus.
7. Letusan Tipe Sint Vincent
Erosi Air
Massa air yang mengalir, baik gerakan air di dalam tanah maupun di
permukaan Bumi berupa sungai atau air larian permukaan selamban apapun
pasti memiliki daya kikis. Sedikit demi sedikit, air yang mengalir itu mengerosi
batuan atau tanah yang dilaluinya. Semakin cepat gerakan air mengalir,
semakin tinggi pula daya kikisnya. Oleh karena itu, sungai-sungai di wilayah
perbukitan atau pegunungan yang alirannya deras memiliki lembah yang lebih
curam dan dalam dibandingkan dengan sungai di wilayah dataran yang
alirannya relatif tenang.
Secara umum dilihat dari tahapan kerusakan tanah yang terkikis, erosi air terdiri
atas empat tingkatan, yaitu sebagai berikut.
Di sepanjang aliran sungai terjadi pula proses erosi oleh arus air. Proses
pengikisan yang mungkin terjadi sepanjang aliran sungai antara lain sebagai
berikut.